S
DENGAN DIAGNOSA MEDIS INFARK MIOKARD AKUT (IMA)
SISTEM KARDIOVASKULER
Oleh :
NIM : 2018.C.10a.0926
LEMBAR PERSETUJUAN
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Laporan ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Diagnosa Medis Infark Miokard Akut
(IMA) Sistem Kardiovaskuler.” Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas
(PPK 2).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
3. Bapak Ns. Efri Dulie, S.Kep selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini.
4. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep.,Ners selaku Koordinator Praktik Pra Klinik
Keperawatan 2.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
ii
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 4
2.1 Konsep Dasar Anatomi Fisiologi Kardiovaskuler.................................. 4
2.2 Konsep Dasar Penyakit Infark Miokard Akut (IMA).............................. 13
2.2.1 Definisi ................................................................................................... 13
2.2.2 Etiologi ................................................................................................... 13
2.2.3 Klasifikasi .............................................................................................. 13
2.2.4 Manifestasi Klinis................................................................................... 15
2.2.5 Patifisiologi (Pathway)............................................................................ 17
2.2.6 Komplikasi .............................................................................................. 20
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang............................................................................... 20
2.2.8 Penatalaksanaan Medis........................................................................... 22
2.3 Konsep Manajemen Asuhan Keperawatan............................................. 24
2.3.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................ 24
2.3.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................... 29
2.3.3 Intervensi Keperawatan .......................................................................... 30
2.3.4 Implementasi Keperawatan .................................................................... 36
2.3.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................................ 37
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................... 38
3.1 Pengkajian .............................................................................................. 38
3.2 Diagnosa ................................................................................................. 45
3.3 Intervensi................................................................................................. 47
3.4 Implementasi .......................................................................................... 48
3.5 Evaluasi .................................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit yang paling mematikan di dunia. Data
The Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) menunjukkan kematian di dunia
yang disebabkan oleh penyakit terkait dengan jantung dan pembuluh darah pada 2016
mencapai 17,7 juta jiwa atau sekitar 32,26% total kematian di dunia. Sebagian besar atau
63% kematian akibat penyakit kardiovaskular merupakan penderita dengan usia di atas 70
tahun, 29,13% berusia 50-69 tahun, dan 7,61% berusia 15-49 tahun.
Penyakit kardiovaskular yang paling sering terjadi meliputi jantung koroner, tekanan
darah tinggi, kelainan jantung bawaan, hingga gagal jantung kongestif. Bersumber
dari penyakit-penyakit jantung tersebut penyakit jantung kongestif terlebih miocard infark
memiliki presentasi mengancam kehidupan tertinggi karena serangan miocard infark terjadi
secara tiba-tiba dengan presentasi mencapai 72% dari penyebab kematian penyakit jantung
(Data The Institute for Health Metrics and Evaluation, 2016).
Menurut data Riskesdas tahun 2018 menunjukan bahwa penyakit jantung koroner
Salah satunya adalah IMA telah menyebabkan 36,33% dari total kematian di Indonesia
dan juga merupakan penyebab kematian tertinggi.
Salah satu masalah keperawatan yang selalu sering muncul pada penderita IMA
adalah rasa nyeri yang sangat. Nyeri adalah suatu mekanisme protektif bagi tubuh (Smeltzer
& Bare, 2002). Mekanisme terjadinya nyeri pada penderita miocard infark disebabkan
adanya ateroklerosis diarteri koroner sehingga menyebabkan suplai darah ke miokard
menurun (kondisi iskemik). Akibat dari iskemik adalah meningkatnya metabolisme anaerob
yang di sertai dengan peningkatan asam laktat yang menimbulkan rasa nyeri dada yang
hebat (Nurarif & Kusuma, 2015).
Nyeri pada miokard biasanya menjalar ketangan kiri, ke epigastrik. Serangan nyeri
pada infark miokard terjadi waktu istirahat atau tidur yang terjadi 20- 40 % pasien. Nyeri
infark miokard bisa menyebabkab nyeri alih ke rahang , lengan kiri, dan bahu kiri nyeri
terasa dibagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri (Hariyanto & Sulistyowati, 2015).
1
2
2
3
3
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
5
6
1) Dinding depan berhubungan dengan sternum dan kartilago kostalis setinggi kosta
III-I.
2) Samping berhubungan dengan paru dan fasies mediastilais.
3) Atas setinggi torakal IV dan servikal II berhubungan dengan aorta
pulmonalis, brongkus dekstra dan bronkus sinistra.
4) Belakang alat-alat mediastinum posterior, esophagus, aorta desendes, vena
azigos, dan kolumna vetebrata torakalis.
5) Bagian bawah berhubungan dengan diafragma.
Jantung difiksasi pada tempatnya agar tidak mudah berpindah tempat. Penyokong
jantung utama adalah paru yang menekan jantung dari samping, diafragma menyokong dari
bawah, pembuluh darah yang keluar masuk dari jantung sehingga jantung tidak mudah
berpindah.
Factor yang mempengaruhi kedudukan jantung adalah:
1. Umur: Pada usia lanjut, alat-alat dalam rongga toraks termasuk jantung agak
turun kebawah
2. Bentuk rongga dada: Perubahan bentuk tora yang menetap (TBC) menahun
batas jantung menurun sehingga pada asma toraks melebar dan membulat
3. Letak diafragma: Jika terjadi penekanan diafragma keatas akan mendorong bagian
bawah jantung ke atas
4. Perubahan posisi tubuh: proyeksi jantung normal di pengaruhi oleh posisi tubuh
6
7
1. Luar/pericardium
Berfungsi sebagai pelindung jantung atau merupakan kantong pembungkus jantung
yang terletak di mediastinum minus dan di belakang korpus sterni dan rawan iga II- IV yang
terdiri dari 2 lapisan fibrosa dan serosa yaitu lapisan parietal dan viseral. Diantara dua
lapisan jantung ini terdapat lender sebagai pelican untuk menjaga agar gesekan pericardium
tidak mengganggu jantung.
2. Tengah/ miokardium
Lapisan otot jantung yang menerima darah dari arteri koronaria. Susunan miokardium
yaitu:
1) Otot atria: Sangat tipis dan kurang teratur, disusun oleh dua lapisan. Lapisan
dalam mencakup serabut-serabut berbentuk lingkaran dan lapisan luar mencakup
kedua atria.
2) Otot ventrikuler: membentuk bilik jantung dimulai dari cincin antrioventikuler
sampai ke apeks jantung.
3) Otot atrioventrikuler: Dinding pemisah antara serambi dan bilik(atrium dan
ventrikel).
4) Dalam / Endokardium
Dinding dalam atrium yang diliputi oleh membrane yang mengilat yang terdiri dari
jaringan endotel atau selaput lender endokardium kecuali aurikula dan bagian depan
sinus vena kava.
7
8
8
9
9
10
10
11
4. Fase plato(keadaan stabil): Fase depolarisasi diikiuti keadaan stabil agak lama
sesuai masa refraktor absolute miokard.
5. Fase repolarisasi(cepat): Kalsium dan natrium berangsur-angsur tidak mengalir dan
permeabilitas terhadap kalium sangat meningkat.
2.1.15 Sistem Konduksi Jantung
Sistem konduksi jantung meliputi:
1. SA node: Tumpukan jaringan neuromuscular yang kecil berada di dalam dinding
atrium kanan di ujung Krista terminalis.
2. AV node: Susunannya sama dengan SA node berada di dalam septum atrium dekat
muara sinus koronari.
3. Bundle atrioventrikuler: dari bundle AV berjalan ke arah depan pada tepi
posterior dan tepi bawah pars membranasea septum interventrikulare.
4. Serabut penghubung terminal(purkinje): Anyaman yang berada pada endokardium
menyebar pada kedua ventrikel.
2.1.16 Siklus Jantung
Empat pompa yang terpisah yaitu: dua pompa primer atrium dan dua pompa tenaga
ventrikel. Periode akhir kontraksi jantung sampai kontraksi berikutnya disebut siklus
jantung.
2.1.17 Fungsi jantung sebagai pompa
Lima fungsi jantung sebagai pompa yaitu:
1. Fungsi atrium sebagai pompa
2. Fungsi ventrikel sebagai pompa
3. Periode ejeksi
4. Diastole
5. Periode relaksasi isometric
Dua cara dasar pengaturan kerja pemompaan jantung
1. Autoregulasi intrinsic pemompaan akibat perubahan volume darah yang
mengalir ke jantung.
2. Reflex mengawasi kecepatan dan kekuatan kontraksi jantung melalui saraf otonom
11
12
12
13
2.2.2 Klasifikasi
2.2.2.1 Infark Miokard Akut Subendokardial
Infark miokard Subendokardial terjadi akibat aliran darah subendokardial yang relatif
menurun dalam waktu yang lama sebagai akibat perubahan derajat penyempitan arteri
koroner atau dicetuskan oleh kondisi-kondisi seperti hipotensi, perdarahan dan hipoksia
(Rendy & Margareth, 2012 ).
13
14
2.2.3 Etiologi
Intinya IMA terjadi jika suplai oksigen yang tidak sesuai dengan kebutuhan tidak
tertangani dengan baik sehingga menyebabkan kematian sel ± sel jantung tersebut. Beberapa
hal yang menimbulkan gangguan oksigenasi tersebut ( Kasron, 2016 ) diantaranya :
2.2.3.1 Berkurangnya suplai oksigen ke miokard
Menurunnya suplai oksigen disebabkan oleh tiga faktor, antara lain :
1. Faktor pembuluh darah
Hal ini berkaitan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai jalan darah mencapai sel
± sel jantung. Beberapa hal yang bisa mengganggu kepatenan pembuluh darah diantaranya :
atherosclerosis, spasme, dan arteritis. Spasme pembuluh darah bisa juga terjadi pada orang
yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya, dan biasanya dihubungkan
dengan beberapa hal antara lain : mengkonsumsi obat- ibatan tertentu, stress emosional atau
nyeri, terpapar suhu dingin yang ekstrim, merokok.
2. Faktor sirkulasi
Sirkulasi berkaitan dengan kelancaran peredaran darah dari jantung keseluruh tubuh
sampai kembali lagi ke jantung. Sehingga hal ini tidak akan lepas dari faktor pemompaan
dan volume darah yang dipompakan. Kondisi yang menyebabkan gangguan pada sirkulasi
diantaranya kondisi hipotensi. Stenosis maupun isufisiensi yang terjadi pada katup- katup
jantung ( aorta, mitrlalis, maupun trikuspidalis ) menyebabkan menurunnya cardiac output (
COP ). Penurunan COP yang diikuti oleh penurunan sirkulasi menyebabkan beberapa bagian
tubuh tidak tersuplai darah dengan adekuat, termasuk dalam hal ini otot jantung.
3. Faktor darah
Darah merupakan pengangkut oksigen menuju seluruh bagian tubuh. Jika daya
angkut darah berkurang, maka sebagus apapun jalan (pembuluh darah) dan pemompaan
14
15
jantung maka hal tersebut tidak cukup membantu. Hal-hal yang menyebabkan terganggunya
daya angkut darah antara lain : anemia, hipoksemia, dan polisitemia.
15
16
tetapi, pada akhirnya proses sklerotik berkembang diluar batas penyediaan pembuluh
koloteral untuk memberikan aliran darah yang diperlukan. Bila ini terjadi maka hasil kerja
otot jantung menjadi sangat terbatas, terkadang demikian terbatas sehingga jantung
tidak dapat memompa jumlah aliran darah normal yang diperlukan.
Penurunan kemampuan memompa jantung berhubungan dengan luas dan lokasi
kerusakan jaringan infark. Jika lebih dari separuh jaringan jantung yang mengalami
kerusakan, biasanya jantung tidak dapat berfungsi dan kemungkinan terjadi kematian.
Bahkan kerusakan tidak luas , jantung tidak mampu memompa dengan baik sehingga terjadi
gagal jantung atau syok. Jantung yang mengalami kerusakan dapat membesar dan sebagian
besar merupakan usaha jantung untuk mengompensasi kemampuan memompa yang menurun
( karna jantung yang lebih besar akan berdenyut lebih kuat). Jantung yang membesar juga
merupakan gambaran dari kerusakan otot jantungnya sendiri. Pembesaran jantung
setelah suatu sserangan jantung memberi prognosis yang lebih buruk.
16
17
2.2.4 Patofisiologi
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30 ± 40 menit akan menyebabkan kerusakan
seluler irreversibel dan kematian otot atau nekrosis. Bagian miokardium yang mengalami
infark atau nekrosis akan berhenti berkontraksi secara permanen. Jaringan yang mengalami
infark dikelilingi oleh suatu daerah iskemik yang berpotensi dapat hidup. Ukuran infark lahir
tergantung dari nasib daerah iskemik tersebut. Bila pinggir daerah ini mengalami nekrosis
maka besar daerah infark akan bertambah besar sedangkan perbaikan iskemia akan
memperkecil daerah nekrosis.
Infark miokardium biasanya menyerang ventrikel kiri. Infark digambarkan lebih lanjut
sesuai letaknya pada dinding ventrikel. Misalnya, infark miokardium anterior mengenai
dinding anterior ventrikel kiri. Daerah yang biasanya terserang infark adalah bagian inferior,
lateral, posterior, dan septum.
Otot yang mengalami infark akan mengalami serangkaian perubahan selama
berlangsungnya proses penyembuhan. Mula ± mula otot yang mengalami infark tampak
memar dan sianotik akibat terputusnya aliran darah regional. Dalam jangka waktu 24 jam
timbul edema pada sel, respon peradangan disertai infiltasi leukosit. Enzim jantung akan
terlepas dari sel-sel ini menjelang hari kedua atau ketiga mulai proses degradasi jaringan dan
pembuangan semua serabut nekrotik. Selama fase ini dinding nekrotik relatif tipis. Kira-kira
pada minggu ke 3 mulai terbentuknya jaringan parut. Lambat laun jaringan penyambung
fibrosa menggantikan otot yang nekrosis dan mengalami penebalan yang progresif. Pada
minggu ke-6 parut sudah terbentuk dengan jelas.
Infark miokardium jelas akan mengurangi fungsi ventrikel karena otot yang nekrosis
kehilangan daya kontraksi sedangkan otot yang iskemia disekitarnya juga mengalami
gangguan daya kontraksi. Secara fungsional infark miokardium akan menyebabkan
17
18
perubahan ± perubahan seperti pada iskemia : (1) daya kontraksi menurun, (2) gerakan
dinding abnormal, (3) perubahan daya kembang dinding ventrikel, (4) pengurangan curah
sekuncup, (5) pengurangan fraksi ejeksi, (6) peningkatan vol. Akhir sistolic dan akhir
diastolic ventrikel, dan (7) peningkatan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri.
Peningkatan frekuensi jantung dan daya kontraksi oleh refleks simpatic dapat
memperbaiki fungsi ventrikel. Penyempitan arteriola menyeluruh akan mempertinggi
resistensi perifer total, dengan demikian tekanan rata ± rata artena akan meningkat.
Penyempitan pembuluh vena akan mengurangi kapasitas vena, akan meningkatkan alir balik
vena ke jantung dan pengisian ventrikel. Pengisian ventrikel yang meningkat akan
meningkatkan daya kontraksi. Dengan menurunnya fungsi ventrikel maka diperlukan
tekanan pengisian diastolic yang lebih tinggi, agar curah sekuncup dapat dipertahankan.
Peningkatan tekanan pengisian diastolic dan vol ventrikel akan merenggangkan seraput
miokardium, dengan demikian meningkatkan kekuatan kontraksi sesuai hukum starling.
Tekanan pengisian sirkulasi dapat ditingkatkan lebih lanjut lewat retensi natrium dan air oleh
ginjal. Akibatnya, infark miokardium biasanya disertai pembesaran ventrikel kiri sementara
akibat dilatasi kompensasi jantung. Bila perlu, dapat terjadi hypertrofi kompensasi jantung
sebagai usaha untuk meningkatkan daya kontraksi dan pengosongan ventrikel.
Secara ringkas, terdapat serangkaian refleks yang dapat mencegah memburuknya
curah jantung dan tekanan perfusi : (1) peningkatan frekuensi jantung dan daya kontraksi, (2)
vasokontriksi umum, (3) retensi natrium dan air, (4) dilatasi ventrikel, (5)hypertrofi
ventrikel. Tetapi semua respon kompensasi ini akhirnya dapat memperburuk keadaan
miokardium dengan meningkatkan kebutuhan miokardium akan oksigen.
Derajat gangguan fungsional akibat infark tergantung dari :
2.2.4.1 Ukuran infark : infark yang melebihi 40% miokardium berkaitan dengan insiden
syok kardiogenik tinggi.
2.2.4.2 Lokasi infark : lokasi di dinding anterior lebih besar kemungkinannya
mengurangi fungsi mekanik dibandingkan dengan kerusakan dinding inferior.
2.2.4.3 Fungsi miokardium yang terlibat : infark tua akan membahayakan fungsi
miokardium sisanya.
18
19
2.2.4.4 Sirkulasi kolateral : baik melalui anastomosis arteri yang sudah ada atau melalui
saluran yang baru terbentuk, dapat berkembang sebagai respon terhadap iskemia
yang kronik dan hipoperfusi regional guna memperbaiki aliran darah yang menuju ke
miokardium terancam.
2.2.4.5 Mekanisme kompensasi dari kardiovaskuler mekanisme ini bekerja untuk
mempertahankan curah jantung dan perfusi perifer ( Wijaya, Putri, 2013 ).
19
20
WOC
hiperkolesterolemia DM
merokok
HT
LDL teroksidasi Glukosa darah ↑
Vasokonstrisi Pelepasan katekolamin
pemb.darah Bercak lemak, disfungsi endotel Viskositas darah ↑ oleh syaraf otonom
B3
IMA B1
Penurunan nafsu
Hipoksia miokardium Suplai darah ke otot jantung ↓ Edema paru Sesak makan
Nyeri
Fungsi ventrikel kiri ↓
20
21
PK : penurunan
B2 Volume sekuncup ↓
curah jantung
B3 B4 B6
21
22
22
23
7. Pasien dengan diabetes mellitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena
neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor (menumpulkan
pengalaman nyeri).
2.2.6 Komplikasi
1. Mati mendadak
2. Nyeri menetap
3. Angina
4. Gagal jantung
5. Ketidakmampuan mitral
6. Disritmia
Komplikasi paling sering dari infark miokard akut adalah gangguan irama jantung (
90% ). Faktor predisposisi : 1) Iskemia Jaringan, 2) Hipoksemia, 3) Pengaruh Sistem
Saraf Para-Simpatis dan Simpatis, 4) Asidosis laktat, 5) Kelainan Hemodinamaik, 6)
Keracunan Obat, 7) Gangguan Keseimbangan Elektrolit.
7. Gagal Jantung Kongestif dan Syok Kardiogenik
Sepuluh dan sampai 15 persen pasien IM mengalami syok kardiogenik, dengan
mortalitas amtara 80-95%.
8. Tromboemboli
Studi pada 924 kasus kematian akibat IM akut menunjukkan adanya trombi mural
pada 44% kasus pada endokardium. Studi autopsy menunjukkan 10% kasus IM akut
meninggal mempunyai emboli arterial ke otak, ginjal, limpa atau mesenterium.
9. Perikarditis
Sindrom ini dihubungkan dengan IM yang digambarkan pertama kali oleh Dressler
dan sering disebut Sindrom Dissler. Biasanya terjadi setelah infark transmural tetapi
dapat menyertai infark subepikardial. Perikarditis biasanya sementara, yang tampak
pada minggu pertama setelah infark. Nyeri dada dari perikarditis akut terjadi tiba-tiba
dan berat serta konstan pada dada anterior. Nyeri ini memburuk dengan inspirasi
dan biasanya dihubungkan dengan takikardia, demam ringan, dan friction rub
perikardial yang trifasik dan sementara.
10. Ruptura Miokardium
Ruptur dinding bebas dari ventrikel kiri menimbulkan kematian sebanyak 10%
dirumah sakit karena IM akut. Ruptur ini menyebabkan tamponade jantung dan
kematian. Ruptur Septum Interventrikular jarang terjadi, yang terjadi pada kerusakan
miokard luas, dan menimbulkan Defek Septum Ventrikel.
23
24
24
25
2.2.8 Penatalaksanaan
Tujuan awal tata laksana infark miokard akut yaitu mengembalikan perfusi miokard
sesegera mungkin, meredakan nyeri, serta mencegah dan tata laksana komplikasi (Asikin,
Nuralamsyah, Susaldi, 2016):
1. Penatalaksanaan medis
1) Pemberian oksigen
Terapi oksigen dimulai saat awitan nyeri. Oksigen yang dihirup akan langsung
meningkatkan saturasi darah. Efektifitas teraupetik oksigen ditentukan dengan observasi
kecepatan dan irama pertukaran pernapasan, dan pasien mampu bernafas dengan mudah.
Saturasi oksigen dalam darah secara bersamaan diukur dengan pulsa-oksimetri.
2) Morfin
Morfin adalah obat dengan fungsi untuk meredakan sakit atau nyeri yang parah.
Morfin masuk ke dalam kategori analgesic narkotika.
3) Nitrogliserin
Merupakan golongan obat nitrat yang digunakan untuk mengurangi intensitas
serangan angina (nyeri dada) guna untuk melebarkan pembuluh darah, serta meningkatkan
pasokan darah dan oksigen ke otot jantung contoh nama merk dagang nitrat (tablet
sublingual) dosis 1 tablet 300-600 mcg.
4) Aspilet
Aspilet merupakan salah satu nama obat dari aspirin. Aspirin mempunyai efek
menghambat siklooksigenase platelet secara ireversibel. Proses tersebut mencegah formasi
tromboksan A2. Pemberian aspirin untuk penghambatan agregasi platelet diberikan dosis
awal paling sedikit 160 mg dan dilanjutkan dosis 80-325 mg per hari ( Smelthzer, 2002,
Nurarid & Kusuma, 2015).
2. Penatalaksanaan keperawatan
Tindakan keperawatan ditujukan untuk mendeteksi terjadinya komplikasi,
1) Klien istirahat total 24 jam pertama
2) Posisi semi fowler
3) Beri O2 2-4 L/m binasal
4) Pantau tanda-tanda vital tiap jam hingga keadaan stabil
25
26
5) Pantau EKG
6) Pasang jalur IV
7) Pemeriksaan laboratorium
8) Pemeriksaan EKG 12 sadapan setiap hari atau bila diperlukan
9) Pemberian obat sesuai dengan rencana pengobatan
a) Untuk mengurangi nyeri dada,misalnya: morfin sulfat, petidin b) Obat anti
aritmia
c) Sedatife bila klien gelisah
10) Diet
a) Biasanya dipuasakan selama 8 jam pertama setelah serangan
b) Bila keluhan berkurang/hilang diberikan diet bertahap dimulai dengan diet
jantung I
11) Mobilisasi dan latihan
a) Hari I
Latihan nafas dalam, melakukan pergerakan pasif dari ekstermitas dengan cara
dorsofleksi dan ekstensi 3x/hari. Makan sendiri dengan posisi duduk, badan dan
lengan bersandar.Perawatan diri seperti mandi dilakukan dengan bantuan perawat.
b) Hari II
Melakukan gerakan aktif anggota gerak, tiap gerakan 5x, duduk dipinggir tempat
tidur denagn kaki kebawah atau diletakkan diatas kursi selama 20 menit 2x
sehari.Berikan pendidikan kesehatan tentang factor risiko dan pengendaliaanya.
c) Hari III
Mengulangi latihan hari II, boleh turun dari tempat tidur.Perawatan diri
dilakukan sendiri tanpa bantuan, posisi makan dengan duduk ditempat tidur.Klien
diizinkan membaca bacaan ringan.
d) Hari IV
Jalan disekitar ruangan 2x/hari.Berikan pendidikan kesehatan tentang serangan
jantung (Aspiani,2015).
12) Tindakan pemasangan Stent Jantung
Ring jantung adalah sebuah alat berbentuk tabung kecil, tersusun dari kawat-kawat
seperti jala yang ditempatkan pada pembuluh darah koroner di jantung. Tujuan
dari pemasangan ring jantung adalah untuk membuka pembuluh darah yang
menyempit dan mempertahankannya sehingga otot-otot jantung mendapatkan
kembali suplai darah yang cukup. Pemasangan ring jantung atau sering juga
26
27
disebut dengan stent jantung merupakan salah satu tindakan medis yang sering
dikombinasikan dengan angioplasty. Perbedaannya adalah pada angioplasty,
tindakan medis yang dilakukan hanya bertujuan untuk mengembalikan diameter
pembuluh darah jantung yang menyempit atau tersumbat. Sedangkan pemasangan
ring jantung dilakukan sesaat setelah angioplasty dilakukan. Setelah lumen pembuluh
darah terbuka, dokter akan memasukan ring atau stent di lokasi sumbatan untuk
mempertahankan agar pembuluh darah tetap terbuka. Ring jantung tersebut
berbentuk seperti tabung kecil yang tersusun dari kawat- kawat seperti jala.
Pemasangan ring jantung ini bersifat menetap, sekali dipasang maka tidak dapat
dilepas kembali. Oleh karena itu penggunaan bahan untuk stent jantung harus yang
aman bagi tubuh. Pembuluh darah jantung yang dimaksud adalah arteri koroner,
tugasnya memasok aliran darah ke otot-otot jantung sehingga jantung dapat bekerja
dengan baik. Penyempitan atau sumbatan arteri koroner biasanya terjadi karena
adanya timbunan lemak atau plak di dalam lumen pembuluh darah, yang disebut
aterosklerosis. Adanya timbunan lemak di dalam lumen pembuluh darah dapat
mengurangi aliran darah yang menuju otot jantung sehingga dapat menimbulkan
nyeri dada dan apabila pembuluh darah sudah tersumbat secara total dapat terjadi
serangan jantung (penyakit jantung koroner), bahkan infark miokard (Husilin,
2016).
27
28
2. Sirkulasi
1) Gejala: riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri coroner, gagal jantung
kongestif, masalah tekanan darah dan diabetes mellitus.
2) Tanda:
(1) Tekanan darah dapat normal atau naik turun: perubahan dicatat dari posisi tidur
hingga duduk atau berdiri.
(2) Nadi: dapat normal; penuh/tidak adekuat, atau lemah/kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat: tidak teratur (distrimia) mungkin terjadi.
(3) Bunyi jantung: S3/S4 mungkin menunjukan gagal jantung atau penurunan
kontraktivitas atau keluhan ventrikel.
(4) Murmur: bila ada menunjukan gagal katup atau disfungsi otot papilaris
(5) Edema: distensi vena jugular, edema dependen/perifer, edema umum,
cracklesmungkin ada dengan gagal jantung, atau ventrikel.
(6) Warna: pucat atau sianosis atau kulit abu-abu, kuku datar, pada membrane
mukosa atau bibir.
(7) Irama jantung: dapat teratur atau tidak teratur.
3. Integritas ego
1) Gejala:
Menyangkal, takut mati, marah pada penyakit atau perawatan yang “tak perlu”,
khawatir tentang keluarga,karier, dan keuangan.
28
29
2) Tanda: menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku
menyerang, focus pada diri sendiri/nyeri.
4. Eliminasi
1) Tanda: normal atau bunyi usus menurun.
5. Makanan/cairan
1) Gejala: mual, kehilangan nafsu makan nyeri ulu hati, bersendawa.
2) Tanda: penurunan turgor kulit; kulit kering/berkeringat, muntah, perubahan berat
badan.
6. Hygiene
1) Gejala/tanda: kesulitan melakukan tugas perawatan.
7. Neurosensori
1) Gejala: pusing
2) Tanda: perubahan mentaldan kelemahan.
29
30
9. Pernafasan
1) Gejala: dispnea, dispnea nocturnal, batuk dengan/tanpa produsi sputum, riwayat
merokok, penyakit pernafasan kronis.
2) Tanda: peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak, pucat atau sianosis, bunyi
nafas bersih atau crackle atau mengi, sputum bersih, merah muda kental (Aspiani, 2015).
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri
koroner
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbanmgan antara suplai oksigen
miokard dengan kebutuhan.
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan kesehatan.
4. Resiko tinggi menurunnya curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuenasi,
irama, konduksilektrikal
5. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan ferfusi
organ.
30
31
31
32
an antara suplai Kriteria : 2) Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas , dan 2) Menurunkan kerja miokard/konsumsi
oksigen miokard Frekuensi jantung, irama berikan aktivitas senggang yang tidak oksigen
dan kebutuhan dan tekanan darah dalam berat. 3) Dengan mengejan dapat mengakibatkan
batas normal 3) Anjurkan menghindari peningkatan bradikardi, menurunkan curah jantung, dan
Kulit hangat, merah tekanan abdomen misal, mengejan saat takhicardia serta peningkatan TD
muda dan kering. defekasi 4) Aktivitas yang maju memberikan kontrol
4) Jelaskan pola peningkatan bertahap dari jantung, meningkatkan regangan dan
tingkat aktivitas , contoh bangun dari mencegah aktovitas berlebihan.
kursi, bila tak ada nyeri, ambulasi, dan
istirahat selama 1 jam setelah makan.
Rujuk ke program rehabilitasi jantung..
Ansietas b/d Tujuan : 1) Bantu klien mengekspresikan perasaan 1) Cemas berkelanjutan memberikan dampak
ancaman atau Ansietas hilang marah, kehilangan dan takut. serangan jantung selanjutnya.
perubahan /berkurang 2) Kaji tanda verbal dan non verbal 2) Reaksi verbal/non verbal dapat menunjukan
kesehatan. Kriteria : kecemasan, dampingi klien dan lakukan rasa agitasi, marah dan gelisah.
Mengenal perasaannya tindakan bila menunjukan perilaku 3) Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah,
Dapat mengidentifikasi merusak menurunkan kerja sama dan mungkin
penyebab atau faktor 1. Hindari konfrantasi memperlambat penyembuhan
yang mempengaruhi 3) Orientasikan klien terhadap prosedur rutin 4) Orientasi dapat menurunkan kecemasan.
nya. dan aktifitas yang diharapkan. 5) Dapat menghilangkan ketegangan terhadap
Menyatakan ansietas 4) Beri kesempatan kepada klien untuk kehawatiran yang tidak diekspresikan
berkurang /hilang. mengungkapkan ansietasnya. 6) Memberi waktu untuk mengekspresikan
5) Berikan privasi untuk klien dan orang perasaan, menghilangkan cemas dan perilaku
terdekat. adaptasi.
6) Kolaborasi : berikan anti cemas / hipnotik 7) Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
sesuai indikasi contohnya diazepam kecemasan
Resiko tinggi Tujuan : 1) Auskultasi TD. Bandingkan kedua lengan, 1) Hipotensi dapat terjadi s/d disfungsi
terhadap penurunan Penurunan curah jantung ukur dalam keadaan berbaring, duduk, ventrikel, hipertensi juga fenomena umum
32
33
curah jantung b/d tidak terjadi. atau berdiri bila memungkinkan. b/d nyeri cemas pengeluaran katekolamin
perubahan Kriteria : 2) Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi. 2) Penurunan curah jantung mengakibatkan
frekuensi, irama Stabilitas hemodinamik 3) Catat terjadinya S3/S4. menurunnya kekuatan nadi.
dan konduksi baik (tekanan darah dbn., 4) Catat Murmur 3) S3 b/d gjk atau gagal mitral yang disertai
elektrikel. curah jantung drn.intake 5) Pantau frekuensi jantung dan irama infark berat.
dan output sesuai, tidak 6) Berikan makanan kecil / mudah dikunyah, S4 b/d iskemia, kekakuan ventrikel atau
menunjukan tanda – batasi asupan kafein. hypertensi pulmonal.
tanda disritmia) 7) Kolaborasi 4) Menunjukan gangguan aliran darah dalam
a) Berikan O² tambahan sesuai indikasi jantung,(kelainan katup, kerusakan septum,
b) Pertahankan cara masuk heparin (IV) atau vibrasi otot papilar
sesuai indikasi 5) Perubahan frekuensi dan irama jantung
c) Pantau data laboratorium enzim menunjukan komplikasi disritmia.
jantung, GDA. Dan elektrolit. 6) Makanan besar dapat meningkatkan kerja
Berikan obat antidisritmia s/d indikasi. miokard.
7) Kafein dapat merangsang langsung ke
jantung sehingga meningkatkan frekuensi
jantung.
a) Meningkatkan kebutuhan miokard
Resiko tinggi Tujuan : 1) Auskultasi bunyi nafas ( krekels ) 1) Indikasi edema paru, sekunder akibat
terhadap kelebihan Kelebihan volume cairan 2) Kaji adanya edema dekompensasi jantung.
volume cairan b/d tidak terjadi 3) Ukur intake dan output 2) Curiga gagal kongestif/kelebihan volume
penurunan ferfusi Kriteria : 4) Timbang berat BB cairan
33
34
organ TD. Dalam batas 5) Pertahankan pemasukan total cairan 3) Penurunan curah jantung, mengakibatkan
normal. 2000ml/24 jam dalam toleransi gangguan ferfusi ginjal, retensi natrium/air,
Tidak ada edema, tidak kardiovaskuler. sdan penurunan haluaran urine.
ada distensi vena, paru 6) Kolaborasi 4) Perubahan tiba-tiba dari berat badan
bersih berat badan stabil. Berikan diet natrium rendah menunjukan gangguan keseimbangan cairan
a) Berikan diuretik, contoh : Lasix atau 5) Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang
hidralazin, sprinolakton,hidronolakton dewasa, tepai memerlukan pembatasan
b) Pantau Kalium sesuai dengan indikasi dengan adanya dekompensasi jantung
6) Kolaborasi
a) Natrium meningkatkan retensi cairan dan
harus dibatasai.
Memperbaiki kelebihan cairan.
b) Hipokalemia dapat membatasi keefeftifan
terapi.
34
35
35
36
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
36
37
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit keluarga, yaitu tekanan darah tinggi.
GENOGRAM KELUARGA
Keterangan:
: Sudah meninggal
: Laki-laki
44
99
: Perempuan
44 : Pasien
99
: Tinggal serumah
37
38
Bentuk dada simetris, pasien tidak mempunyai kebiasaan merokok dan tipe pernafasan
menggunakan dada dan perut, irama pernafasan teratur dan suara nafas vesekuler.
Keluhan Lainya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
5) Cardiovaskuler (Bleeding)
Terdapat nyeri dada, irama jantung reguler, ictus cordis teraba kuat pada ICS V
Midclavicula, dunyi jantung S1 dan S2 Tunggal, CRT <3 detik, tidak terdapat
sianosis, tida terdapat clubbing finger, dan tidak ada pembesaran JVP.
P = Nyeri timbul saat beraktivitas berat
Q = Nyeri seperti diremas ± remas
R = Nyeri dada sebelah kiri menjalar ke punggung
S = Skala nyeri 5
T = Nyeri selama 30 menit
Lain-lain : Pada hasil EKG terdapat ST Elevasi
Keluhan Lainya : nyeri dada
Masalah Keperawatan : Nyeri Akut dan Resiko Penurunan Curah Jantung
6) Persyarafan (Brain)
Nilai GCS (Glasgow Coma Scale) saat perawat masuk kamar pasien langsung
merespon dengan membuka mata secara spontan dengan nilai 4, pasien dapat
berorientasi dengan baik ketika ditanya pasien mampu menjawab sesuai dengan apa
yang ditanya oleh perawat dengan nilai 5, dan pasien mampu mematuhi perintah
dengan nilai 6. Kesadaran compos metis, pupil isokor, refleks cahaya pada mata kanan
kiri positif. Pada saraf kranial tidak terdapat gangguan. Pasien tidak stabil saat berjalan
Hasil uji koordinasi ekstremitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung positif.
Ekstremitas bawah tumit ke jempol kaki, uji kestabilan positif; pasiendapat
menyeimbangkan tubuhnya, refleks bisep dan trisep kanan dan kiri postif dengan
skala 5, refleks brakioradialis kanan dan kiri positif dengan skala 5, refleks
patela kanan dan kiri positif dengan skala 5, refleks akhiles kanan dan kiri positif
dengan skala 5, refleks babinski kanan dan kiri positif dengan skala 5.
Keluhan Lainya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
7) Eliminasi urine (Bladder)
Produksi urin 1500 ml dalam 1 hari, warna kuning jernih dengan bau khas amoniak.
Keluhan Lainya : Tidak Ada
38
39
39
40
Keluhan Tabel.
Lainya 3.1 Pola: Tidak
makanAda
sehari-hari
40
41
seorang ibu dan seorang istri, pasien adalah seorang perempuan, pasien tidak malu dan
minder dengan penyakitnya sekarang.
6) Aktivitas sehari-hari
Sebelum sakit pasien bekerja dan mengurus rumah tangganya.
7) Koping-Toleransi terhadap stress
Pasien mengatakan jika ada mendapat masalah pasien menceritakannya kepada
adiknya, terkadang juga menceritakan dengan suaminya.
8) Nilai-Pola Keyakinan
Pasien mengatakan dirinya beragama Kristen Protestan, tindakan medis dan
keperawatan yang dilakukan tidak berrtentangan dengan keyakinannya.
41
42
3.1.5 Sosial-Spiritual
Pasien sangat lancar berbicara dan tidak terbata-bata, saat ditanya pasien mampu
menjawab sesuai apa yang ditanyakan oleh perawat. Bahasa yang sering digunakan
oleh pasien adalah bahasa dayak ketika sedang berbicara dengan keluarga. Keluarga
terlihat begitu dekat dan peduli dengan pasien. Pasien dapat berinteraksi dengan baik,
terutama dengan keluarga dan perawat ruangan. Bagi pasien orang yang dekat dan
berarti adalah suami dan anak-anak pasien. Kebiasaan menggunakan waktu luang
pasien beristirahat atau berkumpul bersama anak dan suaminya. Pasien juga selalu
beribadah dan pergi kegereja di hari minggu.
3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)
Pemeriksaan Laboratrium 26 oktober 2020
Hasil Klinik Kimia
Parameter Hasil Normal
Glukosa s 116 <200 mg/Dl
Creatini 0, 82 0,17-1,5 mg/dL
WBC 10,89 4,00-10,00 x 10 ^3/uL
RBC 4,36 3,50-5.50 x 10^6/uL
HGB 13,1 11,0-16,0 g/dL
PLT 446 150-400 x 10^3/uL
42
43
Armia Silviani
43
44
44
45
45
46
46
47
tinggi Penurunan curah jantung lengan, ukur dalam keadaan berbaring, hipertensi juga fenomena umum b/d nyeri
terhadap tidak terjadi. duduk, atau berdiri bila cemas pengeluaran katekolamin
penurunan Kriteria : memungkinkan. 2. Penurunan curah jantung mengakibatkan
curah Stabilitas hemodinamik baik 2. Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi. menurunnya kekuatan nadi.
jantung b/d (tekanan darah dbn., curah 3. Catat terjadinya S3/S4. 3. S3 b/d gjk atau gagal mitral yang disertai infark
perubahan jantung drn.intake dan 4. Catat Murmur berat.
frekuensi, output sesuai, tidak 5. Pantau frekuensi jantung dan irama 4. S4 b/d iskemia, kekakuan ventrikel atau
irama dan menunjukan tanda – tanda 6. Berikan makanan kecil / mudah hypertensi pulmonal.
konduksi disritmia) dikunyah, batasi asupan kafein. 5. Menunjukan gangguan aliran darah dalam
elektrikel 7. Kolaborasi jantung,(kelainan katup, kerusakan septum, atau
1) Berikan O² tambahan sesuai vibrasi otot papilar. Perubahan frekuensi dan
indikasi irama jantung menunjukan komplikasi
2) Pertahankan cara masuk heparin disritmia.
(IV) sesuai indikasi 6. Makanan besar dapat meningkatkan kerja
3) Pantau data laboratorium enzim miokard. Kafein dapat merangsang langsung ke
jantung, GDA. Dan elektrolit. jantung sehingga meningkatkan frekuensi
4) Berikan obat antidisritmia s/d jantung.
indikasi. 1) Meningkatkan kebutuhan miokard
2) Jalur yang paten pentying untuk pemberian obat
darurat.
3) Enzim memantau perluasan infark, elektrolit
berpengaruh terhadap irama jantung.
47
48
3.4 Implementasi
Pasien : Ny. S
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan
Jam Nama Perawat
16 November 1. Mengkaji nyeri, lokasi, intensitas, lamanya S : klien mengatakan nyeri sudah berkurang
2020 / 16.00 WIB dan penyebaran. O : pasien tampak tenang
2. Menganjurkan kepada klien untuk
Diagnosa I - TTV
melaporkan nyeri dengan segera
3. Memberikan lingkungan yang tenang, TD : 150/90 mmHg
aktivitas perlahan dan tindakan nyaman, RR : 20x/menit
dekati pasien, berikan sentuhan.
N : 100x/menit Armia Silviani
4. Mengajarkan tehnik relaksasi.
5. Memberikan oksigen tambahan dengan S : 36,7˚C
kanula nasal atau masker sesuai dengan - Skala nyeri 4 (sedang)
indikasi
- Klien diberikan injeksi ketorolac 3x40mg
6. Kolaborasi pemberian terapi farmakologi
- Inj. OMZ dan inj. OMZ 1x1
- Oksigen dengan nasal kanul - Terpasang oksigen nasal kanul 3Lpm
A : masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi.
Diagnosa II 1. Melakukan Auskultasi TD. Bandingkan S: -
kedua lengan, ukur dalam keadaan O: Pasien tampak tenang.
berbaring, duduk, atau berdiri bila - TTV
memungkinkan. TD : 150/90 mmHg
2. mengevaluasi kualitas dan kesamaan nadi.
RR : 20x/menit
3. Mengkaji terjadinya S3/S4.
48
49
49