TINJAUAN PUSTAKA
A. Demam Typoid
1. Pengertian
Demam typoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan. Tipe demam thypoid pada anak, akan terjadi demam naik turun.
Demam tinggi biasanya terjadi pada sore dan malam hari kemudian turun pada
fever, atau enteric fever yang biasa disebut tifus merupakan penyakit menyerang
bagian saluran pencernaan dan merupakan penyakit yang mudah menular dan
Penyakit sistemik yang bersifat akut atau dapat disebut demam tifoid,
mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang bervariasi dari ringan berupa
demam, lemas serta batuk yang ringan sampai dengan gejala berat seperti
demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan juga
2. Etiologi
b. Transmisi dari tangan ke mulut, dimana tangan yang tidak higienis yang
makan.
typhi ke sungai atau sumber air yang digunakan sebagai air minum yang
3. Patofisiologi
beberapa tahapan. Setelah kuman Salmonella typhi tertelan, kuman tersebut dapat
bertahan terhadap asam lambung dan masuk ke dalam tubuh melalui mukosa usus
pada ileum terminalis. Bakteri melekat pada mikrovili di usus, kemudian melalui
melalui sistem limfatik. Bakteremia primer terjadi pada tahap ini dan biasanya
tidak didapatkan gejala dan kultur darah biasanya masih memberikan hasil yang
negatif. Periode inkubasi ini terjadi selama 7-14 hari (Idrus, 2020).
Bakteri dalam pembuluh darah ini akan menyebar ke seluruh tubuh dan
dan sumsum tulang. Kuman juga dapat melakukan replikasi dalam makrofag.
9
peredaran darah dan menyebabkan bakteremia sekunder sekaligus menandai
seperti demam, sakit kepala, dan nyeri abdomen. Bakteremia dapat menetap
selama beberapa minggu bila tidak diobati dengan antibiotik. Pada tahapan ini,
bakteri tersebar luas di hati, limpa, sumsum tulang, kandung empedu, dan Peyer’s
patches di mukosa ileum terminal. Ulserasi pada Peyer’s patches dapat terjadi
perdarahan dan perforasi usus dapat menyusul ulserasi. Kekambuhan dapat terjadi
manusia diistilahkan sebagai pembawa kuman atau carrier (Ringo et al., 2022).
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika
dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari, yang
tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan yang terlama
sampai 30 hari jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi mungkin
ditemukan gejala prodormal, yaitu tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing
menurun pagi hari, dan meningkat pada sore dan malam hari. Pada minggu
pertama ini pada anak akan disertai gejala mual, muntah nyeri perut dan nafsu
makan menurun. Selain itu lidah anak tampak kotor (terdapat kotoran warna
putih). Minggu kedua: demam terus dan pada minggu ketiga: demam mulai turun
10
ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai
tremor, hati dan limpa membesar, nyeri pada perabaan, gangguan pada kesadaran,
5. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada demam tifoid adalah perdarahan usus
dan perforasi. Perdarahan usus dan perforasi merupakan komplikasi serius dan
ini. Komplikasi lain yang lebih jarang antara lain pembengkakan dan peradangan
infeksi ginjal atau kandung kemih, infeksi dan pembengkakan selaput otak
6. Pemeriksaan Penunjang
hitung jenis biasanya normal atau sedikit bergeser ke kiri, mungkin didapatkan
aneosinofilia dan limfositosis relatif, terutama pada fase lanjut (Sucipta, 2015).
b. Uji Widal
Prinsip uji widal adalah memeriksa reaksi antara antibodi aglutinin dalam
antigen somatic (O) dan flagela (H) yang ditambahkan dalam jumlah yang sama
aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam serum. Teknik aglutinasi ini dapat
11
dilakukan dengan menggunakan uji hapusan (slide test) atau uji tabung (tube test).
Hasil uji widal pada pasien thypoid fever adalah positif baik pada antigen O, H,
paratypi A dan B. Pada anak yang mengalami demam thypoid akan mengalami
Penatalaksanaan deman typoid sampai saat ini di bagi menjadi dua bagian
a. Penatalaksanaan medis
Pengobatan kasus demam typoid secara medis terkait dengan pemberian obat-
kepada anak-anak usia 6-13 tahun tanpa komplikasi masih efektif dalam
mengobati typhoid fever ini. Perbaikan klinis biasanya akan nampak dalam
waktu 72 jam, dan suhu akan kembali normal dalam waktu 3-6 hari, dengan
lama pengobatan antara 7-14 hari. Dosis yang biasa diberikan adalah 50-100
12
hari (Sucipta, 2015).
b. Penatalaksanaan keperawatan
seperti makan, minum, mandi, buang air kecil dan besar akan membantu
anak perlu sekali di jaga kebersihan tempat tidur, pakaian dan perlengkapan
penyakit dengan typhoid fever pada anak, karena makanan yang kurang
bersih dan bergizi akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita akan
semakin turun dan proses penyembuhan akan menjadi lama. Pada anak
berserat) dapat diberikan dengan aman pada anak yang mengalami typhoid
13
B. Hipertermia pada demam typoid
1. Pengertian
Pokja SDKI DPP PPNI, 2018). Hipertermia yaitu ketidakmampuan tubuh untuk
ketika individu mengalami atau berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh lebih
dari 37,8C (100F) per oral atau 38,8C (101F) per rektal yang sifatnya menetap
panas atau produksi panas yang berlebihan oleh tubuh dengan pelepasan panas
dalam laju yang normal. Kriteria hipertermi berdasarkan suhu tubuh meliputi
demam: jika bersuhu 37,50 C – 380 C. Febris: jika bersuhu 380 C – 390 C 3),
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal yang biasanya
disebabkan oleh infeksi akut pada saluran pencernaan (Nurkhasanah et al., 2019).
Beberapa tanda dan gejala pada hipertermi yaitu kenaikan suhu tubuh diatas
takikardi dan saat disentuh tangan terasa hangat. Manifestasi klinis hipertermia
2022):
14
a. Fase awal yang ditandai dengan peningkatan denyut jantung, peningkatan laju
dan kedalaman pernapasan, menggigil akibat tegangan dan kontraksi obat, kulit
pucat dan dingin karena vasokonstriksi, merasakan sensasi dingin, dasar kuku
& laju pernapasan, peningkatan rasa haus, dehidrasi ringan sampai berat,
kehilangan nafsu makan, kelemahan, keletihan dan nyeri ringan pada otot
c. Fase III pemulihan ditandai dengan kulit tampak merah dan hangat,
3. Penatalaksanaan hipertermia
a. Farmakologis
pada sistem saraf pusat (SSP) dan dengan menghambat kerja prostaglandin secara
perifer. Obat antipiretik antara lain asetaminofen, aspirin, kolin dan magnesium
salisilat, kolin salisilat, ibuprofen, salsalat dan obat-obat anti inflamasi nonsteroid
(NSAID). Asetaminofen merupakan obat pilihan, aspirin dan salisilat lain tidak
15
untuk menurunkan demam pada anak-anak yang berusia minimal 6 bulan. Hindari
minum air putih, istirahat, serta pemberian water tepid sponge. Penatalaksanaan
lainnya anak dengan demam adalah dengan menempatkan anak dalam ruangan
bersuhu normal dan mengusahakan agar pakaian anak tidak tebal (Nurkhasanah et
al., 2019).
C. Tepid Sponge
1. Pengertian
teknik kompres blok pada pembuluh darah besar superfisial dengan teknik seka
(Kusnanto et al., n.d.). Tujuan pemberian Tepid Sponge bertujuan untuk membuat
pembuluh darah tepi melebar dan mengalami vasodilatasi sehingga pori-pori akan
sebagai berikut:
a. Tahap persiapan
tepid sponge.
16
2) Persiapan alat meliputi ember atau baskom untuk tempat air hangat (35°C),
lap mandi/wash lap 6 buah, selimut mandi 1 buah, handuk mandi 1 buah,
b. Pelaksanaan
1) Beri kesempatan klien untuk buang air sebelum dilakukan tepid sponge.
2) Ukur suhu tubuh klien dan catat. Catat jenis dan waktu pemberian
4) Tutup tubuh klien dengan handuk mandi. Kemudian basahkan wash lap atau
lap mandi letakkan lap mandi di dahi, aksila, dan pangkal paha. Lap
6) Apabila wash lap mulai mengering maka rendam kembali dengan air hangat
7) Hentikan prosedur jika klien kedinginan atau menggigil atau segera setelah
suhu tubuh klien mendekati normal. Selimuti klien dengan selimut mandi
dan keringkan. Pakaikan klien baju yang tipis dan mudah menyerap
keringat.
typoid
teknik kompres blok pada pembuluh darah supervisial dengan teknik seka.
17
Alternatif kompres ini memanfaatkan media wash lap yang telah direndam air
hangat dalam jangka waktu tertentu. Pemanfaatan air hangat dalam teknik
kompres ini akan merangsang reseptor suhu perifer dikulit, untuk mengirimkan
panas tubuh melalui metode evaporasi dan konduksi ke lingkungan, dapat terjadi
menunjukkan rerata suhu tubuh anak sebelum diberikan tepid sponge mayoritas
Hipertermi > 40°C sebanyak 2 orang (6,3%). Rerata suhu tubuh anak sesudah
orang (43,8%). Ada pengaruh yang signifikan antara pemberian tepid sponge
terhadap penurunan demam pada anak usia 1-5 tahun di Rumah Sakit Umum
Lingkar Barat Kota Bengkulu juga menunjukkan ada hubungan signifikan antara
sebelum dilakukan terapi tepid sponge dan setelah dilakukan terapi tepid sponge
pada responden (anak) yang mengalami demam (Iskandar & Indaryani, 2022).
18
D. Asuhan Keperawatan
Menurut Potter (2011) proses asuhan keperawatan terdiri dari lima tahapan
yang meliputi:
1. Pengkajian
perawatan pasien tersebut. Pengkajian adalah suatu langkah pertama yang akan
dilakukan agar mendapatkan data dasar dan semua informasi yang diperlukan
a. Identitas
memastikan bahwa klien yang diperiksa itu benar yang dimaksud dan tidak ada
kekeliruan.
2) Identitas penanggung jawab: nama orang tua, umur, jenis kelamin, pekerjaan,
b. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan oleh pasien, sehingga menjadi
alasan mengapa pasien dibawa ke rumah sakit, dan keluhan utama pada kasus
19
c. Riwayat kesehatan sekarang
berapa hari demam terjadi, karakteristik demam (pagi hari, siang hari, malam
hari, atau sepanjang hari), dan keluhan lain yang dirasakan pada saat demam
Apakah klien pernah dirawat dengan penyakit yang sama atau tidak. apakah
klien pulang dengan keadaan sehat atau masih sakit. apakah klien memiliki
Apakah keluarga ada yang memiliki riwayat penyakit yang sama seperti yang
diderita klien saat ini. Riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi, DM,
jantung.
f. Riwayat imunisasi
seperti BCG, difteri, pertussis, tetanus, polio dan campak atau tambahan
1) Pertumbuhan fisik
dan lingkar kepala. Sedangkan lingkar lengan dan lingkar dada baru
20
2) Perkembangan anak
kemandirian.
2) Pola nutrisi/metabolic
Kaji makanan yang dikonsumsi oleh klien, porsi sehari, jenis makanan, dan
volume minuman perhari, makanan kesukaan sebelum di rumah sakit dan saat
3) Pola eliminasi
Kaji frekuensi BAB dan BAK, ada nyeri atau tidak saat BAB/BAK dan warna
Kaji kemampuan klien saat beraktivitas dan dapat melakukan mandiri, dibantu
atau menggunakan alat seperti makan dan minum, mandi, toileting, berpakaian
dan berpindah. (0: Mandiri, 1: Alat bantu, 2: Dibantu orang lain, 3: Dibantu
21
5) Pola tidur dan istirahat
Kaji pola istirahat, kualitas dan kuantitas tidur, kalau terganggu kaji
penyebabnya
6) Pola kognitif-perseptual
Pola persepsi diri perlu dikaji, meliputi; harga diri, ideal diri, identitas diri,
gambaran diri.
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah sakit.
Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab atau perubahan kapasitas fisik
Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, anak belum mampu untuk
pelaksanaan ibadah
22
i. Pemeriksaan fisik
Inspeksi: Kepala simetris kiri dan kanan, tidak ada pembesaran pada kepala.
2) Mata
Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik. mata tampak simetris kiri dan
kanan.
3) Telinga
Inspeksi: Simetris telinga kiri dan kanan, terlihat bersih tanpa serumen.
telinga tampak simetris kiri dan kanan, tidak ada tampak pembengkakan.
Palpasi: Tidak ada nyeri pada daun telinga, pembengkakan pada daun telinga
tidak ada.
4) Hidung
polip..
Palpasi: Tidak adanya nyeri saat diraba pada hidung, pembengkakan tidak
ada.
5) Mulut
Inspeksi: terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan pecah-
23
pecah. Lidah tertutup selaput kotor yang biasanya berwarna putih, sementara
Palpasi: Tidak ada nyeri pada mulut, tidak adanya pembengkakan pada mulut
6) Leher
Palpasi: Tidak teraba nodul pada leher, tidak terjadi pembengkakan, apakah
terjadi pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe ada pembesaran atau tidak
7) Paru-paru
Inspeksi: Simetris kiri dan kanan, tidak adanya lesi, ada atau tidaknya retrasi
8) Jantung
Inspeksi: Iktus kordis terlihat atau tidak, lesi di area jantung atau tidak,
Palpasi: Pada area ICS II, ICS V kiri, dan Area midclavicula untuk
Perkusi: Redup
Auskultasi: Normalnya bunyi jantung 1 lebih tinggi dari pada bunyi jantung
II, tidak adanya bunyi tambahan seperti mur-mur.S2 (dub) terdengar pada
ICS II ketika katup aorta dan pulmonal menutup pada saat awal sistolik,
terdengar suatu split yang mengakibatkan dua suara katup, ini diakibatkan
24
penutupan aorta dan pulmonal berbeda pada waktu respirasi.S1( lub)
terdengar pada ICS V ketika katup mitral dan katup trikuspidalis tetutup pada
saat awal sistolik. Terdengar bagus pada apex jantung dan didengar dengan
9) Abdomen
Perkusi: Tympani
10) Ekstremitas
Inspeksi: tidak adanya pembengkakan pada ektremitas atas dan bawah, tidak
ada luka
j. Pemeriksaan penunjang
2. Diagnosa Keperawatan
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
prioritas yang dikupas tuntas dalam karya ilmiah ini adalah hipertermia.
Hipertermia merupakan suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh (Tim
25
Hipertermia (D.0130) termasuk kedalam kategori lingkungan dengan
masalah kesehatan. Tanda/gejala mayor dan minor dapat ditemukan dan divalidasi
pada klien. Diagnosis aktual, indikator diagnostiknya terdiri atas penyebab dan
yaitu masalah (P) berhubungan dengan penyebab (E) dibuktikan dengan tanda
gejala (S), jadi perumusan diagnosis dalam penelitian ini menjadi hipertermia
Gejala dan tanda mayor dari hipertermia yaitu sebagai berikut (Tim pokja SDKI
Kondisi klinis terkait pada hipertermia yaitu proses infeksi, hipertiroid, stroke,
3. Intervensi Keperawatan
diagnosis keperawatan. Pada langkah ini, perawat menetapkan tujuan dan kriteria
26
Indonesia (SIKI). Perencanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan
Tabel 1
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Diagnosa Hipertermia
4. Implementasi Keperawatan
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
27
sudah direncanakan pada tahapan sebelumnya. Implementasi utama yang diangkat
dalam laporan ini adalah pemberian tepid sponge sebagai salah satu upaya untuk
4. Evaluasi Keperawatan
standar ini menjelaskan definisi dan kriteria hasil keperawatan yang dituju sesuai
dengan diagnosis keperawatan yang diangkat. Menurut tujuan dan kriteria hasil
yang diharapkan setelah tindakan yang diberikan untuk hipertermia dengan luaran
28