Anda di halaman 1dari 105

SKRIPSI

PENGARUH RENDAM KAKI AIR HANGAT DENGAN CAMPURAN


JAHE MERAH DAN GARAM PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI
DI BALAI SOSIAL LANJUT USIA MANDALIKA NTB
TAHUN 2021

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Mata
Kuliah Skripsi 2 Pendidikan Diploma IV Keperawatan Mataram Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Mataram Kemenkes RI
Tahun Akademik 2020/2021

Oleh:

TRI PUTRANTO MAYTAS ARDIYAN.


NIM.P07120317072

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


PRODI DIV KEPERAWATAN MATARAM
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI

Dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Politeknik Kesehatan

Mataram Jurusan Keperawatan dan diterima untuk memenuhi syarat

dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Diploma IV (D.IV)

Keperawatan Mataram Jurusan Keperawatan Tahun Akademik

2020/2021.

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Keperawatan


Politeknik Kesehatan Mataram Kemenkes RI

Rusmini, S.Kep.,Ns.,MM
NIP. 197010161989032001

Tim Penguji,

1. Sitti Rusdianah Jafar, SKM.,M.Kes ( )


NIP.197207051999032001 Ketua Penguji

2. Rusmini, S.Kep.,Ns.,MM ( )
NIP. 197010161989032001 Penguji I

3. Hadi Kusuma Atmaja, SST., M.Kes ( )


NIP . 198303312008121002 Penguji II

Tanggal Lulus :

ii
LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI

Dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Politeknik Kesehatan

Mataram Jurusan Keperawatan dan diterima untuk memenuhi syarat

dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Diploma IV (D.IV)

Keperawatan Mataram Jurusan Keperawatan Tahun Akademik

2020/2021.

Mataram,

Oleh:

TRI PUTRANTO MAYTAS ARDIYAN


NIM.P07120317072

Mengetahui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Rusmini, S.Kep.,Ns.,MM Hadi Kusuma Atmaja SST., M.Kes


NIP. 197010161989032001 NIP . 198303312008121002

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha

Esa, karena atas rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga

penulisan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Rendam Kaki Air Hangat

dengan Campuran Jahe Merah dan Garam Pada Lansia Penderita

Hipertensi di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB ” dapat

terselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan Skripsi ini tidak terlepas

dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu

dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan

Terimakasih yang sebesar – besarnya kepada:

1. Bapak H. Awan Dramawan, S.Pd.,M.Kes., selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Mataram Kemenkes RI.

2. Ibu Rusmini, S. Kep.Ns.,MM., selaku Ketua Jurusan Keperawatan dan

selaku Pembimbing pertama yang telah memberikan motivasi,

masukan, arahan dan solusi terhadap semua permasalahan yang ada

saat penyusunan skripsi ini dapat selesai dengan usaha yang

maksimal.

3. Ibu Desty Emilyani,M.Kep., selaku Ketua Program Studi DIV

Keperawatan Mataram.

4. Bapak Hadi Kusuma Atmaja, SST., M.Kes selaku pembimbing kedua

yang telah sangat sabar menghadapi Penulis serta memberikan

bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi

iv
5. . Ibu Sitti Rusdianah Jafar, SKM,.M.Kes selaku penguji yang telah

sabar menghadapi Penulis serta memberikan bimbingan dan saran

dalam penyusunan Skripsi ini.

6. Orang Tua tercinta, semua keluarga, dan orang – orang terkasih terima

kasih atas segala do’a, kasih sayang dan pengorbanannya selama ini.

7. Semua teman – temanku yang tidak dapat disebutkan disini terima

kasih atas segala bantuan dan dukungannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih banyak kekurangan.

Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya.

Mataram, April 2021

Penulis

v
PENGARUH RENDAM KAKI DENGAN CAMPURAN JAHE MERAH
DAN GARAM PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI BALAI
SOSIAL LANJUT USIA MANDALIKA PROVINSI NTB

Tri Putranto Maytas Ardiyan1 , Rusmini2 , Hadi kusuma Atmaja3


Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mataram Jl. Kesehatan V/10 Mataram
Tlp. (0370)621383
Email : triardiyan1999@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Hipertensi adalah suatu kondisi dimana tekanan darah


sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg.
penatalaksanaan hipertensi menggunakan terapi non farmakologi salah
satunya yaitu dengan terapi rendam kaki dengan campuran jahe merah
dan garam.
Tujuan: Mengetahui Pengaruh Rendam Kaki dengan Campuran Jahe
Merah dan Garam Pada Lansia Penderita Hipertensi di Balai Sosial Lanjut
Usia Mandalika Provinsi NTB.
Metode: Penelitian dilakukan dengan desain pre experimental dengan
rancangan one grup pretest – posttest dengan jumlah sampel 44 pasien
hipertensi.
Hasil : Rata – rata tekanan darah sistole sebelum rendam kaki dengan
campuran jahe merah dan garam yaitu kategori hipertensi sedang sebesar
161.82 mmHg dan rata – rata tekanan darah diastole sebesar
94.77mmHg, kemudian rata-rata tekanan darah sistole setelah diberikan
intervensi rendam kaki dengan campuran jahe merah dan garam menjadi
kategori high normal yaitu 139.32 mmHg dan rata – rata tekanan darah
diastole sebesar 88.18 mmHg.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan adanya
pengaruh Rendam Kaki dengan Campuran Jahe Merah dan Garam
terhadap tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.
Saran : Bagi Lansia disarankan untuk menerapkan secara rutin dan
disiplin rendam kaki dengan campuran jahe merah dan garam selama 15-
20 menit dalam 3 hari berturut-turut
Kata Kunci : Rendam Kaki, Tekanan Darah.

vi
EFFECT OF SOAKING FEET WITH A MIXTURE OF RED GINGER AND
SALT ON BLOOD PRESSURE IN ELDERLY PEOPLE WITH
HYPERTENSION
Tri Putranto Maytas Ardiyan1 , Rusmini2 , Hadi kusuma Atmaja3
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mataram Jl. Kesehatan V/10 Mataram
Tlp. (0370)621383
Email : triardiyan1999@gmail.com

ABSTRACK

Background : Hypertension is a condition where systolic blood pressure


is more than 140 mmHg and diastolic is more than 90 mmHg. non-
pharmacological therapy one of which is by soaking the feet with a mixture
of red ginger and salt.
Purpose: : To Know The Effect of Soaking Feet with a Mixture of Red
Ginger and Salt In Elderly People With Hypertension in the Elderly Social
Center Mandalika NTB Province.
Method: : The research was conducted with desain pre experimental with
the design of one group pretest – posttest with a sample number of 44
hypertensive patients.
Result : average blood pressure of cystole before soaking the feet with a
mixture of red ginger and salt is category of moderate hypertension is
161.82 mmHg and average blood pressure diastole of 94.77mmHg, then
the averagebloodpressure of thecystole after intervention soak the feet
with a mixture of red ginger and salt be in the high normal category is
139.32 mmHg and average blood pressure diastole of 88.18 mmHg.
Conclusion: : Based on the results of this study shows the influence of
Soak Feet with a mixture of Red Ginger and Salt on blood pressure in
elderly people with hypertension.
Advice : For elderly are advised to apply regularly and disciplined soak
the feet with a mixture of red ginger and salt for 15-20 minutes in 3
consecutive days.
Keywords: Soak Feet, Blood Pressure.

vii
DAFTAR ISI

SKRIPSI................................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI....................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................iii
SKRIPSI.............................................................................................................. iii
ABSTRAK........................................................................................................... vi
ABSTRACK........................................................................................................vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................5
C. Tujuan Penelitian......................................................................................5
D. Hipotesis Penelitian..................................................................................6
E. Manfaat Penelitian...................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................8
A. Kerangka Teoritis......................................................................................8
1.Konsep Rendam Kaki................................................................................8
a. Definisi Rendam Kaki.............................................................................8
b. Rendam kaki menggunakan air hangat..................................................9
c. Manfaat air hangat................................................................................10
d. Manfaat Rendam kaki air hangat terhadap status kardiovaskuler pasien
hipertensi..............................................................................................11
2.Konsep Jahe Merah dan Garam.............................................................13
a.Deskripsi Tanaman Jahe Merah.........................................................13
b.Kandungan Jahe Merah......................................................................14
c.Taksonomi Jahe Merah.......................................................................15
d. Manfaat Jahe Merah..........................................................................16
e. Definisi Garam..................................................................................16

viii
f. Kandungan dan Manfaat Garam......................................................17
g.Mekanisme Rendam Kaki dalam Menurunkan Tekanan Darah
dengan Campuran Jahe Merah dan Garam.....................................17
3.Konsep Tekanan Darah.......................................................................21
a. Definisi Tekanan Darah...................................................................21
b. Komponen Tekanan darah.............................................................21
c. Alat Ukur Tekanan Darah................................................................22
4.Konsep Hipertensi.................................................................................26
a. Definisi Hipertensi.................................................................................26
b. Klasifikasi Hipertensi............................................................................26
c. Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi................................................28
d. Penatalaksanaan..................................................................................36
e. Komplikasi............................................................................................42
5. Konsep Lansia........................................................................................43
a.Pengertian............................................................................................43
b. Klasifikasi Lanjut Usia.........................................................................44
c.Karakteristik Lanjut Usia.......................................................................45
d. Hipertensi Pada Lansia.......................................................................45
B. Kerangka Konsep...................................................................................47
BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................48
A. Ruang Lingkup Penelitian......................................................................48
1. Tempat Penelitian.................................................................................48
2. Waktu Penelitian...................................................................................48
B. Desain Penelitian....................................................................................48
C. Kerangka Kerja.......................................................................................49
D. Populasi dan Sampel..............................................................................50
E. Besar Sampel.........................................................................................52
F. Variabel Penelitian..................................................................................52
G. Definisi Operasional...............................................................................54
H. Data yang dikumpulkan..........................................................................55
I. Cara Pengumpulan Data.......................................................................56
J. Cara Pengolahan...................................................................................57
L. Prosedur rendam kaki dengan campuran jahe merah dan garam..........60
M. Alur Penelitian.......................................................................................62
BAB IV HASIL PENELITIAN..............................................................................75

ix
A.Gambaran Umum Balai Sosial Lanjut Usia (BSLU) Mandalika NTB........75
B.Gambaran Umum Responden.................................................................81
1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...............................81
2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia..............................................81
3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan....................................82
C.Gambaran Khusus Hasil Penelitian.........................................................82
1.Tekanan Darah Lansia Hipertensi Sebelum Rendam Kaki dengan ...82
2.Tekanan Darah Lansia Hipertensi Setelah Diberikan Terapi Rendam
Kaki dengan Campuran Jahe Merah dan Garam.................................84
3. Hasil Analisis Statistik Pengaruh Rendam Kaki dengan Campuran
Jahe Merah dan Garam Terhadap Tekanan Darah Hipertensi............85
BAB V PEMBAHASAN.....................................................................................87
A. Identifikasi Tekanan Darah Lansia Sebelum Diberikan Intervensi
Rendam Kaki dengan Campuran Campuran Jahe Merah dan Garam.. 87
B. Identifikasi Tekanan Darah Lansia Setelah Diberikan Intervensi Rendam
Kaki dengan Campuran Jahe Merah dan Garam..................................91
C. Menganalisis Pengaruh Rendam Kaki dengan Campuran Jahe Merah
dan Garam Terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi.................93
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................97
A.Kesimpulan.............................................................................................97
B.Saran......................................................................................................97
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................99

x
DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

Tabel 1. Taksonomi Tanaman Jahe merah menurut (Ermayanti, 2009)...........15


Tabel 2 .Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO..................................................27
Tabel 3 .Definisi Operasional.......................................................................................54
Tabel 4 .Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Balai Sosial Lanjut
Usia (BSLU) Mandalika NTB, April 2021 (n=44).......................................81
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Balai Sosial Lanjut Usia
(BSLU) Mandalika NTB, April 2021 (n=44).................................................81
Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidkan di Balai Sosial Lanjut
Usia (BSLU) Mandalika NTB, April 2021 (n=44).......................................82
Tabel 7. Kategori Tekanan Darah Responden Sebelum Rendam Kaki dengan
Campuran Jahe Merah dan Garam,April 2021 (n= 44).............................83
Tabel 8. Distribusi Tekanan Darah Responden Sebelum Rendam Kaki dengan
Campuran Jahe Merah dan Garam,April 2021 (n= 44)............................83
Tabel 9. Kategori Tekanan Darah Responden Sesudah Rendam Kaki dengan
Campuran Jahe Merah dan Garam,April 2021 (n= 44)............................84
Tabel 10.Distribusi Tekanan Darah Responden Setelah Rendam Kaki dengan
Campuran Jahe Merah dan Garam,April 2021 (n= 44)............................84
Tabel 11.Pengaruh Rendam Kaki dengan Campuran Jahe Merah dan Garam
Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di Balai
Sosial Lanjut Usia April 2021 (n=44)..........................................................85

xi
DAFTAR GAMBAR

No.Teks Halaman

1. Gambar 2.1 Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe)...................15

xii
DAFTAR LAMPIRAN

No.Teks

Lampiran 1. Penjelasan Penelitian

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3.Checklist

Lampiran 4. Lembar Observasi Penelitian

Lampiran 5. Master Tabel Pengaruh Rendam Kaki dengan Campuran

Jahe Merah dan Garam Pada Lansia hipertensi

Lampiran 6. Hasil uji Analisis SPSS

Lampiran 7. Permohonan Surat Rekomendasi Studi Pendahuluan,dan


Pengambilan Data

Lampiran 8. Surat Permohonan Persetujuan Etik

Lampiran 9. Surat Persetujuan Etik

Lampiran 10.Lembar Konsultasi

Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik

lebih dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80

mmHg. Hipertensi sering menyebabkan perubahan pada pembuluh

darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah

(Muttaqin A, 2009). Di Indonesia, hipertensi merupakan penyebab

kematian ke-3 setelah stroke dan tuberculosis (Triyanto, 2014)

dalam (Azizah, 2015)

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015

menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia menderita

hipertensi. Artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita

hipertensi, hanya 36,8% diantaranya minum obat. Data statistik

menyatakan bahwa 24,7% penduduk Asia Tenggara dan 23,3%

penduduk Indonesia berusia 18 tahun ke atas mengalami hipertensi

pada tahun 2014 (WHO, 2015)

Adapun data terbaru Menurut Riskesdas tahun 2018,

prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran

tekanan darah pada penduduk umur ≥18 tahun sebesar 34,1% dan

tertinggi di kalimantan selatan sebesar 44,1%. Prevalensi hipertensi

pada umur 18 tahun ke atas di provinsi NTB yakni mencapai 24,3%

(Kementrian Kesehatan RI, 2018)

1
2

Berdasarkan Hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan

pada bulan Desember tahun 2020 di Balai Sosial Lanjut Usia

Mandalika NTB lansia yang menderita hipertensi sebanyak 50

orang, dari 44 lansia yang menderita hipertensi 9-10 lansia

hipertensi belum mengetahui rendam kaki air hangat dengan

campuran jahe merah dan garam dapat menurunkan hipertensi,

pasien mengatakan hanya mengetahui diet dan meminum obat

secara teratur dapat mengontrol tekanan darah.

Dampak apabila hipertensi pada lansia tidak ditangani

akan terjadi pengapuran dinding pembuluh darah jantung yang

akan menyebabkan berkurangnya aliran darah pada beberapa

bagian otot jantung. Tekanan darah tinggi akan memaksa otot

bekerja lebih berat untuk memompa darah ke seluruh tubuh

dimana kondisi ini menyebabkan otot jantung menebal sehingga

daya pompa otot jantung akan menurun, dari kondisi ini

mengakibatkan gagal jantung, kerusakan pembuluh, gagal ginjal

dimana ginjal sudah tidak dapat berfungsi dengan semestinya

(Dalimartha, et al., 2008, hlm.13-14).

Salah satu terapi non farmakologis yang dapat digunakan

untuk mengurangi hipertensi adalah dengan menggunakan terapi

rendam kaki air hangat dengan campuran garam dan jahe merah .

Terapi rendam kaki (hidroterapi kaki) ini membantu memperlebar

pembuluh darah sehingga lebih banyak oksigen dipasok ke


3

jaringan yang mengalami pembengkakan serta meningkatkan dan

memperbaiki sirkulasi darah (Wulandari.P, 2016)

Rendam kaki merupakan bagian dari terapi air

(hydrotherapy) yang sebelumnya dikenal sebagai hydropathy, yaitu

metode pengobatan menggunakan air untuk mengobati atau

meringankan kondisi yang menyakitkan dan merupakan metode

terapi dengan pendekatan lowtech yang mengandalkan pada

respon-respon tubuh terhadap air. Rendam kaki air hangat adalah

secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh,

dampak air hangat dapat membuat sirkulasi darah menjadi lancar.

Pada pengobatan tradisional Cina, kaki merupakan jantung kedua

pada manusia dikarenakan ada banyak titik akupuntur di telapak

kaki terdiri dari enam meridian yaitu hati, kantung empedu di

kandung kemih, jantung, ginjal, limfa, dan perut sehingga

mewakili/berhubungan dengan seluruh tubuh terutama organ vital

jantung yang berada pada telapak kaki kiri sehingga memperbaiki

sirkulasi darah ke jantung (Hembing. KW, 2006)

Rendam kaki dapat dikombinasikan dengan bahan-bahan

herbal lain salah satunya jahe. Jenis-jenis jahe yang dikenal oleh

masyarakat yaitu jahe emprit (jahe kuning), jahe gajah (jahe

badak), dan jahe merah (jahe sunti) tetapi jahe yang banyak

digunakan untuk obat-obatan adalah jahe merah, karena jahe

merah memiliki kandungan minyak atsiri yang lebih tinggi dibanding

dengan jahe lainnya (Setyaningrum & Sapiranto, 2013).


4

Jahe mengandung lemak, protein, zat pati, oleoresin

(gingerol) dan minyak atsiri. Rasa hangat dan aroma yang pedas

pada jahe disebabkan oleh kandungan minyak atsiri (volatil) dan

senyawa oleoresin (gingerol). Rasa hangat pada jahe dapat

memperlebar pembuluh darah sehingga aliran darah lancar

(Kurniawati.N, 2010)

Komponen utama pada jahe merah yang sangat berperan

penting selain minyak atsiri adalah gingerol karena dapat bersifat

antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan darah, dengan

demikian jahe mampu mencegah tersumbatnya pembuluh darah

yang dapat memicu terjadinya hipertensi, stroke dan serangan

jantung. Selain itu gingerol diperkirakan juga dapat membantu

menurunkan kadar kolesterol yang dapat memicu terjadinya

hipertensi (Purwanto, 2013a)

Kelancaran sirkulasi darah dapat mendorong darah ke dalam

jantung dan dapat menurunkan tekanan sistolik. Akibat aliran darah

yang lancar juga dapat menurunkan tekanan diastolik. Selain itu,

adapun garam dapur juga dapat bermanfaat untuk membantu

melancarkan peredaran darah, dengan cara merendam kaki

menggunakan air hangat yang dicampuri garam. Garam memiliki

khasiat yang dapat menenangkan pikiran, begitupun juga pada

tanaman jahe (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).


5

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Uraian latar belakang dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini adalah ‘’ Apakah ada pengaruh

rendam kaki air hangat dengan jahe merah dan garam terhadap

penurunan tekanan darah pada lansia di BSLU Mandalika NTB.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh rendam kaki air hangat dengan jahe

merah dan garam terhadap penurunan tekanan darah pada

lansia hipertensi di BSLU Mandalika NTB.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tekanan darah lansia penderita hipertensi

sebelum diberikan intervensi rendam kaki dengan campuran

garam dan jahe merah di BSLU Mandalika NTB.

b. Mengidentifikasi tekanan darah lansia penderita hipertensi

setelah diberikan intervensi rendam kaki dengan campuran

garam dan Jahe merah di BSLU Mandalika NTB.

c. Menganalisis pengaruh rendam kaki dengan campuran

garam dan jahe merah terhadap tekanan darah penderita

hipertensi pada lansia di BSLU Mandalika NTB.

D. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :


6

1. Hipotesis (H0)

Tidak ada pengaruh rendam kaki dengan campuran jahe

merah dan garam terhadap tekanan darah lansia penderita

hipertensi.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada pegaruh rendam kaki dengan campuran jahe merah

dan garam terhadap tekanan darah lansia penderita

hipertensi..

E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan,

serta sebagai bahan untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan penelitian dalam meningkatkan mutu

asuhan keperawatan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pasien

Pasien dapat melakukan teknik perawatan/pengobatan

alternatif dalam penatalaksanaan hipertensi tanpa efek

samping dan biaya yang relatif murah.

b. Bagi BSLU Mandalika NTB


7

Sebagai bahan pertimbangan oleh pihak BSLU dalam

memberikan asuhan keperawatan pada penderita

hipertensi.

c. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini akan dapat dijadikan sebagai kerangka

acuan untuk penelitian selanjutnya serta memberikan

informasi awal bagi pengembangan penelitian serupa

terkait pemberian terapi non farmakologis pada

pasien/penderita hipertensi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis
1. Konsep Rendam Kaki

a. Definisi Rendam Kaki

Rendam kaki merupakan salah satu jenis terapi

alamiah yang bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah,

mengurangi edema, meningkatkan sirkulasi darah,

mengurangi edema,meningkatkan relaksasi otot,

menyehatkan jantung, mengendorkan otot-

otot ,menghilangkan stres, nyeri otot, meringankan rasa

sakit, mmeningkatkan permeabilitas kapiler,memberikan

rasa hangat pada tubuh (Potter & Perry, 2012)

Rendam kaki air hangat adalah secara ilmiah air

hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh, dampak air

hangat dapat membuat sirkulasi darah menjadi lancar. Pada

pengobatan tradisional Cina, kaki merupakan jantung kedua

pada manusia dikarenakan ada banyak titik akupuntur di

telapak kaki terdiri dari enam meridian yaitu hati, kantung

empedu di kandung kemih, jantung, ginjal, limfa, dan perut

sehingga mewakili/berhubungan dengan seluruh tubuh

terutama organ vital jantung berada pada telapak kaki kiri

sehingga memperbaiki sirkulasi darah ke jantung (Hembing.

KW, 2006)

8
9

Menurut (Peni, 2009) penderita hipertensi dalam

pengobatannya tidak hanya menggunakan obat-obatan

melainkan bisa menggunakan tindakan alternatif

nonfarmakologis dengan menggunakan metode yang lebih

murah dan mudah yaitu dengan menggunakan metode

terapi rendam air hangat sebagai salah satu terapi yang

dapat memulihkan otot sendi yang kaku serta dapat

menurunkan tekanan darah apabila dilakukan secara teratur

dan rutin melalui kesadaran dan kedisiplinan (Madyastuti L,

2011)

b. Rendam kaki menggunakan air hangat

Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak

fisiologis bagi tubuh, pertama berdampak pada pembuluh

darah dimana hangatnya air membuat sirkulasi darah

menjadi lancar, yang kedua adalah faktor pembebanan di

dalam air yang akan menguatkan otot-otot dan ligament

yang mempengaruhi sendi tubuh Hidroterapi rendam kaki air

hangat mudah dilakukan oleh semua orang tidak

membutuhkan biaya yang mahal, dan tidak memilki efek

samping yang berbahaya (Potter and Perry, 2006)


10

c. Manfaat air hangat

Merendam bagian tubuh ke dalam air hangat dapat

meningkatkan sirkulasi, mengurangi edema, meningkatkan

relaksasi otot. Terapi rendam kaki pada air hangat

mempunyai banyak manfaat diantaranya yaitu :

1) Mendilitasi pembuluh darah, melancarkan peredaran

darah, dan memicu syaraf yang ada pada telapak kaki

untuk bekerja. Syaraf telapak kaki menuju organ vital

tubuh diantaranya menuju ke jantung, paru-paru,

lambung, dan pancreas.

2) Berdampak pada pembuluh darah. Hangatnya air

membuat sirkulasi darah menjadi lancar.

3) Faktor pembebanan di dalam air akan menguatkan otot-

otot dan ligament yang mempengaruhi sendi-sendi tubuh.

4) Latihan di dalam air berdampak positif terhadap otot

jantung dan paru-paru. Latihan air membuat sirkulasi

pernafasan menjadi lebih baik. Efek hidrostatik dan

hidrodinamik pada terapi ini juga membantu menopang

berat badan saat latihan.

Menurut (Damayanti, 2014) manfaat terapi rendam kaki air

hangat terbagi menjadi 2 yaitu :

1) Secara biologis, air hangat dapat menyebabkan dilatasi

pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan

sirkulasi darah.
11

2) Secara fisiologis, respon tubuh terhadap panas yaitu

menyebabkan pelebaran pembuluh darah, menurunkan

kekentalan darah, menurunkan ketegangan otot,

meningkatkan metabolisme jaringan dan meningkatkan

permeabilitas kapiler.

Menurut (Dewi, 2014) terapi rendam kaki air hangat

mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh.

1) Berdampak pada pembuluh darah dimana hangatnya air

membuat sirkulasi darah menjadi lancar.

2) Faktor pembebanan di dalam air yang menguntungkan

otot-otot dan ligament yang mempengaruhi sendi tubuh.

d. Manfaat Rendam kaki air hangat terhadap status

kardiovaskuler pasien hipertensi

Efek biologis panas/hangat dapat menyebabkan

dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan

sirkulasi darah. Secara fisiologis, respon tubuh terhadap

panas yaitu menyebabkan pelebaran pembuluh darah,

menurunkan kekentalan darah, menurunkan ketegangan

otot, meningkatkan hangat inilah yang dipergunakan untuk

keperluan terapi pada berbagai kondisi dan keadaan dalam

tubuh (Damayanti, 2014).

Menurut (Susanto T, 2013) merendam kaki dengan air

hangat akan membuat pembuluh darah melebar dan

meningkatkan sirkulasi darah, ini dapat merelaksasikan


12

seluruh tubuh dan mengurangi kelelahan dari hari yang

penuh dengan aktifitas.

Menurut (Damayanti, 2014) prinsip kerja terapi

rendam kaki air hangat dengan mempergunakan air hangat

yaitu secara konduksi dimana terjadi perpindahan

panas/hangat dari air hangat ke dalam tubuh akan

menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan penurunan

ketegangan otot sehingga dapat memperlancar peredaran

darah yang akan mempengaruhi tekanan arteri oleh

baroreseptor pada sinus kortikus dan arkus aorta yang akan

menyampaikan impuls yang dibawa serabut saraf yang

membawa isyarat dari semua bagian tubuh untuk

menginformasikan kepada otak perihal tekanan darah,

volume darah dan kebutuhan khusus semua organ ke pusat

saraf simpatis ke medulla sehingga akan merangsang

tekanan sistolik yaitu regangan otot ventrikel akan

merangsang ventrikel untuk segera berkontraksi.

Pada awal kontraksi, katup aorta dan katup semilunar

belum terbuka, untuk membuka katup aorta tekanan di

dalam ventrikel harus melebihi tekanan katup aorta.

Keadaan dimana kontraksi ventrikel mulai terjadi sehingga

dengan adanya pelebaran pembuluh darah, aliran darah

akan lancar sehingga akan mudah mendorong darah masuk

ke jantung sehingga menurunkan tekanan sistoliknya, pada


13

tekanan diastolik keadaan relaksasi ventricular isovolemik

saat ventrikel berelaksasi, tekanan di dalam ventrikel turn

drastis, aliran darah lancar dengan adanya pelebaran

pembuluh darah sehingga akan menurunkan tekanan

diastolik, maka dinyatakan ada hubungan yang signifikan

antara terapi rendam kaki air hangat dengan penurunan

tekanan darah (Oktaviana, 2011)

2. Konsep Jahe Merah dan Garam

a. Deskripsi Tanaman Jahe Merah

Batang jahe merupakan batang semu dengan tinggi 30

hingga 100 cm. Akarnya berbentuk rimpang dengan akar

berwarna putih, kuning hingga kemerahan dengan bau

menyengat. Daun tanaman jahe menyirip dengan panjang 15

hingga 23 mm dan panjang 8 hingga 15 mm. Tangkai daun

berbulu halus, bunga jahe tumbuh dari dalam tanah

berbentuk bulat telur dengan panjang 3,5 hingga 5 cm dan

lebar 1,5 hingga 1,75 cm. Gagang bunga bersisik sebanyak

5 hingga 7 buah. Bunga berwarna hijau kekuningan. Bibir

bunga dan kepala putik ungu. Tangkai putik berjumlah dua

(Paimin F B dan Murhantanto, 2002)


14

b. Kandungan Jahe Merah

Jahe mengandung senyawa volatile yakni terpenoid dan

non volatile yang terdiri dari gingerol, shogaol, paradol,

zingerone dan senyawa turunan mereka serta senyawa-

senyawa flavonoid dan polifenol. Gingerol dan shogaol

merupakan kandungan utama senyawa flavonoid pada Jahe.

Senyawa tersebut mempunyai efek antioksidan yang dapat

mencegah adanya radikal bebas dalam tubuh. (Stoilova, I.,

Krastanov.,Stoyanova, A., Denev,P.And Gargova, 2007)

Jahe merah mempunyai kandungan 6-gingerol, 8-

gingerol, 10- gingerol dan 6-shogaol yang lebih tinggi

dibandingkan dengan jahe gajah yaitu sebesar 18.03, 4.09,

4.61, dan 1.36 mg/g sehingga banyak dikonsumsi

masyarakat sebagai bahan obat. (Fathona Diva, 2011)

Komponen utama pada jahe merah yang sangat berperan

penting selain minyak atsiri adalah gingerol karena dapat

bersifat antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan darah,

dengan demikian jahe mampu mence gah tersumbatnya

pembuluh darah yang dapat memicu terjadinya hipertensi,

stroke dan serangan jantung. Selain itu gingerol diperkirakan

juga dapat membantu menurunkan kadar kolesterol yang

dapat memicu terjadinya hipertensi (Purwanto, 2013b)


15

c. Taksonomi Jahe Merah

Taksonomi tanaman jahe merah menurut (Harmono dan

Andoko, 2005)

Tabel 1 Taksonomi Tanaman Jahe merah menurut


(Ermayanti, 2009)

Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Monocotyledonate
Ordo Zingiberales
Famili Zingiberaceae
Marga Zingiberis
Spesies Zingiber officinale Roscoe
Varietas Zingiber officinale Roscoe var .
amarum

Sumber : (Ermayanti, 2009)

Gambar 2.1
Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe.)
16

d. Manfaat Jahe Merah

Rimpang jahe merupakan bagian utama yang

dimanfaatkan sebagai bumbu dapur dan obat herbal untuk

beberapa penyakit. Rimpang jahe mengandung beberapa

komponen kimia yang berkhasiat bagi kesehatan. Jahe

segar digunakan sebagai anti muntah (antiematic), anti batuk

(antitussive/expectorant), merangsang pengeluaran keringat,

dan menghangatkan tubuh. Dan mengandung banyak

polifenol (Fathona, 2011). Senyawa [6]-gingerol telah

dibuktikan mempunyai aktivitas sebagai antipiretik, antitusif,

hipotensif (Mamoru, S., I. Atsushi, Y. Kazunori, S. Kazuhiko,

1984), anti inflamasi dan analgesik (Kwon, 2005) antikanker

(Dorai, T., dan Aggarwal, 2004), antioksidan (Masuda , T.,

Isobe, J., jitoe , A dan Nakatani, 2004), antifungal.

e. Definisi Garam

Menurut (Herman & Joetra, 2015) garam adalah

benda padatan berwarna putih berbentuk kristal yang

merupakan kumpulan senyawa dengan sebagaian besar

terdiri dari Natrium Chlorida (>80%), serta senyawa-

senyawa lain seperti Magnesium Chlorida, Magnesium

Sulfat, Calsium Chlorida. Garam mempunyai sifat

karateristik hidroskopis yang berarti mudah menyerap air.


17

f. Kandungan dan Manfaat Garam

Garam adalah suatu kumpulan senyawa kimia

dengan penyusun terbesar adalah natrium klorida (NaCl)

dan pengotor yaitu klasium sulfat (CaSO4), magnesium

sulfat (MgSO4), dan magnesium klorida (MgCl2). Garam

mengandung Na (Natrium) dan Cl (Klorida) dapat diartikan

Na merupakan satu-satunya elemen yang biasa dikonsumsi

dalam bentuk garam yang sedikit banyak murni, ialah

garam dapur (garam meja, NaCl). Na terutama terdapat di

dalam cairan ekstraselular (sediaoetama, 2010).

Garam dapur dapat bermanfaat untuk membantu

melancarkan peredaran darah, dengan cara merendam

kaki menggunakan air hangat yang dicampuri garam

(Setyoadi & Kushariyadi, 2011)

g. Mekanisme Rendam Kaki dalam Menurunkan Tekanan


Darah dengan Campuran Jahe Merah dan Garam

Rendam kaki menggunakan air hangat akan merangsang

saraf yang terdapat pada kaki untuk merangsang

baroreseptor, dimana baroreseptor merupakan reflex paling

utama dalam menentukan kontrol regulasi pada denyut

jantung dan tekanan darah. Baroreseptor menerima

rangsangan dari peregangan atau tekanan yang berlokasi di

arkus aorta dan sinus karotikus. Pada saat tekanan darah

arteri meningkat dan arteri meregang, reseptor-reseptor ini


18

dengan cepat mengirim impulsnya ke pusat vasomotor

mengakibatkan vasodilatasi pada arteriol, vena dan

perubahan tekanan darah. Dilatasi arteriol menurunkan

tahanan perifer dan dilatasi vena menyebabkan darah

menumpuk pada vena sehingga mengurangi aliran balik vena,

dan dengan demikian menurunkan curah jantung. Impuls

aferen suatu baroreseptor yang mencapai jantung akan

merangsang aktivitas saraf parasimpatis dan menghambat

pusat simpatis (kardioaselerator) sehingga menyebabkan

perubahan denyut jantung dan daya kontraktilitas jantung

(Pratika, 2012)

Menurut (Damayanti, 2014) bahwa prinsip kerja air hangat

yaitu secara konduksi dimana terjadi perpindahan dari air

hangat ke dalam tubuh akan menyebabkan pelebaran

pembuluh darah dan penurunan ketegangan otot sehingga

dapat melancarkan peredaran darah yang akan

mempengaruhi tekanan arteri oleh beroreseptor pada sinus

kortikus dan arkus aorta yang akan menyampaikan impuls

yang dibawa serabut saraf yang membawa isyarat dari semua

bagian tubuh untuk menginformasikan kepada otak perihal

tekanan darah, volume darah dan kebutuhan khusus semua

organ ke pusat saraf simpatis ke medulla sehingga akan

merangsang tekanan sistolik yaitu regangan otot ventrikel

akan merangsang ventrikel untuk segera berkontraksi. Pada


19

awal kontraksi, katup aorta dan katup seminularis belum

terbuka. Sehingga untuk membuka katup aorta, tekanan di

dalam ventrikel harus melebihi tekanan katup aorta. Keadaan

dimana kontraksi ventrikel mulai terjadi sehingga dengan

adanya pelebaran pembuluh darah, aliran darah akan lancar

sehingga akan mudah mendorong darah masuk ke jantung

sehingga menurunkan tekanan sistoliknya.

Pada tekanan diastolik keadaan relaksasi ventrikular

isovolemik saat ventrikel berelaksasi, tekanan di dalam

ventrikel turun drastis, aliran darah lancar dengan adanya

pelebaran pembuluh darah sehingga akan menurunkan

tekanan diastolik. Semua informasi di proses otak, isyaratnya

ditandai dengan mengembangnya pembuluh darah sehingga

memastikan darah mengalir di sirkulasi dengan lancar dan

memungkinkan jaringan mendapatkan nutrisi agar berfungsi

dengan baik serta menurunkan ketegangan otot,

meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga akan

menurunkan tekanan darah. Hidroterapi rendam hangat di sini

akan mempengaruhi arteri-arteri kecil di kulit akan mengalami

dilatasi (melebar) tekanan darah sistolik dan diastolik akan

turun.

Komponen utama pada jahe merah yang sangat berperan

penting selain minyak atsiri adalah gingerol karena dapat

bersifat antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan darah,


20

dengan demikian jahe merah mampu mencegah tersumbatnya

pembuluh darah yang dapat memicu terjadinya hipertensi,

stroke dan serangan jantung. Selain itu gingerol diperkirakan

juga dapat membantu menurunkan kadar kolesterol yang dapat

memicu terjadinya hipertensi (Purwanto, 2013a)

Selain itu, adapun garam dapur juga dapat bermanfaat

untuk membantu melancarkan peredaran darah, dengan cara

merendam kaki menggunakan air hangat yang dicampuri

garam. Garam memiliki khasiat yang dapat menenangkan

pikiran (Setyoadi & Kushariyadi, 2011)

Sehingga apabila ketiga bahan ini dicampurkan dalam

satu wadah dapat memberikan efek yang dapat menurunankan

tekanan darah pada penderita hipertensi secara signifikan.

Dimana air hangat dan garam akan membantu dalam

memvasodilatasikan pembuluh darah pada saat merendam kaki

dan Jahe yang mengandung minyak atsiri yang akan

memberikan efek rasa hangat dan bau yang pedas sehingga

pembuluh darah menjadi lebar dan aliran darah menjadi lancar

(Kurniawati.N, 2010)
21

3. Konsep Tekanan Darah

a. Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah (TD) adalah tekanan yang dikeluarkan

oleh darah pada dinding pembuluh darah, dan biasanya

berkenaan dengan tekanan di dalam arteri saat ventrikel kiri

memompa darah ke aorta. Tekanan dihasilkan saat aliran

menemui tahanan (Brooker, 2009)

b. Komponen Tekanan darah

Secara umum ada dua komponen tekanan darah yaitu :

1) Tekanan darah sistolik (angka atas) yaitu tekanan yang

timbul akibat pengerutan bilik jantung sehingga ia akan

memompa darah dengan tekanan terbesar.

2) Tekanan darah diastolik (angka bawah) yang merupakan

kekuatan penahan pada saat jantung mengembang

antar denyut, terjadi pada saat jantung dalam keadaan

mengembang (saat beristirahat).

Tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan

yang serius karena angka kejadiannya yang tinggi. Di

Negara Barat, 15-20% orang menderita tekanan darah

tinggi, sedangkan di Indonesia sekitar 10%. Lebih dari

separuh pasien tekanan darah tinggi tidak menyadari

bahwa dirinya mengidap penyakit ini. Tekanan darah

tinggi merupakan bahaya terselubung karena tidak


22

menampakkan gejala-gejala yang nyata, dan gejala ini

dapat terus berlangsung selama bertahun-tahun

(Rudianto, 2013)

c. Alat Ukur Tekanan Darah

Tekanan darah di ukur dengan menggunakan alat

sphygmomanometer (tensi) dan stetoskop. Ada tiga tipe

dari sphygmomanometer yaitu:

1) Sphygmomanometer air raksa atau merkuri

Tipe air raksa adalah jenis sphygmomanometer yang

paling akurat. Tingkat bacaan dimana detak tersebut

terdengar pertama kali adalah tekanan sistolik.

Sedangkan tingkat dimana bunyi detak menghilang

adalah tekanan diastolik.

2) Sphygmomanometer aneroid

Sphygmomanometer aneroid prinsip pengunaannya

yaitu menyeimbangkan tekanan darah dengan

tekanan kapsul metalis tipis yang menyimpan udara di

dalamnya.

3) Sphygmomanometer elektonik

Sphygmomanometer elektronik merupakan pengukur

tekanan darah terbaru dan lebih mudah digunakan

dibanding model standar yang menggunakan air

raksa, tetapi akurasinya juga relatif rendah. Sebelum


23

mengukur tekanan darah yang harus diperhatikan

yaitu: jangan minum kopi atau merokok selama 30

menit sebelum pengukuran dilakukan, duduk

bersandar selama 5 menit dengan kaki menyentuh

lantai dan tangan sejajar dengan jantung (istirahat)

karena dapat mempengaruhi hasil pengukuran.

d. Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah arteri dapat diukur baik secara

langsung (secara invasif) maupun tidak langsung

(secara tidak invasif). Metode langsung memerlukan

insersi kateter kecil ke dalam arteri. Metode non

invasif adalah metode yang paling umum dengan

menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop.

Pengukuran darah secara tidak langsung

menggunakan auskultasi dan palpasi, auskultasi

merupakan teknik yang paling sering digunakan

(Potter and Perry, 2006)

Adapun prosedur pengukuran tekanan darah adalah

sebagai berikut Dekatkan peralatan ke tempat tidur

klien.

1. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan

tujuannya.

2. Cuci tangan.
24

3. Atur posisi klien, baik duduk atau berbaring

dengan nyaman, dan sanggap lengan klien

setinggi jantung dengan telapak tangan

menghadap atas.

4. Buka pakaian klien yang menutupi lengan atas.

5. Palpasi arteri brakialis dan pasang manset 2,5

cm di atas denyut arteri brakialis.

6. Pasang sphygmomanometer aneroid pada

manset, sejajar dengan arteri brakialis, dan

pastikan lilitan manset rapih dan tidak ketat.

7. Pastikan sphygmomanometer raksa sejajar

dengan mata dan anda berdiri kurang dari satu

meter dari sphygmomanometer.

8. Palpasi arteri brakiais sambil memompa

manset hingga 30 mmHg di atas titik arteri

brakialis tidak teraba lagi, kemudian perlahan

buka katup pada manset. Perhatikan titik ketika

denyut kembali teraba (sistolik palpasi).

9. Kempiskan manset sebelum sepenuhnya dan

tunggu selama 30 menit.

10. Pasang stetoskop di telinga anda.

11. Palpasi kembali arteri brakialis dan letakkan

diafragma stetoskop di atasnya.


25

12. Tutup katup pada manset searah jarum jam

hingga rapat.

13. Pompa manset hingga mencapai 30 mmHg di

atas titik sistolik palpasi klien.

14. Buka katup secara perlahan sehingga

memungkinkan raksa turun rata-rata 2-3 mmHg

per detik.

15. Perhatikan titik sphygmomanometer ketika

denyut terdengar pertama kali.

16. Lanjutkan membuka katup secara perlahan dan

perhatikan titik denyut tidak terdengar lagi.

17. Kempiskan manset dengan cepat dan tuntas.

18 . Jika prosedur diulang, tunggu hingga 30 detik.

19. Buka manset dan lipat serta simpan dengan

baik.

20. Tutup lengan atas dan bantu klien memperoleh

posisi yang diinginkan.

21. Bersihkan bagian telinga dan diafragma

stetoskop dengan kapas alkohol.

22. Informasikan hasil kepada klien.

23. Cuci tangan.

24. Dokumentasikan hasil tindakan pada catatan

perawatan.
26

4. Konsep Hipertensi

a. Definisi Hipertensi

Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension)

adalah suatu keadaan dimana seseroang mengalami

peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan

oleh angka sistolik (bagian atas) dan angka diastolik (bagian

bawah) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat

pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa

(sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya (Rudianto,

2013) Menurut (Prout, 2009) hipertensi adalah persoalan

medis yang umum ditemukan, banyak masyarakat di

Indonesia yang mengidap tekanan darah tinggi yang

memerlukan diagnosis dan terapi.

b. Klasifikasi Hipertensi

1) Klasifikasi Berdasarkan Etiologi

a) Hipertensi Esensial (Primer)

Merupakan 90% dari kasus pasien hipertensi.

Dimana sampai saat ini belum diketahui

penyebabnya secara pasti. Beberapa faktor yang

mempengaruhi dalam terjadinya hipertensi

esensial, seperti: faktor genetic, stress dan

psikologis, serta faktor lingkungan dan diet

(peningkatan penggunaan garam dan


27

berkurangnya asupan kalium dan kalsium).

Peningkatan tekanan darah tidak jarang merupakan

satu-satunya tanda hipertensi primer. Umumnya

gejala baru terlihat setelah terjadi komplikasi pada

organ target seperti ginjal, mata, otak dan jantung.

b) Hipertensi Sekunder

Pada hipertensi sekunder, penyebab dan

patofisiologi dapat diketahui dengan jelas sehingga

lebih mudah untuk dikendalikan oleh obat-obatan.

Penyebab hipertensi sekunder diantaranya berupa

kelainan ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan

hormonal, kelainan adrenal, kelainan aorta,

kelainan endokrin lainnya seperti obesitas,

resistensi insulin, hiperteroidisme, dan pemakaian

obat-obatan seperti kontrasepsi oral dan

kortikosteroid, sekitar 10% dari pasien hipertensi

tergolong hipertensi sekunder.

2) Klasifikasi Berdasarkan Derajat Hipertensi

Tabel 2 . Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO

Kategori TD darah TD diastolik


sistolik (mmHg) (mmHg)
Normal Dibawah 130 Dibawah 85
High Normal 130 – 139 85 – 89

Hipertensi 140 – 159 90 – 99


Ringan
Hipertensi 160 – 179 100 – 109
28

Sedang
Hipertensi Berat 180 – 209 110 – 119

Maligna 210 atau lebih 120 atau lebih

(Sumber : Budi F. Rudianto, 2013)

c. Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

hipertensi dibagi dalam 2 kelompok yaitu faktor yang tidak

dapat dikendalikan dan faktor yang dapat dikendalikan,

seperti gaya hidup, sosial ekonomi, penyakit penyerta, dan

kepatuhan.

1) Faktor yang tidak dapat dikendalikan

Hipertensi disebabkan oleh berbagai faktor yang

sangat mempengaruhi satu sama lain. Kondisi masing-

masing orang tidak sama. Sehingga faktor penyebab

hipertensi pada setiap orang sangat berlainan. Berikut

ini faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

hipertensi secara umum adalah (Susilo, Yekti dan

Wulandari, 2011)

a) Genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga akan

menyebabkan keluarga tersebut mempunyai resiko

menderita hipertensi. Individu dengan orang tua

hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar


29

untuk menderita hipertensi daripada individu yang

tidak mempunyai keluarga dengan riwayat

hipertensi.

b) Umur

Kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat

seiring dengan bertambahnya umur seseorang.

Individu yang berumur di atas 60 tahun, 50-60%

mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama

dengan 140/90 mmHg. Hal itu merupakan

pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang

yang bertambah usianya.

c) Jenis kelamin

Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk

menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki juga

mempunyai resiko yang lebih besar terhadap

morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.

Sedangkan pada perempuan biasanya lebih

rentan terhadap hipertensi ketika berumur di atas

50 tahun.

2) Faktor yang dapat dikendalikan


30

a) Konsumsi Garam

Garam merupakan faktor yang sangat penting

dalam patogenesis hipertensi. Pengaruh asupan

terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui

peningkatan volume plasma, curah jantung, dan

tekanan darah. Yang dimaksud garam adal ah

garam natrium seperti yang terdapat dalam garam

dapur (NaCl), soda kue (NaHCO3), baking

powder, natrium benzoat, dan vetsin (mono

sodium glutamat). Dalam keadaan normal, jumlah

natrium yang dikeluarkan tubuh melalui urin harus

sama dengan jumlah yang dikonsumsi, sehingga

terdapat keseimbangan (Almatsier.S, 2010)

WHO menganjurkan pembatasan konsumsi

garam dapur hingga 6 gram sehari (2400 mg

natrium). Asupan natrium yang berlebih terutama

dalam bentuk natrium klorida dapat menyebabkan

gangguan keseimbangan cairan tubuh, sehingga

menyebabkan hipertensi (Departemen Kesehatan

RI, 2006)

b) Stres

Stres merupakan Suatu keadaan non spesifik

yang dialami penderita akibat tuntutan emosi,

fisik atau lingkungan yang melebihi daya dan


31

kemampuan untuk mengatsi dengan efektif.

Stres diduga melalui aktivitas syaraf simpatis

(syaraf yang bekerja saat beraktivitas).

Peningkatan aktivitas syaraf simpatis

mengakibatkan tekanan darah secara intermitten

(tidak menentu). Gangguan kepribadian yang

bersifat sementara dapat terjadi pada orang

yang menghadapi keadaan yang menimbulkan

stres. Apabila stres berlangsung lama dapat

mengakibatkan peninggian tekanan darah yang

menetap (Susanto T, 2013)

c) Merokok

Rokok mengandung ribuan zat kimia berbahaya

bagi kesehatan tubuh, diantaranya yaitu tar, nikotin,

dan karbon monoksida. Zat kimia tersebut yang

masuk kedalam aliran darah dapatr merusak

lapisan endotel pembuluh darah arteri dan

mengakibatkan proses aterosklerosis dan

hipertensi (Nurkhalida, 2003)

Seseorang merokok dua batang maka tekanan

sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg.

Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini

sampai 30 menit setelah berhenti menghisap rokok.


32

Sedangkan untuk perokok berat tekanan darah

akan berada pada level tinggi sepanjang hari

(Sheps, 2005)

d) Konsumsi Alkohol

Orang yang gemar mengkonsumsi alkohol

dengan kadar tinggi akan memiliki tekanan darah

yang cepat berubah dan cenderung meningkat

tinggi. Alkohol juga memiliki efek yang hampir

sama dengan karbon monoksida yaitu dapat

meningkatkan keasaman darah. Meminum alkohol

secara berlebihan, yaitu tiga kali atau lebih dalam

sehari merupakan faktor penyebab 7% kasus

hipertensi. Mengkonsumsi alkohol sedikitnya dua

kali per hari, TDS meningkat 1,0 mmHg (Anna

Palmer dan Bryan Williams, 2007)

e) Kebiasaan Minum Kopi

Pengaruh kopi terhadap terjadinya hipertensi

saat ini masih kontroversial. Kopi mempengaruhi

tekanan darah karena mengandung polifenol,

kalium, dan kafein. Kafein memiliki efek yang

antagonis kompetitif terhadap reseptor adenosin.

Adenosin merupakan neuromodulator yang

mempengaruhi sejumlah fungsi pada susunan

saraf pusat. Hal ini berdampak pada


33

vasokonstriksi dan meningkatkan total resistensi

perifer, yang akan menyebabkan tekanan darah.

Kandungan kafein pada secangkir kopi sekitar 80-

125 mg (Uiterwaal C, 2007)

Orang yang tidak mengkonsumsi kopi memiliki

tekanan darah yang lebih rendah dibandingkan

orang yang mengkonsumsi 1-3 cangkir per hari.

Dan pria yang mengkonsumsi kopi 3-6 cangkir per

hari memiliki tekanan darah lebih tinggi dibanding

pria yang mengkonsumsi 1-3 cangkir per hari

(Uiterwaal C, 2007)

f) Kebiasaan Olahraga

Olahraga dihubungkan dengan pengelolaan

tekanan darah. Olahraga yang teratur dapat

menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan

tekanan darah. Kurang olahraga akan meningkatkan

kemungkinan obesitas dan asupan garam dalam

tubuh. Kurang olahraga memiliki risiko 30-50% lebih

besar mengalami hipertensi (Mac Mahon, 2004)

Olahraga yang teratur yaitu rata-rata selama 30

menit per hari. Dan akan lebih baik apabila dilakukan

rutin setiap hari. Diperkirakan sebanyak 17%

kelompok usia produktif memiliki aktifitas fisik yang

kurang. Dari angka prevalensi tersebut, antara 31%


34

sampai dengan 51% hanya melakukan aktifitas fisik

< 2 jam/minggu (World Health Organization (WHO).,

2005).

Zaman modern seperti sekarang ini, banyak

kegiatan yang dapat dilakukan dengan cara cepat

dan praktis. Manusia pun cenderung mencari segala

sesuatu yang mudah dan praktis sehingga secara

otomatis tubuh tidak banyak bergerak. Selain itu,

dengan adanya kesibukan manusia pun tidak punya

waktu lagi untuk berolahraga. Akibatnya, menjadi

kurang gerak dan kurang kurang olahraga. Kondisi

inilah yang memicu tekanan darah yang terus

menerus menguat sehingga memunculkan hipertensi

(Susilo, Yekti dan Wulandari, 2011)

g) Status Sosial Ekonomi

Orang dengan tekanan darah tidak terkendali

biasanya dihubungkan dengan minimnya status sosial

ekonomi. Jenis pekerjaan berpengaruh terhadap tinggi

atau rendahnya pendapatan. Pendapatan yang

rendah akan mempengaruhi pendidikan, akses

menuju pelayanan kesehatan, dan kepemilikan

asuransi pembayaran gratis. Akan tetapi status sosial

ekonomi bukan penyebab tekanan darah tidak

terkendali secara signifikan. Penelitian NHANES III


35

melaporkan pada 92% penderita hipertensi tidak

terkendali, 86% melaporkan melakukan perawatan ke

layanan kesehatan secara mandiri tanpa asuransi

atau pembayaran gratis. Dalam studi multivariabel di

sebuah kota dan sebagian populasi, juga menekankan

kontribusi kepemilikan asuransi kesehatan dan status

ekonomi rendah tidak cukup berhubungan dengan

tekanan darah tidak terkendali (Kemenkes RI, 2018)

h) Kepatuhan Konsumsi Obat Anti hipertensi

Penderita dengan obat antihipertensi

kemungkinan besar akan terus mengkonsumsi

selama hidup, karena penggunaan obat

antihipertensi dibutuhkan untuk mengendalikan

tekanan darah sehingga komplikasi dapat dikurangi

dan dihindari (Lany Gunawan, 2005)

Penderita yang patuh berobat adalah yang

menyelesaikan pengobatan secara teratur dan

lengkap tanpa terputus selama minimal 6 bulan

sampai dengan 9 bulan (Departemen Kesehatan RI,

2006)

i) Kepatuhan Pemeriksaan Rutin

Pemeriksaan rutin merupakan suatu kegiatan

atau aktivitas penderita hipertensi untuk melakukan


36

perawatan, pengendalian dan pengobatan, baik

dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat

diamati oleh pihak luar. Pemeriksaan rutin

merupakan salah satu manajemen hipertensi yang

perlu dilakukan untuk pengelolaan hipertensi.

Pemeriksaan rutin hipertensi sebaiknya dilakukan

minimal sebulan sekali, guna tetap menjaga atau

mengontrol tekanan darah agar tetap dalam keadaan

normal (Purwanto, 2013b)

d. Penatalaksanaan

1) Penatalaksanaan Non farmakologi

Penatalaksanaan hipertensi dengan non

farmakologis menurut terdiri dari berbagai macam cara

modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan

darah yaitu :

a) Mempertahankan berat badan ideal

Mempertahankan berat badan ideal sesuai Body

Mass Index (BMI) dengan rentang 18,5 – 24,9

kg/m2. BMI dapat diketahui dengan membagi berat

badan dengan tinggi badan yang telah dikuadratkan

dalam satuan meter. Mengatasi obesitas

(kegemukan) juga dapat dilakukan dengan

melakukan diet rendah kolesterol namun kaya


37

dengan serat dan protein, dan berhasil menurunkan

berat badan 2,5 – 5 kg maka tekanan darah

diastolik dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg.

(WHO, 2015)

b) Kurangi asupan natrium (sodium)

Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan

dengan cara diet rendah garam yaitu tidak lebih

dari 100 mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4 gr

gram/hari). Jumlah yang lain dengan mengurangi

asupan garam sampai kurang dari 2300 mg (1

sendok teh) setiap hari. Pengurangan konsumsi

1
garam menjadi sendok teh/hari, dapat
2

menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg

dan tekanan diastolik sekitar 2,5 mmHg.

c) Batasi konsumsi alkohol

Konsumsi alkohol harus dibatasi karena konsumsi

alkohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan

darah. Para peminum berat mempunyai resiko

mengalami hipertensi empat kali lebih besar

daripada mereka yang tidak minum-minuman

beralkohol.

d) Makan K dan Ca yang cukup dari diet

Pertahankan asupan diet potassium (>90 mmol

3500/hari) dengan cara konsumsi diet tinggi buah


38

dan sayur dan diet rendah lemak dengan cara

mengurangi asupan lemak jenuh dan lemak total.

Kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan

meningkatkan natrium yang terbuang bersama air

kencing. Dengan setidaknya mengkonsumsi buah-

buahan sebanyak 3 -5 kali dalam sehari, seseorang

bisa mencapai asupan potassium yang cukup.

e) Menghindari merokok

Merokok memang tidak berhubungan secara

langsung dengan timbulnya hipertensi, tetapi

merokok dapat meningkatkan resiko komplikasi

pada pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan

stroke, maka perlu dihindari mengkonsumsi

tembakau (rokok) karena dapat memperberat

hipertensi. Nikotin dalam tembakau membuat

jantung bekerja lebih keras karena menyempitkan

pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi

denyut jantung serta tekanan darah. Maka pasien

hipertensi dianjurkan untuk menghentikan

kebiasaan merokok.

f) Penurunan stress
39

Stress memang tidak menyebutkan hipertensi yang

menetap namun jika stress sering terjadi dapat

menyebabkan kenaikan sementara yang sangat

tinggi. Menghindari stress dengan menciptakan

suasana yang menyenangkan bagi pasien

hipertensi dan memperkenalkan berbagai metode

relaksasi seperti yoga atau meditasi yang dapat

mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat

menurunkan tekanan darah.

g) Terapi massage (pijat)

Pada prinsipnya pijat yang dilakukan pada pasien

hipertensi adalah untuk memperlancar aliran

energy dalam tubuh sehingga gangguan hipertensi

dan komplikasinya dapat diminimalisir, ketika

semua jalur energi terbuka tidak lagi terhalang oleh

keteganggan otot dan hambatan lain maka resiko

hipertensi dapat ditekan (Dalimartha, S.,Purnama ,

B.T.,Sutarina,N., Mahendra, B., 2008)

h) Olahraga

Olahraga yang efektif dalam menurunkan tekanan

darah pada pasien hipertensi adalah dinamis

sedang. Olahraga seperti senam, jalan cepat,

berenang dapat menurunkan tekanan darah pasien


40

hipertensi rata-rata 4,3/3,9 mmHg. Olahraga dapat

meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi

terbentuknya aterosklerosis akibat hipertensi.

i) Terapi musik

Terapi musik secara umum bertujuan untuk

membuat hati dan perasaan seseorang menjadi

senang dan terhibur, membantu mengurangi beban

penderitaan seseorang, dan tempat penyaluran

bakat seseorang.

j) Terapi Komplementer

Terapi komplementer merupakan usaha pengobatan

hipertensi untuk menunjang penyembuhan

hipertensi yang telah dilakukan secara kedokteran.

Jadi, terapi ini bukan untuk mengganti pengobatan

konvensional (kedokteran), melainkan sebagai

pelengkap untuk mempercepat penyembuhan.

Beberapa jenis terapi yang bisa dilakukan, yaitu

terapi hebal, terapi nutrisi, relaksasi otot progresif,

meditasi, akupuntur, akupressur, aromaterapi, dan

bekam. Terapi komplementer ini bersifat terapi

pengobatan alamiah diantaranya adalah dengan

terapi herbal, terapi nutrisi, relaksasi progresif,


41

meditasi, terapi tawa, akupuntur, akupressur,

aromaterapi, refleksiologi, dan hidroterapi

(Damayanti, 2014)

2) Pengobatan secara farmakologi

Obat-obat farmakologi yang digunakan pada

hipertensi adalah :

a) Diuretik, contoh : furosemide, triamferena,

spironolacton.

b) Beta blockers, contoh : metaprolol, atenolol,

trimolol.

c) ACE-inhibitor, contoh : lisinopril, captopril, quinapril.

d) Alpha-blockers, contoh : prazosin, terazosin.

e) Antagonis kalsium, contoh : diltiazem, amlodipine,

nifedipine.

f) Vasodilator-direct, contoh : minixidil, mitralazine.

g) Angiotensin reseptor antagonis, contoh : losartan.

h) False-neurotransmiter, contoh : clodine, metildopa,

guanabens.

Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan

dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai

target tekanan darah yang diinginkan. Lama efek

terapeutik yang diberikan juga berbeda-beda, pada

pemberian ACE Inhibitor seperti Captopril dengan dosis


42

50 mg, Enalapril 5 mg, dan Lasonopril 20 mg dapat

memberikan efek terapi setelah 1-1,5 jam.

e. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit

hipertensi:

1) Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di

otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh

selain otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat

terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang

mendarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan,

sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi

berkurang. Arteri otak yang mengalami aterosklerosis

dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan

terbentuknya aneurisma.

2) Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang

aterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke

miokardium atau apabila terbentuk trombus yang

menghambat aliran darah melewati pembuluh darah.

Pada hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel,

kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat

dipenuhi dapat terjadi iskemia jantung yang

menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel

dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik


43

melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia

jantung, dan peningkatan risiko pembentukkan bekuan.

3) Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif

akibat tekanan tinggi pada kapiler glomerulus ginjal.

Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke unit

fungsional ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan

dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan

rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar

melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma

berkurang dan menyebabkan edema, yang sering

dijumpai pada hipertensi kronis.

4) Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama

pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat

cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi

pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan

kapiler dan mendorong cairan ke ruang interstisial di

seluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron di

sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.

5. Konsep Lansia

a. Pengertian

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki

diri atau mengganti diri dan memepertahankan struktur

dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertambah


44

terhadap jejas termasuk infeksi dan memperbaiki

kerusakan yang di derita bahwa lansia merupakan suatu

proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan

masa tua adalah masa hidup manusia yang terakhir.

Dimana seseorang mengalami kemunduran fisik, mental

dan sosial secara bertahap. Menua (menjadi tua) adalah

suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk melakukan fungsinya dalam

memenuhi kebutuhan dalam hidup (Darmojo, 2009)

b. Klasifikasi Lanjut Usia

1. (Kementrian Kesehatan RI, 2018) menyatakan bahwa

lanjut usia dibagi sebagai berikut :

a) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai


masa virilitas

b) Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium

c) Kelompok usia lanjut (kurang dari 65 tahun) senium

2. Menurut (WHO, 2015) bahwa usia lanjut dibagi menjadi

empat kriteria yaitu :

a) Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun,

b) Usia lanjut (elderly) 60-74 tahun,

c) Usia tua (old) 75-90 tahun, dan

d) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.


45

c.Karakteristik Lanjut Usia

Menurut (Setyoadi & Kushariyadi, 2011) bahwa lansia

memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat

(2) UU No. 13 tentang kesehatan.

2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang

sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial

sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi

maladaptif.

3. Lingkungan tempat tinggal maladaptive

Karakteristik penyakit yang dijumpai pada lanjut usia


diantaranya :

a. Penyakit yang sering multiple, saling berhubungan


satu sama lain

b. Penyakit bersifat degeneratif, serta menimbulkan


kecacatan

c. Gejala sering tidak jelas, berkembang secara


perlahan

d. Masalah psikologis dan sosial sering terjadi


bersamaan

e. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut

f. Sering terjadi penyakit yang bersifat katrogenik

d. Hipertensi Pada Lansia

Hipertensi sering terjadi pada lansia, hal ini menyebabkan

menderita stroke, infark miokard, gagal ginjal dan kerusakan

otak, bahkan bisa sampai menyebabkan kematian. Bahkan


46

terdapat perbedaan tentang batasan tentang hipertensi yaitu

pada laki-laki usia lebih dari 45 tahun dikatakan hipertensi

bila tekanan darah diatas atau sama dengan 145/95 mmHg.

Wanita yang berusia lebih dari 45 tahun juga dikatakan

hipertensi apabila tekanan darah diatas atau sama dengan

160/95 mmHg. Sedangkan pada usia dibawah 40 tahun

dikatakan sistolik lebih dari 140 mmHg dan untuk usia antara

60-70 tahun tekanan darah sistolik 150-155 mmHg masih

dianggap normal. Hipertensi pada usia lanjut didefinisikan

sebagai tekanan sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan atau

tekanan diastolik lebih besar dari 90 mmHg ditemukan dua

kali atau lebih pada dua atau lebih pemeriksaan yang

berbeda (Ode, 2012)


47

B. Kerangka Konsep

Rendam kaki
Hipertensi dengan campuran
Perubahan
jahe merah dan
garam Tekanan Darah
:
Faktor yang mempengaruhi :
1. Normal
1. Faktor yang tidak dapat
dikendalikan : 2. High Normal
a. Genetik 3. Hipertensi
b. Umur ringan
c. Jenis kelamin
4. Hipertensi
2. Faktor yang dapat dikendalikan :
a. Konsumsi garam sedang
b. Stress 5. Hipertensi
c. Merokok
Berat
d. Konsumsi alkohol
e. Kebiasaan minum kopi
f. Kebiasaan olahraga
g. Status sosial ekonomi
h. Status pasangan
Gambar 9. Kerangka konsep

Keterangan : : Diteliti

:Tidak Diteliti

Gambar 9 : Kerangka Konsep Pengaruh Rendam Kaki dengan Campuran


Jahe Merah dan Garam terhadap Tekanan Darah Lansia
Penderita Hipertensi di BSLU Mandalika NTB : Modifikasi teori
Rudianto (2013), Widharto (2013), dan Perry & Potter (2012).
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah meneliti adanya pengaruh

rendam kaki dengan campuran jahe merah dan garam terhadap

tekanan darah penderita hipertensi di BSLU Mandalika.

1. Tempat Penelitian

Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah di BSLU

Mandalika dan menelusuri pasien ke ruangannya :

a. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada

bulan Januari 2021 di BSLU Mandalika, diketahui bahwa di

BSLU Mandalika memiliki jumlah kasus hipertensi sebanyak

50 kasus pada tahun 2021.

b. Tidak ada yang pernah melakukan penelitian serupa di BSLU

Mandalika.

2. Waktu Penelitian

a. Waktu Penyusunan Skripsi ini dimulai bulan April-mei tahun

2021.

b. Penelitian ini telah dilaksanakan selama dua minggu yaitu

pada tanggal 22 April- 6 Mei tahun 2021.

B. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Pre

Eksperimental dengan pendekatan One Group Pretest – Posttest

yaitu untuk mengetahui perbedaan dan perubahan pada nilai

48
49

sebelum dan setelah dilakukan intervensi rendam kaki dengan

campuran jahe merah dan garam. Menurut (Notoatmojo, 2012)

rancangan ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol), tetapi

dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan

menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya

eksperimen. Bentuk rancangan one group pretest, posttest

dijelaskan pada gambar.4 sebagai berikut :

C. Kerangka Kerja
Kerangka kerja penelitian ini dijelaskan dalam gambar.5 sebagai

berikut :
Populasi
Teknik Pengambilan
Sampel (Purpose
Sampling)

Intervensi Rendam kaki


dengan campuran jahe
merah dan garam
Pengukuran
tekanan darah Sampel Pengukuran tekanan
Pretest darah Post test

Pengumpulan Data

Gambar 5. : Kerangka KerjaData


Pengolahan Pengaruh Rendam Kaki dengan
Campuran jahe merah dan garam Terhadap Tekanan
Darah lansia Penderita Hipertensi di BSLU Mandaika
NTB .

Analisis Data
50

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berada di

Balai Sosial Lanjut Usia (BSLU) Mandalika NTB berjumlah 50

orang lansia yang menderita hipertensi.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang berada di

Balai Sosial Lanjut Usia (BSLU) Mandalika NTB berjumlah 44

orang.

a. Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk

dapat mewakili populasi. Teknik pengambilan sampel

merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan

sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai

dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam 2015).

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah “purposive sampling”. Purposive sampling

adalah suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan

berdasarkan maksud atau tujuan tertentu yang ditentukan

oleh peneliti. Seseorang dapat dijadikan sebagai sampel

karena peneliti menganggap bahwa orang tersebut memiliki

informasi yang diperlukan untuk peneliti (Dharma, 2011)


51

b. Kriteria Sampel

1) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu

dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil

sebagai sampel (Notoatmojo, 2012) Kriteria inklusi dalam

penelitian ini adalah :

a) Bersedia menjadi responden atau subjek penelitian.

b) Terdiagnosa hipertensi dengan klasifikasi hipertensi

ringan sampai hipertensi berat.

c) Pasien hipertensi yang belum pernah mendapat teknik

rendam kaki dengan campuran Jahe merah dan garam.

d) Kriteria usia pasien dari 60-90 tahun.

2) Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak

dapat diambil sebagai sampel (Notoatmojo, 2012) Kriteria

eksklusi dalam penelitian ini adalah :

a) Pasien menjalani rawat inap dengan fraktur tibia

b) Pasien dengan AMI dan gagal jantung.

c) Pasien yang mengidap gejala sesak napas.

d) Pasien hipertensi dengan komplikasi ulkus diabetes


mellitus.
52

E. Besar Sampel

Besar sampel yang diperoleh melalui rumus Slovin (2011), yaitu :

N
n= 2
1+ Ne

Keterangan :

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Kelonggaran ketidaktelitian karena


kesalahan pengambilan sampel yang
ditolerir, misalnya 5 %

50
n= 2
1+ 50×(0,05)

50
n=
1+ 50× 0,0025

50
n=
1+ 0,125

50
n=
1,125

n= 44,44 atau dibulatkan menjadi 44 sampel

F. Variabel Penelitian
Jenis variabel diklasifikasikan menjadi macam-macam tipe

untuk menjelaskan penggunaannya dalam penelitian. Beberapa

variabel dimanipulasi, yang lainnya sebagai kontrol. Beberapa

variabel diidentifikasi tetapi tidak diukur dan yang lainnya diukur

dengan pengukuran sebagian. Macam-macam tipe variabel meliputi :

(1) independen; (2) dependen; (3) Moderator (intervening); (4)


53

perancu (confounding); (5) kendali/ kontrol; dan (6) variabel random

(Nursalam, 2008).

1. Variabel independen (bebas)

Variabel yang memengaruhi atau nilainya menentukan variabel

lain. Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti

menciptakan suatu dampak pada variabel dependen. Variabel

bebas biasanya dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk diketahui

hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain. Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah rendam

kaki air hangat dengan campuran jahe merah dan garam.

2. Variabel dependen (terikat)

Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain.

Variabel respons akan muncul sebagai akibat dari manipulasi

variabel-variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

dependen adalah tekanan darah pasien hipertensi.


54

G. Definisi Operasional

Tabel 3. Definisi Operasional

No Variable Definisi Alat Hasil Skala


Operasional Ukur Ukur Data
1. Variabel Suatu tindakan Checklist -
independen: dengan cara
Rendam kaki merendam kaki
dengan menggunakan air
campuran hangat sebanyak
jahe merah 2 liter dengan
dan garam garam sebanyak
15 gram dan jahe
merah 100 gram
dilakukan
1×sehari selama
15-20 menit .

2 Variabel Penderita yang Sphygmo Hasil ukur Ordinal


dependen: tekanan darahnya manomet tekanan
er dan darah:
Tekanan berada dalam
stetoskop a. Normal
darah pada batas tekanan
:
penderita darah tinggi sistole
hipertensi (hipertensi), yaitu < 130
tekanan darah mmHg
siastolic lebih dari dan
140 mmHg dan diastol
tekanan diastolic e < 85
mmHg
lebih dari 80
b. High
mmHg dan dapat Normal
diukur :
menggunakan sistole
tensimeter. 130-
139
mmHg
dan
diatole
85-89
55

mmHg

c. Ringan
:
sistole
140-
159
mmHg
dan
diastol
e 90-
99
mmHg
d. Sedan
g:
sistole
160-
179
mmHg
dan
diastol
e 100-
109
mmHg
e. Berat:
sistole
180-
209
mmHg
dan
diastol
e 110-
119
mmHg

H. Data yang dikumpulkan

1) Data primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung pada

saat penelitian berlangsung. Data ini diperoleh secara langsung

dari pasien hipertensi menggunakan kuisioner.


56

a. Data Karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin dan

pendidikan.

b. Data tekanan darah sebelum dilakukan rendam kaki dengan

c. campuran jahe merah dan garam.

d. Data tekanan darah setelah dilakukan rendam kaki dengan

campuran jahe merah dan garam.

2) Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh pihak lain,

badan/instansi yang secara rutin mengumpulkan data (Setiadi,

2007). Data sekunder dalam penelitian ini adalah data tentang

tempat penelitian (BSLU Mandalika NTB).

I. Cara Pengumpulan Data


1. Data Primer

a. Data tentang karakteristik responden yang meliputi usia,

jenis kelamin dan pendidikan, yang diperoleh dengan alat

bantu kuesioner dan wawancara.

b. Data tentang tekanan darah pasien hipertensi sebelum

rendam kaki dengan campuran jahe merah dan garam

dengan cara pengukuran menggunakan tensi

(Sphygmomanometer).

c. Data tentang tekanan darah pasien hipertensi setelah

rendam kaki dengan campuran jahe merah dan garam

dengan cara pengukuran menggunakan tensi

(Sphygmomanometer).
57

2. Data Sekunder

Data tentang profil sebagai tempat penelian (BSLU

Mandalika NTB) yang didapat melalui penelusuran di BSLU

Mandalika dan observasi oleh peneliti.

J. Cara Pengolahan
Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses

untuk memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu

kelompok datamentah dengan menggunakan rumus tertentu,

sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan. Pengolahan

data bertjuan untuk memperoleh penyajian data dan kesimpulan

yang baik, data yang diperoleh dari penelitian masih

mentah,belum dapat memberikan informasi, maka diperlukan

pengolahan data (Notoatmojo, 2012).

1. Data Primer

Data tekanan darah lansia penderita hipertensi sebelum dan

sesudah dilakukan intervensi rendam kaki dengan campuran

jahe merah dan garam diperoleh dengan cara pengukuran

menggunakan tensi (Sphygmomanometer) yang digolongkan

menjadi :

1) Hipertensi Berat = sistole 180-209 mmHg dan diastole

110-119 mmHg

2) Hipertensi Sedang = tekanan darah sistol 160-179

mmHg dan diastole 100-109 mmHg


58

3) Hipertensi Ringan = tekanan darah sistol 140-159 mmHg

dan diastole 90-99 mmHg

4) High Normal atau Normal Tinggi = tekanan darah sistol

130-139 mmHg dan diastole 85-89 mmHg

5) Normal = tekanan darah sistol < 130 mmHg dan diastole

< 85 mmHg .

a. Pendidikan
1) Tidak Sekolah / Tidak Tamat Sekolah Dasar
2) Pendidikan Dasar (SD)
3) Pendidikan Menengah (SMP,SMA,SMK)
` 4) Perguruan Tinggi ( D3,D4,S1,S2)
b. Usia
1) Usia lanjut (elderly) 60-74 tahun

2) Usia tua (old) 75-90 tahun

3) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun


c.Jenis Kelamin
1) Laki-laki (L)

2) Perempuan (P)

2. Data Sekunder

Data tentang gambaran umum di Balai Sosial Lanjut Usia

(BSLU) Mandalika NTB.

K. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran setiap

variabel yang terdapat pada instrument penelitian, antara lain


59

meliputi karakteristik responden, tindakan rendam kaki dengan

campuran garam dan serai. Dilakukan juga analisa dengan

distribusi tabel frekuensi berdasarkan semua variabel, persentase

serta pembahasan tentang gambaran variabel yang diamati.

2. Analisis Bivariat

Pada penelitian ini analisis data yang di gunakan adalah analisis

statistic non parametric dengan uji Wilcoxcon. Menurut

(Sugiyono, 2015) statistic non parametric di gunakan untuk

menganalisis data nominal dan ordinal dari populasi yang bebas

berdistribusi, sedangkan uji Wilcoxon Match Pairs Test di

gunakan untuk menguji signifikan hipotesis komparatif dua

sampel yang berkolerasi bila datanya berbentuk ordinal dengan

uji Wilcoxon tidak menyaratkan data berdistribus normal. Uji ini

untuk menguji efektifitas suatu perlakuan terhadap suatu besaran

variable yang ingin di tentukan , selanjutnya nilai masing-masing

responden di bandingkan antara pretest dan sesudah intervensi

posttest.

Data tekanan darah pasien hipertensi sebelum rendam kaki

dengan campuran jahe merah dan garam dan setelah intervensi

rendam kaki dengan campuran jahe merah dan garam

menggunakan uji Wilcoxon. Dalam perhitungannya, peneliti

menggunakan bantuan perangkat lunak pengolah data computer

yaitu SPSS dengan penentuan signifikasi sebagai berikut: jika ρ

< α (5%) maka Ho di tolak, jika ρ > α (10%) maka Ho di terima.


60

L. Prosedur rendam kaki dengan campuran jahe merah dan garam

Menurut (Yolandari, 2018) dalam artikelnya menjelaskan alat

dan bahan serta prosedur rendam kaki adalah sebagai berikut :

a. Alat dan bahan :


 6 buah baskom
 6 buah handuk besar
 Thermometer air
 Jahe Merah 100 gram
 Air hangat 2 liter
 Garam 15 gram
 Spyghmomanometer
 Stetoskop
 Lembar observasi

b. Prosedur kerja :
a. Ukur terlebih dahulu tekanan darah klien sebelum
melakukan intervensi rendam kaki menggunakan
tensimeter spyhgmomanometer dan catat hasilnya
pada lembar observasi.
b. Siapkan baskom atau ember bersih besar dan lebar.
Pastikan dasar baskom cukup menampung dua telapak
kaki.
c. Masukkan air hangat sebanyak 2 liter dengan dengan
garam sebanyak 15 gram dan jahe 100 gram yang
digeprek sampai bisa merendam setidaknya semata
kaki.
61

d. Air hangat yang digunakan untuk merendam kaki


bersuhu sekitar 38-40 ºC ukur suhu air menggunakan
thermometer air.
e. Berikan posisi yang nyaman pada klien dengan
keadaan duduk santai dan nyaman.
f. Rendam kaki selama 15-20 menit. Baskom ditutup
menggunakan handuk/kain untuk memepertahankan
suhu air.
g. Setelah selesai merendam lap kaki klien dengan
menggunakan handuk.
h. Ukur kembali tekanan darah setelah dilakukan
intervensi rendam kaki dengan menggunakan
tensimeter sphygmomanometer dan catat hasil tekanan
darah pada lembar observasi.
62

M. Alur Penelitian

1.Meminta izin kepada Direktur Poltekkes Mataram Kemenkes RI.

2. Meminta izin kepada Kepala Balai Sosial Lanjut Usia (BSLU)

Mandalika NTB.

3. Meminta persetujuan dan menjalin kesepakatan pada

responden (pasien hipertensi) bahwa ia mau menjadi

responden penelitian dengan ketentuan yang sudah ditetapkan.

4. Peneliti mengunjungi ruangan responden yang telah terpilih

untuk diberikan pemahaman tentang rendam kaki dengan

campuran jahe merah dan garam.

5.Menilai tekanan darah sebelum dilakukan rendam kaki dengan

campuran jahe merah dan garam.

6. Melakukan rendam kaki dengan campuran jahe merah dan

garam secara rutin satu kali sehari, selama 15 – 20 menit

menit/hari.

7. Peneliti mengamati proses rendam kaki dengan campuran jahe

merah dan garam telah sesuai atau tidak dengan mendampingi

responden selama proses rendam kaki dengan campuran jahe

merah dan garam.

8. Melakukan penilaian kembali untuk melihat perubahan pada

tekanan darah pasien 15 – 20 menit setelah hari ke – 3.


63
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Pada BAB ini peneliti akan membahas tentang

gambaran umum tempat penelitian dan hasil penelitian tentang

Pengaruh Rendam kaki dengan campuran jahe merah dan

garam pada lansia penderita hipertensi di Balai Sosial Lanjut

Usia (BSLU) Mandalika NTB Tahun 2021. Penelitian ini telah

dilaksanakan pada tanggal 21- 28 April 2021 dengan jumlah

sampel yaitu 44 responden lansia yang menderita penyakit

hipertensi di Balai Sosial Lanjut Usia (BSLU) Mandalika NTB,

adapun secara rinci diuraikan sebagai berikut :

A. Gambaran Umum Balai Sosial Lanjut Usia (BSLU) Mandalika

NTB

Balai Sosial Lanjut Usia (BSLU) Mandalika NTB merupakan

Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) di bawah Dinas Sosial

Provinsi NTB di bidang pembinaan kesejahteraan sosial lanjut

usia berupa pemberian penampungan, jaminan hidup seperti

makan, pakaian, pelayanan kesehatan, pengisian waktu luang

termasuk rekreasi, bimbingan sosial serta mental spiritual

sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan diliputi

ketentraman lahir dan batin.

Penyantunan lanjut usia terlantar di Balai Sosial Lanjut Usia

(BSLU) Mandalika NTB dengan sasaran kegiatannya sebagai

berikut :

75
76

1. Lanjut usia umur 60 tahun ke atas, tidak berdaya mencari

nafkah sendiri untuk kelangsungan hidupnya, tidak

mempunyai keluarga dan tidak mampu memelihara dirinya

sendiri yang sudah lanjut usia, dan keluarga yang karena

sesuatu hal tidak dapat memelihara orang tua yang telah

lanjut usia.

2. Masyara`kat yang bersedia dan mampu untuk berpartisipasi

dalam pembinaan kesejahteraan sosial lanjut usia (para

dermawan, tokoh masyarakat dan organisasi sosial yang

telah atau akan mendirikan Balai Sosial Lanjut Usia (BSLU)

Mandalika NTB).

3. Dinas Instansi terkait seperti Puskesmas Dasan Agung,

Puskesmas Pagesangan, Dinas Kesehatan Kota Mataram,

Rumah Sakit Umum Provinsi Mataram, Ruah Sakit Jiwa

Mataram, Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM)

Mataram, Rumah Sakit Umum Kota Mataram, Kantor

Departemen Agama Kota Mataram, Desa/Kelurahan,

Kecamaan, Dinas Sosial Kabupaten Lombok Barat, Dinas

Sosial dan Tenaga Kerja Lombok Tengah, Dinas Sosial

Kabupaten Lombok Timur dan Dinas Sosial Tenaga Kerja

dan Transmigrasi Kabupaten Lombok Utara.

Panti Sosial Tresna Werdha “Puspakarma” Mataram

berubah menjadi Balai Sosial Lanjut Usia (BSLU) Mandalika

sejak terbentuknya Organisasi Perangkat Daerah dengan


77

peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 53 Tahun

2016 tentang pembentukan, kedudukan, susunan organisasi

tugas dan fungsi serta tata kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas

(UPTD) pada Dinas-dinas Unit Pelaksana Teknis Badan pada

Badan-badan daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat,

operasionalnya sejak anggal 16 Juni 1979, dengan luas awal

2.000 m2 dan peresmiannya pada tanggal 27 Oktober 1980

oleh Menteri Sosial RI SAPARDJO.

Tanah lokasi Balai Sosial Lanjut Usia (BSLU) Mandalika

NTB di Jalan Majapahit No.31 Dasan Agung, Kecamataran

Selaparang, Kota Mataram, dengan batas di sebelah barat

Kantor Badan Ketahanan Pangan Provinsi NTB, di sebelah

timur Universitas Mataram, di sebelah utara Universitas

Mataram dan batas sebelah selatan jalan Majapahit.

Jangkauan pelayanan Balai Sosial Lanjut Usia (BSLU)

Mandalika NTB pada 5 Kabupaten dan Kota Se Pulau

Lombok yaitu Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat,

Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Timur, dan

Kabupaten Lombok Utara. Pengembangan pembangunan

sarana dan prasarana Balai Sosial Lanjut Usia (BSLU)

Mandalika NTB sejak diresmikan oleh Menteri Sosial RI pada

tahun 1980 hingga saat ini telah memiliki sarana dan

prasarana fisik sebagai berikut :


78

a. Mekanisme Pelayanan

Pola pelayanan Balai Sosial Lanjut Usia (BSLU)

Mandalika NTB dengan CONTTAGE SYSTEM yaitu klien

lanjut usia ditempatkan dalam rumah/wisma secara

berkelompok antara 5-6 orang setiap wisma atau setiap

rumah. Agar kegiatan tersebut terselenggara dengan baik

dan teratur, maka setiap wisma ditempatkan satu

karyawan yang bertindak sebagai pengasuh atau

pengurus sehingga kegiatan pelayanan situasinya seperti

dalam lingkungan rumah dan terkendali.

b. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Pokok

1) Kedudukan

Balai Sosial Lanjut Usia (BSLU) Mandalika NTB

merupakan salah satu Unt Pelaksana Teknis (UPT)

pada Dinas Sosial Provinsi NTB, bertanggung jawab

langsung kepada Dinas Sosial Provinsi NTB.

2) Tugas pokok

Melaksanakan sebagian tugas TEknis Dinas

Sosial Provinsi NTB di bidang pelayanan dan

perawatan jasmani dan rohani lanjut usia terlantar

agar dapat hidup secara wajar (Peraturan Gubernur

No.53 Tahun 2016).


79

3) Fungsi

a) Penyusunan rencana pelayanan kesejahteraan

sosial dan rehabilitasi sosial.

b) Pengkajian dan analisis teknik pelayanan

rehabilitasi sosial.

c) Pengkajian dan penerapan pelayanan rehabilitasi

sosial.

d) Pelaksanaan kebijakan teknis pelayanan

kesejahteraan sosial dan rehabilitasi sosial.

e) Pelaksanaan tahapan pekerjaan sosial berupa

observasi, identifikasi, pengungkapan masalah,

pemahaman masalah, penetapan masalah,

pemecahan masalah.

f) Pelaksanaan penjangkauan awal, sosialisasi,

seleksi, motivasi, home visit, resosialisasi.

g) Rujukan dan pembinaan lanjut.

h) Pengasramaan dan perawatan, serta pelayanan

kesejahteraan sosial berbasis keluarga dan

masyarakat.

i) Pembinaan dan bimbingan fisik, mental spiritual,

sosial dan keterampilan (life skill).

j) Penyelenggaraan administrasi umum keuangan.

k) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi program.


80

l) Koordinasi dengan lintas sektor atau sistem

sumber.

m) Pembinaan dan bimbingan temporary shelter

(jangka pendek) dan protection.

n) Home (jangka panjang) bagi pelayanan

perlindungan khusus.

c. Dasar Pelaksanaan

1) Peraturan Gubernur Nusa Tengara Barat Nomor : 23

Tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja Unit

Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada Dinas Daerah

dan Unit Pelaksana Teknis Badan dan Inspektorat,

Bappeda dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Nusa

Tenggara Barat dan DPA Balai Sosial Lanjut Usia

(BSLU) Mandalika NTB.

2) Peraturan Gubernur Nusa Tengara Barat Nomor : 53

Tahun 2016 tentang pembukaan kedudukan, susunan

organisasi tugas, fungsi, dan tata kerja Unit Pelaksana

Teknis Dinas (UPTD) pada Dinas Daerah dan Unit

Pelaksana Teknis Badan (UPTB) Daerah Provinsi

Nusa Tenggara Barat.


81

B. Gambaran Umum Responden

Berikut ini akan diuraikan gambaran umum responden yang

meliputi distribusi responden menurut jenis kelamin, Usia dan

Pendidikan.

1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dapat

dilihat pada table di bawah ini :

Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di


Balai Sosial Lanjut Usia (BSLU) Mandalika NTB, April
2021 (n=44).

No Jenis Kelamin N Persentase %


1 Laki-Laki 18 40%
2 Perempuan 26 60 %
Jumlah 44 100%

Berdasarkan Tabel 4. Menunjukkan bahwa jumlah responden

terbanyak berdasarkan jenis kelamin yaitu Perempuan

sebanyak 26 orang (60%).

2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Distribusi responden berdasarkan usia dapat dilihat pada

table di bawah :

Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Balai


Sosial Lanjut Usia (BSLU) Mandalika NTB, April
2021 (n=44).

N Usia N Persentase
o %
1 60-74 Tahun 20 45%
2 75-90 Tahun 18 41 %
3 >90 Tahun 6 14%
Jumlah 44 100%
82

Berdasarkan Tabel 5. Menunjukkan bahwa jumlah responden


terbanyak berdasarkan Usia yaitu 60-74 Tahun sebanyak 20
Orang (45%).
3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidkan di


Balai Sosial Lanjut Usia (BSLU) Mandalika NTB,
April 2021 (n=44).

No Pendidikan N Persentase
%
1 Tidak Sekolah 37 84%
2 SD 5 15%
3 SMP,SMA,SMK 2 1%
4 Perguruan Tinggi 0 0
Jumlah 44 100%

Berdasarkan Tabel 6. Menunjukkan bahwa jumlah


responden terbanyak berdasarkan Pendidikan yaitu Tidak
Sekolah sebanyak 37 Orang (84%).

C. Gambaran Khusus Hasil Penelitian

1. Tekanan Darah Lansia Hipertensi Sebelum Rendam Kaki


dengan Campuran Jahe Merah dan Garam
Tekanan darah pasien hipertensi di BSLU Mandalika

Provinsi NTB sebelum Rendam Kaki dengan Campuran

Jahe Merah dan Garam dapat dilihat dalam tabel 7.

berikut:
83

Tabel 7. Kategori Tekanan Darah Responden Sebelum


Rendam Kaki dengan Campuran Jahe Merah
dan Garam,April 2021 (n= 44).

N Kategori N (%)
o
1. Hipertensi Ringan 12 27%
2. Hipertensi Sedang 23 52%
3. Hipertensi Berat 9 21%
Total 44 100%

Berdasarkan tabel 7. menunjukkan bahwa tekanan


darah responden sebelum Rendam Kaki dengan Campuran
Jahe Merah dan Garam sebagian besar berada pada
kategori hipertensi Sedang, yaitu sebanyak 23 responden
(52%).

Tabel 8 Distribusi Tekanan Darah Responden Sebelum


Rendam Kaki dengan Campuran Jahe Merah dan
Garam,April 2021 (n= 44).

Nilai
Rata – Standar Nilai
TD Parameter Maksi
rata Deviasi Minimum
mum
Sistole 161.82 17.053 140 200
Pre
Diastole 94.77 14.705 60 130

Berdasarkan tabel 8. menunjukkan rata – rata tekanan


darah sebelum dilakukan tindakan rendam kaki dengan
campuran Jahe Merah dan Garam adalah sistole 161,82
mmHg dan diastole 94,77 mmHg
84

2. Tekanan Darah Lansia Hipertensi Setelah Diberikan Terapi


Rendam Kaki dengan Campuran Jahe Merah dan Garam
Tekanan darah Lansia hipertensi di BSLU Mandalika

Provinsi NTB setelah Rendam Kaki dengan Campuran Jahe

Merah dan Garam dapat dilihat dalam tabel 9. berikut:

Tabel 9 Kategori Tekanan Darah Responden Sesudah Rendam


Kaki dengan Campuran Jahe Merah dan Garam,April
2021 (n= 44).

No Kategori N (%)
1. Normal 8 18%
2. High Normal 12 27%
3. Hipertensi Ringan 17 39%
4. Hipertensi Sedang 6 14%
5. Hipertensi Berat 1 2%
Total 44 100%

Berdasarkan tabel 9 menunjukkan tekanan darah Lansia


setelah diberikan Rendam Kaki Dengan Campuran Jahe Merah
dan Garam sebagian besar mengalami hipertensi ringan
sebanyak 17 responden (39%)
Tabel 10 Distribusi Tekanan Darah Responden Setelah
Rendam Kaki dengan Campuran Jahe Merah dan
Garam,April 2021 (n= 44).

Nilai Nilai
Rata – Standar
TD Parameter Minim Maksi
rata Deviasi
um mum
Sistole 139.32 15.004 120 180
Post
Diastole 88.18 12.626 60 120

Berdasarkan tabel 10. menunjukkan rata – rata tekanan


darah setelah dilakukan tindakan rendam kaki dengan
campuran Jahe Merah dan Garam adalah sistole 139.32
mmHg dan diastole 88.18 mmHg.
85

3. Hasil Analisis Statistik Pengaruh Rendam Kaki dengan


Campuran Jahe Merah dan Garam Terhadap Tekanan
Darah Hipertensi

Hasil analisis rendam kaki dengan campuran jahe merah

dan garam terhadap tekanan darah pada lansia penderita

hipertensi dapat dilihat pada tabel 11. di bawah ini:

Tabel 11 Pengaruh Rendam Kaki dengan Campuran Jahe Merah


dan Garam Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia
Penderita Hipertensi di Balai Sosial Lanjut Usia April
2021 (n=44)

Nilai
Paramet Rata – Standar Nilai
TD Maksimu
er rata Deviasi Minimum
m

Pre 161.82 17.053 140 200


SISTOLE
Post 139.32 15.004 120 180

α = 0,05, ρ= 0,000

Pre 94.77 14.705 60 130


DIASTOLE
Post 88.18 12.626 60 120

α = 0,05, ρ= 0,013

Berdasarkan tabel 11. menunjukkan bahwa hasil uji statistik

menggunakan uji wilcoxon signed ranks diperoleh nilai ρ= 0,000

atau ρ < α = 0,05 berarti H0 ditolak.Sehingga dapat disimpulkan


86

bahwa terdapat nilai tekanan darah sebelum dilakukan rendam

kaki dengan campuran jahe merah dan garam dan setelah

dilakukan rendam kaki dengan campuran jahe merah dan

garam,atau dengan kata lain bahwa ada pengaruh rendam kaki

dengan campuran jahe merah dan garam terhadap tekanan darah

penderita hipertensi di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika Provinsi

NTB tahun 2021.


BAB V
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan lebih lanjut membahas tentang “Pengaruh

Rendam Kaki dengan Campuran Jahe Merah dan Garam Terhadap

Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di ”Balai Sosial

Lanjut Usia Mandalika NTB’ Tahun 2021’’ sesuai dengan hasil pada

bab IV yaitu sebagai berikut:

A. Identifikasi Tekanan Darah Lansia Sebelum Diberikan


Intervensi Rendam Kaki dengan Campuran Campuran Jahe
Merah dan Garam.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap

44 responden sebelum diberikan intervensi rendam kaki dengan

campuran Jahe Merah dan Garam menunjukkan bahwa semua

responden mengalami hipertensi baik pada tekanan darah sistole

maupun tekanan darah diastole, dan menunjukkan bahwa sebagian

besar responden mengalami hipertensi Sedang pada tekanan

sistole dan diastole.

Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah

suatu keadaan dimana seseroang mengalami peningkatan tekanan

darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka sistolik (bagian

atas) dan angka diastolik (bagian bawah) pada pemeriksaan tensi

darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang

berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital

lainnya (Rudianto, 2013)

Hipertensi disebabkan oleh berbagai faktor yang sangat

mempengaruhi satu sama lain. Kondisi masing-masing orang tidak

87
88

sama. Sehingga faktor penyebab hipertensi pada setiap orang

sangat berlainan. Berikut ini faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya hipertensi secara umum adalah Genetik,Umur,Jenis

Kelamin,Konsumsi Garam,Stress,Merokok,Konsumsi

alkohol,Kurang Olahraga. (Susilo, Yekti dan Wulandari, 2011)

Teori di atas sesuai dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB dimana

didapatkan data bahwa semua responden memiliki nilai tekanan

darah baik tekanan darah sistole maupun tekanan darah diastole

melebihi batas normal yang telah ditentukan berdasarkan lebih dari

satu kali pengukuran dengan hasil yang berbeda-beda pada setiap

responden.

Menurut Susilo (2011), menjelaskan bahwa hipertensi

disebabkan oleh berbagai faktor yang sangat mempengaruhi satu

sama lain. Berikut ini faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

hipertensi secara umum adalah umur, genetik, jenis kelamin,

stress, kegemukan (obesitas), nutrisi, merokok, dan kurang

olahraga. usia merupakan faktor terkuat dari timbulnya hipertensi.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB menunjukkan

kategori usia lansia yang menderita hipertensi terbanyak adalah

usia 60- 74 tahun sebanyak 20 responden (45%).

Menurut peneliti ada banyak faktor yang menyebabkan

Lansia mengalami Hipertensi pada saat penelitian, diantaranya dari


89

hasil analisis peneliti sebagian besar reponden mengalami stres

yang salah satunya adalah berdampak pada meningkatnya tekanan

darah. Stres yang dialami oleh responden sebagian besar

diakibatkan oleh faktor perubahan perkumpulan keluarga atau

dengan kata lain lansia merasa tidak bersedia tinggal di panti Sosial

yang jauh dari keluarga hal tersebut yang menyebabkan para

lansia tersebut mengalami stres psikososial.

Selain faktor Usia, jenis kelamin responden juga dapat

berhubungan dengan hipertensi dimana pada penelitian ini

diperoleh data bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin

perempuan dengan jumlah 26 responden (60%) dan berjenis

kelamin laki – laki dengan jumlah 18 responden (40%).

Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita

hipertensi lebih awal. Laki-laki juga mempunyai resiko yang lebih

besar terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.

Sedangkan pada perempuan biasanya lebih rentan terhadap

hipertensi ketika berumur di atas 50 tahun. (Susilo, Yekti dan

Wulandari, 2011)

Teori diatas mengalami kesenjangan dengan hasil penelitian

yang ditemukan oleh peneliti dimana berdasarkan jenis kelamin

responden menunjukkan bahwa ada faktor penyebab seperti lebih

banyaknya perempuan dari pada laki – laki yang mengidap

hipertensi di lokasi penelitian.


90

Pria mempunyai risiko 2-3X lebih banyak mengalami

peningkatan tekanan darah sistolik dibanding wanita. Setelah

memasuki menopause, prevalensi Hipertensi pada wanita

meningkat.Setelah usia 65 tahun, akibat faktor hormonal pada

wanita kejadian Hipertensi lebih tinggi daripada pria. (Kemenkes RI,

2018)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB responden

menunjukkan bahwa rata – rata tingkat pendidikan responden

adalah tidak sekolah .dengan jumlah responden 37 orang (84%).

Tingginya risiko terkena hipertensi pada pendidikan yang

rendah kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengetahuan

pada seseorang yang berpendidikan rendah terhadap kesehatan,

susah atau lambat dalam menerima informasi yang diberikan oleh

petugas yang akan berdampak pada perilaku/pola hidup sehat

(Kemenkes RI, 2018)

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa

penyampaian informasi kepada jenjang pendidikan rendah sangat

perlu dioptimalkan dan disampaikan dengan bahasa yang mudah

dipahami agar terciptanya masyarakat yang lebih paham akan

pentingnya kesehatan.
91

B. Identifikasi Tekanan Darah Lansia Setelah Diberikan Intervensi


Rendam Kaki dengan Campuran Jahe Merah dan Garam.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti

di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika Provinsi NTB. terhadap 44

responden menunjukkan terjadinya perubahan tekanan darah

responden yang mengalami hipertensi ringan sebanyak 12

responden (27%) responden yang mengalami hipertensi sedang

sebanyak 23 responden (52%) dan responden yang mengalami

hipertensi berat sebanyak 9 responden (21%) menjadi kategori

normal sebanyak 8 responden (18%), high normal sebanyak 12

responden (27%), hipertensi ringan sebanyak 17 responden

(30%) ,hipertensi sedang 6 responden (14%) dan hipertensi berat 1

responden (2%).

Penelitian di atas sesuai dengan teori yang di kemukakan

oleh (Peni, 2009) rendam kaki merupakan salah satu bentuk terapi

nonfarmakologis dengan menggunakan metode yang lebih murah

dan mudah yang mana dapat membantu dalam memulihkan otot

sendi yang kaku serta dapat menurunkan tekanan darah apabila

dilakukan secara teratur dan rutin melalui kesadaran dan

kedisiplinan.

Tekanan darah pada saat pretest atau sebelum diberikan

intervensi rendam kaki dengan campuran jahe merah dan garam

dibandingkan dengan tekanan darah posttest atau setelah diberikan

intervensi rendam kaki dengan campuran garam jahe merah dan


92

garam selama 3 hari berturut – turut mengalami perubahan yang

cukup signifikan, yaitu rata – rata tekanan darah sistole sebelum

rendam kaki dengan campuran jahe merah dan garam sebesar

161.82 mmHg dan rata – rata tekanan darah diastole sebesar

94.77mmHg, kemudian rata-rata tekanan darah sistole setelah

diberikan intervensi rendam kaki dengan campuran jahe merah dan

garam sebesar 139.32 mmHg dan rata – rata tekanan darah

diastole sebesar 88.18 mmHg.

Menurut (Kurniawati.N, 2010) Rendam kaki air hangat

dengan campuan jahe dan garam dalam satu wadah dapat

memberikan efek yang dapat menurunkan tekanan darah pada

penderita hipertensi secara signifikan. Dimana air hangat dan

garam akan membantu dalam memvasodilatasikan pembuluh

darah pada saat merendam kaki dan Jahe mengandung minyak

atsiri yang akan memberikan efek rasa hangat dan bau yang pedas

sehingga pembuluh darah menjadi lebar dan aliran darah menjadi

lancar.

Menurut (Damayanti, 2014) bahwa prinsip kerja air hangat yaitu

secara konduksi dimana terjadi perpindahan dari air hangat ke

dalam tubuh akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan

penurunan ketegangan otot sehingga dapat melancarkan

peredaran darah Penelitian ini menggunakan metode One Group

Pretest – Posttest yaitu untuk mengetahui perbedaan dan


93

perubahan pada nilai sebelum dan setelah dilakukan intervensi

rendam kaki air hangat dengan campuran jahe.

Dengan demikian terdapat kesesuaian antara beberapa teori

peneliti diatas dengan Rendam kaki dengan campuran jahe merah

dan garam apabila dilakukan secara rutin dan disiplin, maka tidak

menutup kemungkinan tekanan darah penderita hipertensi dapat

terkontrol tanpa harus mengkonsumsi obat-obatan.

C. Menganalisis Pengaruh Rendam Kaki dengan Campuran Jahe


Merah dan Garam Terhadap Tekanan Darah Penderita
Hipertensi

Sebelum dilakukan pengolahan data menggunakan uji statistik

menggunakan program komputerisasi SPSS 16.0, peneliti

melakukan uji normalitas pada hasil penelitian pre post dan post

test untuk mengetahui apakah data pada penelitian ini berdistribusi

normal atau tidak, yang bertujuan untuk penentuan uji statistik yang

akan digunakan untuk menarik kesimpulan akhir penelitian. Uji

normalitas yang digunakan peneliti yaitu Shapiro-wilk yang memilki

syarat uji bahwa jumlah responden harus < 50, hal ini sesuai

dengan jumlah responden pada penelitian ini yaitu sebanyak 44

responden. Setelah dilakukan uji normalitas menggunakan Shapiro-

wilk dari hasil data penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti,

diperoleh hasil bahwa data hasil penelitian ini berdistribusi normal

dimana nilai Sig. pada pretest yaitu 0.000 dan nilai Sig. pada post

test yaitu 0.013. Dalam hal ini, hasil nilai Sig. pada pre test dan post
94

test berada < 0.05, sehingga hasil penelitian termasuk data

berdistribusi normal. Sehingga, uji statistik SPSS yang digunakan

untuk data berdistribusi normal yaitu Uji Wilxocon Pair test.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti

menunjukkan bahwa pada tekanan sistole diperoleh hasil ujian

statistik Wilcoxon Pair Test dengan nilai ρ sebesar 0,000 < α = 0,05

(H0 ditolak), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

antara tekanan sistole sebelum dan sesudah dilakukan Rendam

Kaki dengan Campuran Jahe Merah dan Garam. Begitu pula

dengan tekanan diastole diperoleh hasil uji statistik Wilcoxon Pair

Test dengan nilai ρ sebesar 0,013 < α = 0,05 (H0 ditolak), maka

dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara tekanan

diastole sebelum dan sesudah dilakukan Rendam Kaki dengan

Campuran Jahe Merah dan Garam. Keadaan ini menunjukkan

bahwa “Terdapat Pengaruh Rendam Kaki dengan Campuran Jahe

Merah dan Garam Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia

Penderita Hipertensi di ‘’Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB

Tahun 2021’’.

Komponen utama pada jahe merah yang sangat berperan

penting selain minyak atsiri adalah gingerol karena dapat bersifat

antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan darah, dengan

demikian jahe mampu mencegah tersumbatnya pembuluh darah

yang dapat memicu terjadinya hipertensi, stroke dan serangan

jantung. Selain itu gingerol diperkirakan juga dapat membantu


95

menurunkan kadar kolesterol yang dapat memicu terjadinya

hipertensi (Purwanto, 2013)

Selain itu, adapun garam dapur juga dapat bermanfaat

untuk membantu melancarkan peredaran darah, dengan cara

merendam kaki menggunakan air hangat yang dicampuri garam.

Garam memiliki khasiat yang dapat menenangkan pikiran (Setyoadi

& Kushariyadi, 2011)

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Nurahmandani, A.R., Hartati, E., Supriyono, 2016) yang dilakukan

di panti werdha Pucang Gading semarang menunjukkan hasil uji

statistik p value tekanan darah sistolik = 0.0001 dan p value

tekanan darah diastolik = 0.0001 sehingga Ha diterima,

membuktikan pemberian terapi rendam kaki air jahe efektif

menurunkan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.

Menurut peneliti, intervensi rendam kaki dengan campuran

jahe merah dan garam yang dilakukan pada penderita hipertensi di

Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB memberikan efek yang

sangat baik, dimana setelah diberikan rendam kaki dengan

campuran jahe merah dan garam, penderita hipertensi dapat lebih

rileks dan juga tenang.

Berdasarkan dari beberapa teori diatas sesuai dengan yang

ditemukan oleh peneliti di lapangan, pada dasarnya rendam kaki

dengan campuran jahe merah dan garam benar-benar memiliki

pengaruh terhadap tekanan darah penderita hipertensi jika dilakukan


96

dengan fokus, baik dan benar secara rutin dan disesuaikan dengan

kemampuan perorangan dalam melakukan terapi tersebut. Hal ini

dibuktikan secara nyata melalui hasil penelitian dimana secara

keseluruhan responden mengalami penurunan tekanan darah baik

sistole maupun diastole. Secara tidak langsung peneliti berkeyakinan

jika terapi rendam kaki dengan campuran jahe merah dan garam ini

tetap dilanjutkan menjadi sebuah terapi nonfarmakologi yang rutin,

maka bukan tidak mungkin jika nantinya tekanan darah bisa terjaga

atau terkontrol dalam rentang normal dan tentunya terjadi

peningkatan kesehatan.

Hal tersebut tentu akan menunjang pasien hipertensi untuk

memilih Rendam Kaki dengan Campuran Jahe Merah dan Garam ini

sebagai salah satu alternatif untuk mengontrol tekanan darah secara

non farmakologi. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan

adanya pengaruh Rendam Kaki dengan Campuran Jahe Merah dan

Garam terhadap tekanan darah sistole dan diastole pada lansia

penderita hipertensi.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka

peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Tekanan darah pada penderita hipertensi sebelum tindakan

rendam kaki dengan campuran garam jahe merah dan

garam sebagian besar berada pada kategori hipertensi

sedang.

2. Tekanan darah pada penderita hipertensi setelah dilakukan

terapi rendam kaki dengan campuran jahe merah dan garam

sebagian besar menjadi kategori ringan dan high normal

3. Rendam kaki dengan campuran jahe merah dan garam

memiliki pengaruh terhadap tekanan darah penderita

hipertensi di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika Provinsi

NTB (ρ= 0,013).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti

memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi Responden

Bagi Responden disarankan untuk menerapkan secara rutin

dan disiplin rendam kaki dengan campuran jahe merah dan

garam selama 15-20 menit dalam 3 hari berturut-turut agar

tekanan darah dapat terkontrol tanpa harus menggunakan

obat-obatan.

97
98

2. Bagi BSLU Mandalika NTB

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan bagi BSLU

Mandalika NTB untuk menambah pengetahuan di bidang

kesehatan yaitu pemberian terapi alternatif rendam kaki

menggunakan air hangat campuran jahe merah dan garam

terhadap perubahan tekanan darah pada lansia dengan

hipertensi.

3.Bagi Peneliti Lain

Peneliti selanjutnya dapat membuat olahan lain dengan

rentang waktu yang lebih panjang sehingga dapat menjadi

perbandingan dari penggunaan terapi rendam kaki

menggunakan air hangat campuran jahe merah dan garam

dengan air hangat campuran Lada Hitam untuk mengatasi

tekanan darah tinggi.


DAFTAR PUSTAKA

Almatsier.S. (2010). Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta Gramedia


Pustaka Utama.

Anna Palmer dan Bryan Williams. (2007). Tekanan Darah Tinggi.


Jakarta: Erlangga

Azizah,Siti Nur. (2015). Pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progresif


Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Primer Di Dusun Gondang. Skripsi Universitas
Muhammadiyah Semarang.

Brooker, Chris. 2009 Ensiklopedia Keperawatan. ECG. Jakarta.

Damayanti, D. (2014). Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah


Dilakukan Hidroterapi Rendam Hangat Pada Penderita Hipertensi Di
Desa Kebondalem Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang.

Dalimartha, S.,Purnama , B.T.,Sutarina,N., Mahendra, B., & D. (2008).


Care Your Self Hipertens (Cetakan 1). Penebar Plus.

Darmojo, B. (2009). Buku Ajar Geriatri. FK UI.

Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Pelaksanaan


Pemantauan Garam Beryodium. Direktorat Bina Gizi
Masyarakat. Jakarta

Depkes RI. 2009. Klasifikasi Umur Berdasarkan Kategori. Jakarta:


Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.
Destia Damayanti. 2014. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan
Setelah Dilakukan Hidroterapi Rendam Hangat Pada Penderita
Hipertensi. Jurnal kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran.
Dewi, Sofia dkk. 2014. Hidup Bahagia Dengan Hipertensi. A Plus
Books. Yogyakarta.
Dharma, Kelana Kusuma. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan
Panduan Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian.
Trans Info Media. Jakarta.
Dorai, T., dan Aggarwal, B.B., 2004, Antitumor promoting activities of
selected pungent phenolic substances present in ginger,
Cancer Lett, 215, 129-140.

Ermayanti, D. (2009). Kinerja Keuangan Perusahaan. Harian Kompas,


http://dwiermayanti.wordpress.com/feed/html

99
100

Fathona Diva. 2011,Kandungan Gingerol Dan Shogaol,Intensitas


Kepedasan Dan Penerimaan Panelis Terhadap Oleresin Jahe
Gajah (Zingiber Officinale var. Roscoe), Jahe Emprit (Zingiber
officinale var.Amarum ), , dan Jahe Merah ( Zingiber officinale
var. Rubrum). Departement of foodScience and
Technology,Faculty of Agricultural Technology, Bogor
Agricultural university , IPB Darmaga Campus, Bogor,
Hariadi, Ali AR. Hubungan Obesitas Dengan Beberapa Faktor Risiko
Penyakit Jantung Koroner. Jurnal Kesehatan. 2005;12(1):58-67.

Harmono dan Andoko. (2005). Budidaya dan Peluang bisnis jahe.


Agromedia Pustaka.

Hembing, KW. 2006. Keefektifan Rendam Kaki Menggunakan Air


Hangat. [Diakses pada 18 November 2020].

Herman & Joetra. (2015). Pengaruh Garam Dapur (NaCl) Terhadap


Kembang Susut Tanah Lempung. Jurnal Momentum.

Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).


Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2018.

Kurniawati, N. (2010). Sehat dan Cantik Alami Berkat Khasiat


Bumbu Dapur.Bandung: Qanita

Kusyati, Eni dkk. 2013. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium


Keperawatan Dasar Edisi 2. ECG. Jakarta
Kwon. 2005. 6-Gingerol, a pungent ingredient of ginger, inhibits
angiogenesis in vitro and in vivo. Biochem. Biophys. Res.
Commun. 335: 300-3
Lany Gunawan, 2005, Hipertensi, Kanisius, Yogyakarta.

Nurahmandani, A.R., Hartati, E., Supriyono, M. (2016). Efektivitas


Pemberian Terapi rendam kaki Air Jahe Hangat terhadap
Penurunan Tekanan darah pada Lansia dengan Hipertensi dip anti
Werdha Pucang Gading Semarang.

Mac Mahon, S. 2004. Obesity and Hypertension: Epidemiological


and Clinical Issues. European Heart Journal.

Madyastuti L. 2011. Cara Baru Jinakkan Hipertensi. Edisi Kedua. UII


PressYogyakarta. Yogyakarta.
Masuda , T.,Isobe, J., jitoe , A dan Nakatani, N. 2004. Antioxidative
Curcuminoids from Rhizomes of Curcuma Xanthorrhiza,
Phythocem. 31 (10): 3645-3647
101

Mamoru, S., I. Atsushi, Y. Kazunori, S. Kazuhiko, A. Masaki dan H.


Eikichi. 1984. Pharmacological studies on ginger. I.
Pharmacological action of pungent constituents, 6-gingerol and
6-shogaol. J. Pharmacobiol. Dyn 7: 836-848.

Muttaqin A. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
Notoatmojo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT.Rineka
Cipta. Jakarta.
Nurkhalida. 2003. Warta Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Depkes
RI. h 19-21.
Ode, S. . (2012). Asuhan Keperawatan Gerontik Berstandar Nanda,
NIC, dan NOC Dilengkapi Teori dan Contoh Kasus Askep.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Oktaviana. (2011). Pengaruh Hidroterapi Rendam Air Hangat Pada


Kaki Terhadap Penurunan Tekanan Darah. Jurnal Universitas
Muhammadiyah Surabaya.

Paimin, F.B., dan Murhananto. (2002). Budidaya, Pengolahan, dan


Perdagangan Jahe. Jakarta: PT. Penebar Swadaya

Peni. 2009. Panduan Menurunkan Tekanan Darah Dengan Gaya


Hidup. Tersedia dalam http://Gayahidupsehatonline.com.
diakses pada tanggal 28 Oktober 2020
Potter and Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4
Volume 1. ECG. Jakarta.
Potter and Perry. 2012. Buku Ajar Fundamental Keperawatan ,
Volume 2. ECG. Jakarta

Pratika. (2012). Pengaruh Rendam Kaki Menggunakan Air Hangat


Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di
Desa Bendungan Kecamatan Kraton Pasuruan.

Prout, Brian dkk. 2009. Pedoman Praktis Diagnosis Klinik.Binarupa


Aksara Publisher. Tangerang.
Purwanto,(2013),Buku Ajar Ilmu Keperawatan Berbasis Herbal.
Dmedika Yogyakarta.

Ramadhani, A. (2013). Hubungan kontrol tekanan darah dengan


indeks massa tubuh pada pasien Hipertensi. Skripsi.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta .
102

Rudianto, F. 2013. Menaklukan Hipertensi dan Diabetes.


Sakkhasukma Yogyakarta.
Sediaoetama, A. 2010. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan
Profesi Jilid 1. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat

Setyaningrum, H.D., & Saparinto, C. (2013).Jahe. Jakarta:


Penebar swadaya

Setyoadi & Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan pada


Klien Psikogeriatik. Salemba Medika. Jakarta
Sheps, Sheldon G. 2005. Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan
Darah Tinggi. Jakarta: PT Intisari Mediatama

Stoilova, I., Krastanov, A., Stoyanova, A., Denev, P. And Gargova, s.


2007 . Antioxidant activity of a ginger exctract (Zingiber
officinale). Food Chemistry 102 : 764-770.
Sugiyono (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods).
Bandung:Alfabeta.

Susanto,T. 2013, Keajaiban Terapi Air Putih, Yogyakarta : Buku


Pintar
Susilo, Yekti dan Wulandari, Ari, (2011). Cara Jitu Mengatasi
Hipertensi. Yogyakarta: Andi

Triyanto, E. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita


Hipertensi Secara Terpadu. Graha Ilmu.Yogyakarta.

Uiterwaal C, et al, 2007, Coffe Intake and Incidence of Hypertension,


Am J Clin Nutr.

World Health Organization (WHO). 2005. Types of Cardiovascular


Disease.

World Health Organization (2015). Global Atlas On cardiovascular


Disease Prevention and Control.Geneva : WHO.

Wulandari. P,dkk. (2016). Pengaruh Rendam Kaki Menggunakan Air


Hangat Dengan Campuran Garam Dan Serai terhadap
Penurunan Tekanan Drah Pada Penderita Hipertensi Di
Wilayah Podorejo RW 8 Ngaliyan.Ejournal. Volume 7, Nomor
1, Januari 2016, P-ISSN: 2086-3071, E-ISSN:2443-0900.

Yolandari. (2018). Pengaruh Rendam Kaki Air Hangat Dengan Jahe


Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Di Posyandu Lansia Sehat Sejahtera. Stikes Aisyah
103

Surakarta diakses pada tanggal 20 november 2020


http://eprints.stikesaisyiyah.ac.id/201/

Anda mungkin juga menyukai