Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DENGAN TYPHOID FEVER (DEMAM


TIFOID)

DI RUANG DADAP SEREP RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

ANANDA DHEA SERINA SALSABILA

202314002

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA

2023/2024
1. Definisi
Demam merupakan salah satu cara tubuh mempertahankan diri terhadap banyaknya
bakteri dan virus yang hidup dalam tubuh manusia, ditandai dengan suhu tubuh di atas
normal 36,5OC. Demam typhoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan disebabkan
oleh bakteri Salmonella typhi ditandai gejala demam lebih dari seminggu dan gangguan
pencernaan (Nofitasari & Wahyuningsih, 2019).
Demam tifoid ialah infeksi akut di usus halus disebabkan bakteri Salmonella typhi
atau Salmonella paratyphi A,B,C dengan penularan secara fecal dan oral yang masuk ke
dalam tubuh melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi (Dewi, 2020).

2. Prevalensi
Data WHO tahun 2018 dalam (Khairunnisa et al., 2022) menunjukkan kasus demam
typhoid mencapai 21 juta kasus dengan 128.000-161.000 kematian tiap tahun, Asia Selatan
dan Asia Tenggara menjadi wilayah kasus terbanyak demam typhoid. Anak usia 3-19 tahun
dalam kasus demam typhoid mencapai 91%. Demam typhoid masih menjadi penyakit
endemik, yang mana kasus tifoid menduduki peringkat ketiga dari sepuluh jenis penyakit
pasien rawat inap di Indonesia (Wulandari & Nuriman, 2022).

3. Etiologi
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut bersifat sistemik yang disebabkan oleh
mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang dikenal 9 dengan Salmonella
typhi (S. typhi). Transmisi Salmonella typhi kedalam tubuh manusia dapat melalui hal –
hal berikut
a. Transmisi oral, melalui makanan yang terkontaminasi kuman salmonella typhi.
b. Transmisi dari tangan ke mulut, dimana tangan yang tidak higienis yang mempunyai
salmonella typhi langsung bersentuhan dengan makanan yang di makan
c. Transmisi kotoran, dimana kotoran individu yang mempunyai basil salmonella typhi
ke sungai atau sumber air yang digunakan sebagai air minum yang kemudian langsung
di minum tanpa di masak.
(Idrus, 2020)
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang muncul pada pasien demam typhoid yaitu kenaikan suhu diatas
rentang normal, terjadi konvulsi (kejang), kulit kemerahan, napas cepat, nadi cepat, akral
teraba hangat. Fase- fase terjadi hipertermia yaitu
a. Fase awal/pertama
Ditandai dengan denyut jantung cepat, laju dan kedalaman napas meningkat,
menggigil, kulit pucat, merasa dingin, rambut kulit berdiri, pengeluaran keringat
berlebih dan peningkatan suhu tubuh.
b. Fase kedua
Ditandai dengan menggigil berkurang, kulit terasa hangat/panas, merasa tidak
panas/dingin, peningkatan nadi & laju pernapasan, peningkatan rasa haus, dehidrasi
ringan sampai berat, mengantuk, delirium/kejang akibat iritasi sel saraf, lesi mulut
herpetic, kehilangan nafsu makan, kelemahan, keletihan dan nyeri ringan pada otot
akibat katabolisme protein.
c. Fase pemulihan/ ketiga
Ditandai dengan kulit tampak merah dan hangat, berkeringat, kemungkinan
mengalami dehidrasi

5. Patofisiologi
Penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi.
Bakteri Salmonella typhi merupakan bakteri basilgram negatif ananerob fakultatif. Bakteri
Salmonella akan masuk kedalam tubuh melalui oral bersama dengan makanan atau
minuman yang terkontaminasi. Sebagian bakteri akan dimusnahkan dalam lambung oleh
asam lambung. Sebagian bakteri Salmonella yang lolos akan segera menuju ke usus halus
tepatnya di ileum dan jejunum untuk berkembang-biak. Bila sistem imun humoral mukosa
(IgA) tidak lagi baik dalam merespon, maka bakteri akan menginvasi kedalam sel epitel
usus halus (terutama sel M) dan ke lamina propia. Di lamina propia bakteri akan
difagositosis oleh makrofag. Bakteri yang lolos dapat berkembang-biak didalam makrofag
dan masuk ke sirkulasi darah (bakterimia I). BakterimiaI dianggap sebagai masa inkubasi
yang dapat terjadi selama 7-14 hari Bakteri Salmonella juga dapat menginvasi bagian usus
yang bernama plakpayer. Setelah menginvasi plak payer, bakteri dapat melakukan
translokasike dalam folikel limfoid intestin dan aliran limfe mesenterika dan beberapa
bakteri melewati sistem retikuloendotelial di hati dan limpa. Pada fase ini bakteri juga
melewati organ hati dan limpa. Di hati dan limpa, bakteri meninggalkan makrofag yang
selanjutnya berkembang-biak di sinusoid hati. Setelah dari hati, bakteri akan masuk ke
sirkulasi darah untuk kedua kalinya (bakterimia II). Saat bakteremia II, makrofag
mengalami hiperaktivasi dan saat makrofag memfagositosis bakteri, maka terjadi
pelepasan mediator inflamasi salah satunya adalah sitokin. Pelepasan sitokin ini yang
menyebabkan munculnya demam, malaise, myalgia, sakit kepala, dan gejala toksemia.
Plak payer dapat mengalami hyperplasia pada minggu pertama dan dapat terus berlanjut
hingga terjadi nekrosis di minggu kedua. Lama kelamaan dapat timbul ulserasi yang pada
akhirnya dapat terbentuk ulkus diminggu ketiga. Terbentuknya ulkus ini dapat
menyebabkan perdarahan dan perforasi. Hal ini merupakan salah satu komplikasi yang
cukup berbahaya dari demam typhoid (Levani & Prastya, 2020).

6. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan


a. Penatalaksanaan Medis
Terapi farmakologi berupa obat-obatan medis atau antipiretik. Antiperitik
merupakan obat penurun demam dengan berbagai penyebab (infeksi, inflamasi,
dan neoplasma). Antipiretik bekerja mempengaruhi SSP dan mengjambat kerja
prostaglandin secara perifer. Obat antiperitk meliputi: asetaminofen, aspirin, kolin
dan magnesium, salisilat, ibuprofen, dan obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID).
b. Penatalaksanan Keperawatan
Terapi non-farmakologi salah satunya berupa pemberian water tepid sponge atau
kompres hangat dengan tujuan membuat pembuluh darah tepi melebar dan
mengalami vasodilatasi sehingga pori-pori membuka dan mempermudah
pengeluaran panas. Kompres merupakan cara untuk memelihara suhu tubuh
menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat ataupun dingin. Kompres
hangat merupakan melapisi permukaan kulit menggunakan handuk yang dibasahi
air hangat-hangat kuku kemudian diberikan di daerah ketiak (axilla) dan area paha
(femoral) (Maharningtyas & Setyawati, 2022).

7. Konsep Tumbuh Kembang Hospitalisasi


a. Pertumbuhan
Pertumbuhan berkaitan erat dengan perubahan besar, jumlah, ukuran, atau dimensi sel,
organ maupun individu yang sifatnya kuantitatif yang dapat diukur dengan ukuran
berat (gram-kilogram) dan ukuran panjang (meter-centimeter).
b. Perkembangan
Perkembangan ialah kemampuan struktur dan fungsi tubuh, organ-sel-sistem organ
yang berkembang sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi fungsinya masing-
masing. Perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku merupakan hasil interaksi
dengan lingkungan
c. Hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan suatu proses darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal
di rumah sakit menjalani terapi perawatan sampai pemulangan kembali. Hospitalisasi
dapat memberikan dampak pada anak seperti kecemasan, ketakutan. Selama proses
tersebut bukan saja anak tetapi orang tua juga mengalami kebiasaan yang asing,
lingkungannya yang asing, orang tua yang kurang mendapat dukungan emosi akan
menunjukkan rasa cemas. Rasa cemas pada orang tua akan membuat stress anak
meningkat.

8. Konsep Dasar Keperawatan


a. Pengkajian
1) Identitas data
2) Keluhan utama:
Demam 1 minggu lebih, gangguan kesadaran: apatis sampai somnolen dan
gangguan saluran pencernaan: perut kembung atau tegang dan nyeri pada
perabaan, mulut bau, konstipasi atau diare, tinja berdarah atau tanpa lendir,
anoreksia, dan muntah.
3) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Kapan terjadi demam, berapa hari demam terjadi, karakteristik deman
muncul (pagi, siang, sore, malam), dan keluhan lain yang dirasa saat demam,
seperti batuk, pilek, muntah, mual.
b) Riwayat kesehatan masa lalu
• Riwayat klien pernah dirawat di rumah sakit dengan penyakit yang
sama atau tidak.
• Riwayat klien memiliki alergi obat, makanan, udara (dingin)
• Riwayat klien sudah imunisasi lengkap (BCG, difteri, tetanus, polio,
campak) atau belum
• Riwayat klien pernah melakukan tindakan operasi
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit keturunan keluarga seperti HT, DM, Jantung
d) Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
4) Kebutuhan dasar
a) Pola nutrisi: makanan yang dikonsumsi klien, porsi makan sehari, jenis
makanan, minuman per hari.
b) Pola personal hygiene
c) Pola aktivitas: kemampuan beraktivitas melakukan sendiri, dibantu, atau
menggunakan alat.
d) Pola eliminasi: frekuensi BAB dan BAK, warna, konsistensi, bau
e) Pola tidur: pola tidur klien, lama tidur malam, jam bangun tidur-akan tidur

b. Diagnosa Keperawatan
1) D.0130 Hipertermi b.d proses penyakit
2) D.0056 Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan
3) D.0032 Risiko defisit nutrisi b.d kehilangan nafsu makan

c. Intervensi
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1. D.0130 Setelah dilakukan tindakan I.15506 Manajemen
Hipertermi keperawatan selama 3x8 Hipertermi
b.d proses jam, diharapkan suhu Observasi
penyakit tubuh berada di rentang 1) Identifikasi penyebab
normal dengan kriteria hipertermi
hasil 2) Monitor suhu tubuh
L.14134 Termoregulasi Terapeutik
1) Suhu tubuh meningkat 3) Longgarkan atau
2) Kulit merah menurun lepaskan pakaian
3) Tidak kejang 4) Ganti linen tiap hari
4) Tidak pucat bila mengalami
keringat berlebih
Edukasi
5) Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
6) Pemberian cairan dan
elektrolit intravena,
jika perlu
I.12458 Edukasi
Termoregulasi
Observasi
1) Identifikasi kesiapan
dan kemampuan
menerima informasi
Edukasi
2) Ajarkan kompres
hangat bila demam
3) Anjurkan
menggunakan
pakaian yang dapat
menyerap keringat
4) Anjurkan banyak
minum
2 D.0056 Setelah dilakukan tindakan I.05185 Terapi Aktivitas
Intoleransi keperawatan selama 3x8 Observasi
Aktivitas b.d jam, diharapkan aktivitas 1) Identifikasi defisit
kelemahan yang membutuhkan tenaga tingkat aktivitas
membaik dengan kriteria Terapeutik
hasil 2) Fasilitasi memilih
L.05047 Toleransi terapi dan tetapkan
Aktivitas tujuan aktivitas
1) Frekuensi nadi sesuai kemampuan
membaik 3) Libatkan keluarga
2) Keluhan lelah dalam aktivitas, jika
berkurang perlu
3) Warna kulit membaik Edukasi
4) Ajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih
L.05046 Tingkat Keletihan I.05178 Manajemen
1) Selera makan Energi
meningkat Observasi
2) Lesu berkurang 1) Monitor pola dan
3) Pola istirahat membaik jam tidur
2) Monitor kelelahan
fisik dan emosional
Edukasi
3) Anjurkan tirah
baring
3 D.0032 Risiko Setelah dilakukan tindakan I.03119 Manajemen
defisit nutrisi keperawatan selama 3x8 Nutrisi
b.d jam, diharapkan nafsu Observasi
kehilangan makan membaik dengan 1) Identifikasi status
nafsu makan kriteria hasil nutrisi
L.03030 Status Nutrisi 2) Identifikasi alergi
1) Porsi makanan habis 3) Identifikasi makanan
2) Frekuensi makan yang disukai
membaik 4) Monitor BB
3) Nafsu makan Terapeutik
membaik 5) Sajikan makanan
4) Berat badan yang menarik dan
bertambah suhu yang sesuai
6) Berikan makanan
tinggi kalori dan
protein
Edukasi
7) Anjurkan posisi
duduk
d. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Ukuran
implementasi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan,
pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga,
atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.
e. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur
keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan
dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah
tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen
kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala yang spesifik.
9. Daftar Pustaka

Dewi, R. S. (2020). faktor risiko kejadian demam typoid di propinsi jambi. Jurnal Formil
(Forum Ilmiah) Kesmas Respati, 5(2). https://doi.org/10.35842/formil.v5i2.328
Idrus, H. H. (2020). Buku Demam Tifoid. Journal of Chemical Information and Modeling.
Khairunnisa, N., Rany, N., & Kursani, E. K. (2022). Hubungan Kebiasaan Jajan Dengan
Kejadian Demam Typhoid Pada Anak Usia Sekolah Di Rawat Inap Rsud Petala
Bumi Provinsi Riau Tahun 2020. Media Kesmas (Public Health Media), 1(3).
https://doi.org/10.25311/kesmas.vol1.iss3.134
Levani, Y., & Prastya, A. D. (2020). Demam Tifoid: Manifestasi Klinis, Pilihan Terapi
Dan Pandangan Dalam Islam. Al-Iqra Medical Journal : Jurnal Berkala Ilmiah
Kedokteran, 1(2). https://doi.org/10.26618/aimj.v3i1.4038
Maharningtyas, R., & Setyawati, D. (2022). Penerapan kompres air hangat untuk
menurunkan suhu tubuh pada anak dengan demam typhoid. Ners Muda, 3(2).
https://doi.org/10.26714/nm.v3i2.6260
Nofitasari, F., & Wahyuningsih, W. (2019). Penerapan Kompres Hangat Untuk
Menurunkan Hipertermia Pada Anak Dengan Demam Typoid. Jurnal Manajemen
Asuhan Keperawatan, 3(2). https://doi.org/10.33655/mak.v3i2.74
Wulandari, Y., & Nuriman, A. (2022). Efektifitas Kompres Hangat Terhadap Penurunan
Suhu Tubuh Pada Anak Dengan Typhoid. Jurnal Keperawatan Bunda Delima, 4(2).
https://doi.org/10.59030/jkbd.v4i2.58

Anda mungkin juga menyukai