“C”
DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
DENGAN DIAGNOSA MEDIS ABSES HEPAR
DI RUANG LAPARATOMI RSUD KOTA MATARAM
PADA TANGGAL 19 MEI 2020
OLEH :
HERU WIDIYATMA
(P07120317010)
A. DEFINISI
Abses (bahasa latin : abscessus) merupakan kumpulan nanah (neutrofil yang telah
mati) yang terakumulasi disebuah kapitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya
oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru,
atau jarum suntik).
B. ETIOLOGI
Menurut siregar 2004, suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa
cara :
a. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak
sterul
b. Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
c. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
C. PATOFISIOLOGI
a. Amoebiasis Hepar
Amebiasis Hati penyebab utamanya adalah entamoeba hystolitica .Hanya sebagian
kecil individu yang terinfeksi E.Hystolitica yang member gejala amebiasis invasive,
sehingga ada dugaan ada dua jenis E.hystolitica yaitu strain pathogen dan non
pathogen. Bervariasinya virulensi berbagai strain E.hystolitica ini berbeda berdasarkan
kemampuan nya menimbulkan lesi pada hati. Patogenesi amebiasis hati belum dapat
diketahui secara pasti. Ada beberapa mekanisme yang telah dikemukakan antara lain;
faktor virulensi yang menghasilakan toksin, ketidakseimbangan nutrisi, factor
resistensi parasit, imunodepresi pejamu, berubah-ubahnya antigen permukaan dan
penurunan imunitas cell- Mediated (sudoyo, 2006).
Penyebaran ameba kehati.penyebaran ameba dari usus kehati sebagian besar melalui
vena porta. Terjadi fokus akumulasi neutrofil periportal yang disertai nekrosis dan
infiltrasi granulomatosa .lesi membesar, bersatu dengan granuloma diganti dengan
jaringan nekrotik. Bagian nekroti ini dikelilingi kapsul tipis seperti jaringan fibrosa.
Menurut Smeltzer & Bare, gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan pengatuhnya
terhadap fungsi suatu organ saraf.
Gejalanya bisa berupa :
a. Nyeri
b. Nyeri tekan
c. Teraba hangat
d. Pembengkakan
e. Kemerahan
f. Demam suatu abses yang terbentuk tepat di bawah kulit biasanya tampak sebagai
benjolan
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Hasil pemeriksaan leukosit menunjukkanpeningkatan jumlah sel darah putih
b. Untuk menentukan lokasi dan ukuran abes dilakukan pemeriksaan rontgen, USG, CT
Scan atau MRI
c. Pemeriksaan dahak untuk abes paru
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Drainase abses dengan menggunkan pembedahan biasanya di indikasikan apabila
abses telah berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi tahap pus yang
lebih lunak. Apabila menimbulkan resiko tinggi, misalnya pada area area yang kritis,
tindakan pembedahan dapat itunda atau di kerjakan sebagai tindakan terakhir yang
perlu di lakukan.
b. Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus, antibiotik
antistafilaoccus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering digunakan. Dengan
adanya kemunculan staphylococcus aureus resisten methicillin (MRSA) yang dapat
melalui komunitas, antibiotik biasa terbeut menjadi tidak efektif. Untuk menangani
MRSA yang di dapat melalui komunitas digunakan antibiotik lain seperti clindamycin,
trimethoprim-sulfamethoxazole, dan doxysycline.
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
ABSES HEPAR
A. PENGKAJIAN
a. Data dasar pengkajian pasien
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise secara umum.
2) Sirkulasi
Tanda : bradikardi (hiperbilirubinemia berat), Ikterik pada kulit, sclera dan
membrane mukosa
3) Eliminasi
Gejala : urine gelap, diare, konstipasi, feses berwarna tanah liat dan adanya
berulangnya hemodialisa
4) Makanan/cairan
Gejala : anoreksia, penurunan berat badan atau meningkat karena edema, mual dan
muntah
Tanda : Asites
5) Neurosensori
Tanda : peka ransang, cenderung tidur, latergi dan astereksis
6) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas, mialgia,
atralgia sakit kepala, dan gatal (pruritis)
Tanda : otot tegang dan gelisah.
7) Pernapasan
Gejala : tidak minat/ enggan merokok (bagi perokok)
8) Keamanan
Gejala : adanya transfuse darah
Tanda : demam, urtikaria, lesi makulopapolar, eritema tak beraturan, ekseserbasi
jerawat, anioma jarring- jarring, eritema palmar, ginekomasti, splenomegali, dan
pembesaran nodus servikal posterior.
9) Seksualitas
Gejala : resiko terpajan (homoseksual aktif dan biseksual pada wanita)
10) Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala : riwayat diketahui mungkin terpajan virus, bakteri, atau toksin, adanya
prosedur bedah, terpajan kimia toksik, perjalanan ke wilayah endemic, obat jalanan,
penggunaan alcohol, diabetes dan penyakit ginjal. Adanya infeksi flu pada
pernapasan atas, pertimbangan : DRG menunjukkan rata-rata selama dirawat : 6
hari rencana pemulangan; mungkin memerlukan bantuan dalam tugas pemeliharaan
dan pengaturan rumah.
11) Pemeriksaan diagnostic
– Tes fungsi hati : abnormal (4-10 kali dari normal)
– AST (SGOT/SGPT) : awalnya meningkat, meningkat 1- 2 minggu sebelum ikterik
kemudian tampak turun.
– Darah lengkap : gangguan enzim hati akan mengakibatkan perdarahan
– Alkali fosfatase : agak meningkat
– Feses : berwarna tanah liat
– Albumin serum : menurun
– Gula darah : hiperglikemia transient/ hipoglikemia (gangguan fungsi hati)
– HBsAg : dapat possitif dan Negatif
– Billirubin serum : diatas 2.5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk
– Tes ekskresi BSP : kadar darah meningkat
– Biopsi hati : menunjukkan diagnosis dan nekrosis hati
– Scan hati : mengetahui beratnya kerusakan
– Urinalisa : peningkatan kadar bilirubin, protein hematuria dapat terjadi.
Tujuan :
1) Tanda tanda vital dalam batas normal
2) Tidak ada perubhan warna kulit
Intervensi :
1) Monitor TTV
2) Selimuti pasien
3) Lakukan tapid sponge
4) Tingkatkan sirkulasi udara
5) Kolaborasi cairan intravena dan antipiuretik
DO & DS :
12) Mengeluh nyeri
13) Tampak meringis
14) Bersikap protektif (misalnya waspada, posisi menghindari nyeri)
15) Gelisah
16) Frekuensi nadi meningkat
17) Sulit tidur
18) Tekanan darah meningkat
19) Pola nafas berubah
20) Nafsu makan berubah
21) Proses berfikir terganggu
22) Menarik diri
23) Berfokus pada diri sendiri
24) Diaforesis
Tujuan : :
1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik non –
farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3) Mampu mengenali nyeri) skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri)
4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Intervensi :
1) Monitor TTV
2) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi , karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan fakrpe presipitasi.
3) Kurangi faktor presipitasi nyeri
4) Ajarkan tentang tekhnik non farmakologi
5) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
6) Kolaborasi dalam pemberian analgesik
DS & DO : -
Tujuan :
1) Tidak ada hematuria dan hematemesis
2) Kehilangan darah yang terlihat
3) Tekanan darah dalam batas normalSistol dan diastol
4) Tidak ada distensi abdominal
5) Hemaglobin dan hematoktir dalam batas normal
6) Plasma, PT, PTT dalam batas normal
Intervensi :
1) Monitor TTV ortostatik
2) Monitor tanda – tanda perdarahan
3) Pertahankan patensi iv line
4) Monitor status cairan yang meliputi intake dan output
5) Kolaborasi dalam pemerian terapi
Intervensi :
1) Cuci tangan setiap sebelym dan sesudah tindakan keperawatan
2) Menggunakan baju, sarung tangan sebagai pelindung
3) Batasi pengunjung
4) Pertahankan lingkungan aseptik
5) Berikan perawatan kulit pada area epidema
6) Ajarkan cara menghindari infeksi
7) Kolaborasi pemberian antibiotik
e. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan trauma jaringan
Definisi : kerusakan jaringan membran mukosa,kornea, integumen atau subkutan
DS & DO :
1) Kerusakan jaringan dan atau lapisan kulit
2) Nyeri
3) Perdarahan
4) Kemerahan
5) Hematoma
Tujuan :
1) Perfusi jaringan normal
2) Tidak ada tanda tanda infeksi (rubor, kalor, dubor, tumor, fungsio laesa)
3) Ketebalan dan tekstur jaringan normal
4) Menunjukan terjadinya proses penyembuhan luka
Intervensi :
1) Observasi luka :lokasi, dimensi, kedalaman luka, jaringan nekrotik, tanda tanda
infeksi lokal, formasi traktus
2) Lakukan teknik perawatan luka dengan steril
3) Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
4) Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka
5) Kolaborasi ahli gizi dalam pemberian diet TKTP
DAFAR PUSTAKA
Buku asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan NANDA NIC NOC (Vol. 1)
Yogyakarta : 2015.
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA TN. “C”
DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
DENGAN DIAGNOSA MEDIS ABSES HEPAR
DI RUANG LAPARATOMI RSUD KOTA MATARAM
PADA TANGGAL 19 MEI 2020
2. Penanggung Jawab :
Nama : Ny. “M”
Umur : 32 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Mataram
Hub. Dengan Pasien : Istri Klien
3. Riwayat Pre Operasi :
a. Pasien Mulai Dirawat
Pada pukul 15:40 tanggal 27 April 2020 di ruang rawat inap kelas III 722/C pasien
diantar ke OK IGD : pukul : 12.40 tanggal : 19 Mei 2020
4. Pemeriksaan Fisik
a. TTV Tanggal 19 Mei 2020, Pukul: 12:45 Wita
– TD : 135/80 mmHg
– Suhu : 36,7° C
– Nadi : 108 x/menit
– RR : 20 x/menit
– Sp. O2 : 99 %
– Kesadaran : GCS : E₂ Vett M₄
– Orientasi : Buruk
b. Head To Toe
1) Kepala dan Leher
Kepala tampak simetris, tidak ada lesi, bersih, rambut hitam puth, tidak ada
benjolan. Leher tampak simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar
thyroid, klien terpasang CVC pada jugular kanan.
2) Mata
Bentuk simetris, konjungtiva merah muda. Tidak ada nyeri tekan, bola mata
teraba lunak.
3) Hidung
Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan, tidak ada secret. Tidak ada
nyeri tekan.
4) Mulut
Mukosa bibir kering, bibir pucat, tidak ada sariawan. Tidak ada nyeri tekan di
sekitar mulut.
5) Leher
Tidak ada lesi dan jaringan parut. Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.
6) Thorax Dan Paru
Jantung
Inspeksi : Tidak tampak letus cordis
Auskultasi : Irama jantung teratur, terdengar suara jantung S1 dan S2, tidak
terdengar bunyi murmur dan gallop
Palpasi : Denyut jantung teratur
Perkusi : Bunyi sonor
Paru
Inspeksi : RR: 20 x/mnt, nafas teratur
Auskultasi : Tidak terdengar bunyi ronkhi/ wheezing, bunyi nafas vasikuler
Palpasi :
Perkusi : Bunyi sonor
7) Abdomen
Inspeksi : Warna kulit merata dengan kulit sekitarnya, tidak ada lesi.
Auskultasi : Peristaltik usus 14 x/menit.
Palpasi : Teraba besar dan keras pada kuadran kanan atas.
Perkusi : Terdengar bunyi shiffting dulnes.
5. Psikososial
Pasien merasa takut dengan operasi yang akan dilakukan
6. Spritual
Pasien selalu berdoa untuk kelancaran operasinya.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. USG Abdomen (23 April 2020)
Hasil : hepatomegali disertai abses pada hepar lobus kanan
b. Thorax (22 April 2020)
Hasil : tidak tampak kelainan radiologis pada jantung dan paru
c. Hasil Laboratorium (16 Mei 2020)
HEMATOLOGI (DARAH)
Darah Perifer Lengkap :
– Hemoglobin L 9.2 g/dL
– Hematokrit L 27.6 %
– Eritosit L 3.46 10^6/µL
– MCV / VER L 79.8 fL
– MCH / HER L 26.6 pg
– NCHC / KHER 33.3 g/dL
– Jumlah Trombosit 27.6 10^3/µL
– Jumlah Leukosit H 20.17 10^3/µL
Hitung Jenis :
– Basofil 0.6 %
– Eosinofil L 0.0 %
– Neutrofil H 83.7 %
– Limfosit L 6.8 %
– Monosit H 8.9 %
– Selisih 0.0 %
– RDW-CV 14.3
– RDW-SD H 37.5
HEMOSTASIS (DARAH)
PT + INR
MASSA PROTOMBIN (PT)
Pasien H 13,4 detik
Control 10.9 detik
INR 1,30
APTT
Pasien H 48,3 detik
Control 31,3 detik
Kimia Darah
Albumin L 2,37 g/dL
Bilirubin
Bilirubi total H 1,25 mg/ dL
Bilirubin direx H 0,82 mg/dL
Bilirubin indirex 0,43 mg/dL
FE (SI) – TIBC
Serum iron (FE) L 22 µg/dL
TIBC L 113 µg/dL
Saturasi tranferin 19%
Ferritin H1322,0 ng/ml
d. Prosedur Khusus Sebelum Pembedahan
e. Pemberian Obat-Obatan :
1. Obat Pre Medikasi :
– Ranitidine 50 mg IV (19 Mei 2020 Pukul 07.00)
– Lactulac 10 mg IV (19 Mei 2020 Pukul 07.00)
2. Obat Pra Bedah :
– Dexametason 10mg IV (19 Mei 2020 Pukul 13.20)
– Ondansentron 4mg IV (19 Mei 2020 Pukul 13.20)
– Keterolac 3mg (19 Mei 2020 Pukul 13.20)
A. ANALISA DATA
DATA PENUNJANG
NO ETIOLOGI PROBLEM
(SYMPTOM)
HARI
NO TGL DX. TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
JAM
Mahasiswa
(____________________________)
PENGKAJIAN INTRA OPERATIF
PERSIAPAN OPERASI :
Alat Alat :
1. Set laparatomi dewasa =3
2. Rintang =1
3. Scapel no 4 dan 3 =1
4. Pinset sirugis =1
5. Pinset anatomis =2
6. Pinset kouter =2
7. Pinset anatomis panjang =1
8. Gunting jaringan panjang =1
9. Guning jaringan =3
10. Gunting benang =1
11. Needle holder sedang =2
12. Needle holder panjang =1
13. Towel klem =4
14. Klem bengkok =6
15. Klem koher =6
16. Klem usus =6
17. Prepare 60º =3
18. Klem Babchoek =1
19. Klem elis =1
20. Langen back =2
21. O hak =2
22. Liver hak =2
23. Buik hak =2
24. Spatula =1
25. Ujung suction seribu =1
26. Bengkok =1
27. Kom =1
28. Jumlah instrumen = 55
A. ANALISA DATA
DATA PENUNJANG
NO ETIOLOGI PROBLEM
(SYMPTOM)
HARI
TGL DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
JAM
A : Resiko Cedera
P : Pertahankan intervensi
Mahasiswa
(____________________________)
PENGKAJIAN PEMULIHAN
PASCA OPERASI
I. PEGKAJIAN
Nama Klien : Tn. “C”
Ruang : Laparatomi
Jam/Tanggal : 19.00 Wita / 19 Mei 2020
1. Keadaan Umum :
Lemah
2. Air Way :
Klien terpasang ETT
3. Breathing :
RR : 20 x/menit, tidak menggunakan bantuan otot pernafasan.
4. Sirkulasi :
Tekanan Darah : 100/60 mmHg, Nadi : 110 x/menit, Suhu: 35,9° C, Sp O2 : 99 %
klien DPO (dalam pengaruh obat), akral dingin.
5. Observasi :
Aldret Score :
Skor Saat
No. Kriteria Skor Selesai Operasi
Jam 18.30
1. Warna Kulit :
– Kemerahan 2 1
– Pucat 1
– Sianosis 0
2. Aktivitas Motoric :
– Gerak 4 anggota tubuh 2 1
– Gerak 2 anggota tubuh 1
– Tidak ada gerakan 0
3. Pernapasan :
– Napas dalam, batuk dan kuat 2 1
– Nafas dangkal dan kuat 1
– Apnea atau nafas tidak adekuat 0
Tekanan Darah :
4. – ± 20 mmhg dari pre operasi
– 20-50 mmhg dari pre operasi 2 0
– ± 50 mmhg dari pre operasi 1
0
Kesadaran :
5. – Sadar penuh mudah dipanggil
– Bangun jika dipanggil 2
– Tidak ada respon
1
0
Jumlah 4
A. ANALISA DATA
DATA PENUNJANG
NO ETIOLOGI PROBLEM
(SYMPTOM)
HARI
TGL DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
JAM
.
Selasa 20.20 2 1. Memonitor TTV 1. TTV
19 Wita 2. Memberikan selimut TD : 100/70
Mei penghangat mmHg
2020 3. Memonitor suhu Nadi : 110
lingkungan x/menit
RR : 21 x/menit
Sp.O2 : 99%
2. Pasien tidak
hipotermi.
3. Suhu satabil.
Selasa 1. S: -
19 O:
Mei – Klien terpasang ETT
2020 – Posisi klien semi fowler
– Nafas dangkal dan kuat
21.00 – GCS : E2VettM4
Wita – Alderete Score :
– TTV
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 110 x/menit
RR : 21 x/menit
Sp .O2 : 99 %
Selasa 2 S:-
19 O:
Mei – Akral hangat
2020 – Suhu tubuh : 36,6 Oc
– Suhu lingkungan: 20 oC
21.10
Wita A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
Selasa 3 S:-
19 O:
Mei – GCS : E2VettM4
2020 – Klien terpasang ETT, monitor,
kateter, IV line, CVC
21.20 – Klien dipindahkan ke ICU
Wita
A : Resiko cedera
P : Pertahankan Intervensi
Mahasiswa
(____________________________)