Anda di halaman 1dari 27

UNIVERSITAS FALETEHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

TYHPOID

DISUSUN OLEH :

NURUL ARIFIN

5022031083

PROGRAM STUDI PRROFESI NERS

UNIVERSITAS FALETEHAN SERANG

SERANG-BANTEN 2022
Tinjauan Teori

A. Definisi
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang di sebabkan oleh
Salmonella tipe A, B dan C yang dapat menular melalui oral, fekal,
makanan dan minuman yang terkontaminasi. (Dewi & Meira, 2016).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang menyerang saluran pencernaan
yang ditandai dengan demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran
cerna dan dapat pula terjadi gangguan kesadaran pada penderita. (Arfiana
& Arum, 2016).

Typhoid atau typhoid fever ialah suatu sindrom sistemik yang terutama
disebabkan oleh Salmonella typhi. Typhoid merupakan jenis terbanyak
dari salmonelosis. Jenis lain dari demam enteric adalah demam
paratyphoid yang disebabkan oleh S. paratyphi A, S. schottmuelleri
(semula S. paratyphi B), dan S.hirschfeldii (semula S. parathypi
C).Typhoid memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan demam
enterik yang lain. (Widagdo, 2014). Penderita Typhoid sebagian besar
berusia > 9tahun (10–12 tahun) sedangkan sebagian besar berusia ≤ 9
tahun (7–9 tahun) tidak terdiagnosis menderita typhoid dan sebagian besar
berjenis kelamin laki-laki lebih banyak terdiagnosis menderita demam
typhoid dibandingkan berjenis kelamin perempuan. (Hilda & Fariani,
2016)

B. Klasifikasi
Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Ordo : Gamma Probacteria
Class : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Salmonella
Spesies : Salmonella typhi

UINVERSITAS FALETEHAN 1
C. Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Salmonella typhi. Infeksi umumnya
diperoleh dari makanan atau air yang terkontaminasi bakteri dari tinja
yang terinfeksi (Valman, 2006). Etiologi penyakit demam typhoid
menurut Rampengan (2008) disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella
typhos atau Eberthella typhosa yang merupakan kuman gram negative,
motil dan tidak menghasilkan spora. Kuman ini dapat hidup baik sekali
pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang sedikit lebih rendah, serta
mati pada suhu 70˚c ataupun oleh antiseptik. Sampai saat ini, diketahui
bahwa kuman ini hanya menyerang manusia.
Salmonella typhosa mempunyai 3 macam antigen, yaitu :
a. Antigen O = Ohne Hauch = antigen somatic (tidak menyebar).
b. Antigen H = Hauch (menyebar), terdapat pada flgela dan bersifat
termolabil.
c. Antigen V1 = Kapsul = merupakan kapsul yang meliputi tubuh
kuman dan melindungi antigen O terhadap fagositosis.

Ketiga jenis antigen tersebut di dalam tubuh manusia akan menimbulkan


pembentukan tiga macam antibodi yang lazim disebut agglutinin.
Salmonella typhosa juga memperoleh plasmid faktor-R yang berkaitan
dengan resistensi terhadap multiple antibiotic.
Ada 3 spesies utama, yaitu :
a. Salmonella typhosa (satu serotipe).
b. Salmonella choleraesius (satu serotipe).
c. Salmonella enteretidis (lebih dari 1500 serotipe).

D. Patofisiologi

UINVERSITAS FALETEHAN 2
Penyakit ini khusus menyerang manusia, bakteri ini ditularkan melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh kotoran atau tinja dari
seseorang pengidap atau penderita demam typoid. Bakteri S.typhi masuk
melalui mulut dan hanyut ke saluran pencernaan. Apabila bakteri masuk
ke dalam tubuh manusia, 7 tubuh akan berusaha untuk mengeliminasinya.
Tetapi bila bakteri dapat bertahan dan jumlah yang masuk cukup banyak,
maka bakteri akan berhasil mencapai usus halus dan berusaha masuk ke
dalam tubuh yang akhirnya dapat merangsang sel darah putih untuk
menghasilkan interleuktin dan merangsang terjadinya gejala demam,
perasaan lemah, sakit kepala, nafsu makan berkurang, sakit perut,
gangguan buang air besar serta gejala lainnya (Darmawati, 2009)

E. Manifestasi Klinik
demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa.
Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui
makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama
masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak
badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudian
menyusul gejala klinis yang biasanya ditemukan, yaitu:
1. Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris
remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur naik setiap hari, menurun pada pagi hari dan
meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu ketiga suhu
berangsur turun dan normal kembali.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-
pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue),
ujung dan tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan
perut kembung. Hati dan limpa membesar disertai nyeri dan
peradangan.
3. Gangguan kesadaran

UINVERSITAS FALETEHAN 3
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen.
Jarang terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan
terlambat mendapatkan pengobatan). Gejala lain yang juga dapat
ditemukan pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseol,
yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit,
yang ditemukan pada minggu pertama demam, kadang-kadang
ditemukan pula trakikardi dan epistaksis.
4. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid,
akan tetap berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu
kedua setelah suhu badan normal kembali, terjadinya sukar
diterangkan. Menurut teori relaps terjadi karena terdapatnya basil
dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat
maupun oleh zat anti.

manifestasi klinis klasik yang umum ditemui pada penderita demam


typhoid biasanya disebut febris remitter atau demam yang bertahap
naiknya dan berubah-ubah sesuai dengan keadaan lingkungan dengan
perincian :
1. Minggu pertama, demam lebih dari 40°C, nadi yang lemah bersifat
dikrotik, dengan denyut nadi 80-100 per menit.
2. Minggu kedua, suhu tetap tinggi, penderita mengalami delirium, lidah
tampak kering mengkilat, denyut nadi cepat. Tekanan darah menurun
dan limpa dapat diraba.
3. Minggu ketiga, jika keadaan membaik : suhu tubuh turun, gejala dan
keluhan berkurang. Jika keadaan memburuk : penderita
mengalami delirium, stupor, otot-otot bergerak terus, terjadi
inkontinensia alvi dan urine. Selain itu terjadi meteorisme dan timpani,
dan tekanan perut meningkat, disertai nyeri perut. Penderita kemudian
kolaps, dan akhirnya meninggal dunia akibat terjadinya degenerasi
mikardial toksik.

UINVERSITAS FALETEHAN 4
4. Minggu keempat, bila keadaan membaik, penderita akan mengalami
penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat dijumpai adanya
pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis.

F. Komplikasi
a. Usus halus
Umumnya jarang terjadi, akan tetapi sering fatal, yaitu :
1) Perdarahan usus Tanda adanya perdarahan hanya ditemukan jika
dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Bila perdarahan
banyak terjadi melena dan bila berat dapat disertai perasaan nyeri
perut dengan tanda-tanda renjatan.
2) Perforasi usus Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu
dan terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai
peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga
peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara di
antara hati dan diafragma pada foto rontgen abdomen yang dibuat
dalam keadaan tegak.
3) Peritonitis Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa
perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut
yang hebat, dinding abdomen tegang (defense musculair) dan nyeri
pada tekanan.
b. Komplikasi diluar usus
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia) yaitu
meningitis, kolesistitis, ensefalopati dan lain-lain. Terjadi karena
infeksi sekunder, yaitu bronkopneumia. Dehidrasi dan asidosis dapat
timbul akibat masukan makanan yang kurang dan perspirasi akibat
suhu tubuh yang tinggi. (Arfiana & Arum Lusian, 2016)

G. Pemeriksaan Penunjang

UINVERSITAS FALETEHAN 5
Dewi & Meira (2016) Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid
terdiri dari :
a. Pemeriksaan leukosit
Didalam beberapa literature dinyatakan bahwa demam typhoid terdapa
leucopenia dan limpositosis relative tetapi kenyataannya leucopenia
tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid,
jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas
normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT SGOPT dan SGPT pada klien typhoid
sering kali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya
typhoid.
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan adanya penyakit typhoid,
tetapi bila biakan darah negative tidak menutup kemungkinan juga
tetap dapat terjadi penyakit typhoid. Hal ini karena hasil biakan darah
tergantung dari beberapa faktor yaitu ;
1) Teknik pemeriksaan laboratorium Hasil pemeriksaan satu
laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang
digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah saat
demam tinggi, yaitu pada saat bakterimia berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit Biakan darah
terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu
pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada
waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
3) Vaksinasi di masa lampau Vaksinasi terhadap demam typhoid
di masa lampau dapat menimbulkan antibody dalam darah
klien, antibody ini dapat menekan bakterimia sehingga biakan
darah negatif
4) Pengobatan dengan obat antimikroba Bila klien sebelum
pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba

UINVERSITAS FALETEHAN 6
pertumbuhan kuman dalam media biakan trerhambat dan hasil
biakan mungkin negatif
d. Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella thypi terdapat
dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang
pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah
suspense Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah dilaboratorium.
Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutini
dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. (Dewi & Meira,
2016)
e. Uji Typhidot
Uji thypidot dapat mendeteksi antibody IgM dan IgG yang terdapat
pada protein membrane luar Salmonella typhi. Hasil positif pada uji
typhidot didapatkan 2-3 hari setelah infeksi dan dapat mengidentifikasi
secara spesifik antibody IgM dan IgG terhadapa antigen s.typhi seberat
50kD, yang terdapat pada strip nitroselulosa.
f. Uji IgM
Dipstik Uji ini khusus mendeteksi antibody IgM spesifik terhadap s.
typhi pada specimen serum atau whole blood. Uji ini menggunakan
strip yang mengandung antigen lipopolisakarida (LKS) S.typhi dan
antigen IgM (sebagai control), reagen deteksi yang mengandung
antibody antigen IgM yang dilekati dengan lateks pewarna, cairan
membasahi strip sebelum diinkubasi dengan reagen dan serum pasien,
tabung uji. Komponen perlengkapan ini stabil untuk disimpan selama 2
tahun pada suhu 4-250 C ditempat kering tanpa paparan sinar
matahari. Pemeriksaan dimulai dengan inkubasi strip pada larutan
campuran reagen deteksi dan serum, selama 3 jam pada suhu kamar.
Setelah inkubasi, strip dibilas dengan air mengalir dan dikeringkan.
Secara semi kuantitatif, diberikan penilaian terhadap garis uji dengan
membandingkan dengan reference strip. Garis control harus terwarna
dengan baik. (Djoko widodo, 2014)

UINVERSITAS FALETEHAN 7
H. Penatalaksanaan
a. Non farmakologi
1) Bed rest
2) Diet, diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya
nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Diet berupa
makanan rendah serat.
b. Farmakologi
1) Kloramfenikol, dosis 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 kali
pemberian, oral atau IV selama 14 hari.
2) Bila ada kontraindikasi kloramfenikol diberikan ampisilin
dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali.
Pemberian, intervena saat belum dapat minum obat, selama 21
hari, atau amoksisilan dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi
dalam 3-4 kali. Pemberian, oral/intravena selama 21 hari
kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kgBB/hari terbagi
dalam 2-3 kali pemberian oral selama 14 hari.
3) Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50
mg/kgBB/kali dan diberikan 2 kali sehari atau 80
mg/kgBB/hari, sekali sehari, intravena, selama 5-7 hari.
4) Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan
antibiotika adalah meropenem, azithromisin dan
fluoroquinolon.

UINVERSITAS FALETEHAN 8
I. Asuhan Keperwatan
a. Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
- Kaji gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh, terutama pada
malam hari, nyeri kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan,
epitaksis, penurunan kesadaran.
2. Data biografi
- Data biografi meliputi : nama, alamat, umur, tanggal Masuk
rumah sakit, diagnose medis, catatan kedatangan, keluarga
yang dapat dihubungi.
3. Keluhan utama
- Demam lebih dari 1 minggu, gangguan kesadaran: apatis
sampai somnolen, dan gangguan saluran pencernaan seperti
perut kembung atau tegang dan nyeri pada perabaan, mulut
bau, konstipasi atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa
lendir, anoreksia dan muntah.
4. Riwayat kesehatan sekarang
- Alasa pasien masuk rumah sakit dan apa keluhan utama pasien,
sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang
dapat muncul.
5. Riwayat kesehatan dahulu

UINVERSITAS FALETEHAN 9
- Apakah pasien sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit
yang sama
6. Riwayat kesehatan keluarga
- Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti klien
7. Riwayat kesehatan lingkungan
- Demam typhoid ditemukan di Negara berkembang dengan
kepadatan penduduk tinggi serta rendahnya tingkat kesehatan.
Keadaan cuaca terutama pada musim hujan sangat berpengaruh
terhadap banyaknya kasus typhoid yang terjadi. Sedangkan dari
kepustakaan barat dilaporkan terutama pada musim panas
banyak di temukanya kasus typhoid.

8. Riwayat imunisasi
- Pada typhoid congenital dapat lahir hidup sampai beberapa hari
dengan gejala tidak khas serta menyerupai sepsis neonatorum.
9. Riwayat psikososial
- Intrapersonal : perasaan yang dirasakan oleh pasien
(cemas/sedih)
- Interpersonal : hubungan dengan orang lain
- Pola fungsi kesehatan
10. Pola nutrisi metabolisme
- Ada/tidak ada peuruan nafsu makan.
11. Pola istirahat tidur
- Selama dirawat apakah pasien merasa tidak dapat istirahat
karena pasien merasakan sakit pada perutnya, mual, muntah,
kadang diare.

b. Pemeriksaan fisik
1. System kardiovaskuler
2. System pernapasan
3. System pencernaan

1
UINVERSITAS FALETEHAN
0
- Umumnya konstipasi daripada diare, perut tegang, pembesaran
limpa, dan hati, nyeri perut perabaan, bising usus melemah atau
hilang, muntah, lidah typhoid dengan ujung dan tepi kemerahan
dan tremor, mulut bau, bibir kering, dan pecah-pecah.
4. Systemenitourinarius
- Ada/tidak ada Distensi kandung kemih
- Retensi urine
5. System saraf
- Demam, nyeri kepala, kesadaran menurun, kejang.
6. System lokomotor / musculoskeletal
- ada/tidak ada Nyeri sendi.

7. System endokrin
- Ada/ Tidak ada kelainan
8. System integument
- Turgor kulit menurun
- Membrane mukosa kering.

c. Pemeriksaan diagnostic dan hasil


1. Jumlah leukosit normal/leucopenia/leukositosis
2. Anemia ringan, LED meningkat, SGOT, SGPT, dan fosfat alkali
3. biakan darah Salmonella typhi positif
4. Biakan tinja positif dalam minggu kedua dan ketiga.
5. Reaksi widal

1
UINVERSITAS FALETEHAN
1
FATHWAY TYHPOID

1
UINVERSITAS FALETEHAN
2
1
UINVERSITAS FALETEHAN
3
1
UINVERSITAS FALETEHAN
4
1. Analisa Data

No Data Analisa Data & Patoflow Diagnosa Keperawatan


1 DS : Fekal Hipertermia

Faktor Risiko
DO :

Makanan terkontaminasi Salmonella Thypi

Masuk kedalam saluran pencernaan

Bersarang di dinding usus halus

kuman masuk peredaran darah
ke seluruh tubuh terutama di organ RES

bakterimia

kuman mengeluarkan endotoksin

Termoregulator di hipotalamus terganggu

Hipertermia

UINVERSITAS FALETEHAN 15
DS : Fekal Hipovolemia
DO : ↓
Faktor Risiko

Makanan terkontaminasi Salmonella Thypi

Masuk kedalam saluran pencernaan

Bersarang di dinding usus halus

kuman masuk peredaran darah
ke seluruh tubuh terutama di organ RES  proses Bakterimia
↓ ↓
Usus Halus gangguan termogulasi
↓ ↓
Gangguan sistem cerna Hipertermia
↓ ↓
Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik

Diare

Hipervoleia

DS : Fekal Diare

UINVERSITAS FALETEHAN 16
DO : Faktor Risiko

Makanan terkontaminasi Salmonella Thypi

Masuk kedalam saluran pencernaan

Bersarang di dinding usus halus

kuman masuk peredaran darah
ke seluruh tubuh terutama di organ RES

Usus Halus

Gangguan sistem cerna

Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik

Diare

DS : Fekal Konstipasi

DO :
Faktor Risiko

Makanan terkontaminasi Salmonella Thypi

Masuk kedalam saluran pencernaan

Bersarang di dinding usus halus

UINVERSITAS FALETEHAN 17
kuman masuk peredaran darah
ke seluruh tubuh terutama di organ RES

Usus Halus

Gangguan sistem cerna

Gangguan motilitas usus

Hipoperistaltik

Konstipasi

DS : Fekal  Faktor Risiko Defisit Nutrisi



DO :
Makanan terkontaminasi Salmonella Thypi

Masuk kedalam saluran pencernaan

Bersarang di dinding usus halus

kuman masuk peredaran darah
ke seluruh tubuh terutama di organ RES

Usus Halus

Gangguan sistem cerna

Hiperistaltik

Anoreksia, mual, muntah

UINVERSITAS FALETEHAN 18

Defisit Nutrisi

Fekal

Faktor Risiko

Makanan terkontaminasi Salmonella Thypi

Masuk kedalam saluran pencernaan

Bersarang di dinding usus halus

kuman masuk peredaran darah
ke seluruh tubuh terutama di organ RES

Usus Halus

Proses Inflamasi

Distensi Abdomen
Nyeri epigatrik
Mekanimse paotologis

Nyeri Akut

2. Prioritas Diagosa Keperawatan


a. Hipertermia
b. Hipovolemia
c. Defisit Nutrisi
d. Intoleransi Aktifitas

UINVERSITAS FALETEHAN 19
e. Diare
f. Konstipasi
g. Nyeri Akut

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Kriteria Hasil/Tujuan (SLKI) INTERVENSI (SIKI) AKTIVITAS (SIKI)


Keperawatan

Hipertermia b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi -


Dehidrasi, Proses selama 1 x 24 jam diharapkan
- Idenitifikasi Penyebab Hipertermia
penyakit (mis. Termogulasi membaik dengan kriteria
- Monitor Suhu Tubuh
infeksi, kanker) hasil:
- Monitro Kadar Elektroit
- Menggigil menurun - Monitor Komplikasi Akibat Hipertermia
- Suhu tubuh membaik Terapeutik
- Suhu kulit membaik - Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Berikan cairan oral
- Anjurkan tirah baring
- Lakukan pendinginan eksternal
- Berikan oksigen. Jika perlu

UINVERSITAS FALETEHAN 20
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
Hipovolemia b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
kehilangan cairan selama 3 x 24 jam diharapkan Status - periksa tanda gejala hipovolemia (frekuensi
aktif, kegagalan Cairan dengan kriteria hasil: nad meningkat, nadi teraba lemah, TD
mekanisme regulasi, menurun, membran mukosa kering, turgor kulit
- Kekuatan nadi meningkat
kekurangan intake menurun)
- Turgor meningkat
cairan - monitor intake output cairan
- Frekuensi nadi membaik
Terapeutik
- Tekanan darah membaik
- hitung kebutuhan cairan
- Membran mukosa membaik
- berikan posisi modified trendelenburg
- JVP membaik
- berikan asupan cairan oral
- anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
- berikan cairan IV isotonis (seperti NaCl, RL)
untuk rehidrasi cairan ektraseluser
- gunakan cairan IV hipotonis (seperti glukosa
2,5%, NaCl 0,4%)
- berikan cairan koloid
Diare b.d proses Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi

UINVERSITAS FALETEHAN 21
infeksi. selama 3 x 24 jam diharapkan Eleminasi - indetifikasi paktor peyebab
Fekal membaik dengan kriteria hasil: - monitor turgor kulit secara teratur
- kontrol pengeleuaran feses membaik - monitor iritasi dan ulserasi kulit di daeran
- konsistensi feses membaik perineal
- frekuensi defekasi membaik - monitor jumlah pengeluaran diare
- peristaltik usus membaik - monitor tanda gejala diare
Teraputik
- anjurkan keluarga untuk mencatat warna,
volume, frekuensi dan konsistensi tinja
- anjurkan makanan porsi kecil dan seing secara
bertahap
Edukasi
- ajarkan penggunaan obat anti diare
kolaborasi
- kolaborasi pemeriksaan tinja
Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Obsevasi
selama 3 x 24 jam diharapkan Status - Identifikasi status nutrisi
Nutrisi membaik dengan kriteria hasil: - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Indetifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutriet
- porsi makan yang dihabiskan
- Monitor asupan makanan
meningkat
- Monitor BB
- pengetahuan pemilian makanan dan

UINVERSITAS FALETEHAN 22
minuman yang sehat meningkat - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
- nyeri abdomen menurun
- diare menurun
- BB membaik
- Frekuensi makan membaik Terapeutik
- Nafsu makan membaik - Berikan makanan yang tinggi serat yang
- Bising membaik mencgah untuk konstipasi
- Membran mukosa membaik - Berikan makanan dan tinggi kalori dan tinggi
protein
- Berikan suplemen makanan
Edukasi
- Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumah kalori dan jenis nutrein yang dibutuhkan,
jika perlu

Nyeri akut b.d Agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi


pencidera fisiologis selama 1 x 24 jam diharapkan Tingkat - Indetifikasi lokasi, karakteristik, lokasi,
nyeri menurun dengan kriteria hasil: kualitas, frekuensi, intensitas nyeri
- keluhan nyeri menurun - Identifikasi skala nyeri

UINVERSITAS FALETEHAN 23
- meringis menurun - Identifikasi respon nyeri non verbal
- gelisan menurun - Indetntifikasi faktor yang memperberat rasa
- frekuensi nadi menurun nyeri
- pola napas membaik Terapeutik
- TD membaik - Berikan terapi komplementer untuk
- Mual muntah menurun mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi

- Edukasi terapi komplementer untuk mengurangi


rasa nyeri
- Informasikan penggunaan analgetik

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

UINVERSITAS FALETEHAN 24
UINVERSITAS FALETEHAN 25
REFERENSI

Arfiana & Lusiana, A. (2016) Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak
PraSekolah .Yogyakarta : Trans Medika
DPP PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Persartuan Perawat Nasional Indonesia.
DPP PPNI, T. S. (2018). Standar Intervensi Kperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
DPP PPNI, T. S. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Indonesia.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit: Edisi 2. EGC. Jakarta.

Rampengan, T.H. 2008. Penyakit Infeksi Trofik pada Anak: Edisi. 2. EGC. Jakarta.

Rohim Abdul.2002 . Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa & Penatalaksanaan: Edisi 1. Jakarta.

Suriadi. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak: Edisi 2. Jakarta.

M,Nurs, Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak: Edisi 1. Jakarta

S.Poorwo Soedarmo, Sumarmo. 2008. Buku Ajar Ilmu Penyakit Anak. Jakarta.

Valman Bernad. 2006. Gangguan & Penyakit Yang Sering Menyerang Anak Serta Cara
Mengatasinya: Edisi pertama. Yogyakarta.

W. Sudoyo. Aru. 2006 Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta.

Widagdo. (2014). Tatalaksana Masalah Penyakit Anak Dengan Batuk/Batuk Darah.Jakarta :


CV SagungSeto

2
UINVERSITAS FALETEHAN
6

Anda mungkin juga menyukai