Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA LANSIA NY. R DENGAN


DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI PADA STASE KOMUNITAS
DI WILAYAH KELUARGA BINAAN
KOTA PALANGKA RAYA

DISUSUN OLEH :
TIARA APRILIANTI
2019.NS.A.07a.064

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN 2020
LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA LANSIA NY. R DENGAN


DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI PADA STASE KOMUNITAS
DI WILAYAH KELUARGA BINAAN
KOTA PALANGKA RAYA

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Ujian Praktik Stase


Keperawatan Komunitas

DISUSUN OLEH :
TIARA APRILIANTI
2019.NS.A.07a.064

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan ini disusun oleh :


Nama : Tiara Aprilianti
Program : Profesi Ners
Judul : Laporan Studi Kasus Asuhan Keperawatan Keluarga Lansia Ny.
N dengan Diagnosa Medis Hipertensi pada Stase Komunitas di
Wilayah Keluarga Binaan Kota Palangka Raya.

Telah melaksanakan Asuhan Keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktek Keperawatan Komunitas pada Program Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Preseptor Akademik,

Ns. Takesi Arisandy, M. Kep.


LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan ini disusun oleh :


Nama : Tiara Aprilianti
Program : Profesi Ners
Judul : Laporan Studi Kasus Asuhan Keperawatan Keluarga Lansia Ny.
N dengan Diagnosa Medis Hipertensi pada Stase Komunitas di
Wilayah Keluarga Binaan Kota Palangka Raya.

Telah melaksanakan Asuhan Keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktek Keperawatan Komunitas pada Program Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Preseptor Akademik,

Ns. Takesi Arisandy, M. Kep.

Mengetahui
Ketua Program Studi Ners

Ns. Meilitha Carolina, M. Kep.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan hikmah
kesehatan dan kebijaksanaan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan “Laporan
Studi Kasus Asuhan Keperawatan Keluarga Lansia Ny. N dengan Diagnosa Medis
Hipertensi Pada Stase Komunitas di Wilayah Keluarga Binaan Kota Palangka Raya”.
Selama proses ini dari awal sampai berakhirnya penyusunan laporan asuhan
keperawatan ini, tidak lepas dari peran dan dukungan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes. selaku Ketua Yayasan Eka Harap Palangka
Raya yang telah menyediakan sarana dan prasarana kepada penulis dalam mengikuti
pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.
2. Ibu Melitha Carolina, Ners., M.Kep. selaku Ketua Prodi Sarjana Keperawatan Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya
3. Bapak Takesi Arisandy, Ners., M.Kep selaku Preseptor Akademik.
4. Teman-teman Kelompok 8 keperawatan komunitas yang telah banyak memberikan
dukungan moril agar laporan ini bisa terselesaikan.
5. Teman-teman seperjuangan Angkatan 7 Profesi Ners Tahun Ajaran 2019/2020,
terima kasih atas dukungan dan sarannya dalam penyelesaian laporan studi kasus
asuhan keperawatan keluaraga lansia Ny. N dengan diagnose medis Hipertensi Stase
Komunitas ini.
Akhir kata kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan laporan asuhan keperawatan ini dimasa yang akan datang.

Palangka Raya, 21 November 2020

Penulis
5

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Program Indonesia Sehat merupakan rencana strategis Kementrian Kesehatan
tahun 2015-2019 yang dilakukan melalui pendekatan keluarga, disingkat PIS-PK. Pada
program PIS-PK, pendekatan keluarga menjadi salah satu cara puskesmas meningkatkan
jangkauan dan sasaran dengan meningkatkan akses yankes di wilayahnya (mendatangi
keluarga). Tujuan pendekatan keluarga salah satunya adalah untuk meningkatkan akses
keluarga pada pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu. PIS-PK
dilaksanakan dengan ciri sasaran utama adalah keluarga, mengutamakan upaya
promotif-preventif, disertai penguatan upaya kesehatan berbasis masyarakat, kunjungan
rumah dilakukan secara aktif dan melalui pendekatan siklus kehidupan. Pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan terkait penanganan penyakit menular dan tidak menular
yang salah satunya adalah penyakit hipertensi (Sarkomo, 2016).
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi
secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan diastolik 90
mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan
peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja
lebih cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam
tubuh (Koes Irianto, 2014),
Dewasa ini ada sekitar 422 juta orang penyandang hipertensi yang berusia 18
tahun di seluruh dunia atau 8,5% dari penduduk dunia. Namun 1 dari 2 orang dengan
penderita hipertensi tidak tahu bahwa dia penyandang hipertensi. Oleh karena itu sering
ditemukan penderita hipertensi pada tahap lanjut dengan komplikasi seperti serangan
jantung, stroke.
Di Indonesia data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan prevalensi hipertensi dari 5,7% tahun 2007 menjadi 6,9% atau sekitar 9,1
juta pada tahun 2013. Data Sample Registration Survey tahun 2014 menunjukkan bahwa
hipertensi merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia dengan
prosentasi sebesar 6,7% setelah stroke dan penyakit jantung. Pelayanan kesehatan pada
penyakit hipertensi di tingkat keluarga dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga meliputi
6

pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi


keperawatan yang bertujuan agar pelayanan kesehatan yang dilaksanakan bisa
efektif dan komprehensif. Semua pelayanan itu diterapkan pada semua tatanan
puskesmas (Koes Irianto, 2014).
Untuk itulah perlu dilakukan upaya pelayanan kesehatan keluarga dengan hipertensi yang
salah satunya adalah keluarga Tn. R. Dari latar belakang di atas, perlu dilakukan upaya
pelayanan kesehatan dengan asuhan keperawatan pada keluargaTn. R.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan
masalah utama hipertensi pada keluargaTn. R di Mergangsan ?
1.3 Tujuan Studi Kasus
1.3.1 Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga
dengan masalah utama hipertensi pada Tn. R di wilayah kota Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Menerapkan proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kasus asuhan keperawatan keluarga dengan
masalah utama hipertensi pada Tn. R di wilayah kota Palangka Raya.
1.3.2.2 Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah utama
hipertensi pada Tn. R di wilayah kota Palangka Raya.
1.3.2.3 Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan keluarga dengan masalah utama hipertensi pada Tn. R di wilayah kota
Palangka Raya.
1.4 Manfaat Studi Kasus
Studi kasus ini diharapkan memberi manfaat bagi :
1.4.1 Masyarakat
Membudayakan pengelolaan pasien hipertensi pada tatanan keluarga.
1.4.2 Tenaga Kesehatan
Sebagai wawasan dan masukan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat khususnya tim program kunjungan rumah (home care)
atau Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas).
12

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Komunitas


2.1.1 Definisi Keperawatan Komunitas
Menurut WHO 2011, keperawatan komunitas mencakup perawatan kesehatan
keluarga juga kesehatan keluarga juga kesehatan keluarga juga kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat luas, membantu masyarakat mengidentifikasi masalah
kesehatannya sendiri, serta memecahkan masalah kesehatan tersebut sesuai dengan
kemampuan yang di praktik kepada mereka sebelum mereka meminta bantuan kepada
orang lain.
Menurut American Nurses Association (2011), keperawatan komunitas merupakan
suatu sintesis dari praktik keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat yang ditetapkan
untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan penduduk.
Menurut Wahit (2013), komunitas merupakan sekelompok individu yang tinggal
pada wilayah tertentu, memiliki nilai-nilai keyakinan dan minta yang relatif sama, serta
adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai tujuan.
2.1.2 Tujuan Keperawatan Komunitas
Menurut Mubarak (2013:3) tujuan keperawatan komunitas adalah untuk mencagah
dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui berbagai upaya sebai berikut:
2.1.2.1 Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu , keluarga,
kelompok, dalam konteks komunitas.
2.1.2.2 Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general
community) dengan mempertimbangkan permasalahan atas isu kesehatan
masyarakat yang dapat mempengaruhi keluarga, individu, dan kelompok dan
masyarakat mempunyai kemampuan untuk:

1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami.


2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritas masalah tersebut.
3) Merumuskan serta memecahkan masalah.
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
13

5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi yang


akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara
mandiri.

2.1.3 Sasaran Keperawatan Komunitas


Menurut Mubarak (2013:4) Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh
masyarakat, termasuk individu, keluarga dan kelompok baik yang sehat maupun yang
sakit khususnya mereka yang beresiko tinggi mengalami masalah kesehatan dalam
masyarakat:
2.1.3.1 Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat diri sendiri
oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik
secara fisik, mental maupun sosial.
2.1.3.2 Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga,
anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga karena
pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung
dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah
kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya dan
keluarga-keluarga yang ada di sekitarnya.
2.1.3.3 Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama cukup lama
sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu
kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat
merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung dan bekerjasama
untuk mencapai tujuan. Dalan berinteraksi sesama anggota masyarakat akan muncul
banyak permasalahan, baik permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik
maupun kesehatan khususnya.
2.1.3.4 Kelompok Khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap
masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:
14

1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan


pertumbuhannya, seperti;
(1) Kelompok ibu hamil dan ibu bersalin
(2) Kelompok bayi baru lahir
(3) Kelompok balita
(4) Kelompok anak usia sekolah
(5) Kelompok usia lanjut.
2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan
serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
(1) Penderita penyakit menular, antara lain seperti penderita panyakit kusta, penyakit
kelamin, penderita HIV/AIDS.
(2) Penderita penyakit tidak menular, antara lain seperti hipertensi penyakit diabetes
mellitus, penyakit jantung, stroke.
(3) Kelompok cacat yang memerlukan rehabilitative, seperti kebutaan.
(4) Kelompok cacat mental.
(5) Kelompok cacat sosial.
3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:wanita tuna susila,
kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba, kelompok pekerja tertentu.

2.1.4 Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas


Menurut Effendy (2010:17) ruang lingkup praktik keperawatan kesehatan meliputi
berbagai upaya, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitative) dan
mengembalikan dan memfungsikan kembali individu, keluarga dan kelompok masyarakat
ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialitatif).
Asuhan keperawatan kesehatan masyarakat kegiatan yang di tekankan adalah upaya
promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif, rehabilitative, dan
resosialitatif.
2.1.4.1 Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
1) Penyuluhan kesehatan masyarakat.
2) Peningkatan gizi.
15

3) Pemeliharaan kesehatan perseorangan.


4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan.
5) Olahraga secara teratur.
6) Rekreasi.
7) Pendidikan seks.
2.1.4.2 Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:
1) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil.
2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas maupun
kunjungan rumah.
3) Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun di rumah.

4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.


2.1.4.3 Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga,
kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui
kegiatan:
1) Perawatan orang sakit di rumah (home care).
2) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah
sakit.
3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas.
4) Perawatan payudara.
5) Perawatan tali pusat bayi baru lahir.
2.1.4.4 Upaya Rehabilitatif
Merupakan upaya pemulihan kesehatan merupakan upaya pemulihan kesehatan
bagi penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok
tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya,
dilakukan melalui kegiatan:
1) Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta, patah
tulang maupun kelainan bawaan.
16

2) Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya


TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin
dilakukan oleh perawat.
2.1.4.5 Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan
kelompok  khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-
kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya
kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila,
wanita tuna wisma.

2.1.5 Strategi Keperawatan Komunitas


2.1.5.1 Proses kelompok (Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok masyarakat
sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di dalamnya, yaitu: individu,
keluarga, dan kelompok khusus, perawat spesialis komunitas dalam melakukan upaya
peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat
menggunakan alternatif model pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan sosial,
aksi sosial atau pengembangan masyarakat. Berkaitan dengan pengembangan kesehatan
masyarakat yang relevan, maka penulis mencoba menggunakan pendekatan
pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan masyarakat (community
development) ((Mubarak, 2013).
2.1.5.2 Pendidikan kesehatan (Health Promotion)
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu
dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya
dengan kesehatan (Mubarak, 2013).
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang
berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, pendidikan
kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan
(Mubarak, 2013).
2.1.5.3 Kerjasama (Partnership)
17

Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan
manfaat. Partisipasi klien/masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif
diri terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatankesehatan dan
kesejahteraan (Mubarak, 2013).
Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait dengan masyarakat
digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-komponen yang ada. Hal ini
memberikan pengertian perlunya upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian
masing-masing yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan kesehatan
masyarakat (Mubarak, 2013).
2.1.6 Falsafah Keperawatan Komunitas
Menurut effendi (2010:10) falsafah adalah keyakinan terhdap nilai-nilai yng menjadi
pedoman untuk mencapai tujuan dan dipakai sebagai pandangan hidup. Falsapah
perawatan kesehatan masyarakat adalah keyakinan terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang
menjadi pedoman dalam asuhan keperawatan kesehatan masyarakat yang baik ditujukan
pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai sasaran untuk mencapai tujuan
keperawatan dan kesehatan dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi dan inilah
menjadi pegangan sebagai pandangan hidup dalam memberikan asuhan keperawatan.
Menurut Mubarak (2013:8) Falsafah keperawatan merupakan pandangan medasar
tentang hakikat manusia yang menjadi kerangka dasar dalam praktik keperawatan. Dalam
falsafah keperawatan komunitas, keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang
memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
terhadap kesehatan komunitas dan membrikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit
dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu
kepada paradigma keperawatan secara umum yaitu manusia merupakan titik setral dari
setiap upaya pembangunan kesehatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Bertolak dari pandangan itu, disusunlah paradigm keperawatan komunitas yang terdiri dari
empat komponen dasar yaitu manusia, kesehatan, lingkungan, dan keperawatan.

2.2 Proses Asuhan Keperawatan Komunitas


2.2.1 Definisi proses asuhan keperawatan komunitas
18

Menurut Luan (2011) proses keperawatan merupakan suatu metode ilmiah yang
telah digunakan dalam dunia keperawatan sebagai suatu pendekatan dalam proses
menyelesaikan masalah.
Menurut Mubarak (2013:5) proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau
tindakan untuk menetapkan, merencanakan dan melaksanakan pelayanan kesehatan dalam
rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatan seoptimal mungkin.
Tindakan keperawatan dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, salaing berkaitan dan
dinamis. Selanjutnya menetapkan langkah proses keperawatan komunitas adalah metode
asuhan komunitas adalah metode asuhan keperawatan yang besifat ilmiah, sistematis
dinamis, kontinu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan
dari klien, keluarga, serta kelompok atau masyarakat.

2.2.2 Tujuan Dan Fungsi Poses Asuhan Keperawatan Komunitas


2.2.2.1 Tujuan Proses Asuhan Keperawatan Komunitas
Menurut Mubarak (2013: 6), bertujuan melaksananakan keperawatan dalam
komunitas adalah sebagai berikut:
1) Agar diperoleh asuhan keperawatan komunitas yang bermutu, epektif dan efisien
sesuai dengan permasalah yang terjadi pada masyarakat
2) Agar pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas dapat dilakukan secara sistematis,
dinamis, berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
3) Meningkatkan status kesehatan masyarakat. Perawat kesehatan komunitas harus
memiliki keterampilan dasar tentang epidemiologi, penelitian, pengajaran, organisasi
masyarakat dan hubungan interpersonal yang baik.
2.2.2.2 Fungsi Proses Asuhan Keperawatan Komunitas
Menurut Mubarak (2013:6) fungsi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
1) Memberikan pedoman yang sistematis dan ilmiah bagi tenaga kesehatan masyarakat
dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah komunikasi
dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
19

4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalah atau


kebutuhannya, sehinga mendapatkan pelayanan yang baik agar mempercapat proses
penyenbuhanya.

2.2.3 Langkah Proses Asuhan Keperawatan Komunitas


2.2.3.1 Pengkajian
Pengkajian komunitas merupakan suatu proses, merupakan upaya untuk dapat
mengenal masyarakat. Warga masyarakat merupakan mitra dan berkontribusi terhadapa
keseluruhan proses. Tujuan keperawatan dalam mengkaji komunitas adalah
mengidentifikasi berbagai faktor (negative dan positif) yang mempengaruhi kesehatan
warga masyarakat agar dapat mengembangkan strategi promosi kesehatan.
Proses pegkajian ditandai dengan kegiatan sistematis mengumpulkan data dan
melakukan pemaknaan data dan informasi tersebut. data yang dikumpulkan berupa data
kuantitatif dan kualitatif Ada lima kegiatan pada tahap pengkajian sebagai berikut:
1) Pengumpulan Data
Pengumpulan data dimaksutkan untuk memperoleh informasi mengenai masalah
kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus di ambil.
2) Pengolahan Data
Setelah data diperoleh, kegiatan seanjutnya ddengan cara mengklasifikasikan data,
perhitungan presentase, tabulasi data, interpretasi data.
3) Analisis Data
Analisis data adalah kemampuan untuk mengaitkan data dan menghubungkan data
dengan kemampuan kongnitif yang dimiliki, sehingga dapat diketahui kesenjangan
dalam menghadapi oleh masyarakat.
4) Perumusan Masalah Kesehatan
Kriteria penentuan prioritas adalah masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan
diantaranya adalah perhatian masyarakat, prepalensi kejadian, berat ringannya
masalah, kemungkinan masalah untuk diatasi, tersedianya sumber daya masyarakat
dan aspek politis.
2.2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut Anderson (2012:299), diagnose keperawatan komunitas berfokus pada
suatu komunitas yang biasanya diidentifikasi sebagai suatu kelompok, populasi atau
20

kumpulan orang dengan sekurang-kurangnya memiliki satu karakteristik tertentu misalnya


lokasi geografik, pekerjaan, etnik atau kondisi perumahan.
North America Nursing Diagnosis (NANDA) mendefenisi diagnosis keperawatan
sebagai suatu clinical judgement tentang berbagai respon yang diberikan oleh individu,
keluarga atau komunitas terhadap berbagai masalah bak yang aktual maupun yang
potensial (Doengoes, 2010).
Menurut Mubarak diagnosis keperawatan akan memberikan gambaran tentang
masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual) maupun yang mungkin
terjadi (potensial). Komponen utama diagnosis keperawatan adalah:
1. Problem (masalah)
Problem merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang
seharusnya terjadi.
2. Etiologi (Penyebab)
Menunjukan penyebab masalah kesehataan atau keperawatan yang dapat memberikan
arah terhadap intervensi keperawatan meliputi:
1) Perilaku individu, keluarga, kelompok atau masyarakat.
2) Lingkungan fisik, biologis, psikologis dan sosial.
3) Interaksi perilaku dan lingkungan.
4) Sign and symptom (tanda dan gejala)
Merupakan informasi yang di perlukan untuk merumuskan diaganosis serta
serangkaian petunjuk timbulnya masalah.Diagnosis keperawatan komunitas menurut
Mueke terdiri atas:

1) Masalah, sehat dan sakit.


2) Karakteristik populasi.
3) Karakteristik lingkungan
2.2.3.3 Perencanaan
Perencanaan dimulai dengan kegiatan memformulasi tujuan dan sasaran sebagai
suatu proses permulaan kegiatan mendesain program asuhan keperawatan komunitas.
Rencana keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah di
tentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien. Perencanaan asuhan keperawatan
21

kesehatan masyarakat dikhususkan keperawatan yang berdasarakan diagnosis keperawatan


yang telah ditetapkan.
2.2.3.4 Pelaksanaan
Implementasi adalah pasien tindakan dari proses keperawatan yang terkait dengan
pelaksanaan rencana berfokus komunitas. Implementasi berguna untuk mencapai tujuan
dan objektif, tapi hal yang lebih penting adalah implementasi intervensi keperawatanber
fungsi untuk meningkatkan, memelihara, atau memulihkan kesehatan, mencegah penyakit
dan memfasilitasi rehabilitas.
Prinsip umum yang digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada
keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
1) Inovatif
Perawat kesehatan masayarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
berdasar pada iman dan taqwa.
2) Integrasi
Perawat kesehatan masyarakat harus bekerja sama dengan semua profesi, tim
kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat berdasarkan atas
kemitraan.
3) Rasional
Perawat kesehatan masyarakat alam melakukan asuahan keperawatan harus
mengguanakan pengetahuan secara rasional demi mencapai rencana program yang
telah disusun.
4) Mampu Dan Mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan kemandirian
dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta komponen dibidangnya.
5) Ugen
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemampuannya dan
bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan
tercapai.
2.2.3.5 Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
Keperhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan pedoman.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat
22

kemandirian masyarakat dengan perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat pengetahuan


kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan dalam penilaian adalah sebagai berikut:
1) Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang telah
diterapkan.
2) Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai dengan
pelaksanaan.
3) Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan selanjutnya
apabila masalah belum teratasi.
Pada setiap aktivitas perawatan melakukan evalusi proses yang mengacu kepada
rencana asuhan keperawatan yang telah ditetapkan. Secara stimulant perawat juga
melakukan evalusi dampak berdasarkan indikator yang ditetapkan kepada semua sasaran.
Evaluasi terhadap hasil yang dilakukan berdasarkan kriteria dan indikator sesuai tujuan
yang di capai.
Sejalan dengan landasan teoritis dalam menjalin kemitraan dengan komunitas,
program evalusi didasarkan pada prinsip yang dikemukakan yaitu:
1) Memperkuat program
Tujuan kita adalah promosi kesehatan dan peningkatan kepercayaan diri komunitas.
Evaluasi membantu pencapaian tujuan ini dengan cara menyediakan proses yang
sistematis dan berkelanjutan.
2) Menggunakan pendekatan multiple
Selain pendekatan multi disiplin, metode evaluasi mungkin banyak dan bermacam-
macam.
3) Merancang evaluasi untuk memenuhi isu nyata.
Program berbasis dan berfokus komunitas yang berakal pada komunitas nyata dan
berdasarkan pngkajian komunitas, harus memiliki rancangan evaluasi untuk mengukur
kriteria mengenai pentingnya program tersebut bagi komunitas.
4) Menciptakan proses partisipasi
Apabila anggota komunitas merupakan bagian dari pengkajian, analisis, perencanaan,
dan implementasi mereka pun harus menjadi mitra dalam evalusi.
5) Memungkinkan fleksibilitas
Pendekatan evaluasi harus fleksibel dan perspektif jika tidak akan sulit
mendokumentasikan munculnya perubahan sering kali meningkat secara tajam dan
kompleks.
23

6) Membangun kapasitas
Proses evaluasi selain mengukur hasil akhir harus meningkatkan keterampilan,
pengetahuan, dan perilaku individu yang terlibat didalamnya. Hal ini sangat serupa dengan
konteks profesional dan non profesional.

2.3 Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi
secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan
diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu
keadaan peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja
lebih cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam
tubuh (Koes Irianto, 2014).
Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan kardiovaskular.
Apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan gagal ginjal, stroke,
dimensia, gagal jantung, infark miokard, gangguan penglihatan dan hipertensi (Andrian
Patica N E- journal keperawatan volume 4 nomor 1, Mei 2016)
2. Jenis Hipertensi
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri tetapi sering
dijumpai dengan penyakit lain, misalnya arterioskeloris, obesitas, dan diabetes militus.
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu
(WHO, 2014) :
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan pasti
apa penyebabnya. Para pakar menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita
hipertensi (genetik) dengan resiko menderita penyakit ini. Selain itu juga para pakar
menunjukan stres sebagai tertuduh utama, dan faktor lain yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor lain yang dapat dimasukkan dalam penyebab hipertensi jenis ini adalah
lingkungan, kelainan metabolisme, intra seluler, dan faktor-faktor ynag meningkatkan
resikonya seperti obesitas, merokok, konsumsi alkohol, dan kelainan darah.
b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab khususnya sudah diketahui, yaitu gangguan
hormonal, penyakit diabetes, jantung, ginjal, penyakit pembuluh darah atau berhubungan
24

dengan kehamilan. Kasus yang sering terjadi adalah karena tumor kelenjar adrenal. Garam
dapur akan memperburuk resiko hipertensi tetapi bukan faktor penyebab.
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa
Kategori Sistolik Diastolik
mmHg mmHg
Normal < 130 mmHg < 85
Normal Tinggi 130-139 mmHg mmHg
85-89
mmHg
Stadium 1 (HipertensiRingan) Stadium 2 (HipertensiSedang) 140- 90-99
Stadium 3 (HipertensiBerat) Stadium 4 159 mmHg
(HipertensiSangatBeratatauMaligna) mmHg 100-109
160-179 mmHg
Sumber : Heniwati, 2008 mmHg 110-119
180-209 mmHg
mmHg 120 mmHg
201 ataulebih
mmHg
ataulebih
20
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi a. Faktor resiko yang tidak
dapat dikontrol :
1) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan wanita. Wanita diketahui mempunyai
tekanan darah lebih rendah dibandingkan pria ketika berusia 20-30 tahun. Tetapi akan
mudah menyerang pada wanita ketika berumur 55 tahun, sekitar 60% menderita
hipertensi berpengaruh pada wanita. Hal ini dikaitkan dengan perubahan hormon pada
wanita setelah menopause (Endang Triyanto, 2014).
2) Umur
Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan berubah di usia 20-40 tahun.
Setelah itu akan cenderung lebih meningkat secara cepat. Sehingga, semakin bertambah
usia seseorang maka tekanan darah semakin meningkat. Jadi seorang lansia
cenderung mempunyai tekanan darah lebih tinggi dibandingkan diusia muda (Endang
Triyanto, 2014).
3) Keturunan (genetik)
Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap keluarga yang telah
menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini terjadi adanya peningkatan kadar sodium
intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium individu sehingga
pada orang tua cenderung beresiko lebih tinggi menderita hipertensi dua kali lebih besar
dibandingan dengan orang yang tidak mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi (Buckman, 2010).
4) Pendidikan
Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi tekanan darah. Tingginya
resiko hipertensi pada pendidikan yang rendah, kemungkinan kurangnya
pengetahuan dalam menerima informasi oleh petugas kesehatan sehingga berdampak
pada perilaku atau pola hidup sehat (Armilawaty, Amalia H, Amirudin R., 2007).
b. Faktor resiko hipertensi yang dapat dikonrol
1) Obesitas
Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung kurangnya melakukan aktivitas
sehingga asupan kalori mengimbangi kebutuhan energi, sehingga akan terjadi
peningkatan berat badan atau obesitas dan akan memperburuk kondisi (Anggara, F.H.D.,
& N. Prayitno, 2013).
2) Kurang olahraga
Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk mengurangi peningkatan
tekanan darah tinggi yang akan menurunkan tahanan perifer, sehigga melatih otot
jantung untuk terbiasa melakuakn pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi
tertentu.
3) Kebiasaan merokok
21
Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini dikarenakan di dalam kandungan
nikotik yang dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
4) Konsumsi garam berlebihan
WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat mengurangi peningkatan
hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol
(sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram) (H. Hadi Martono Kris Pranaka, 2014-2015).
5) Minum alkohol
Ketika mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan menyebabkan peningkatan tekanan
darah yang tergolong parah karena dapat menyebabkan darah di otak tersumbat dan
menyebabkan stroke.
6) Minum kopi
Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana dalam satu cangkir kopi
dapat meningkatakan tekanan darah 5-
10 mmHg.
7) Kecemasan
Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan meningkatkan frekuensi
jantung, curah jantung dan resistensi vaskuler, efek samping ini akan meningkatkan
tekanan darah. Kecemasan atau stress meningkatkan tekanan darah sebesar 30 mmHg.
Jika individu meras cemas pada masalah yang di hadapinya maka hipertensi akan terjadi
pada dirinya. Hal ini dikarenakan kecemasan yang berulang-ulang akan mempengaruhi
detak jantung semakin cepat sehingga jantung memompa darah keseluruh tubuh akan
semakin cepat.
2.4 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi

Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam


praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada tatanan
komunitas dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar
keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (WHO, 2014).
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan melalui
praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut (Heniwati, 2008) :
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar diperoleh
data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga. Sumber informasi dari
tahapan pengkaajian dapat menggunakan metode wawancara keluarga, observasi fasilitas
rumah, pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan data sekunder.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
22
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga dan genogram
6) Tipe keluarga
7) Suku bangsa
8) Agama
9) Status sosial ekonomi keluarga
10) Aktifitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-
masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayanan
kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman- pengalaman terhadap
pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga dari pihak suami dan istri.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4) Sistem pendukung keluarga d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar
anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik
secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh
keluarga yang berhubungan dengaan kesehatan.
5) Fungsi keluarga :
23

a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki
dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain,
bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
b) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi atau hubungan
dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya
dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh mana keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta merawat anggota keluarga yang
sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenal sehat sakit. Kesanggupan keluarga
dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam
melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu mampu mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan kesehatan pada
anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatan kesehatan
dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan
setempat.
d) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana kemampuan
keluarga dalam mengenal, mengambil keputusan dalam tindakan, merawat anggota
keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan dan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
6) Stres dan koping keluarga
a) Stressor jaangka pendek dan panjang
(1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu kurang dari 5 bulan.
(2) Stressorr jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
d) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi permasalah
e) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa keluarga. Metode yang digunakan
pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. Harapan
keluarga yang dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan yang ada.
22
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Dari pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas maka diagnosa keperawatan
keluarga yang mungkin muncul adalah :
a. Manajemen keluarga tidak efektif, yaitu pola penanganan masalah kesehatan dalam
keluarga tidak memuaskan untuk memulihkan kondisi kesehatan anggota keluarga.
b. Manajemen kesehatan tidak efektif, yaitu pola pengaturan dan pengintegrasian
penanganan masalah kesehatan ke dalam kebiasaan hidup sehari-hari tidak memuaskan
untuk mencapai status kesehatan yang diharapkan.
c. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif, yaitu ketidakmampuan mengidentifikasi,
mengelola dan atau menemukan bantuan untuk mempertahankan kesehatan.
d. Kesiapan peningkatan koping keluarga yaitu pola adaptasi anggota keluarga dalam
mengatasi situasi yang dialami klien secara efektif dan menunjukkan keinginan serta
kesiapan untuk meningkatkan kesehatan keluarga dan klien.
e. Penurunan koping keluarga yaitu ketidakefektifan dukungan, rasa nyaman, bantuan
dan motivasi orang terdekat (anggota keluarga atau orang berarti) yang dibutuhkan
klien untuk mengelola atau mengatasi masalah kesehatan.
f. Ketidakberdayaan, persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan mempengaruhi hati
secara signifikan, persepsi kurang kontrol pada situasi saat ini atau yang akan datang.
g. Ketidakmampuan koping keluarga, yaitu perilaku orang terdekat (anggota keluarga)
yang membatasi kemampuan dirinya dan klien untuk beradaptasi dengan masalah
kesehatan yang dihadapi klien.

Yang menjadi etiologi atau penyebab dari masalah keperawatan yang muncul adalah
hasil dari pengkajian tentang tugas kesehatan keluarga yang meliputi 5 unsur sebagai
berikut :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi pada anggota
keluarga
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi penyakit
hipertensi
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang
dapat mempengaruhi penyakit hipertensi
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna
perawatan dan pengobatan hipertensi
3. Membuat Perencanaan
Menurut Suprajitno perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan khusus
yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar yang
mengacu pada penyebab. Selanjutnya
27
merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan standar.
Perencanaan yang dapat dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi
ini adalah sebagai berikut :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi pada keluarga.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan mengerti tentang
penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi setelah tiga kali kunjungan
rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit hipertensi.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala
penyakit hipertensi serta pencegahan dan pengobatan penyakit hipertensi secara lisan.
Intervensi :
1) Jelaskan arti penyakit hipertensi
2) Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit hipertensi
3) Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
penyakit hipertensi.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui akibat lebih lanjut
dari penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga
dengan hipertensi setelah tiga kali kunjungan rumah. Kriteria : Keluarga dapat
menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil tindakan yang tepat dalam merawat
anggota keluarga yang sakit.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana akibat hipertensi
dan dapat mengambil keputusan yang tepat. Intervensi:
1) Diskusikan tentang akibat penyakit hipertensi
2) Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang
menderita hipertensi.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat anggota keluarga
yang menderita penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga
yang menderita hipertensisetelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan perawatan
penyakit hipertensi
Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang menderita
penyakit hipertensi secara tepat.
Intervensi:
28
1) Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit hipertensi.
2) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah raga
khususnya untuk anggota keluarga yang menderita hipertensi.
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang
dapat mempengaruhi penyakit hipertensi berhubungan.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang pengaruh
lingkungan terhadap penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang
penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh lingkungan
terhadap proses penyakit hipertensi
Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi
penyakit hipertensi.
Intervensi :
1) Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan mengatasi penyakit
hipertensimisalnya :
a) Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda yang
tajam.
b) Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.
c) Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya
iritasi.
2) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna perawatan
dan pengobatan hipertensi.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.
Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk
mengatasi penyakit hipertensisetelah dua kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus meminta
pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit hipertensi.
Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.
Intervensi : Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan
untuk perawatan dan pengobatan hipertensi.
37
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1.1 Pengkajian
1. Data Umum Keluarga
A. Kepala Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Tn. R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 66 tahun
Alamat : RT 03/RW XI
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SLTA
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
B. Daftar Anggota Keluarga
No Nama L/P Umur Hub. Pekerjaan Pendidikan
1. Ny. N P 62 Istri
Klg IRT SMA
2. Nn.Y P 37 Anak IRT S1
3. Tn.R L 25 Anak Swasta SMK
4. Nn.V P 11 Cucu Pelajar SD

C. Genogram 3 (tiga) Generasi :

Keterangan :
: Laki-laki
: Garis keturunan
: Perempuan
: Tinggal serumah
: Meninggal
: Pasien
38
D. Tipe Keluarga
Keluarga Tn. R termasuk keluarga besar terdiri dari ayah, ibu dan anak,
keponakan, kakak, adik.
E. Latar Belakang Keluarga
1. Latar Belakang Budaya Keluarga dan Anggota Keluarga
Tn.R berasal dari suku Banjar dan Ny.N berasal dari suku Banjar juga.
Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah Bahasa Banjar, Tn.R dan
keluarganya sudah lama tinggal di Rindang Banua. Tn.M tidak mempunyai
pekerjaan yang tetap hanya sebagai buruh. Ny.N hanya sebagai ibu rumh
tangga. Tn.R dan Ny.N memiliki 3 orang anak, anak yang pertama
perempuan sudah menikah dan memiliki anak, anak yang kedua laki-laki
tidak tinggal serumah dan sudah berkeluarga, dan anak yang ketiga laki-laki
berusia 25 tahun. Tn.R dan keluarganya jika sakit hanya dapat pergi
kepuskesmas terdekat untuk melakukan pemeriksaan dan mendapat
pengobatan.
2. Bahasa Yang Digunakan
Keluarga Tn.R sehari-hari menggunakan bahasa Banjar.
3. Pengaruh Budaya Terhadap Kesehatan Keluarga
Kebudayaan yang dianut keluarga Tn.R tidak ada yang bertentangan dengan
masalah kesehatan.
F. Identifikasi Agama
Keluarga Tn.R beragama Islam dan menjalankan ajaran agama seperti sholat,
puasa. Di dalam agama yang dianut keluarga Tn.R tidak ada yang
mempengaruhi kesehatan keluarga.
G. Status Kelas Sosial
Penghasilan keluarga didapat dari Tn.R sebagai pekerja buruh. Penghasilan
keluarga perbulan ≤ Rp 3.000.000.
H. Rekreasi Keluarga dan Pemanfaatan Waktu Luang
Keluarga Tn.R lebih sering memanfaatkan waktu dirumah dengan beristirahat
dan menonton televisi.

2. Tahap Perkembangan Dan Sejarah Keluarga


1. Tahap Perkembangan dan Tugas Perkembangan Keluarga Saat Ini
Keluarga Tn.R berada pada tahap VIII keluarga usia lanjut.. Tugas
perkembangannya tahap VIII yaitu :
a. Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian tahap masa
pensiun dengan cara merubah cara hidup, menerima kematian pasangan, dan
39
mempersiapkan kematian, serta melakukan life review masa lalu
b. Tugas Perkembangan yang Belum Terpenuhi
Dari semua tugas perkembangan di atas yang masih belum terpenuhi adalah
memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, karena di dalam keluarga
Tn. R masih ada yang terkena hipertensi.
c. Riwayat Kesehatan keluarga Inti
Ny. N dan Tn.R saat ini dalam kondisi sehat.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya
Riwayat kesehatan keluarga Tn.R dalam waktu 6 bulan terakhir yaitu ibu Ny.N
menderita penyakit Hipertensi. Tn.R dan anak-anak keluarga dalam kondisi sehat.
3. Data Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Rumah yang ditempati oleh keluarga Tn.R adalah rumah sendiri dengan luas 60 m 2
(10 m x 6 m) tipe bangunan rumah semi permanen. Rumah terdiri atas 1 lantai,
lantai terbuat dari kayu. Penataan alat/perabotan rumah tangga terlihat kurang rapi,
pakaian digantung di dinding rumah, sekat antara kamar satu dengan kamar
lainnya dibuat. Ventilasi dan pencahayaan rumah bagus, ventilasi dan pencahayaan
di kamar tidur bagus, ventilasi dan jendela ada disemua ruangan, di kamar mandi
atau WC terdapat ventilasi. keluarga memiliki kamar mandi atau WC sendiri
keadaannya cukup bersih. Sumber air mandi /air mencuci pakaian, air minum
berasal dari air hitachi yang ada di samping rumah. Tampak sampah mengambang
dibawah rumah. Air tidak berasa, tidak berbau dan tidak berwarna. Tempat
jemuran pakaian berada di belakang rumah.
Denah rumah :

P
Ruang Tamu

Dapur
Ruang keluarga
Kamar Kamar Mandi dan
Kamar WC 10 m
P

6m
40

2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas


Lingkungan tempat tinggal keluarga Tn.R keadaan jalan memasuki gang kecil
di lingkungan tempat tinggalnya melalui jembatan dan samping-samping
rumah tetangga. Secara umum lingkungan di sekitar rumah banyak genangan
air karena rumah Tn.R karena dekat pelabuhan rambang. Pelayanan kesehatan
pustu dekat dengan rumah keluarga Tn.R dengan berkendara motor.
Hubungan keluarga Tn.R dengan tetangga cukup baik, karena Tn.R selalu
terbuka dengan tetangga sekitar.
3. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Tn.R sudah lama menempati rumahnya yang sekarang. Rumah Tn.R
tidak jauh dari jalan raya, jika Ny.N ingin berbelanja tinggal beli di warung di
dekat gang dengan berjalan kaki.
4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat
Keluarga Tn.R biasanya berkumpul saat waktu senggang saat sedang
menonton televisi bersama. Keluarga Tn.R selalu berinteraksi dengan
masyarakat sekitar.
5. Sistem Pendukung Keluarga
Keluarga Tn.R memiliki fasilitas jaminan kesehatan yaitu BPJS yang dapat
digunakan untuk melakukan pengobatan dan perawatan jika ada keluarga
Tn.R yang sakit.
4. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga
Pola komunikasi yang digunakan di keluarga Tn.R adalah komunikasi terbuka.
Mereka dapat mengungkapkan pendapatnya masing-masing.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Keluarga kalau ada masalah, yang memutuskan masalah adalah Tn.R.
Keputusan diambil dengan cara bermusyawarah bersama.

3. Struktur Peran
Tn.R berperan sebagai kepala keluarga dan juga yang mencari nafkah, selain
Tn.R anak keduanya juga mencari nafkah untuk keluarga. Ny.N berperan
sebagai ibu rumah tangga yang mengurus rumah dan kebutuhan keluarga.
4. Nilai-Nilai Keluarga
Dalam keluarga Tn.R menekankan etika dan sopan santun dengan orang lain,
saling menghormati dan menghargai.
41
5. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Keluarga Tn.R termasuk keluarga yang harmonis dan interaksi dalam keluarga
terjalin dengan erat dan baik.
2. Fungsi Sosialisasi
Keluarga Tn.R sosialisasinya sangat baik dengan tetangga sekitar. Keluarga
Tn.R mengajarkan kepada anak-anaknya untuk hidup mandiri dan hidup
menerima apa adanya, dapat hidup dengan sabar.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
 Keluarga Tn. R tidak mengetahui dengan jelas mengenai informasi atau
masalah kesehatan yang dialami Ny. N dan Tn.R.
 Keluarga Tn.R mampu mengambil keputusan untuk membawa Anak dan
ibunya ke Puskesmas terdekat.
 Keluarga Tn.R tidak mengetahui mengenai cara perawatan tentang
masalah kesehatan yang dialami anaknya dan ibunya sekarang.
 Keluarga Tn.R tidak mampu membuat suasana/lingkungan rumah yang
sehat.
 Keluarga Tn.R dapat dengan mudah memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan terdekat seperti puskesmas.
4. Fungsi Reproduksi
Tn.R dan Ny.N memiliki 3 orang anak, 2 orang anak laki-laki, dan 1 anak
perempuan.

6. Pemeriksaan fisik
Hari/Tanggal : Senin, 16 Oktober 2018
Klien : Ny.N
Penampilan Umum:
Ny. N tampak tenang dan sehat, dan berpakaian rapi, BB 60 kg
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital :
Nadi 96 x/menit, RR: 20 x/menit, Suhu : 36,2’C, TD : 140/90 mmHg
Keluhan Yang Dirasakan Saat Ini :
Ny. N mengatakan “terkadang terasa pusingdan 1 hari yang lalu kurang
tidur”.
Pemeriksaan Fisik :
Kepala : Rambut hitam, kulit kepala bersih, tidak ada nyeri tekan,
distribusi rambut menyebar rata. Lingkar Kepala 45 cm.
Mata : Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakkan tangan pemeriksa,
tidak ada nyeri tekan, konjungtiva tidak anemis, mata tampak cekung.
42
Hidung : Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak
terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, uji penciuman baik
Telinga : Daun telinga simetris kiri dan kanan,bersih, tidak ada benjolan,
tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan pada masteudeus. Pendengaran Ny.N
baik dapat menoleh ketika dipanggil.
Mulut : Bibir simetris, mukosa kering, lidah dapat bergerak ke kiri dan
kekanan.
Leher dan tenggorokan : Tidak ada kesulitan menelan, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening
Dada : simetris, suara nafas vesikuler, RR:20x/menit, Lingkar dada120
cm.
Abdomen : Tidak ada nyeri tekan, bising usus 26x/menit.
Ekstremitas : Mampu fleksi/ekstensi tanpa rasa nyeri tidak ada benjolan,
bengkak (-), kemerahan (-), kekuatan otot normal mampu menahan
tahanan. Lingkar lengan 30 cm
Kulit : Turgor baik, tanda radang (-), putih.

7. Harapan Keluarga
Keluarga Tn. R berharap agar keluarga selalu diberikan kesehatan, dan Ny. N
berharap perawat dapat membantu menangani masalah kesehatan yang ada
didalam keluarganya terutama untuk anak dan cucunya.

2. Analisa Data
Tabel 3. Analisa Data
No Data Subyektif Masalah Penyebab
43
1. DS : Manajemen Ketidakmampuan
- Keluarga mengatakan kurang kesehatan keluarga merawat
memahami cara merawat. keluarga tidak dalam mengenal
- Keluarga mengatakan efektif masalah anggota
makanan Tn”R” sama dengan keluarga dengan
keluarga yang lain hipertensi
- Pola tidur Tn”R” tidak sesuai
dan kurang dari kebutuhan
- Tn “R” mengatakan khawatir
tensinya semakin tinggi dan
stroke semakin parah
- Keluarga kurang memahami
cara mengenal masalah Tn “R”
yang khawatir tensinya akan
bertambah tinggi

DO :
Keluarga tampak bingung
dengan penyakit yang diderita
Tn.R
TD : 140/90 mmHg
N : 84 x/mnt
RR : 20 x/mnt

3. Diagnosis Keperawatan
Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat dalam mengenal masalah anggota keluarga dengan hipertensi.
a. Diagnosis Keperawatan
Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat dalam mengenal masalah anggota keluarga dengan hipertensi.
b. Prioritas Masalah
Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat dalam mengenal masalah anggota keluarga dengan hipertensi. Skoring
data :
Tabel 4. Skoring data
36

No Kriteria Score Bobot Nilai Pembenaran

1 Sifat masalah Rasa takut menyebabkan


keadaan masalah 3 1 3/3 x1= peningkatan TD yang dapat
1 memperburuk keadaan
Kemungkinan
2 masalah dapat Pemberian penjelasan yang
diubah sebagian 1 2 1/2 x2=1 tepat dapat membantu
Potensial masalah menurunkan rasa takut
3 untuk dicegah Penjelasan dapat membantu
cukup 2 1 2/3x1=0. mengurangi rasa takut
6
Menonjolnya
4 masalah- masalah Keluarga menyadari
tidak perlu 1 1 1/2x1=0. dengan mematuhi diet yang
ditangani 5 dianjurkan dapat
mengrangi rasa khawatir
Tn”R”
Jumlah 3.1

. Prioritas Masalah

Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat dalam mengenal masalah anggota

keluarga dengan hipertensi. Skoring data :


37

Tabel 4. Skoring data

Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran

Sifat masalah : Ny.N mengatakan


aktual ingin segera
sembuh dari
2/3x1= penyakitnya,
2 1
0,6 Ny.N mempunyai
riwayat Hipertensi
semenjak 8 tahun
yang lalu

Kemungkinan Sumber daya dan


masalah untuk dana keluarga
diubah : tersedia, tetapi
sebagian 1 2 1/2x2= 1 pengetahuan yang
mereka miliki
kurang terkait
penyakit
hipertensi.

Potensi Mengatasi
masalah untuk masalah
dicegah : diperlukan waktu
cukup yang cukup,
supaya mereka
2 1 2/3x1=0,6 dapat mengenal
penyakit hipertensi
dan mengerti
bagaimana cara
mencegah
penyakit
hipertensi.
Menonjolnya Keluarga
masalah : merasakan sebagai
masalah perlu 2 1 2/2x1=1 masalah dan ingin
segera segera untuk
ditangani mengatasinya.

Jumlah skor 3, 2
38

4. Perencanaan Keperawatan

Tabel 5. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


Keluarga
Manajemen kesehatan keluarga Setelah dilakukan kunjungan 1. Berikan penjelasan pada 1. Asupan garam yang tinggi dapat
tidak efektif berhubungan dengan rumah 1x diharapakan keluarga keluarga tentang diet yang sesuai mengganggu keseimbangan natrium
ketidakmampuan keluarga mampu memberikan perawatan untuk penderita hipertensi yaitu alami yang ada dalam tubuh. Kadar
merawat dalam mengenal pada Ny.N dengan kriteria diet rendah garam, rendah lemak natrium dalam tubuh bisa meningkat,
masalah anggota keluarga dengan hasil : dan kolesterol sehingga menyebabkan retensi
hipertensi 1. Adanya usaha untuk tidur sesuai natrium, kemudian hal ini dapat
kebutuhan meningkatkan tekanan yang diberikan
2. Periksa secara teratur ke oleh aliran darah terhadap dinding
pelayanan kesehatan pembuluh darah.
3. Ungkapan Ny.N tidak takut
4. Wajah Ny.N tampak relaks

2. Pengelolaan hipertensi harus


2. 2. Anjurkan pada keluarga untuk dilakukan dengan komprehensif
mengkonsumsi makanan sesuai bukan hanya kuratif saja harus
dengan diet hipertensi didukung dengan asupan yang tidak
mengakibatkan
perburukan kondisi.
39

Sambungan Tabel 5. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


Keluarga
3. Anjurkan pada keluarga 3. Tekanan darah mereka secara
untuk jadwal tidur Tn. R alami naik dan turun dalam pola
berputar selama sepanjang hari.
Cenderung naik di tengah hari dan
mencapai angka terendah di tengah
malam, saat waktunya mencapai tidur
dalam.

4. Anjurkan kepada keluarga 4. Resiko berbahaya yang mungkin


memeriksakan Tn. R secara ditimbulkan hipertensi, alangkah
teratur baiknya mencegah daripada
mengobati dengan melakukan
pemeriksaan tekanan darah
untuk deteksi dini hipertensi

5. Melatih dan mengajarkan 5. Latihan dan olah raga pada usia lanjut
senam hipertensi dapat mencegah atau melambatkan
kehilangan fungsional, bahkan latihan
yang teratur dapat mengurangi
morbiditas dan mortalitas yang
diakibatkan oleh penyakit
kardiovaskuler.
40

5. Catatan Perkembangan

Tabel 6. Catatan Perkembangan

No Dx Keperawatan Implementasi Catatan Perkembangan


1 Manajemen kesehatan Senin, 16 November 2020
keluarga tidak efektif Pukul 08.00 WIB
berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga 1. Menganjurkan pada keluarga memerikasakan S : Keluarga mengatakan sudah memahami tentang cara
merawat dalam mengenal Ny.N setiap minggu dan minum obat secara merawat keluarga dengan hipertensi dengan
masalah anggota keluarga teratur. memperhatikan diet, pola tidur dan kontrol secara
dengan hipertensi 2. Memberikan penjelasan pada keluarga teratur
tentang diet yang sesuai dengan hipertensiO : Keluarga dapat mengungkapkan kembali cara merawat
pada makanan yang diberikan Ny.N harus keluarga hipertensi dengan memperhatikan diet, pola tidur
benar-benar rendah garam, mengurangi dan kontrol teratur
makanan berlemak Makanan yang disajikan untuk Ny.N sama dengan
3. Menganjurkan pada keluarga untuk anggota keluarga yang lain
mengatur pola tidur pada siang hari sebaiknya A : Tujuan tercapai sebagian
digunakan untuk istirahat P : Lanjutkan Intervensi
BAB 4
PEMBAHASAN

Kasus asuhan keperawatan keluarga dengan masalah utama hipertensi pada Tn.
R dan Ny.N di wilayah kota Palangka Raya didapat data awal yaitu berupa nama,
diagnosa dan alamat pasien.
Penulis menghubungi pasien melalui via telepon/WA dengan pasien dan
keluarganya dalam rangka melakukan pengkajian sesuai format asuhan keperawatan
keluarga yang telah disediakan. Proses pengkajian tidak mengalami hambatan dan
semua item bisa diperolah informasi dengan jelas karena keluarga kooperatif.
Data keluarga yang diperoleh meliputi data demografi, sosio kultural, data
lingkungan, struktur dan fungsi keluarga, stress dan koping keluarga yang
digunakan keluarga dan perkembangan keluarga. Data yang berkaitan dengan individu
sebagai anggota keluarga meliputi pemeriksaan fisik, mental, emosi, sosio dan
spiritual didapatkan pada semua anggota keluarga sejumlah 4 orang yaitu Tn. R, istri,
2 orang anak, dan cucu. Tahap pengkajian keperawatan pada keluarga Tn. R tidak
mengalami kesulitan, keluarga kooperatif dan mau memberikan informasi yang
dibutuhkan. Hal yang menjadi hambatan adalah ketika akan melakukan proses
pengkajian Tn. R dan Ny.N sedang pergi keluar rumah dan tidak membawa telepon
sehingga tidak dapat menjawab pangggilan dari penulis dengan alasan lupa kalau
sudah membuat janji dengan penulis, akan tetapi hambatan tersebut tidak
mempengaruhi proses pengkajian.
Pada penentuan skor masalah dan prioritas masalah tidak mengalami hambatan
dan ditemukan satu masalah dari tujuh kemungkinan diagnose keperawatan
keluarga yang mungkin muncul yaitu manajemen kesehatan tidak efektif.
Sedangkan penyebab yang muncul pada asuhan keperawatan keluarga pada Tn. R
dengan diagnosa manajemen kesehatan tidak efektif didapatkan 2 yaitu:
1. Ketidakmampuan merawat yaitu belum tahu cara merawat Tn. R yang menderita
hipertensi dibuktikan dengan data bahwa keluarga tidak tahu cara merawat Tn. R
apabila mengalami keluhan akibat penyakit hipertensi.

41
Sesuai tinjauan pustaka terdapat 5 kemungkinan penyebab yang muncul pada
asuhan keperawatan keluarga dan 3 kemungkinan penyebab tidak ditemukan dengan
rasonalisasi sebagai berikut :
1. Keluarga mampu mengambil keputusan tepat dengan masalah utama hipertensi
yaitu Tn. R secara rutin kontrol dan minum obat.
2. Keluarga memelihara dan memodifikasi lingkungan yang mendukung proses
terapi dan penyembuhan yaitu dengan menciptakan rumah yang bersih, menjaga
lingkungan.
3. Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yaitu dibuktikan dengan
kartu rutin berobat Tn. R kontrol secara rutin ke Puskesmas terdekat. Intervensi
keperawatan yang disusun sesuai dengan tinjaun pustaka dan bisa dilaksanakan
asuhannya dengan baik. Dibuktikan dengan data pada evaluasi bahwa keluarga
mengatakan sudah memahami tentang cara merawat keluarga dengan hipertensi
dengan memperhatikan diet, pola tidur dan kontrol secara teratur sudah mampu
menyebutkan kembali tentang masalah yang mungkin muncul pada penderita
Hipertensi dan keluarga mampu mengikuti langkah yang diajarkan oleh penulis
tentang senam Hipertensi.
Pada penentuan diagnosa keperawatan dan penyebabnya tidak mengalami
hambatan dikarenakan adanya faktor pendukung yaitu, data wawancara dan
pemeriksaan fisik lengkap sesuai kebutuhan. Pada tahap perencanaan keperawatan
masalah diagnosa manajemen keluarga tidak efektif pada kasus keluarga Tn. R dengan
masalah utama hipertensi tidak mengalami kesulitan, dengan membaca tinjauan
pustaka sebagai landasan teori penyusunan dengan memperhatikaan data obyektif
dan subyektif yang ditemukan. Faktor pendukungnya adalah keluarga
memahami masalah yang ditegakkan dan mau mengikuti perencanaan keperawatan
yang disusun. Keluarga menyatakan paham tentang perencanaan yang disusun untuk
mengatasi masalah keperawatan yang muncul, ditunjukkan dengan menyatakan paham
penjelasan yang diberikan.
Pada tahap implementasi keperawatan mampu dilaksanakan sesuai perencanaan
yang sudah disusun, pendidikan kesehatan dan mengajari senam hipertensi yang diikuti
oleh Tn R sebagai anggota keluarga yang sakit dan anggota keluarga lain bekerjasama
yaitu mau menerima pendidikan kesehatan dan membantu menfasilitasi tindakan
yang dilakukan. Keluarga yang kooperatif merupakan faktor pendukung

42
sehingga implementasi bisa dilakukan sesuai perencanaan yaitu 1 kali kunjungan via
telepon/WA.
Pada tahap evaluasi, didapatkan data bahwa masalah bisa teratasi sebagian dan
masih perlu tindakan keperawatan. Keluarga kooperatif dengan menyatakan bahwa
mau melakukan apa yang sudah dianjurkan dan dilatihkan untuk menunjang upaya
penyembuhan Tn R.
Proses asuhan keperawatan mampu dilakukan tanpa mengalami hambatan berat
dengan adanya faktor pendukung yaitu pihak keluarga kooperatif dan mampu
bekerjasama mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi. Hambatan yang
ditemukan tidak sampai mengganggu jalannya asuhan keperawatan.

43
BAB 5
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan keluarga dengan masalah
utama hipertensi pada Ny.N di wilayah kota Palangka Raya, penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1.Hasil pengkajian didapatkan Ny.N mengalami riwayat hipertensi, kontrol rutin di
Puskesmas untuk kontrol dan mengambil obat serta tidak pernah ikut senam hipertensi
atau olahraga.
2. Setelah dirumuskan masalah maka didapatkan 1 diagnosa yaitu Kesiapan
peningkatan manajemen kesehatan
3. Implementasi yang dilakukan pada Ny.N mulai pada tanggal 16 November 2020
sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah dibuat. Implementasi dilakukan dengan
metode tanya jawab, berdiskusi, melatih senam hipetensi, dan penyuluhan. Pada tahap
akhir peneliti melakukan evaluasi pada Keluarga Ny.N dengan masalah utama adanya
riwayat hipertensi pada tanggal 16 November 2020, mengenai tindakan keperawatan
yang telah dilakukan berdasarkan catatan perkembangan dengan metode SOAP.
4.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah tentang manajemen asuhan keperawatan hipertensi,
diharapkan nantinya akan memberikan manfaat bagi para pembaca terutama pemahaman
yang berhubungan dengan bagaimana melakukan sebuah manajemen asuhan keperawatan
terutama pada pasien yang mengalami hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA

Andrian Patica N. (E-journal keperawatan volume 4 nomor 1 Mei 2016).


Hubungan Konsumsi Makanan dan Kejadian Hipertensi pada Lansia di
Puskesmas Ranomut Kota Manado.

Anggara, F.H.D., & Prayitno, N. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012.
Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKES MH. Thamrin. Jakarta.
Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5 (1) : 20-25.

Armilawaty, Amalia H, Amirudin R. (2007). Hipertensi dan Faktor Resikonya Dalam


Kajian Epidemiologi. Bagian Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanudin Makasar.

Buckman. (2010). Apa yang Anda Ketahui Tentang Tekanan Darah Tinggi.
Yogyakarta: Citra Aji Parama.

Dina Savitri, S.ST. (2017). Cegah Asam Urat Dan Hipertensi. Yogyakarta: Healthy.

Friedman, M.M et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan
Praktik. Ed 5. Jakarta: EGC.

Heniwati. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan


Posyandu Lansia Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh Timur.
Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara.

H. Hadi Martono Kris Pranaka. (2014-2015). Geriatri Edisi ke-5. Jakarta: FKUI.

Irianto, Koes. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular, Panduan
Klinis. Bandung: Alfa Beta.

Mubarak, Wahid Iqbal. (2009). Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.

Sarkomo. (2016). Mencegah Stroke Berulang. Diakses dari


http://www.scribd.com/doc/1444261/ gambaran tingkat kecemasan keluarga
pasien stroke yang dirawat di ruang mawar, tanggal 06-09-2016. Jam 09.00
WIB.

Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu
Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita
Hipertensi SecaraTerpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

WHO. (2014). Global Target 6:A 25% relative reduction in the prevalence of reise
blood pressure or contain the according to national circumstances

Wolf, II. (2008). Hipertensi. Jakarta: Gramedia.


LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Masalah : Hipertensi
Pokok Pembahasan : Hipertensi
Sasaran : Keluarga Tn.R dan Ny.N
Jam : 16.30 - Selesai
Waktu : 20 Menit 2020
Tanggal : 16 November 2020
Tempat : Kediaman Tn.R dan Ny.N melalui via telepon/WA

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah kondisi peningkatan persisten tekanan darah pada pembuluh
darah vascular, tekanan yang semakin tinggi pada pembuluh darah menyebabkan
jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah.
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia WHO (2015) menyatakan 1,3
Milyar orng di Dunia menderita Hipertensi data itu mengartikan 1 dari 3 orang di
Dunia terdiagnosis menderita Hipertensi. Di Indonesia hasil Riskesdas tahun
2018 Hipertensi mengalami kenaikan jika di bandingkan hasil riskesdas 2013
dari 25,8% menjadi 34,1%.

B. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan 20 menit, diharapkan Keluarga Tn,H mampu
memahami dan mengerti tentang Hipertensi.

C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit tentang Hipertensi, diharapkan
Keluarga Tn,H dapat:
1. Menjelaskan pengertian
2. Menyebutkan penyebab
3. Menyebutkan tanda dan gejala
4. Menyebutkan upaya pencegahan
5. Menjelaskan kenapa hipertensi harus di cegah

D. Materi Penyuluhan
Terlampir

E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

F. Media
1. Leaflet

G. Kegiatan penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 3 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab Kata-kata/
menit 2. Memperkenalkan diri salam kalimat
3. Menyampaikan 2. Mendengarkan
tentang tujuan pokok dan menyimak
materi 3. Bertanya
4. Meyampakaikan mengenai
pokok pembahasan perkenalan dan
5. Kontrak waktu tujuan jika ada
yang kurang
jelas
2. Pelaksanaan 12 Penyampaian Materi 1. Mendengarkan Leaflet
menit 1. Menjelaskan dan menyimak
pengertian 2. Bertanya
2. Menjelaskan mengenai hal-
penyebab hal yang belum
3. Menjelaskan tanda jelas dan
dan gejala dimengerti
4. Menjelaskan faktor
resiko
5. Menjelaskan upaya
pencegahan

3. Penutup 5 1. Tanya jawab 1. Sasaran dapat Kata-kata/


menit 2. Memberikan menjawab kalimat
kesempatan pada tentang
peserta untuk pertanyaan
bertanya yang diajukan
3. Melakukan evaluasi 2. Mendengar
4. Menyampaikan 3. Memperhatikan
kesimpulan materi 4. Menjawab
5. Mengakhiri salam
pertemuan dan
mengucapkan salam

H. Evaluasi
Diharapkan keluarga mampu :
1. Menjelaskan pengertian Hipertensi
2. Menyebutkan penyebab Hipertensi
3. Menyebutkan tanda dan gejala Hipertensi
4. Menyebutkan cara pencegahan /Pengobatan Hipertensi
5. Menjelaskan Kenapa hipertensi harus di cegah
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya
beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain
seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan
darah, makin besar resikonya. (Amin & Hardhi 2015)

B. Penyebab
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.

a. Hipertensi primer (esensial)


Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Factor yang mempengaruhinya yaitu: genetik, lingkungan, hiperaktivitas saraf
simpatis system rennin. Antigiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler.
Factor-faktor yang meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alcohol dan
polisitemia.
b. Hipertensi sekunder
Penyebab yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom
cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

C. Tanda dan gejala


Menurut Dalyoko (2010), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
1. Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala
2. Sering gelisah
3. Wajah merah
4. Tengkuk terasa pegal
5. Mudah marah
6. Telinga berdengung
7. Sukar tidur
8. Sesak napas
9. Rasa berat ditengkuk
10. Mudah lelah
11. Mata berkunang-kunang/ penglihatan kabur
12. Mimisan ( keluar darah dari hidung).

D. Faktor resiko
1. Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Dikontrol:
a. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun
wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause.
Harrison, Wilson dan Kasper mengatakan bahwa wanita yang belum
mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan
dalam meningkatkan kadarHigh Density Lipoprotein (HDL). Kadar
kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah
terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap
sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Dari
hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi
berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. Hipertensi lebih banyak terjadi
pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak
menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi
adalah wanita.Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah
menopause (Aisyah, 2009).
b. Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi
orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi
dari orang yang berusia lebih muda. Peningkatan kasus hipertensi akan
berkembang pada umur lima puluhan dan enam puluhan. Dengan
bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi (Suzanne &
Brenda, 2001).
c. Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan
dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
potasium terhadap sodium. Individu dengan orang tua dengan hipertensi
mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari
pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat
hipertensi.Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan
riwayat hipertensi dalam keluarga (Aisyah, 2009).
2. Faktor Resiko Yang Dapat Dikontrol:
a. Obesitas
Pada usia pertengahan (+50 tahun) dan dewasa lanjut asupan kalori
sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya
aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat.Obesitas dapat memperburuk
kondisi lansia.Kelompok lansia karena dapat memicu timbulnya berbagai
penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi. (Aisyah,
2009)
b. Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah.Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko
terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.Merokok
menyebabkan hipertensi karena nikotin yg terkandung di dalam rokok
memiliki kecenderungan untuk menyempitkan pembuluh darah dan arteri
yang dapat menyebabkan plak.Plak menyempitkan pembuluh
darah.Nikotin juga memiliki kemampuan untuk merangsang produksi
hormon epinefrin juga dikenal sebagai adrenalin yang menyebabkan
pembuluh darah mengerut (Aisyah, 2009).
c. Mengkonsumsi garam berlebih
Dalam diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hipertensi) kita di
wajibkan untuk membatasi asupan natrium ( garam) hanya 2/3 sendok teh
atau setara dengan 1500 mg natrium
d. Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara
intermiten (tidak menentu).Stres yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Hal ini dapat dihubungkan
dengan pengaruh stres yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di
kota. Menurut Aisyah (2009) mengatakan stresakan meningkatkan
resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan
menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stres ini dapat berhubungan
dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.
e. Penyakit jasmani
Penyakit jasmani merupakan penyakit yang dapat menyebabkan
meningkatkan hipertensi yaitu asam urat, arterosklerosis, hiperkolesterol
dan hiperuresemi. Asam urat dapat menyebabkan peningkatan hipertensi
karena asam urat akan menyumbat aliran darah ke jantung sehingga
jantung akan bekerja lebih keras dalam memompa jantung. Dengan
demikian tekanan darah akan meningkat (Suzanne & Brenda, 2001).

E. Upaya Pencegahan
1. Cek Kesehatan secara berkala
2. Hindari Kegemukan
3. Hindari rokok dan alkohol.
4. Hindari stress
5. Olah raga teratur / Aktifitas fisik
6. Batasi pemakaian garam
7. Istirahat cukup
F. Diet Hipertensi.
1. Pengertian.
Diet Hipertensi adalah diet bagi penderita hipertensi yang bertujuan untuk
membatu menurunkan takanan darah dan mempertahankan tekanan darah
menuju normal, selain itu diet hipertensi juga bertujuan untuk menurunkan
factor resiko hipertensi lainnya seperti berat badan berlebih, tinggi kolestrol
dan Asam Urat dalam darah.

2. Tujuan.
Membantu Menghilangkan Nutrisi garam / mengurangi air dalam jaringan
tubuh dan menurunkan tekaan darah pada hipertensi.

3. Syarat- Syarat Diet.


1. Cukup energy, Protein, Mineral dan Vitamin
2. Bentuk makanan di sesuaikan dengan keadaan penyakit
3. Jumlah natrium disesuaikan dengan berat ringannya Hipertensi

4. Makanan yang dianjurkan / Boleh di konsumsi :

1. Pisang
2. Sayuran Hijau kecuali daun singkong , daun melinjo dan bijinya
3. Buah- buahan kecuali buah durian
4. Yogurt dan olahan susu lainnya yang rendah lemak
5. Susu Skim
6. Oatmeal
7. Ikan

4. Makanan yang di Hindari /Dibatasi


1. Makanan yang mengandung garam, seperti makanan cepat saji, makanan
kemasan.
2. Makanan yang banyak mengandung Gula
3. Makanan Berlemak
4. Makanan dan Minuman mengandung Alkohol
5. Contoh jus Penurun Hipertensi yang mudah di buat dan di peroleh bahan –
bahan nya :
1. Jus Apel dan Seledri
1 buah apel ukuran sedang di tambah 2-3 sendok irisan seledri
2. Jus belimbing dan Timun
3- 4 iris belimbing buah di tambah 5-7 iris mentimun segar bisa di tambah
perasan jeruk nipis sesuai selera
3. Jus timun Seledri
5-7 iris mentimun segar ditambah 2-3 sendok irisan seledri.
WASPADAI MENCEGAH HIPERTENSI : . Umur dan jenis kelamin

HIPERTENSI CERDIK . Keturunan/ Riwayat keluarga

APAKAH GEJALA HIPERTENSI ?


KENDALIKAN Cek kesehatan secara berkala
. Sakit kepala
TEKANAN DARAH Enyahkan asap rokok . Rasa Berat di Tengkuk
Mengendalikan Hipertensi:
Rajin aktifitas Fisik . Keletihan / mudah lelah
Gaya hidup sehat dan minum obat secara
. Telinga berdenging
teratur,Pengobatan secara teratur adalah : Diet seimbang
. Sulit tidur
. Meminum obat secara teratur sesuai
Istirahat cukup . Rasa sakit di dada
rekomendasi Dokter.
. Melakukan control teratur.
Kelola stress . Penglihatan kabur

Apa yang menyebabkan Hipertensi ? . Jantung berdebar _ debar


. Mulai masak sendiri makanan di rumah
. Gaya Hidup tidak Sehat . mimisan
. Olahraga
1. Konsumsi garam berlebih Kenapa Hipertensi Harus di cegah ?
. Jaga pikiran sampai Stress
2. Merokok
Karena Hipertensi dapat menyebabkan :
APAKAH TEKANAN DARAH 3. Minum – minuman beralkohol
TINGGI / HIPERTENSI ITU ? 4. Kurang Olah Raga 1. Penyakit jantung.
. Kegemukan
Tekanan darah tinggi adalah kenaikan 2. Gangguan syaraf
tekanan darah sistolik di atas 140mmhg dan . Stress /Banyak pikiran 3. Gangguan otak/ Stroke
tekanan darah diastolic lebih dari 90mmhg
4. Kerusakan Ginjal
5. Gangguan penglihatan 9. Ikan 5-7 iris mentimun segar
6. Kematian MAKANAN YANG DI ditambah 2-3 sendok irisan
HINDARI : batang dan daun seledri
Bagaimana pengobatannya ?
1. Garam
1. Pengobatan Farmakologis
2. Makanan yang banyak
Menggunakan obat –obatan sesuai
mengandung Gula
indikasi / resep dokter
3. Makanan berlemak
2. Pengobatan Non farmakologis
4. Minuman beralkohol
. Menurunkan berat – badan
JUS PENURUN HIPERTENSI
. Diet Rendah Garam dan Lemak
YANG MUDAH DI BUAT
. Menghindari Stress DAN DIPEROLEH BAHAN –
. Olahraga/ Aktifitas Fisik BAHANNYA :
. Dukungan Keluarga.
1. JUS APEL DAN SELEDRI.
MAKANAN YANG DISUSUN OLEH :
DIANJURKAN 1Buah Apel ukuran sedang,
ditambah 2-3 sendok daun dan TIARA APRILIANTI
/BOLEH DI KONSUMSI :
batang seledri 2019.NS.A.07a.064
1. Pisang 2. JUS BELIMBING DAN TIMUN
2. Sayuran Hijau 3-4 iris buah belimbing di
3. Yogurt tambah 5-7 iris timun segar bisa
4. Susu SKIM di tambah perasan jeruk nipis YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
5. Kentang /beras /gandum 3. JUS TIMUN DAN SELEDRI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
6. Buah berry PROGRAM PROFESI NERS
7. Buah Bit TAHUN 2020
8. Oatmeal
DOKUMENTASI PADA NY . N

Anda mungkin juga menyukai