Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL

KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

PENDIDIKAN KESEHATAN PADA MASYARAKAT KELUARGA BINAAN


DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA

Tim Pelaksana :
Ketua Tim : Takesi Arisandy, Ners., M.Kep.

Anggota :
1. Asa Sinta NIM: 2019.NS.A.07.002
2. Debby Fitri H NIM: 2019.NS.A.07.042
3. Dessi Ahirta NIM: 2019.NS.A.07.008
4. Elsi Solaika NIM: 2019.NS.B.07.009
5. Intan Kusuma F NIM: 2019.NS.B.07.095
6. Krisnoveliana NIM: 2019.NS.A.07.049
7. Monica Arianie NIM: 2019.NS.A.07.017
8. Septama Yoga NIM: 2019.NS.A.07.025
9. Taufik Rahman NIM: 2019.NS.B.07.028
10. Tiara Aprilianti NIM: 2019.NS.A.07.064

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
2020
2

LEMBAR PERSETUJUAN

KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERSIAPAN KEHAMILAN


PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA

Tanggal, 17 November 2020

Tim Pelaksana :
Ketua Tim : Takesi Arisandy, Ners., M.Kep.

Anggota :
1. Asa Sinta NIM: 2019.NS.A.07.002
2. Debby Fitri H NIM: 2019.NS.A.07.042
3. Dessi Ahirta NIM: 2019.NS.A.07.008
4. Elsi Solaika NIM: 2019.NS.B.07.009
5. Intan Kusuma F NIM: 2019.NS.B.07.095
6. Krisnoveliana NIM: 2019.NS.A.07.049
7. Monica Arianie NIM: 2019.NS.A.07.017
8. Septama Yoga NIM: 2019.NS.A.07.025
9. Taufik Rahman NIM: 2019.NS.B.07.028
10. Tiara Aprilianti NIM: 2019.NS.A.07.064

PEMBIMBING PRAKTIK

Pembimbing Akademik

Takesi Arisandy, Ners., M.Kep.


3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Esa, atas berkat dan anugerah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan Proposal dengan judul Pendidikan
Kesehatan Pada Persiapan Kehamilan Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kota Palangka Raya.
Proposal ini disusun untuk menjalankan tugas pada mata kuliah Keperawatan Komunitas.
Proposal ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd,M.Kes. selaku Ketua STIKES Eka Harap Palangka
Raya
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners,M.Kep. selaku KPU Program Studi Ners STIKES Eka
Harap Palangka Raya
3. Dosen Pembimbing Takesi Arisandy, Ners., M.Kep. selaku pembimbing akademik
yang telah banyak memberi saran dan bimbingannya dalam menyelesaikan asuhan
keperawatan komunitas ini.
4. 4. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan.
Kami menyadari bahwa Proposal ini mungkin masih jauh dari kata sempurna dan
mungkin masih terdapat banyak kesalahan dalam pembuatan Proposal ini. Oleh karena itu
kami, mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan diharapkan
Proposal ini bermanfaat menambah wawasan bagi kita semua.

Palangka Raya, November 2020

Penyusun
4

DAFTAR ISI

LEMBAR SAMPUL DEPAN............................................................................i


LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.........................................................................................2

BAB 2 RENCANA KEGIATAN


2.1 Strategi Pelaksanaan......................................................................................4
2.1.1 Tahap Persiapan..........................................................................................4
2.1.2 Tahap Pelaksanaan.....................................................................................4
2.1.3 Pelaksanaan Penyuluhan............................................................................5
2.1.4 Isi Penyuluhan............................................................................................5
2.1.5 Metode Penyuluhan....................................................................................5
2.1.6 Media Penyuluhan......................................................................................5

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA


3.1 Definisi..........................................................................................................6
3.2 Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan NARKOBA................................7
3.3 Penggolongan Narkoba.................................................................................9
3.4 Penggolongan narkotiba, psikotropika, dan zat adiktik lainnya
menurut WHO didasarkan atas pengaruhnya terhadap tubuh manusia.............10
3.5 Cara Kerja Narkoba Dan Pengaruhnya Pada Otak......................................11
3.6 Pengaruh Berbagai Jenis Narkoba Pada Tubuh...........................................11
3.7 Akibat Penyalahgunaan Narkoba................................................................13
3.8 Peran Orang Tua Dalam Mencegah Dan Menanggulangi
Penyalahgunaan Narkoba..................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA
5

BAB 1
PENDAHULUAN

Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) bukan


menjadi masalah baru di negara kita. Melalui The World Program of Action for
Youth on Drug, badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menempatkan
penyalahgunaan NAPZA sebagai salah satu dari sepuluh isu global utama yang
berkaitan dengan kehidupan pemuda yang harus mendapatkan perhatian dengan
prioritas tinggi. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya catatan kriminal dari
berbagai negara di dunia bahwa penggunaan NAPZA dimulai saat usia muda.
PBB mencatat bahwa para pemuda di seluruh negara mengkonsumsi NAPZA
dengan frekuensi yang meninggi dan cara yang lebih berbahaya daripada yang
dilakukan oleh usia lanjut (Amriel, 2008). Menurut United Nation Office on
Drugs and Crime (UNODC) (2012), jumlah remaja yang menggunakan NAPZA sekitar
230 juta orang atau 5% dari jumlah populasi remaja di dunia.
Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN), provinsi Jawa Tengah sangat rentan
terhadap penyalahgunaan NAPZA. Berdasarkan hasil penelitian BNN dan Puslitkes
Universitas Indonesia pada tahun 2011 jumlah penyalahguna NAPZA di Jawa Tengah
mencapai 493.533 orang (BNN, 2013). Sepuluh kabupaten atau kota di Jawa tengah
yang rawan peredaran NAPZA adalah kota Semarang, Solo, kabupaten Banyumas,
Cilacap, Magelang, Sragen, Jepara, Batang, Pemalang, dan
Wonosobo (Tvonenews, 2012).
Peningkatan jumlah penyalahguna NAPZA dari tahun ke tahun menunjukkan
angka yang memprihatinkan, demikian dengan peredarannya. Berdasarkan pada
dokumen BNN pada tahun 2012, jumlah remaja penyalahguna NAPZA adalah 1,5 %
pada tahun 2008 menjadi 2,2 % pada tahun 2011 (Suyadi, 2013).
Keluarga menjadi lingkungan pertama bagi remaja untuk mendapatkan kelekatan
emosional. Remaja yang mendapatkan kelekatan yang aman dari orang tua memiliki
kemungkinan rendah menjadi penyalahguna NAPZA. Sedangkan remaja yang memiliki
kelekatan yang tidak aman dengan anggota keluarganya, cenderung merasa kehilangan
6

kasih sayang dan perhatian dari keluarga sehingga rentan terhadap perilaku
menyimpang seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Namun menurut
kepala BNN Irjen Pol Anang Iskandar (detiknews, 2013), saat ini penyalahgunaan
NAPZA bukan hanya terjadi pada remaja yang memiliki masalah dengan keluarga,
akan tetapi remaja yang memiliki keluarga harmonis dapat menjadi penyalahguna
NAPZA . Pernyataan tersebut dikuatkan oleh penelitian yang telah dilakukan oleh
Zulfa (2014) di kota sragen, bahwa pola keluarga harmonis dapat menjadikan remaja
berisiko menyalahgunakan NAPZA.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah pada proposal ini adalah “Bagaimana
Proses Pemberian Pendidikan Kesehatan tentang NAPZA pada masyarakat khususnya orang
tua Di Wilayah Kota Palangka Raya?”

1.3 Tujuan Penulisan


Setelah diberikan Pendidikan Kesehatan Diharapkan masyarakat dapat lebih mengetahui
dan memahami tentang:
1.3.1 Definisi tentang NAPZA
1.3.2 Jenis NAPZA
1.3.3 Tanda dan Bahaya Pecandu NAPZA

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Teoritis
Dari segi teoritis, kegiatan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu dibidang
ilmu kesehatan terkhususnya ilmu kesehatan komunitas terutama dalam meningkatkan
Pengetahuan tentang NAPZA Di Wilayah Kota Palangka Raya. Selain itu Laporan Kegiatan
ini dapat menjadi referensi bagi kegiatan selanjutnya.
1.4.2 Praktis
Dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat di Praktikkan seefisien mungkin,
sehingga berguna bagi semua pihak yaitu:
7

1.4.2.1 Bagi Masyarakat


Sebagai kegiatan untuk meningkatkan Pengetahuan tentang NAPZA Di Wilayah
Kota Palangka Raya.
1.4.2.2 Bagi Tempat Kegiatan
Sebagai bahan masukan untuk ibu hamil masyarakat wilayah binaan tentang
Gambaran Pengetahuan yang perlu diketahui oleh masyarakat khususnya para orang
tua.
1.4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi institusi Pendidikan STIKes Eka Harap Palangka Raya,
untuk bahan pertimbangan mengenai kegiatan Pemberian Pendidikan Pendidikan
Kesehatan tentang NAPZA Di Wilayah Kota Palangka Raya oleh mahasiswa profesi
ners.
1.4.2.4 Bagi Mahasiswa
Mengembangkan dan menerapkan pengetahuan serta kemampuan dalam
Memberikan Pendidikan Kesehatan dan sebagai Laporan Kegiatan Praktik Kerja
Lapangan.
8

BAB 2
RENCANA KEGIATAN

2.1 Strategi Pelaksanaan


2.1.1 Tahap Persiapan
Persiapan penyuluhan terdiri dari beberapa bagian yaitu antara lain:
2.1.1.1 Persiapan tempat, waktu dan peserta dilakukan dengan menginformasikan, meminta
izin dan berkoordinasi dengan masyarakat keluarga binaan agar kegiatan dapat
terlaksana dengan baik.
2.1.1.2 Untuk kepentingan penyuluhan sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat, maka yang dilakukan adalah:
a. Penyusunan materi penyuluhan dalam bentuk leaflet.
b. Meminta masyarakat/ibu-ibu hamil untuk mendengarkan dan mempraktekkan apa
yang pemateri sampaikan
c. Meminta masyarakat/ibu-ibu hamil untuk bertanya jika ada yang belum dimengerti.
2.1.2 Tahap Pelaksanaan
Sasaran : Masyarakat Keluarga Binaan Korban NAPZA di Wilayah Kota
Palangka Raya
Pelaksana/ Penyuluh : Dessi Ahirta
Moderator : Tiara Aprilianti
Notulen : Asa Sinta
Fasilitator : Debby Fitri H, , Septama Yoga,
Perlengkapan : Monica Arianie, Elsi Solaika, Taupik Rahman, Intan Kusuma
Fabriyani
Dokumentasi : Krisnoveliana
Tanggal dan Waktu : Selasa 17 November 2020, 16:00 WIB
Metode : Daring Via Zoom Meeting
9

2.1.3 Pelaksanaan Penyuluhan


1. Sehari sebelumnya tim penyuluh mem-Follow up kepastian kegiatan kepada
masyarakat terutama kepada keluarga binaan diwilayah Kota Palangka Raya.
2. Pelaksanaan penyuluhan dilaksanakan via daring zoom meeting
3. Penyuluh menyampaikan materi kepada keluarga binaan diwilayah Kota Palangka
Raya.
2.1.4 Isi Penyuluhan
Adapun isi dari penyuluhan, yaitu:
1. Mengetahui beberapa pengertian NARKOBA
2. Mengetahui factor-faktor penyebab penyalahgunaan NARKOBA
3. Mengetahui penggolongan NARKOBA
4. Mengetahui cara kerja NARKOBA dan pengaruhnya pada otak
5. Mengetahui pengaruh berbagai jenis NARKOBA pada tubuh
6. Mengetahui akibat penyalahgunaan NARKOBA
2.1.5 Metode Penyuluhan
Penyuluhan ini dilakukan dengan cara daring via zoom meeting. Metode yang
digunakan pada penyuluhan ini adalah ceramah penyampaian materi secara interaktif dan
tanya jawab.
2.1.6 Media Penyuluhan
Adapun media penyuluhan yang digunakan yaitu leaflet.
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Narkoba adalah narkotik dan obat-obatan berbahaya yang disebut juga Napza
(Narkotik, Alkohol dan Zat Aktif).
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan (Martono, 2000)
Narkotika menurut UU No. 22 tahun 1997 adalah zat atau obat berbahaya yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan maupun perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Wresniwiro dkk. 1999).
Menurut Kepmenkes RI No. 996/MENKES/SK/VIII/2002, psikotropika adalah zat
atau obat, baik sintesis maupun semisintesis yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental
dan perilaku.
Zat adiktif lainnya adalah zat, bahan kimia, dan biologi dalam bentuk tunggal
maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan lingkungan hidup secara langsung
dan tidak langsung yang mempunyai sifat karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif, dan
iritasi.
NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/ zat/ obat yang
bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/ susunan saraf
pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik,psikis, dan fungsi sosialnya krn trjd
kebiasaan, ketagihan, dan ketergantungan.
Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba yang dilakukan tidak untuk
maksud pengobatan, tetapi ingin menikmati pengaruhnya, dalam jumlah berlebih yang
secara kurang teratur dan berlangsung cukup lama, sehingga menyebabkan gangguan fisik,
mental, dan kehidupan sosialnya (Joewono, 2004).
11

3.2 Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan NARKOBA


Terdapat 3 faktor (alasan) yang dapat dikatakan sebagai “ pemicu” seseorang dalam
penyalahgunakan narkoba. Ketiga faktor tersebut adalah faktor diri, faktor lingkungan, dan
faktor kesediaan narkoba itu sendiri.
3.2.1 Faktor Diri
1. Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau brfikir panjang tentang
akibatnya di kemudian hari.
2. Keinginan untuk mencoba-coba kerena penasaran.
3. Keinginan untuk bersenang-senang.
4. Keinginan untuk dapat diterima dalam satu kelompok (komunitas) atau lingkungan
tertentu.
5. Workaholic agar terus beraktivitas maka menggunakan stimulant (perangsang).
6. Lari dari masalah, kebosanan, atau kegetiran hidup.
7. Mengalami kelelahan dan menurunya semangat belajar.
8. Menderita kecemasan dan kegetiran
9. Kecanduan merokok dan minuman keras. Dua hal ini merupakan gerbang ke arah
penyalahgunaan narkoba.
10. Karena ingin menghibur diri dan menikmati hidup sepuas-puasnya.
11. Upaya untuk menurunkan berat badan atau kegemukan dengan menggunakan obat
penghilang rasa lapar yang berlebihan.
12. Merasa tidak dapat perhatian, tidak diterima atau tidak disayangi, dalam lingkungan
keluarga atau lingkungan pergaulan.
13. Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan.
14. Ketidaktahuan tentang dampak dan bahaya penyalahgunaan narkoba.
15. Pengertian yang salah bahwa mencoba narkoba sekali-kali tidak akan menimbulkan
masalah.
16. Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan dari lingkungan atau kelompok
pergaulan untuk menggunakan narkoba.
17. Tidak dapat atau tidak mampu berkata TIDAK pada narkoba.
12

3.2.2 Faktor Lingkungan


1. Keluarga bermasalah atau broken home.
2. Ayah, ibu atau keduanya atau saudara menjadi pengguna atau penyalahguna atau
bahkan pengedar gelap nrkoba.
3. Lingkungan pergaulan atau komunitas yang salah satu atau beberapa atau bahkan
semua anggotanya menjadi penyalahguna atau pengedar gelap narkoba
4. Sering berkunjung ke tempat hiburan (café, diskotik, karoeke, dll.).
5. Mempunyai banyak waktu luang, putus sekolah atau menganggur.
6. Lingkungan keluarga yang kurang / tidak harmonis.
7. Lingkungan keluarga di mana tidak ada kasih sayang, komunikasi, keterbukaan,
perhatian, dan saling menghargai di antara anggotanya.
8. Orang tua yang Otoriter,.
9. Orang tua/keluarga yang permisif, tidak acuh, serba boleh, kurang/tanpa
pengawasan.
10. Orang tua/keluarga yang super sibuk mencari uang/di luar rumah.
11. Lingkungan sosial yang penuh persaingan dan ketidakpastian.
12. Kehidupan perkotaan yang hiruk pikuk, orang tidak dikenal secara pribadi, tidak ada
hubungan primer, ketidakacuan, hilangnya pengawasan sosial dari masyarakat,
kemacetan lalu lintas, kekumuhan, pelayanan public yang buruk, dan tingginya
tingkat kriminalitas.
13. Kemiskinan, pengangguran, putus sekolah, dan keterlantaran.

3.2.3 Faktor Ketersediaan Narkoba. Narkoba itu sendiri menjadi faktor pendorong bagi
seseorang untuk memakai narkoba karena :
1. Narkoba semakin mudah didapat dan dibeli.
2. Harga narkoba semakin murah dan dijangkau oleh daya beli masyarakat.
3. Narkoba semakin beragam dalam jenis, cara pemakaian, dan bentuk kemasan.
4. Modus Operandi Tindak pidana narkoba makin sulit diungkap aparat hukum
5. Masih banyak laboratorium gelap narkoba yang belum terungkap.
13

6. Sulit terungkapnya kejahatan computer dan pencucian uang yang bisa membantu
7. Bisnis perdagangan gelap narkoba.
8. Semakin mudahnya akses internet yang memberikan informasi pembuatan narkoba.
9. Bisnis narkoba menjanjikan keuntugan yang besar
10. Perdagangan narkoba dikendalikan oleh sindikat yagn kuat dan professional.

3.3 Penggolongan Narkoba


Karena bahaya ketergantungan, penggunaan, dan peredaran narkoba diatur dalam
undang-undang, yaitu undang-undang Nomor 22 tahun 1997 tentang narkotika, undang-
undang Nomor 5 tahun 1997 tentang psikotropika. Penggolongan jenis-jenis narkoba
didasarkan pada peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut:
3.3.1 Narkotika
Menurut undang-undang Nomor 22 tahun 1997, narkotika dibagi menurut potensi
yang menyebabkan ketergantungannya adalah sebagai berikut :
1. Narkotika Golongan I : berpotensi sangat tinggi menyebabkan ketergantungan, tidak
digunakan untuk terapi (pengobatan). Contoh : heroin, kokain dan ganja. Putauw
adalah heroin tidak murni berupa bubuk.
2. Narkotikan Golongan II : berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan, digunakan
pada terapi sebagai pilihan terakhir. Contoh : morfin, petidin dan metadon.
3. Narkotika Golongan III : berpotensi ringan menyebabkan ketergantungan dan banyak
digunakan dalam terapi. Contoh : kodein.
3.3.2 Psikotropika
Menurut undang-undang Nomor 5 tahun 1997 psikotropika dibagi menurut potensi
yang dapat menyebabkan ketergantungan antara lain :
1. Psikotropika Golongan I : amat kuat menyebabkan ketergantungan dan tidak
digunakan dalam terapi. Contoh : MDMA (ekstasi)
2. Psikotropika Golongan II : kuat menyababkan ketergantungan, digunakan terbatas
pada terapi. Contoh : amfetamin, metamfetamin (sabu), fensiklidin, dan ritalin.
3. Psikotropika Golongan III : potensi sedang menyebabkan ketergantungan, banyak
digunakan dalam terapi. Contoh : pentobarbital dan flunitrazepam.
14

4. Psikotropika Golongan IV : potensi ringan menyebabkan ketergantungan dan sangat


luas digunakan dalam terapi. Contoh : diazepam, klobazam, fenobarbital, barbital,
klorazepam, klordiazepoxide, dan nitrazepam (nipam, pil KB/koplo)
3.3.3 Zat psiko-aktif lain
Tidak tercantum dalam peraturan perundang-undangan tentang narkotika dan
psikotropika. Yang sering disalah gunakan adalah :
1. Alkohol, yang terdapat pada berbagai jenis minuman keras
2. Inhalasia/sovel, yaitu gas atau zat yang mudah menguap yang terdapat pada berbagai
keperluan pabrik, kantor dan rumah tangga.
3. Nikotin yang terdapat pada tembakau
4. Kafein pada kopi, minuman penambah energi dan obat sakit kepala tertentu.

3.4 Penggolongan narkotiba, psikotropika, dan zat adiktik lainnya menurut WHO
didasarkan atas pengaruhnya terhadap tubuh manusia antara lain :
1. Opioida : mengurangi rasa nyeri dan menyebabkan mengantuk atau turunnya
kesadaran. Contoh : opium, morfin, heroin dan petidin.
2. Ganja : menyebabkan perasaan riang, meningkatkan daya khayal, dan perubahan
perasaan waktu. Contoh : mariyuana, hasis.
3. kokain dan daun koka, tergolong stimulansia (meningkatkan aktivitas otak/fungsi
organ tubuh lain).
4. Golongan amfetamin, tergolong stimulansia. Contoh : ekstasi, sabu.
5. Alkohol, yang terdapat pada minuman keras.
6. Halusinogen, memberikan halusinasi (khayal). Contoh : Lysergic Acid (LSD) sering
disebut acid, red dragon, blue heaven, sugar cuber, trips dan tabs.
7. Sedativa dan Hipnotika (obat penenang/obat tidur, seperti pil BK, MG)
8. Solven dan inhalasi : gas atau uap yang dihirup. Contoh : tiner dan lem
9. Nikotin, terdapat pada tembakau (termasuk stimulansia).
10. Kafein, terdapat dalam kopi, berbagai jenis obat penghilang rasa sakit atau nyeri, dan
minuman kola (termasuk stimulansia).
15

3.5 Cara Kerja Narkoba Dan Pengaruhnya Pada Otak


Narkoba berpengaruh pada bagian otak yang bertanggung jawab atas kehidupan
perasaan yang disebut sistem limbus. Hipotalamus merupakan pusat kenikmatan pada otak
adalah bagian dari sistem limbus. Narkoba menghasilkan perasaan ”High” dengan
mengubah susunan biokimia molekul pada sel otak yang disebut neurotransmitter. Otak
dilengkapi alat untuk menguatkan rasa nikmat dan menghindarkan rasa sakit atau tidak enak,
guna membantu kita memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti rasa lapar, haus, rasa
hangat dan tidur. Mekanisme ini merupakan mekanisme pertahanan diri. Jika kita lapar, otak
menyampaikan pesan agar mencari makanan yang kita butuhkan, kita berupaya mencari
makanan itu dan menempatkat diatas segala-galanya, kita rela meninggalkan pekerjaan dan
kegiatan lain demi memperoleh makanan itu.
Yang terjadi pada adiksi adalah semacam pembelajaran sel-sel otak pada pusat
kenikmatan (hipotalamus), jika mengonsumsi narkoba, otak akan membaca tanggapan kita
jika nikmat otak akan menngeluarkan neurotransmitter yang menyampaikan pesan ”zat ini
berguna bagi mekanisme pertahanan tubuh, jadi ulangi pemakaiannya” jika memakai
narkoba lagi, kita kembali merasa nikmat seolah-olah kebutuhan kita terpuaskan. Otak akan
merekamnya sebagai suatu yang harus dicari sebagai prioritas akibatnya otak membuat
program salah, seolah-olah kita memang memerlukanya sebagai mekanisme pertahanan diri
maka terjadilah kecanduan.

3.6 Pengaruh Berbagai Jenis Narkoba Pada Tubuh


3.6.1 Opioida
1. Pengaruh jangka pendek : hilangnya rasa nyeri, ketegangan berkurang, rasa nyaman
(eforik) diikuti perasaan seperti mimpi dan rasa mengantuk.
2. Pengaruh jangka panjang : ketergantungan (gejala putus zat, toleransi) dan
meninggal dunia karena over dosis. Dapat menimbulkan komplikasi seperti sembelit,
gangguan mentruasi dan impotensi. Karena pemakaian jarum suntik tidak steril
timbul abses dan tertulas hepatitis B/C atau penyakit HIV/AIDS.
3.6.2 Ganja (mariyuana, cimeng, gelek, dan hasis)
16

1. Pengaruh jangka pendek : segera setelah pemakaian akan timbul rasa cemas,
gembira, banyak bicara, tertawa cekikikan, halusinasi, dan berubahnya perasaan
waktu (lama dikira sebentar) dan ruang (jauh dikira dekat), peningkatan denyut
jantung, mata merah, mulut dan tenggorokan kering, selera makan meningkat.
2. Pengaruh jangka panjang : daya pikir berkurang, motivasi belajar turun, perhatian ke
sekitarnya berkurang, daya tahan terhadap infeksi menurun, aliran darah ke jantung
berkurang dan perubahan pada sel-sel otak.
3.6.3 Kokain
1. Pengaruh jangka pendek : rasa percaya diri meningkat, banyak bicara, rasa lelah
hilang, kebutuhan tidur berkurang, minat seksual meningkat, halusinasi visual dan
taktil (seperti ada serangga merayap), waham curiga dan waham kebesaran.
2. Pengaruh jangka panjang : kurang gizi, anemia, sekat hidung rusak/berlubang, dan
gangguan jiwa psikotik.
3.6.4 Alkohol
1. Pengaruh jangka pendek : alkohol dapat menyebabkan mabuk, jalan sempoyongan,
bicara cadel, kekerasan atau perbuatan merusak, ketidakmampuan belajar dan
mengingat dan menyababkan kecelakaan karena mengendarai dalam keadaan mabuk.
2. Pengaruh jangka panjang : menyebabkan kerusakan pada hati, kelenjar getah
lambung, saraf tepi, otak, gangguan jantung, meningkatkan risiko kanker, dan bayi
lahir cacat dari ibu pecandu alkohol.
3.6.5 Golongan amfetamin
1. Pengaruh jangka pendek : tidak tidur (terjaga), rasa riang, perasaan melambung (fly),
rasa nyaman, meningkatkan keakraban. Namun setelah itu timbul rasa tidak enak,
murung, nafsu makan hilang, berkeringat, rasa haus, rahang kaku dan bergerak-
gerak, badan gemetar, jantung berdebar dan tekanan darah meningkat.
2. Pengaruh jangka panjang : kurang gizi, anemia, penyakit jantung, dan gangguan
jiwa. Pembuluh darah otak dapat pecah sehingga mengalami stroke atau gagal
jantung yang dapat menyebabkan kematian.
3.6.6 Halusinogen (lysergic acid)
17

1. Pengaruh jangka pendek : pengaruh LSD tak dapat diduga dimana sensasi dan
perasaan berubah secara dramatis, mengalami flasbacks dan bad trips (halusinasi)
secara berulang tanpa peringatan sebelumnya, pupil melebar, tidak dapat tidur, selera
makan hilang, suhu tubuh meningkat, berkeringat, denyut nadi dan tekanan darah
meningkat.
2. Pengaruh jangka panjang : merusak sel otak, gangguan daya ingat, dan pemusatan
perhatian, meningkatnya resiko kejang, kegagalan pernafasan dan jantung.
3.6.7 Sedativa dan hipnotika (obat penenang dan obat tidur)
1. Pengaruh jangka pendek : perasaan tenang dan otot-otot mengendur. Pada dosis lebih
besar dapat terjadi gangguan bicara (pelo), persepsi terganggu, dan jalan
sempoyongan, untuk dosis lebih tinggi mengakibatkan tertekannya pernafasan,
koma, dan kematian.
2. Pengaruh jangka panjang : gejala ketergantungan.
3.6.8 Solven dan inhalasi
1. Pengaruh jangka pendek : dapat mengakibatkan kematian mendadak karena otak
kekurangan oksigen atau karena ilusi, halusinasi dan persepsi salah (merasa bisa
terbang sehingga mati ketika terjun dari tempat tinggi).
2. Pengaruh jangka panjang : kerusakan otak, paru-paru, ginjal, sumsum tulang dan
jantung.
3.6.9 Nikotin
1. Menyebabkan kanker paru, penyempitan pembuluh darah, penyakit jantung dan
tekanan darah tinggi.

3.7 Akibat Penyalahgunaan Narkoba


3.7.1 Bagi diri sendiri
1. Terganggunya fungsi otak dan perkembangan normal remaja seperti :
1) Daya ingat sehingga mudah lupa
2) Perhatian sehingga sulit berkonsentrasi
3) Perasaan sehingga tidak dapat bertindak rasional dan impulsive
4) Persepsi sehingga memberi perasaan semu/khayal
18

5) Motivasi sehingga keinginan dan kemampuan belajar merosot, persahabatan rusak,


minat dan cita-cita semula padam
2. Intoksikasi (keracunan)
Yaitu gejala yang timbul akibat pemakaian narkoba dalam jumlah yang cukup
berpengaruh pada tubuh dan perilakunya. Gejalanya tergantung jenis, jumlah dan
cara penggunaannya.
3. Over dosis
Dapat menyebabkan kematian karena terhentinya pernafasan (heroin) atau
perdarahan otak (amfetamin,sabu). Over dosis terjadi karena toleransi maka perlu
dosis yang lebih besar, atau karena sudah lama berhenti pakai, lalu memakai lagi
dengan dosis yang dahulu digunakan.
4. Gejala putus zat
Yaitu gejala ketika dosis yang dipakai berkurang atau dihentikan pemakiannya.
Berat ringan gejala bergantung jenis zat, dosis dan lama pemakaian.
5. Berulang kali kambuh
Yaitu ketergantungan yang menyebabkan craving (rasa rindu pada narkoba),
walau telah berhenti pakai. Narkoba dan perangkatnya seperti kawan-kawan sesama
pemakai, suasana dan tempat-tempat penggunaannya dahulu mendorong untuk
memakai narkoba kembali. Itu sebabnya pecandu akan berulang kali kambuh.
6. Gangguan perilaku/mental-sosial
Sikap acuh tak acuh, sulit mengendalikan diri, mudah tersinggung, menarik diri
dari pergaulan, hubungan dengan keluarga dan teman terganggu, terjadi perubahan
mental diantaranya gangguan pemusatan perhatian, motivasi belajar/bekerja lemah,
ide paranoid, gejala parkinson.
7. Gangguan kesehatan
Yaitu kerusakan atau gangguan fungsi organ tubuh seperti hati, jantung, paru,
ginjal, kelenjar endokrin, alat reproduksi, infeksi hepatitis B/C, HIV/AIDS, penyakit
kulit dan kelamin, kurang gizi dan gigi berlubang.
8. Kendornya nilai-nilai
19

Mengendornya nilai-nilai kehidupan agama, sosial, budaya seperti perilaku


seks bebas dengan akibatnya (penyakit kelamin, kehamilan yang tidak diinginkan),
sopan santun hilang, menjadi asosial, mementingkan diri sendiri dan tidak
memperdulikan kepentingan orang lain.
9. Keuangan dan hukum
Yaitu keuangan menjadi kacau karena harus memenuhi kebutuhan akan
narkoba. Itu sebabnya ia akan mencuri, menipu dan menjual barang-barang milik
sendiri atau orang lain. Jika masih sekolah,uang sekolah digunakan untuk membeli
narkoba sehingga akan terancam putus sekolah. Dapat juga malakukan tindakan
kriminal sehingga bisa terkena sanksi hukum (ditahan, dipenjara atau didenda).

3.7.2 Bagi keluarga


Suasana hidup nyaman dan tentram menjadi terganggu, membuat keluarga resah
karena barang-barang berharga di rumah hilang. Anak berbohong, mencuri, menipu,
bersikap kasar, acuh tak acuh dengan urusan keluarga, tidak bertanggung jawab, hidup
semaunya dan asocial.
Orang tua menjadi malu karena memiliki anak pecandu, merasa bersalah, tetapi juga
sedih dan marah. Perilakunya ikut berubah sehingga fungsi keluarga terganggu. Orang tua
menjadi putus asa karena masa depan anak tidak jelas, stres meningkat dan membuat
kehidupan ekonomi morat-marit, pengeluaran uang meningkat karena pemakaian narkoba
atau karena harus berulang kali dirawat dan bahkan mungkin mendekam di penjara.

3.7.3 Bagi sekolah


Narkoba merusak disiplin dan motivasi yang sangat penting bagi proses belajar.
Siswa penyalahguna narkoba mengganggu suasana belajar-mengajar di kelas dan prestasi
belajar turun drastis. Penyalahgunaan narkoba juga berkaitan dengan kenakalan dan putus
sekolah, kemungkinan siswa penyalahguna narkoba membolos lebih besar dari siswa lain.
Penyalahgunaan narkoba juga berhubungan dengan kejahatan dan perilaku asosial
lain yang mengganggu suasana tertib dan aman, perusakan barang-barang milik sekolah,
meningkatnya perkelahian. Mereka juga menciptakan iklim acuh tak acuh dan tidak
20

menghormati pihak lain. Banyak diantara mereka menjadi pengedar atau pencuri barang
milik teman atau karyawan sekolah.

3.7.4 Bagi masyarakat, bangsa dan Negara


Mafia perdagangan gelap selalu berusaha memasok narkoba. Terjalin hubungan
antara pengedar/bandar dan korban sehingga tercipta pasar gelap. Oleh karena itu, sekali
pasar terbentuk akan sulit memutus mata rantai peredarannya. Masyarakat yang rawan
narkoba tidak memiliki daya tahan, sehingga kesinambungan pembangunan terancam.
Negara menderita kerugian karena masyarakatnya tidak produktif dan tingkat kejahatan
meningkat, belum lagi sarana dan prasarana yang harus disediakan.

3.8 Peran Orang Tua Dalam Mencegah Dan Menanggulangi Penyalahgunaan


Narkoba
Orang tua dapat berperan dalam mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan
narkoba dengan jalan melaksanakan tugas sebagai berikut:
3.8.1 Mengajarkan standar perilaku benar/salah dan baik/buruk serta menunjukkan
keteladanan dalam standar perilaku tersebut dengan cara :
1. Menjadi contoh yang baik bagi anak dan tidak memakai narkoba
2. Menjelaskan sedini mungkin kepada anak sampai remaja bahwa penyalahgunaan
narkoba tidak dapat dibenarkan dan berbahaya
3. Mendisiplinkan anak dengan memberi tugas harian untuk melatih tanggung jawab
atas kegiatan dan perilakunya sehari-hari.
4. Mendorong anak agar berdiri teguh jika menghadapi tekanan kelompok sebaya untuk
memakai narkoba.
3.8.2 Membantu anak menolak tekanan kelompok sebaya untuk memakai narkoba,
mengawasi kegiatan, mengetahui teman-teman anak dan berbicara dengan mereka
mengenai minat dan permasalahannya dengan cara :
1. Mengetahui kegiatan anak sehari-hari dan teman-temannya
2. Meningkatkan komunikasi keluarga dan mendengarkan anak secara aktif
3. Membahas hal-hal yang berhubungan dengan penyalahgunaan narkoba
21

4. Bersikap selektif terhadap acara televisi dan film yang ditonton annak.
3.8.3 Memiliki pengetahuan tentang narkoba dan tanda-tanda penyalahgunaannya, jika
menemukan gejala segera mengambil langkah yang diperlukan, dengan cara :
1. Mempelajari luasnya permasalahan penyalahgunaan narkoba di lingkungannya dan
di sekolah anaknya.
2. Terampil mengenal tanda-tanda penyalahgunaan narkoba
3. Jika anak diduga menyalahgunakan narkoba membahas hal itu dengan tenang
bersama anak, tidak pada saat anak memakai narkoba, membuat peraturan yang
dapat menjauhkan anak dari lingkungan yang memungkinkan terjadinya
penyalahgunaan narkoba.
4. Bersama para orang tua membahas masalah penyalahgunaan narkoba di sekolah,
menciptakan mekanisme informasi mengenai penyalahgunaan narkoba.
3.8.4 Mendukung kebijakan sekolah bebas narkoba dengan :
1. Mendukung mereka yang giat dibidang penanggulangan penyalahgunaan narkoba.
2. Membantu sekolah memonitor kehadiran siswa, merencanakan dan mendukung
kegiatan-kegiatan yang disponsori sekolah.
3. Berkomunikasi teratur dengan sekolah perihal perilaku anaknya.
22

Daftar Pustaka

BNN-RI. 2009. Advokasi pencegahan penyalahgunaan narkoba. Jakarta :


Departemen Sosial RI
Badan Narkotika Nasional (2004). Terapi KomunitasDalam Rehabilitasi
Sosial Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta : Departemen Sosial RI
http:// www.Kompas.co.id/ Merokok dan Narkoba Sama Bahayanya.
http:// www.infonarkoba.com/ Gerbang Informasi Dan Solusi Masalah Narkoba.
Joewana, Satya (2005) Pencegahan Dan Penanggulanagan Penyalahgunaan Narkoba
Berbasis Sekolah. Jakarta : PT Balai Pustaka
Martono, L. Harlina (1998) Pendidikan Sebagai Sarana Pencegahan Penyalahgunaan
Narkoba. Jakarta : Badan Pembina Kesehatan Jiwa Masyarakat (BPKJM)

Anda mungkin juga menyukai