DIKA PRATAMA
5022031034
Kurang informasi
Peradangan
Defisiensi
Demam
pengetahuan
Panas
Cemas
Hipertermi
F. Pemeriksaan Diagnostik atau Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dari abses antara lain :
1. Kultur Mengidentifikasi organisme penyebab abses
2. Sel darah putih Mengidentifikasi produksi sel darah putih
3. Glukosa serum Hiperglikemi menunjukan glukogenesis dan glikogenesis didalam
hati sebagai respon dari puasa atau seluler dalam metabolism
4. Urinalitas Adanya sel darah putih atau bakteri penyebab infeksi
5. Sinar X (Rontgen) Film abdomen dan dada bagian bawah yang mengidentifikasa
udara bebas di dalam abdomen
6. EKG Dapat menunjukan perubahan segmen ST dan gelpmbang T dan distritmia
yang menyerupai infrk miokard
7. USG Untuk memeriksaan organ tubuh dengan menggunakan gelombang suara
frekuensi tinggi yang tidak dapat didengar oleh telinga kita
8. Ct-Scan Untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang torak
dan otak.
(Waspadji, 2012).
G. Komplikasi
Komplikasi mayor dari abses adalah penyebaran abses kejaringan sekitar atau jaringan
yang jauh dan kematian jaringan setempat yang ekstensif (ganggren). Pada sebagian besar
bagian tubuh, abses jarang dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tindakan medis
secepatnya diindikasikan ketika terdapat kecurigaan akan adanya abses. Suatu abses dapat
menimbulkan konsekuesi yang fatal. Meskipun jarang, apabila abses tersebut mendesak
struktur yang vital, misalnya abses leher dalam yang dapat menekan trakea (Siregar. R,
2014).
H. Penatalaksanaan
1. Abses luka biasanya tidak membutuhkan penanganan menggunakan antibiotik
2. Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk mengidentifikasi penyebabnya, utamanya
disebabkan oleh benda asing, karena benda asing tersebut harus segera diambil.
3. Drainase, abses dengan menggunakan pembedahan biasanya diindikasikan apabila
abses telah berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi lebih lunak
4. Apabila menimbulkan risio tinggi, misalnya pada area-area yang kritis, tindakan
pembedahan dapat ditunda
5. Karewna seringkali abses disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus
(Smeltzer, 2013).
I. Pengkajian Askep
1. Aktivitas atau istirahat
Gejala : Malaise
2. Sistem kardiovaskuler
Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit dibawah jangkauan normal (selama curah
jantung tetap meningkat). Denyut perifer kuat, cepat (perifer hiperdinamik);
distritmia dan perkembangan S3 dapat mengakibatkan disfungsi miokard, efek
dari asidosis atau ketidakseimbangan elektrolot. Kulit hangat, kering,
bercahayu (vasodilatasi), pucat, lembab, burik (vasokonstriksi).
3. Sistem pencernaan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah
Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan atau masa otot ( mal
nutrisi). Penurunan haluaran, konsentrasi urine
4. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, pusing, pingsan
Tanda : Gelisah, ketakutan kacau mental, disorientasi, delirium atau koma
5. Pernafasan
Tanda : Takipnea dengan penurunan kedalaman pernafasan, penggunaan kortikosteroid,
infeksi baru
6. Sistem reproduksi
Gejala : Parineal pruritus, baru saja menjalani kelahiran atau aborsi
Tanda : Maserasi vulva, pengeringan veginal purulen
7. Penyuluhan atau pembelajaran
Gejala : Masalah kesehatan kronis atau melemahkan misal ; DM, kanker, ginjal, hati,
jantung, kecanduan alkohol. Riwayat splenektomi, baru saja menjalani operasi
prosedur prosedur invasive, luka traumatik.
8. Suhu biasanya meningkat (37,9 % atau lebih), menggigil, luka yang sulit sembuh
9. Hasil pemeriksaan leukosit menunjukan peningkatan jumlah sel darah putih.
10. Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dilakukan pemeriksaan rontgen, USG, Ct-
Scan atau MRI (Mansjoes, 2007).
J. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
Kriteria Hasil/Tujuan INTERVENSI
Diagnosa Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
1. Nyeri akut berhubungan Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
dengan agen pencedera Setelah dilakukan intervensi Observasi
fisiologis keperawatan selama x 24 jam - identifikasi lokasi, karakteristik durasi,
diharapkan tingkat nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
dengan kriteria hasil : - identifikasi skala nyeri
- Kemampuan menuntaskan - identifikasi faktor yang memperberat dan
aktivitas meningkat memperingan nyeri
- Keluhan nyeri menurun Terapeutik
- Meringis menurun - Berikan teknik nonfarmakologi untuk
- Gelisah menurun mengurangi rasa nyeri
- Kesulitan tidur menurun - Kontrol lingkungan memperberat rasa nyeri
- Frekuensi nadi membaik - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Hipertermia berhubungan Termoregulasi Manajemen Hipertermia
dengan proses penyakit Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan selama x 24 jam - Identifikasi penyebab hipertermia
diharapkan termoregulasi membaik - Monitor suhu tubuh
dengan kriteria hasil : - Monitor haluaran urin
- Menggigil menurun - Monitor komplikasi akibat hipertermia
- Suhu tubuh membaik Terapeutik
- Suhu kulit membaik - Sediakan lingkungan dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Berikan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
Daftar Pustaka
Siregar. (2007). Demam Rematik dan Penyakit Jantung Rematik Permasalahan Indonesia. Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Pada Fakultas Kedokteran.