Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM THYPOID

OLEH

NUSRIAH NURDIN,S.KEP, NS
DEMAM THYPOID

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Demam Thypoid atau thypoid fever ialah suatu sindrom sistemik yang
terutama disebabkan oleh salmonella typhi. Demam tifoid merupakan jenis
terbanyak dari salmonelosis. Jenis lain dari demam enterik adalah demam
paratifoid yang disebabkan oleh S. Paratyphi A, S. Schottmuelleri (semula S.
Paratyphi B), dan S. Hirschfeldii (semula S. Paratyphi C). Demam tifoid
memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan demam enterik yang lain
(Widagdo, 2011, hal: 197). Menurut Ngastiyah (2005, hal: 236) Tifus abdominalis
(demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan demam lebih dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan,dan gangguan kesadaran.
Menurut Soedarto (2009, hal: 128) Penyakit infeksi usus yang disebut juga
sebagai Tifus abdominalis atau Typhoid Fever ini disebabkan oleh kuman
Salmonella typhiatauSalmonella paratyphi A, B, dan C. Demam tifoid merupakan
masalah kesehatan yang penting di Indonesia maupun di daerahdaerah tropis dan
subtropis di seluruh dunia. Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
penyakit demam tifoid atau tifus abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut
yang menyerang manusia khususnya pada saluran pencernaan yaitu pada usus
halus yang disebabkan oleh kuman salmonella typhi yang masuk melalui makanan
atau minuman yang tercemar dan ditandai dengan demam berkepanjangan lebih
dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan, dan lebih diperburuk
dengan gangguan penurunan kesadaran.
2. Etiologi
Menurut Widagdo (2011, hal: 197) Etiologi dari demam Thypoid adalah
Salmonella typhi, termasuk genus Salmonella yang tergolong dalam famili
Enterobacteriaceae. Salmonella bersifat bergerak, berbentuk spora, tidak
berkapsul, gram (-). Tahan terhadap berbagai bahan kimia, tahan 8 beberapa hari /
minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan makanan kering, bahan farmasi,
dan tinja. Salmonella mati pada suhu 54,4º C dalam 1 jam atau 60º C dalam 15
menit. Salmonella mempunyai antigen O (somatik) adalah komponen dinding sel
dari lipopolisakarida yang stabil pada panas dan antigen H (flagelum) adalah
protein yang labil terhadap panas. Pada S. typhi, juga pada S. Dublin dan S.
hirschfeldii terdapat antigen Vi yaitu polisakarida kapsul.
3. Patofisiologi
Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam
lambung oleh asam lambung. Sebagian kuman lagi masuk ke usus halus, ke
jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang usus halus. Kemudian kuman
masuk ke peredaran darah (bakterimia primer), dan mencapai sel-sel retikulo
endoteleal, hati, limpa dan organ lainnya.Proses ini terjadi dalam masa tunas dan
akan berakhir saat sel-sel retikulo endoteleal melepaskan kuman ke dalam
peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya
kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh terutama limpa, usus, dan
kandung empedu (Suriadi &Yuliani, 2006, hal: 254).
Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks player. Ini terjadi pada
kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu
ketiga terjadi ulserasi plaks player. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan
ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan,
bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar-kelenjar mesentrial dan
limpa membesar. Gejala demam disebabkan oleh endotoksil, sedangkan gejala
pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus (Suriadi
&Yuliani, 2006, hal: 254).
4. Manifestasi Klinik
Menurut Ngastiyah (2005, hal: 237) Gambaran klinik demam tifoid pada anak
biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Penyakit ini masa tunasnya 10-20
hari, tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan. Sedangkan jika melalui
minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi 9 mungkin ditemukan
gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan
tidak bersemangat, nafsu makan berkurang. Gambaran klinik yang biasa
ditemukan menurut Ngastiyah (2005, hal: 237) adalah:
a. Demam Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris
remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama seminggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat lagi pada sore hari dan malam hari. Dalam minggu kedua, pasien
terus berada dalam keadaan demam. Pada minggu ketiga, suhu berangsur-
angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga
b. Gangguan pada saluran pencernaan Pada mulut terdapat nafas berbau tidak
sedap, bibir kering, dan pecahpecah (ragaden), lidah tertutup selaput putih
kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor.
Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus), hati
dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya sering terjadi
konstipasi tetapi juga dapat terjadi diare atau normal
c. Gangguan kesadaran Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak
dalam yaitu apatis sampai samnolen, jarang terjadi sopor, koma atau gelisah
kecuali penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan. Di samping
gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota
gerak dapat ditemukan roseola yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli
basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama yaitu
demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardi dan epitaksis pada anak
dewasa
d. Relaps Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit tifus abdominalis,
akan tetapi berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua
setelah suhu badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. 10 Menurut
teori relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak
dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti. Mungkin terjadi pada
waktu penyembuhan tukak, terjadi invasi basil bersamaan dengan
pembentukan jaringan fibrosis.
5. Pemeriksaan penunjang
Menurut Suriadi & Yuliani (2006, hal: 256) pemeriksaan penunjang demam
tifoid adalah:
a. Pemeriksaan darah tepi Leukopenia, limfositosis, aneosinofilia, anemia,
trombositopenia
b. Pemeriksaan sumsum tulang Menunjukkan gambaran hiperaktif sumsum
tulang
c. Biakan empedu Terdapat basil salmonella typhosa pada urin dan tinja. Jika
pada pemeriksaan selama dua kali berturut-turut tidak didapatkan basil
salmonella typhosa pada urin dan tinja, maka pasien dinyatakan betulbetul
sembuh
d. Pemeriksaan widal Didapatkan titer terhadap antigen 0 adalah 1/200 atau
lebih, sedangkan titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak
bermakna untuk menegakkan diagnosis karema titer H dapat tetap tinggi
setelah dilakukan imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh.
6. Komplikasi
Menurut Widagdo (2011, hal: 220-221) Komplikasi dari demam tifoid dapat
digolongkan dalam intra dan ekstra intestinal
a. Komplikasi intestinal diantaranya ialah :
1) Perdarahan Dapat terjadi pada 1-10 % kasus, terjadi setelah minggu
pertama dengan ditandai antara lain oleh suhu yang turun disertai dengan
peningkatan denyut nadi.
2) Perforasi usus 11 Terjadi pada 0,5-3 % kasus, setelah minggu pertama
didahului oleh perdarahan berukuran sampai beberapa cm di bagian distal
ileum ditandai dengan nyeri abdomen yang kuat, muntah, dan gejala
peritonitis.
b. Komplikasi ekstraintestinal diantaranya ialah :
1) Sepsis Ditemukan adanya kuman usus yang bersifat aerobik
2) Hepatitis dan kholesistitis Ditandai dengan gangguan uji fungsi hati, pada
pemeriksaan amilase serum menunjukkan peningkatan sebagai petunjuk
adanya komplikasi pankreatitis
3) Pneumonia atau bronkhitis Sering ditemukan yaitu kira-kira sebanyak 10
%, umumnya disebabkan karena adanya superinfeksi selain oleh
salmonella
4) Miokarditis toksik Ditandai oleh adanya aritmia, blok sinoatrial, dan
perubahan segmen ST dan gelombang T, pada miokard dijumpai infiltrasi
lemak dan nekrosis
5) Trombosis dan flebitis Jarang terjadi, komplikasi neurologis jarang
menimbulkan gejala residual yaitu termasuk tekanan intrakranial
meningkat, trombosis serebrum, ataksia serebelum akut, tuna wicara, tuna
rungu, mielitis tranversal, dan psikosis
6) Komplikasi lain Pernah dilaporkan ialah nekrosis sumsum tulang, nefritis,
sindrom nefrotik, meningitis, parotitis, orkitis, limfadenitis, osteomilitis,
dan artritis
7. Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah (2005, hal: 239) & Ranuh (2013, hal: 184-185) pasien
yang dirawat dengan diagnosis observasi tifus abdominalis harus dianggap dan
diperlakukan langsung sebagai pasien tifus abdominalis dan diberikan pengobatan
sebagai berikut :
a. Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan ekskreta
b. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang
lama, lemah, anoreksia, dan lain-lain
c. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal
kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh
berdiri kemudian berjalan di ruangan
d. Diet Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein.
Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan
tidak menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Apabila kesadaran pasien
menurun diberikan makanan cair, melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan
nafsu makan anak baik dapat juga diberikan makanan lunak.
e. Pemberian antibiotik Dengan tujuan menghentikan dan mencegah penyebaran
bakteri. Obat antibiotik yang sering digunakan adalah :
1) Chloramphenicol dengan dosis 50 mg/kg/24 jam per oral atau dengan dosis
75 mg/kg/24 jam melalui IV dibagi dalam 4 dosis. Chloramphenicol dapat
menyembuhkan lebih cepat tetapi relapse terjadi lebih cepat pula dan obat
tersebut dapat memberikan efek samping yang serius
2) Ampicillin dengan dosis 200 mg/kg/24 jam melalui IV dibagi dalam 6
dosis. Kemampuan obat ini menurunkan demam lebih rendah
dibandingkan dengan chloramphenicol
3) Amoxicillin dengan dosis 100 mg/kg/24 jam per os dalam 3 dosis d.
Trimethroprim-sulfamethoxazole masing-masing dengan dosis 50 mg
SMX/kg/24 jam per os dalam 2 dosis, merupakan pengobatan klinik yang
efisien
4) Kotrimoksazol dengan dosis 2x2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg
sulfamethoxazole dan 800 mg trimethroprim. Efektivitas obat ini hampir
sama dengan chloramphenicol.

8. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang biasanya muncul pada demam tifoid menurut Nnda NICNOC
(2014) adalah sebagai berikut:
a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat
c. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan malabsorbsi nutrien
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
DAFTAR PUSTAKA

Internasional, NANDA,(2012). Diagnosis Keperawatan Difinisi dan


Klasifikasi(2012- 2014). Jakarta : EGC

Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC

Ranuh, IG.N. Gde, 2013, Beberapa Catatan Kesehatan Anak, Jakarta: CV


Sagung Seto

Soedarto, 2009, Penyakit Menular di Indonesia, Jakarta: CV Sagung Seto

Suriadi & Yuliani, R., 2006, Asuhan Keperawatan Pada Anak,Jakarta: PT.
Percetakan Penebar Swadaya,

Widagdo, 2011, Masalah & TataLaksana Penyakit Infeksi Pada Anak, Jakarta:
CV Sagung Seto.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN “D“ DENGAN

KASUS HIPERTENSI DIRUANGAN KAMAR PRIA I

PUSKESMAS MA’RANG

OLEH:

NUSRIAH NURDIN,S.KEP, NS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN“U”

Tanggal masuk: 22-03-2022

Tanggal pengkajian: 22-03-


2022

No. Rekam Medis:040338

Puskesmas: Puskesmas
Ma’rang

Diagnose Medis: Demam


Thypoid

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Nama : Tn Y
b. Usia : 26 tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Tanggal Masuk : 22 Maret 2022
e. Pekerjaan : Wiraswasta
f. Alamat : Attangsalo
g. Suku/bangsa : Bugis
h. Agama : Islam
i. Tingkat pendidikan : SMA

B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama: Demam
2. Riwayat keluhan utama
Klien masuk puskesmas tanggal 22-03-2022 dengan keluhan lemas,demam, sakit
kepala, sakit seluruh badan, mengiggil

C. Riwayat kesehatan dahulu


Klien belum pernah di rawat di puskesmas sebelumnya, klien mempunyai riwayat
faringitis sejak 3 bulan yang lalu, dan melakukan rawat jalan.

D. Riwayat kesehatan keluarga


a. Penyakit keturunan: tidak ada
b. Tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita seperti: alergi, asma, TBC,
hipertensi, jantung, anemia, DM, kanker, arthritis dan jiwa.
c. Genogram

X ?
? X

? ? ?

63
614

28 26

Ket:
: laki-laki
: perempuan
: klien
X : meninggal
? : umur tidak diketahui
--- : tinggal serumah
G1: Kakek dari ayah dan nenek dari ibu klien sudah meninggal
G2: saudara ayah dan ibu klien masih hidup dalam keadaan sehat
G3: klien yang menderita penyakit

E. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum: lemah
2. Tanda-tanda vital
TD: 110/80 mmHg
N: 82x/menit
S: 38,2°C
P: 20x/i
3. Berat badan: 50 kg
4. Panjang badan : 165 cm
5. Lingkar Perut: 84 cm
6. Pendengaran
Klien dapat mendengar dengan normal,fungsi telinga kiri dan kanan baik,tidak
memakai alat bantu pendengaran,tidak ada gangguan pendengaran
7. Penglihatan
Klien dapat melihat dengan normal, tidak memakai alat bantu penglihatan,
konjungtiva tidak ananemis, sklera tidak ikterik, pupil isokhor 2/2mm, tidak ada
kebutaan dan tidak ada katarak
8. Pengecapan
Klien mengatakan pengecapannya terasa pahit, lidah kotor, tampak putih.
9. Penghidu
Sistem presepsi sensori penghidu klien baik dan normal,tidak terdapat gangguan
penghidu
10. Peraba
sistem presepsi sensori perabaan klien baik dan normal,tidak terdapat gangguan
sistem presepsi sensori perabaan.
11. Sistem Pernafasan
Klien tidak mempunyai riwayat bronkitis, asma, tuberkolusis, emfisema,
pneumonia, tidak merokok, suara nafas bersih, menggunakan otot asesoris, tidak
ada nafas cuping hidung, fremitus teraba simetris antara kanan dan kiri, tidak
sianosis. Pengembangan paru simetris, irama teratur
12. Sistem Kardiovaskuler
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 82x/menit
Suhu : 38,2°C
Irama : teratur
Kekuatan : kuat
Akral : hangat
Pengisian kapiler : < 2 detik
Edema : Tidak ada
13. Sistem Saraf Pusat
Kesadaran :Composmetis
GCS :15 E3 M6 V5
Bicara : normal
Pupil : isokor ukuran kanan/kiri :2/2
Orientasi waktu ; Klien dapat menyebutkan waktu dengan baik yaitu saat
pengkajian waktu pagi.
Orientasi orang : Klien dapat menyebutkan nama diri sendiri dan mengenali orang-
orang di sekelilingnya.
Orientasi tempat : Klien mengetahui bahwa dia berada di puskesmas.
14. Sistem Gastrointestinal
Kehilangan selera makan : klien mengatakan selera makan berkurang.
Mual/Muntah: klien tidak mual muntah
Alergi :tidak ada alergi makanan
Masalah mengunyah atau menelan : tidak ada
Berat badan biasa sebelum sakit : 52 kg
Berat badan setelah sakit : 50 kg
perubahan berat badan : -Berat badan sekarang : 50 kg
Tinggi badan : 165 cm
Bentuk badan : normal
Turgor kulit : lembab
Mukosa : lembab
15. Sistem Moskuloskeletal
Rentang gerak : terbatas
Keseimbangan cara berjalan : tegap
Kemampuan memenuhi ADL :dibantu
Kekuatan otot : 5 5 5 5
16. Sistem Intergumen
Warna kulit : putih
Turgor kulit : Baik/ lembab
Memar : Tidak ada
Lain : -
17. Riwayat Immunisasi
a. BCG: tuntas
b. DPT: tuntas
c. Polio: tuntas
d. Campak: tuntas
e. Hepatitis: tidak pernah
18. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Pertumbuhan Fisik
- Berat badan : Tidak tahu
- Tinggi badan : Tidak tahu
- Waktu tumbuh gigi : Lupa, bulan, Tanggal gigi: Belum
b. Perkembangan Tiap tahap
- Berguling : Ibu klien mengatakan lupa
- Duduk: Ibu klien mengatakan lupa
- Merangkap: Ibu klien mengatakan lupa
- Berdiri Ibu klien mengatakan lupa
- berjalan 1 Tahun
- Senyum kepada orang lain pertama kali : Ibu klien mengatakan lupa
- bicara pertama kali: Ibu klien mengatakan lupa
- Berpakaian tanpa bantuan: Ibu klien mengatakan lupa
F. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
WBC 13.4 10 9/1 3.5 : 10.0
GRA% 86.7 % 35.0: 80.0
MID% 3.3 % 2.0 : 15.0
LYM% 10.0 % 15.0 : 50.0
GRAN 11.6 10 9/1 1.2 : 8.0
MID 0.5 10 9/1 0.1 : 1.5
LYM 1.3 10 9/1 0.5 : 5.0

RBC 5.07 10 12/1 3.50 : 5.50


HGB 14.4 g/d1 11.5 : 16.5
MCV 81.6 f1 75.0 : 100.0
HCT 41.4 % 35.0 : 55.0
MCH 28.3 pg 25.0 : 35.0
MCHC 34.7 g/d1 31.0 : 38.0
RDW% 11.9 % 11.0 : 16.0

PLT 231 10 9/1 100 : 400


MPV 8.0 f1 8.0 : 11.0

Widal/tes tifoid IgG/Igm (+) positif

Terapi saat ini:

KU lemah kes composmentis

Infus RL 24 tpm, ibuprofen, amox, B com, antasida, dexa, cotri


KLASIFIKASI DATA

Data subjektif

 Klien mengatakan demam


 Klien mengatakan sakit kepala
 Klien mengatakan lemas
 Klien mengatakan mengatakan kurang nafsu makan
 Klien mengatakan porsi makan tidak dihabiskan
 Klien mengatakan lidah terasa pahit
 Klien mengatakan sakit seluruh badan
 Klien mengatakan mengiggil

Data subjektif

 Klien tampak lemah


 Klien tampak lemas
 Klien tampak gelisah
 Akral hangat
 Wajah klien tampak meringis
 Porsi makan tidak habis
 Tanda-tanda vital
TD: 110/80 mmHg
N: 82x/menit
S: 38,2°C
P: 20x/i
BB: 50 kg
TB: 165 cm
LP: 84 cm
ANALISA DATA

N Data Etologi Masalah


o
Bakterimasuk ke aliran darah
1 Ds: ↓ Nyeri akut
 Klien mengatakan inflamasi hati & limfa
sakit kepala ↓
 Klien mengatakan Mengaktifkan mediator kimia (Histamin
sakit seluruh badan dan bradikinin)
 Skala nyeri 5 ↓
Do: Menstimulasi pelepasan prostaglandin
 Klien tampak lemah di hipotalamus
 Wajah klien tampak ↓
meringis Nyeri dipersepsikan(nyeri kolik)
 Tanda-tanda vital ↓
Nyeri akut
TD: 110/80 mmHg
N: 82x/menit
S: 38,2°C
P: 20x/i
2 Ds: Bakteri masuk kedalam aliran darah Hipertermia
 Klien mengatakan ↓
demam Bakteri mengeluarkan endotoksin
 Klien mengatakan ↓
lemas Hipotalamus
 Klien mengatakan ↓
mengiggil Hipertermi

Do:
 Klien tampak lemah
 Klien tampak lemas
 Klien tampak
gelisah
 Akral hangat
 Tanda-tanda vital
TD: 110/80 mmHg
N: 82x/menit
S: 38,2°C
P: 20x/i
3 Ds: Bakteri salmonella thypi Nutrisi kurang dari
 Klien mengatakan ↓ kebutuhan tubuh
mengatakan tidak Masuk lewat makanan
nafsu makan ↓
 Klien mengatakan Saluran pencernaan
porsi makan tidak ↓
dihabiskan Lambung
 Klien mengatakan ↓
lidah terasa pahit Nafsu makan menurun

Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
Do: tubuh
 Klien tampak lemah
 BB sebelum sakit :
52 kg dan saat sakit
BB : 50kg.
Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Rencana


Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri akut berhubungan Masalah nyeri 1. Kaji skala nyeri, 1. Pasien
dengan agen cedera biologis teratasi Tujuan : daerah, kualitas, biasanya
(imflamsi hati) ditandai Setelah dilakukan dan waktu. melaporkan
dengan: tindakan 2. Observasi tanda- nyeri yang
Ds: keperawatan tanda vital : terdapat pada
 Klien mengatakan sakit selam 3x24 jam tekanan darah, ekstremitas
kepala diharapkan nyeri nadi, suhu, dan atau daerah
 Klien mengatakan sakit pasien dapat pernapasan. kepala yang
seluruh badan berkurang/hilang 3. Beri tindakan dapat terjadi
 Skala nyeri 5 dengan kriteria non farmakologi hilang timbul’
Do: hasil : untuk 2. Mengetahui
 Klien tampak lemah  Klien menghilangkan perubahan
 Wajah klien tampak melaporkan nyeri, misalnya keadaan pasien
meringis nyeri atau kompres dingin secara umum.
 Tanda-tanda vital ketidaknyama pada dahi, pijat 3. Tindakan yang
nan punggung dan menurunkan
TD: 110/80 mmHg
hilang/terkontr leher, tenang, tekanan
N: 82x/menit
ol redupkan lampu vaskular
S: 38,2°C
 Skala nyeri 2 kamar, tehknik serebral dan
P: 20x/i
(ringan) relaksasidistraks yang
i dan aktivitas memperlambat/
waktu memblok
senggang). respon simpatis
4. Kolaborasi efektif dalam
pemberian obat menghilangkan
dari dokter sakit kepala
dankomplikasi
nya
4. Menurunkan
atau
mengontrol
nyeri dan
menurunkan
rangsangan
saraf simpatis.

2 Hipertermia berhubungan Thermoregulation 1. Pantau suhu 1. Untuk


proses infeksi Kriteria Hasil : dan tanda- mengetahui
(penyakit)ditandai dengan :  Suhu tubuh tanda vital tingkat
dalam rentang lainnya tekanan
Ds:
normal (tekanan darah, darah, nadi
 Klien mengatakan
 Nadi dan RR nadi dan dan
demam
dalam rentang pernapasan pernapasan
 Klien mengatakan lemas 2. Anjurkan klien 2. Mengetahui
normal
 Klien mengatakan Kompres air perubahan
 Tidak ada
mengiggil hangat pada keadaan
perubahan
warna kulit lipat paha dan pasien secara
Do: aksila umum.
 Klien tampak lemah 3. Berikan cairan 3. Mengetahui
 Klien tampak lemas intravena perubahan
 Klien tampak gelisah 4. Kolaborasi keadaan
 Akral hangat pemberian pasien secara
 Tanda-tanda vital terapi umum.
TD: 110/80 mmHg antipiretik, 4. Menurunkan
N: 82x/menit antibiotik atau atau
S: 38,2°C agen anti mengontrol
P: 20x/i menggigil nyeri dan
menurunkan
rangsangan
saraf
simpatis.
3 Nutrisi kurang dari Kebutuhan nutrisi 1. Kaji 1. Mengetahui
kebutuhan berhubungan terpenuhi kriteria: tingkatpemenuh tingkat nutrisi
dengan intake yang tidak  Nafsu makan an kebutuhan dan pola nutrisi
adekuat ditandai dengan : membaik nutrisi klien 2.Agar kebutuhan
Ds:  Porsi makan 2. Berikan makan terpenuhi
 Klien mengatakan dihabiskan dalam porsi 3. Membantu
mengatakan tidak nafsu sedikit tapi meningkatkan
makan sering selera makan
 Klien mengatakan porsi 3. Sajikan 4.Untuk
makan tidak dihabiskan makanan mengetahui
 Klien mengatakan lidah bervariasi adanya
terasa pahit 4. Observasi BB perubahan BB
sebelum sakit pada saat sakit
Do: dan selama sakit
 Klien tampak lemah
 BB sebelum sakit : 52 kg
dan saat sakit BB : 50kg.
CATATAN PERKEMBANGAN

No Hari/tanggal waktu Implementasi Evaluasi


1 Selasa/ 22-03- 09:00 1. Mengkaji skala nyeri, daerah, S: klien mengatakan
2022 Wita dan waktu. sakit kepala
H: klien mengatakan nyeri
dengan skala 5, klien O: klien tampak lemah
mengatakan lokasi nyeri Klien tampak meringis
dikepala, klien mengatakan sakit
kepalanya timbul saat duduk. A: Masalah belum
2. Melakukan Observasi tanda- teratasi
tanda vital : tekanan darah, nadi,
suhu, dan pernapasan. P: lanjutkan intervensi
H:
Tanda-tanda vital
TD: 110/80 mmHg
N: 82x/menit
S: 38,2°C
P: 20x/i
3. Memberikan tindakan non
farmakologi untuk
menghilangkan nyeri berupa
pijat punggung dan leher
H:klien mengatakan nyeri
berkurang dengan tindakan yang
diberikan yaitu pijat punggung
dan leher
4. mengkolaborasi pemberian obat
dari dokter
H: ibuprofen, amox, B com,
antasida, dexa

2 Selasa/22-03- 11:00 1. Memantau suhu dan tanda- S:


2022 wita tanda vital lainnya (tekanan  Klien mengatakan
darah, nadi dan pernapasa demam
H:  Klien mengatakan
TD: 115/78 mmHg lemas
N: 82x/menit  Klien mengatakan
S: 38,5°C mengiggil
P: 20x/i
2. Menganjurkan klien Kompres O:
air hangat pada lipat paha dan  Klien tampak
aksila lemah
H: klien tampak terpasan  Klien tampak lemas
kompres pada dahi dan axila  Klien tampak
3. Memberikan cairan intravena gelisah
H: terpasang cairan RL
 Akral hangat
4. Mengkolaborasi pemberian
terapi antipiretik, antibiotik atau
A: masalah belum
agen anti menggigil teratasi
H: ibuprofen, amox, B com,
antasida, dexa P: lanjutkan intervensi

3 Selasa/ 22-03- 13:00 1. Kaji tingkat S: klien mengatakan


2022 Wita pemenuhankebutuhan nutrisi tidak mau makan
klien
H: klien mengatakan biasanya O: porsi makan tidak
makan 3x sehari dihabiskan
1. Memberikan makanan dalam
porsi keciltapi sering A: masalah belum
H: klien tidak menghabiskan teratasi
porsi makan
2. Menyajikan makanan bervariasi P: lanjutkan intervensi
H: klien diberikan bubur dan
telur
3. Mengobservasi BB sebelum
sakit dan selama sakit
H: berat badan tetap
4 Rabu /23-03- 09:00 1. Mengkaji skala nyeri, daerah, S: klien mengatakan
2022 wita dan waktu. masih sakit kepala
H: klien mengatakan nyeri
dengan skala 3, klien O: klien tampak lemah
mengatakan lokasi nyeri
dikepala, klien mengatakan sakit A: Masalah belum
kepalanya timbul saat duduk. teratasi
2. Melakukan Observasi tanda-
tanda vital : tekanan darah, nadi, P: lanjutkan intervensi
suhu, dan pernapasan.
H:
Tanda-tanda vital
TD: 110/80 mmHg
N: 80x/menit
S: 37,3°C
P: 20x/i
3. Memberikan tindakan non
farmakologi untuk
menghilangkan nyeri berupa
pijat punggung dan leher
H:klien mengatakan nyeri
berkurang dengan tindakan yang
diberikan yaitu pijat punggung
dan leher
4. Mengkolaborasi pemberian obat
dari dokter
H: ibuprofen, amox, B com,
antasida, dexa
5 Rabu /23-03- 11:30 1. Memantau suhu dan tanda- S: Klien mengatakan
2022 wita tanda vital lainnya (tekanan masih demam
darah, nadi dan pernapasa
H:
TD: 100/80 mmHg O: Klien tampak masih
N: 80x/menit lemah
S: 37,1°C
P: 20x/i A: masalah sebagian
2. Menganjurkan klien Kompres teratasi
air hangat pada lipat paha dan
aksila P: lanjutkan intervensi
H: klien tampak terpasang
kompres pada dahi dan axila
3. Memberikan cairan intravena
H: terpasang cairan RL
4. Mengkolaborasi pemberian
terapi antipiretik, antibiotik atau
agen anti menggigil
H: ibuprofen, amox, B com,
antasida, dexa

6 Rabu /23-03- 14:30 1. Kaji tingkat S: klien mengatakan


2022 wita pemenuhankebutuhan nutrisi suadah makan
klien
H: klien mengatakan sudah O: Klien tampak
makan 3x sehari membaik
2. Memberikan makanan dalam
porsi keciltapi sering A: masalah teratasi
H: klien menghabiskan porsi
makan P: pertahankan
3. Menyajikan makanan bervariasi intervensi
H: klien diberikan bubur dan
telur
4. Mengobservasi BB sebelum
sakit dan selama sakit
H: berat badan tetap
7 Kamis /24-03- 07:00 1. Mengkaji skala nyeri, daerah, S: klien mengatakan
2022 wita dan waktu. sudah tidak sakit
H: klien mengatakan nyeri kepala
dengan skala 0
2. Melakukan Observasi tanda- O: klien tampak baik
tanda vital : tekanan darah, nadi,
suhu, dan pernapasan. A: Masalahteratasi
H:
Tanda-tanda vital P: hentikan intervensi
TD: 120/80 mmHg Acc pulang
N: 76x/menit
S: 36,1°C
P: 20x/i
3. Memberikan tindakan non
farmakologi untuk
menghilangkan nyeri berupa
pijat punggung dan leher
H:klien mengatakan nyeri sudah
hilang dengan tindakan yang
diberikan yaitu pijat punggung
dan leher
4. Mengkolaborasi pemberian obat
dari dokter
H: ibuprofen, amox, B com,
antasida, dexa

8 Kamis /24-03- 09:30 1. Memantau suhu dan tanda- S: klien mengatakan


2022 wita tanda vital lainnya (tekanan sudah tidak demam
darah, nadi dan pernapasa
H: O: Klien tampak
Tanda-tanda vital membaik
TD: 120/80 mmHg
N: 76x/menit A: masalah teratasi
S: 36,1°C
P: 20x/i P: hentikan intervensi
2. Menganjurkan klien Kompres klien acc pulang
air hangat pada lipat paha dan
aksila
H: sudah tidak demam
3. Memberikan cairan intravena
H: terpasang cairan RL
4. Mengkolaborasi pemberian
terapi antipiretik, antibiotik atau
agen anti menggigil
H: ibuprofen, amox, B com,
antasida, dexa

Anda mungkin juga menyukai