Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS DHF

Dosen Pembimbing : Jarot Sugiharta, A. Kep., M. Kes

Disusun oleh :

Anis Sri Hartanti

P1337420418034

II B

PRODI D III KEPERAWATAN BLORA

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2020
LAPORAN PENDAHULUAN DEMAM TYPOID
BAB l

1. DEFINISI
Demam Thypoid atau thypoid fever ialah suatu sindrom sistemik yang
terutama disebabkan oleh salmonella typhi. Demam tifoid merupakan jenis
terbanyak dari salmonelosis. Jenis lain dari demam enterik adalah demam
paratifoid yang disebabkan oleh S. Paratyphi A, S. Schottmuelleri (semula S.
Paratyphi B), dan S. Hirschfeldii (semula S. Paratyphi C). Demam tifoid
memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan demam enterik yang lain
(Widagdo, 2011, hal: 197). Menurut Ngastiyah (2005, hal: 236) Tifus
abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan demam lebih dari satu minggu,
gangguan pada pencernaan,dan gangguan kesadaran.
Menurut Soedarto (2009, hal: 128) Penyakit infeksi usus yang disebut
juga sebagai Tifus abdominalis atau Typhoid Fever ini disebabkan oleh kuman
Salmonella typhiatauSalmonella paratyphi A, B, dan C. Demam tifoid
merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia maupun di daerah-
daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia.
Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit demam
tifoid atau tifus abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang
menyerang manusia khususnya pada saluran pencernaan yaitu pada usus halus
yang disebabkan oleh kuman salmonella typhi yang masuk melalui makanan
atau minuman yang tercemar dan ditandai dengan demam berkepanjangan
lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan, dan lebih
diperburuk dengan gangguan penurunan kesadaran.

2. ETIOLOGI
Menurut Widagdo (2011, hal: 197) Etiologi dari demam Thypoid
adalah Salmonella typhi, termasuk genus Salmonella yang tergolong dalam
famili Enterobacteriaceae. Salmonella bersifat bergerak, berbentuk spora,
stidak berkapsul, gram (-). Tahan terhadap berbagai bahan kimia, tahan
beberapa hari / minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan makanan
kering, bahan farmasi, dan tinja. Salmonella mati pada suhu 54,4º C dalam 1
jam atau 60º C dalam 15 menit. Salmonella mempunyai antigen O (somatik)
adalah komponen dinding sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas dan
antigen H (flagelum) adalah protein yang labil terhadap panas. Pada S. typhi,
juga pada S. Dublin dan S. hirschfeldii terdapat antigen Vi yaitu polisakarida
kapsul.
3. TANDA DAN GEJALA

Masa tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30) hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal
tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas) (Mansjoer, Arif,  1999):
a.         Perasaan tidak enak badan
b.        Lesu
c.         Nyeri kepala
d.        Pusing
e.         Diare
f.         Anoreksia
g.         Batuk
h.        Nyeri otot

Menyusul gejala klinis yang lain demam yang berlangsung 3 minggu (Rahmad Juwono, 1996) 


a.     Demam
1.      Minggu I : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore
dan malam hari
2.      Minggu II: Demam terus
3.      Minggu III : Demam mulai turun secara berangsur - angsur.
b. Gangguan pada saluran pencernaan                       
1)      Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang
disertai tremor
2)      Hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan
3)      Terdapat konstipasi, diare
c.    Gangguan kesadaran          
1)      Kesadaran yaitu apatis–somnolen
2)      Gejala lain “Roseola” (bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit )
Demam  lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang malamnya
demam  tinggi.
a.        Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan merasa
lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.
b.        Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di hatidan limpa,
Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa mual.
Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya
keluar lagi lewat mulut.
c.        Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan
penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi
konstipasi (sulit buang air besar).
d.        Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing. Terjadinya
pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut.
e.        Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman dengan berbaring
tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali terjadi gangguan kesadaran.

4. PATOFISIOLOGI
Menurut (Suriadi, 2001) :

a.       Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung dan sebagian
lagi masuk ke usus halus (terutama di ileum bagian distal), ke jaringan limfoid dan berkembang biak
menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakterimia primer), dan
mencapai sel-sel retikula endotelial, hati, limpa dan organ-organ lainnnya.

b.      Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikula endotelial melepaskan
kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya
kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung empedu.

c.       Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar limfoid
usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada
minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat
menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar-kelenjar
mesentrial dan limpa membesar.

d.      Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaan
disebabkan oleh kelainan pada usus halus.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium (Rahmad Juwono, 1996) :

a.       Pemeriksaan darah tepi : dapat ditemukan leukopenia,limfositosis relatif, aneosinofilia,


trombositopenia, anemia.

b.      Biakan empedu : basil salmonella typhii ditemukan dalam darah penderita biasanya dalam
minggu pertama sakit.
c.        Pemeriksaan WIDAL - Bila terjadi aglutinasi 1/200³ - Diperlukan  titer anti bodi terhadap
antigeno yang bernilai   4 kali antara masa akut dan konvalesene mengarah³atau
peningkatan  kepada demam typhoid.

d.      Pemeriksaan darah

d)     Pemeriksaan darah untuk kultur (biakan empedu)

Salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah penderita pada minggu pertama sakit, lebih
sering ditemukan dalam urine dan feces dalam waktu yang lama.

e)      Pemeriksaan widal

Pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan yang dapat menentukan diagnosis thypoid abdominalis
secara pasti. Pemeriksaan ini perlu dikerjakan pada waktu masuk dan setiap minggu berikutnya.
(diperlukan darah vena sebanyak 5 cc untuk kultur dan widal)

e.       Pemeriksaan sumsum tulang belakang

Terdapat gambaran sumsum tulang belakang berupa hiperaktif Reticulum Endotel System (RES)
dengan adanya sel makrofag.

KOMPLIKASI

Komplikasi dapat dibagi dalam (Patriani Sarasan, 2008) :

a.       Komplikasi intestinal

1)     Perdarahan usus
2)     Perforasi usus
3)     Ileus paralitik

b.      Komplikasi ekstra intestinal

1)     Kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis) miokarditis, trombosis,


dan tromboflebitie.
2)     Darah : anemia hemolitik, tromboritopenia, sindrom uremia hemolitik
3)     Paru : pneumonia, empiema, pleuritis.
4)     Hepar dan kandung empedu : hipertitis dan kolesistitis.
5)     Ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.
6)     Tulang : oeteomielitis, periostitis, epondilitis, dan arthritis.
7)     Neuropsikiatrik : delirium, meningiemus, meningitie, polineuritie, perifer, sindrom Guillan-
Barre, psikosis dan sindrom katatonia.
8)     Pada anak-anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang terjadi. Komplikasi
sering terjadi pada keadaan tokremia berat dan kelemahan umum, terutama bila perawatan
pasien kurang sempurna.

Di usus halus
Umumnya jarang terjadi, namun sering fatal, yaitu :

a.     Perdarahan usus

Diagnosis dapat ditegakkan dengan :

ü  Penurunan TD dan suhu tubuh

ü  Denyut nadi bertambah cepat dan kecil

ü  Kulit pucat

ü  Penderita mengeluh nyeri perut dan sangat iritabel

b.    Perforasi usus

Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi pada bagian distal ileum.

c.     Peritonitis

 Pada umumnya tanda gejala yang sering didapatkan:

ü  Nyeri perut hebat

ü  Kembung

ü  Dinding abdomen tegang (defense muskulair)

ü  Nyeri tekan

ü  TD menurun

ü  Suara bising usus melemah dan pekak hati berkuran

ü  Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan peningkatan lekosit dalam waktu singkat.

Diluar usus halus

a.       Bronkitis, terjadi pada akhir minggu pertama.

b.      Bronkopneumonia, kasus yang berat bilamana disertai infeksi sekunder

c.       Kolesistitis

d.      Tifoid ensefalopati, gejala : kesadaran menurun, kejang-kejang, muntah, demam tinggi

e.       Meningitis, gejala : bayi tidak mau menetek, kejang, letargi, sianosis, panas, diare, kelainan
neurologis.

f.       Miokarditis

g.      Karier kronik

PENATA LAKSANAAN

Adapun penatalaksanaan adalah (Pakdhe, 2009) :

a.     Obat
Sampai saat ini masih menganut Trilogi penatalaksanaan demam thypoid, yaitu:
1.      Kloramphenikol : dosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500 mg, diberikan selama
demam berkanjut sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 4 x 250 mg
selama 5 hari kemudian.

2.      Penelitian terakhir (Nelwan, dkk. di RSUP Persahabatan), penggunaan kloramphenikol masih


memperlihatkan hasil penurunan suhu 4 hari, sama seperti obat– obat terbaru dari jenis kuinolon.

3.      Ampisilin/Amoksisilin : dosis 50 – 15- mg/Kg/BB/hari, diberikan selama 2 minggu.

4)     Kotrimoksasol : 2 x 2 tablet (1 tablet mengandung 400 mg sulfametosazol-80 mg trimetropim),


diberikan selama dua minggu.

b.    Diet

1.      Cukup kalori dan tinggi protein

2.      Pada keadaan akut klien diberikan bubur saring, setelah bebas panas dapat diberikan bubur
kasar, dan akhirnya diberikan nasi sesuai tingkat kesembuhan. Namun beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa
(pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan secara aman.

3.      Pada kasus perforasi intestinal dan renjatan septik diperlukan perawatan intensif dengan nutrisi
parenteral total.

c.     Istirahat

Bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Klien harus tirah baring absolut
sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan
bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan kondisi. Klien dengan kondisi kesadaran menurun perlu
diubah posisinya setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus dan pneumonia hipostatik. Defekasi dan
buang air kecil perlu perhatian karena kadang – kadang terjadi obstipasi dan retensi urine.

d.    Perawatan sehari – hari

Dalam perawatan selalu dijaga personal hygiene, kebersihan tempat tidur, pakaian, dan peralatan
yang digunakan oleh klien.

a.         Perawatan

Pasien thypoid perlu dirawat di Rumah Sakit untuk mendapatkan perawatan, observasi dan
diberikan pengobatan yakni :

·         Isolasi pasien.

·         Desinfeksi pakaian.

·         Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah,
anoreksia dan lain-lain.

·         Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali (istirahat total),
kemudian boleh duduk jika tidak panas lagi, boleh berdiri kemudian berjalan diruangan.

b.      Diet
Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh
mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas, susu 2 gelas sehari, bila
kesadaran pasien menurun diberikan makanan cair melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu
makan anak baik dapat juga diberikan makanan biasa.

c.       Obat

Obat anti mikroba yang sering digunakan :

a)      Cloramphenicol

Cloramphenicol masih merupakan obat utama untuk pengobatan thypoid.

Dosis untuk anak : 50 – 100 mg/kg BB/dibagi dalam 4 dosis sampai 3 hari bebas panas/minimal 14
hari.

b)      Kotrimaksasol

Dosis untuk anak : 8 – 20 mg/kg BB/hari dalam 2 dosis sampai 5 hari bebas panas/minimal 10 hari.

c)      Bila terjadi ikterus dan hepatomegali : selain Cloramphenicol juga diterapi dengan ampicillin 100
mg/kg BB/hari selama 14 hari dibagi dalam 4 dosis.

PENCEGAHAN

Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah dari toilet
dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang
belum dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan
pedas (Abdi, 2008).

Pencegahan

 Menjaga kebersihan

Salah satu upaya pencegahan yang dapat Anda lakukan untuk mencegah penyakit ini
adalah mencuci tangan dengan rutin. Bersihkan tangan dengan sabun dan air mengalir. Dalam
keadaan darurat, Anda juga dapat membersihkan tangan dengan hand sanitizer yang
mengandung setidaknya 60% alkohol.

Selain itu, Anda juga perlu menjaga kebersihan diri terutama setelah bepergian ke luar rumah
apalagi pasar. Usahakan untuk tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang
kotor. Pastikan juga untuk mencuci kaki setiap habis keluar rumah.

 Hindari kontak dengan orang sakit

Bakteri sangat mudah menyebar dari satu orang ke orang lainnya. Untuk itu, hindari kontak
terlalu dekat dengan orang yang sedang sakit. Berciuman dan menggunakan peralatan makan
atau mandi yang sama dengan orang sakit dapat meningkatkan risiko penularan penyakit.

 Vaksin tifoid

Vaksin tifoid bisa dilakukan untuk membantu mencegah penyakit yang satu ini.
Terutama jika Anda termasuk kategori yang rentan atau berisiko tinggi.
Ada dua jenis vaksin untuk tipes, yaitu:

Disuntikkan dengan dosis tunggal setidaknya satu minggu sebelum bepergian.

Diberikan dalam bentuk minum sebanyak empat kapsul. Biasanya per kapsulnya
wajib diminum setiap hari.

Namun, vaksin memiliki keefektifan hanya 50 sampai 80 persen saja. Keefektifan


vaksin juga akan berkurang dari waktu ke waktu. Untuk itu, Anda tetap perlu berhati-hati
dan mengupayakan cara pencegahan lainnya.

Mengonsumsi makanan dan minuman yang terjamin kebersihannya

Makanan dan minuman menjadi salah satu media penularan yang paling sering
untuk tipes. Maka dari itu, usahakan untuk selalu makan dan minum yang telah terjaga
kebersihannya. Makan makanan yang dimasak dan disajikan panas jauh lebih baik
dibandingkan dengan makanan mentah atau setengah matang.

Selain itu, produk susu yang dipasteurisasi juga jauh lebih baik dibandingkan dengan
yang tidak melewati proses ini. Jangan lupa juga untuk mencuci sayuran dan buah atau
mengupas kulitnya.

Untuk air minum, Anda juga tak boleh sembarangan. Sebaiknya, minumlah dari air
kemasan yang disegel dan terjamin keasliannya.

Anda tidak disarankan untuk minum air mentah yang tidak direbus, disaring atau
diolah. Begitu pula berhato-hatilah ketika minum es yang terbuat dari air keran atau sumur.
Jika ingin minum es, buatlah dari air matang sudah pasti aman.

Tidak menyiapkan makanan untuk orang lain sampai benar-benar sembuh

Usahakan untuk tidak memasak atau menyiapkan makanan sampai dokter


menyatakan bahwa bakterinya tak akan lagi menular. Jika Anda memaksakannya karena
sudah merasa enakan, bisa saja Anda malah menularkan terinfeksi penyakit ini kepada orang
lain.

Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah
Anda.

Hello Health Group dan Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis,
maupun pengobatan. Silakan cek laman kebijakan editorial kami untuk informasi lebih
detail.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TYPOID
1. Pengkajian
Menurut Nursalam (2008, hal: 154-155) adalah sebagai berikut: a. Identitas klien
b. Keluhan utama
Perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan kurang bersemangat serta
nafsu makan berkurang (terutama selama masa inkubasi).
c. Suhu tubuh
Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris remiten,
dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur
naik tiap harinya, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan
malam hari. Pada minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam. Pada
minggu ketiga, suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu
ketiga.
d. Kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun berapa dalam, yaitu apatis sampai
samnolen. Jarang terjadi sopor, koma, atau gelisah (kecuali bila penyakitnya berat dan
terlambat mendapatkan pengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut mungkin
terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak terdapat reseola, yaitu
bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang ditemukan dalam
minggu pertama demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardi dan epitaksis pada
anak besar.
e. Pemeriksaan fisik
1) Mulut
Terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden), lidah tertutup selaput putih, sementara ujung dan tepinya bewarna
kemerahan, dan jarang disertai tremor
2) Abdomen
Dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus), bisa terjadi konstipasi
atau mungkin diare atau normal
3) Hati dan Limfe
Membesar disertai nyeri pada perabaan
f. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pada pameriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia, limfositosis, relatif
pada permukaan sakit
2) Darah untuk kultur (biakan, empedu) dan widal
3) Biakan empedu hasil salmonella typhi dapat ditemukan dalam darah pasien pada
minggu pertama sakit, selanjutnya lebih sering ditemukan dalam feces dan urine
g. Pemeriksaan widal
Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yang diperlukan ialah titer zat anti terhadap
antigen 0, titer yang bernilai 1/200 atau lebih menunjukkan kenaikan yang progresif.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang biasanya muncul pada demam tifoid menurut Nnda NICNOC (2014) adalah
sebagai berikut:
a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat
c. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan malabsorbsi nutrien
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Anda mungkin juga menyukai