Anda di halaman 1dari 8

Keperawatan

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

2019

A. PENGERTIAN

Demam thypoid adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri Salmonella typhii dan bersifat endemik
yang termasuk dalam penyakit menular (Cahyono, 2010)

Demam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih di sertai gangguan
saluran pencernaan dan gangguan kesadaran yang di sebabkan infeksi salmonella typhi (Sodikin.,
2012)

Demam thypoid adalah infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella Thypii (Elsiver
Aramitasari, 2013.)

B. ETIOLOGI
(NANDA, 2015)

Salmonella typhi sama dengan salmonella yang lain adalah bakteri gram negatif, mempunyai
flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob. Mempunyai antigen somatik
(O) yang terdiri dari gliko sakarida, flagella antigen (H) yang terdiri dari protein dan evelope antigen
(K) yang terdiri dari polisakarida. Mempunyai makromakuler lipopolisakarida kompleks yang
membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan endotoksin. Salmonella typhi juga dapat
memperoleh plasmid faktor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotic.

C. MANIFESTASI KLINIS

Umumnya perjalanan perjalanan penyakit berlangsung dalam jangka waktu pendek dan jarang
menetap lebih dari 2 minggu. Gejala klinis yang sering terjadi pada demam tifoid adalah sebagai
berikut (Dewi Pudiastuti R, 2010).

a. Demam

Demam atau panas merupakan gejala utama demam tifoid. Ciri-ciri demam yang khas yaitu:

1) Demam dapat mencapai 39-40 ºC. Awalnya, demam hanya samar-samar


saja,

Selanjutnya suhu tubuh turun-naik, pada pagi hari lebih rendah atau normal

Sedangkan pada sore dan malam hari lebih tinggi.

2) Intensitas demam akan semakin tinggi, yang disertai gejala lain seperti:

a) Mual dan muntah

b) Diare,
c) Sakit kepala,

d) Nyeri otot,

e) Insomnia,

f) Pegal, dan

g) Anoreksia.

b. Gangguan saluran pencernaan

1) Bau mulut yang tidak sedap karena demam yang lama

2) Bibir kering dan terkadang pecah-pecah

3) Sering mengeluh nyeri perut, terutama nyeri ulu hati, disertai mual dan
muntah

4) Pada penderita anak, lebih sering mengalami diare.

c. Hepatosplenomegali

Hepatosplenomegali adalah hati dan atau limpa sering membesar. Hati terasa kenyal dan nyeri bila
ditekan.

d. Gangguan kesadaran
Terdapat gangguan kesadaran berupa penurunan kesadaran ringan. Sering ditemui kesadaran apatis.
Pada penderita dengan toksik, gejala delirium (mengigau) lebih menonjol. Bila gejala klinis berat,
penderita sampai somnolen dan koma atau dengan gejala-gejala psikosis.

e. Bradikardia relatif dan gejala lain

Bradikardia relatif adalah peningkatan suhu tubuh yang tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi nadi.
Patokannya adalah bahwa setiap peningkatan 1 ºC tidak diikuti peningkatan frekuensi nadi 8 denyut
dalam 1 menit. Gejala-gejala lain yang dapat ditemukan pada demam tifoid adalah rose spot (bintik
kemerahan pada kulit), yang biasanya di perut bagian atas, jarang ditemukan pada anak.

D. PATOFISIOLOGI

Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh salmonella
(biasanya >10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam hcl lambung dan
sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon imunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik,
maka basil salmonella akan menembus sel-sel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju lamina propia
dan berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan kelejar getah bening
mesenterika.

Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami hiperplasia. Basil
tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui ductus thoracicus dan menyebar ke seluruh
organ retikulo endotalial tubuh, terutama hati, sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portar dari
usus.

Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit, zat plasma, dan sel mononuclear. Terdapat
juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa (splenomegali). Di organ ini, kuman salmonlla thypi
berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga mengakibatkan bakterimia kedua yang
disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut,
instabilitas vaskuler, dan gangguan mental koagulasi).

Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak peyeri yang sedang
mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini dapat berlangsung hingga ke lapisan otot,
serosa usus, dan mengakibatkan perforasi usus. Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel
kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler,
pernapasan, dan gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama timbulnya penyakit, terjadi
hyperplasia plak peyeri.
Disusul kemudian, terjadi nekrosis pada minggu kedua dan ulserasi plak peyeri pada minggu ketiga.
Selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses penyembuhan ulkus dengan meninggalkan
sikatriks (jaringan parut).

Sedangkan penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan
5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.

PATHWAY

Kuman Salmonella Thypii

Masuk tubuh melalui mulut bersama makanan dan minuman

Masuk sampai ke usus halus

Organ Tubuh, Limfe, Hati, Empedu Peredaran Darah Bakteri melakukan multiplikasi di
usus Gangguan penurunan absorbsi pada usus besar
Hati membesar

Kembung

Perut tegang

Demam

Muka merah

Kulit kering

Gejala mual muntah, nafsu makan menurun

Nyeri tekan

Kurang intake cairan

Suplai tidak adekuat

Gerak kurang
Penekanan terlalu lama di punggung, kemerahan, lecet, panas Lemah, lesu, aktivitas dibantu

(Mardisupriyansah, 2013)

E. Pemeriksaan Penunjang

(Bangun, 2015)

1. Pemeriksaan leukosit

Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan
limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan
kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal
bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh
karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.

2. Pemeriksaan SGOT Dan SGPT

SGOT Dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah
sembuhnya typhoid.

3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak
menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah
tergantung dari beberapa faktor :

a. Teknik pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh
perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah
pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.

b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit

Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada
minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.

c. Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien,
antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.

Anda mungkin juga menyukai