Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “F”

UMUR 20 TAHUN DENGAN EDUKASI TENTANG MENYUSUI


DI PMB SHANTY ANUGRAH

Laporan Kasus Individu Stase 6 Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

Disusun oleh:

VINI ANDINA
220703051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM


PROFESI INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI AL INSYIRAH
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Kasus Individu Stase 6 Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas dengan judul
“ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. F UMUR 20 TAHUN DENGAN
EDUKASI TENTANG MENYUSUI DI PMB SHANTY ANUGRAH”. Laporan
ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak, maka penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bdn. Fajar Sari Tanberika, SST., M.Kes selaku Ketua Prodi S1 Profesi
Kebidanan STIKes Al Insyirah Pekanbaru.
2. Bdn. Meirita Herawati, M.Tr.Keb selaku Pembimbing Klinik S1 Profesi
Kebidanan STIKes Al Insyirah Pekanbaru.
3. Winda Lusiana, S.Tr. Keb selaku Pembimbing Lapangan S1 Profesi
Kebidanan STIKes Al Insyirah Pekanbaru.
4. KomariaSusanti, S.ST,M.Kesselaku Pembimbing Akademik S1 Profesi
Kebidanan STIKes Al Insyirah Pekanbaru
5. Teman sejawat Profesi Kebidanan STIKes Al Insyirah Pekanbaru.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Kasus ini
baik secara langsung maupun tidak langsung.

Didalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari adanya kekurangan


baik dari segi isi, penyusunan kalimat dan tata bahasa. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik.

Tanjung Balai Karimun, April 2023

Vini Andina

i
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “F”


UMUR 20 TAHUN DENGAN EDUKASI TENTANG MENYUSUI DI PMB
SHANTY ANUGRAH

Laporan Kasus Individu Stase 6 Asuhan Kebidanan


Pada Masa Nifas
Telah Disetujui dan Disahkan

Disusun oleh:

VINI ANDINA
220703051

Disetujui Oleh
Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik

(Winda Lusiana, S.Tr. Keb) (KomariaSusanti, SST., M.Kes )

Ketua Prodi Profesi Bidan

(Bdn. Fajar Sari Tanberika, SST., M.Kes)

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas disebut juga masa postpartum adalah masa atau waktu
sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar dari rahim sampai 6 minggu
berikutnya, serta pulihnya kembali organ-organ kandungan (Walyani, 2017).

ASI (Air susu ibu) adalah makanan alamiah seperti cairan dengan
memiliki kandungan gizi yang cukup dan seimbang untuk kebutuhan bayi
sehingga bayi dapat tumbuh kembang dengan baik dan sehat. ASI sangat
penting untuk bayi karna zat-zat yang terkandung didalam ASI dapat
melindunginya dari berbagai infeksi gastroinestenal, penyakit kronis dan
meningkatkan perkembangan otak bayi. Selain itu ASI juga bermanfaat bagi
ibu untuk menambah kembali kesuburan pasca melahirkan sehingga dapat
dijadikan KB alami, berikutnya karena kembalinya menstruasi untuk ibu
menjadi tertunda hingga bisa mencegah terjadinya perdarahan, kanker
payudara, serta kanker ovarium dan membuat ibu akan lebih langsing
(Susanto, 2018).

Seringkali terjadinya kegagalan dalam menyusui disebabkan oleh


perilaku ibu itu sendiri dimana ibu kurang memahami tehnik dan cara
menyusui yang benar, seperti memposisikan dan meletakkan bayi sehingga
menjadi masalah dalam menyusui. Adapun masalah dalam menyusui adalah
puting susu lecet, payudara bengkak dan abses payudara atau bisa disebut juga
dengan mastitis (Tendean, 2019).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Ekslusif


yaitu kurangnya informasi, kepercayaan yang salah, faktor psikologi dan
manajemen menyusui atau tehnik menyusui yang salah. Apabila bayi jarang
disusui maka akan berakibat kurang baik jika tidak ditindaklanjuti akan

1
berdampak pada pertumbuhan bayi dimana bayi akan tidak optimal dalam
mendapatkan nutrisi, sehingga pertumbuhan terhambat (Yanti, 2020).

Salah satu langkah awal untuk mengatasi masalah pada ibu menyusui
yaitu dengan mengubah perilaku ibu selama pemberian ASI pada bayinya
dengan cara memberikan informasi pengetahuan atau edukasi yang benar
tentang menyusui.

Setelah dilakukan studi pendahuluan di PMB Shanty Anugrah Tanjung


Balai Karimun, terdapat ibu menyusui yang belum mengetahui pengertian dan
manfaat dari ASI dan pada saat ibu menyusui bayinya didapati ibu menyusui
bayinya dengan tehnik yang belum sesuai, dimana ibu tidak memperhatikan
kenyamanan ibu saat menyusui, ibu tidak memperhatikan posisi menyusui
yang benar, tidak memberi rangsangan membuka mulut terlebih dahulu,
sehingga timbul masalah pada payudara yaitu puting susunya menjadi lecet.

Oleh sebab itu pentinya pemberian informasi dan pengetahuan


mengenai tehnik menyusui yang benar dengan edukasi tentang menyusui pada
ibu nifas sehingga terjadi perubahan perilaku yang didasari dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang posistif.

Berdasarkan dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk


menindaklanjuti dan mengambil judul “Asuhan Kebidanan Masa Nifas pada
Ny. F P1A0 usia 20 tahun dengan Edukasi Tentang Mneyusui di PMB Shanty
Anugrah Tanjung Balai Karimun”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat di ambil


perumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah penatalaksanaan Asuhan
Kebidanan pada Ibu Nifas Ny. F P1A0 umur 20 tahun dengan Edukasi tentang
Menyusu di PMB Shanty Anugrah Tanjung Balai Karimun”.

2
C. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus
Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas
dengan edukasi tentang menyusu dengan menggunakan manajemen
kebidanan.

Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengetian manfaat pemberian ASI pada bayi.
2. Mengetahui bagaimana cara dan tehnik menyusui yang benar dan nyaman
bagi ibu nifas
3. Mampu melakukan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada kasus ibu
nifas
4. Mampu melakukan Tindakan perencanaan pencegahan agar tidak terjadi
posisi yang salah dalam menyusui bayi pada ibu nifas.
5. Mampu menganalisa adanya kesenjangan antara teori dan praktek di
lahan.

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
a. Untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan penulis dalam
melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan edukasi tentang
menyusui.
b. Untuk meningkatkan keterampilan dan pengalaman secara langsung
dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan edukasi
tentang menyusui.
2. Bagi Profesi
Meningkatkan wawasan bagi profesi atau tenaga Kesehatan lainnya dalam
menangani kasus ibu nifas dengan edukasi tentang menyusui sesuai
dengan standar asuhan kebidanan menurut manajemen Varney.

3
3. Bagi Institusi
a. BPM untuk meningkatkan mutu dan pelayanan kualitas kebidanan
dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifasdengan edukasi
tentang menyusui.
b. Pendidikan untuk menambah bahan bacaan atau referensi dalam
penatalaksanaan kasus nifas pada edukasi tentang menyusui.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Teori Medis

1. Masa Nifas
a. Pengertian Nifas
Masa nifas berasal dari bahasa latin, yaitu puer artinya bayi dan
parous artinya melahirkan atau masa sesudah melahirkan. Asuhan
kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaa asuhan yang diberikan pada
pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya
tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan
sebelum hamil (Walyani, 2017).
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
placenta serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ-
organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6
minggu (Walyani, 2017).
b. Klasifikasi Masa Nifas
Menurut Susanto, (2018), masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, (Post
Partum atau Puerperium) adalah :
1) Puerperium dini (Immediete puerperium) masa kepulihan, yakni
saat ibu dibolehkan berdiri dan berjalan-jalan waktu 0 – 24 jam
postpartum, dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
2) Puerperium Intermedial (Early Puerperium ) masa kepulihan
menyeluruh daro organ-organ genital, kira-kira antara 6-8 minggu.
3) Remote Puerperium (Later Puerperium) waktu yang diperlukan
untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil
atau persalinan mempunyai komplikasi, waktu untuk sehat bisa
berminggu-minggu, bulan bahkan sampai bertahun.

5
c. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Perubahan fisiologis pada masa nifas (Walyani, 2015).
1. Sistem Kardiovaskular
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah
melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang
mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan
haemokosentrasi sampai volume darah kembali normal, dan
pembuluh darah kembali ke ukuran semula.
2. Sistem Reproduksi
1) Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil atau involusi uteri


sehingga akhirnya kembali seperti semula sebelum hamil. Perubahan
uterus yang normal selama postpartum adalah :

- Saat bayi lahir fundusnuteri setingginpusat dengan berat uterus


1.000 gram.
- Akhir kala III persalinan fundus uteri tersbs 2 jari dibawah pusat
dengan berat uterus 750 gram.
- Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba di
pertengahan pusat dengan simpisis, dengan berat uterus 500
gram.
- Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri bertambah kecil
tidak teraba diatas simpisis dengan berat uterus 350 gram.
- Enam minggu postpartum fundus uteri semakin mengecil dengan
beratnya 50 gram.

2) Bekas Implantasi

Bagian implantasi plasenta merupakan sesuatu luka yang kasar dsn


menonjol ke dalam kavum uteri, segera setelah persalinan. Penonjolan
tersebut, dengan diameter 7,5 cm, sering di sangka sebagai suatu

6
bagian plasenta yang tertinggal. Sesudah 2 minggu diameternya
menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah mencapai 2,4 mm.

3) Luka-luka Perineum

Terjadi robekan perineum pada hampir semua persalinan pertama dan


tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum
umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala
janin lahir terlalu cepat.

4) After Pains

After pains adalah rasa sakit yang mencengkeram (kram) pada


abdomen bagian bawah yang sering dijumpai pada hari ke – 7 hingga
ke – 10 postnatal.

5) Lochea

Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Adapun macam-macam lochea antara lain :

a) Lochea Rubra
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban. Sel-sel desidua,
vernix caseosa atas palit atau semacam noda dan sel epite yang
menyelimuti, lanugo dan mekonium atas getah kelenjar usus dan air
ketuban, berwarna hijau kehitaman, selama 2 hari pasca persalinan.
b) Lochea Sanguinilenta
Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi pada
hari ke 3-7 pasca persalinan.
c) Lochea Serosa
Berwarna kuning dan cairan ini sudah tidak berdarah lagi pada hari
ke 7-14 pasca persalinan.
d) Lochea Alba
Lochea alba adalah cairan putih yang terjadi pada hari setelah 2
minggu pasca persalinan.

7
e) Lochea Purulenta
Lochea purulenta ini terjadi karena ada infeksi, keluar cairan seperti
nanah berbau busuk.
f) Lochiotosis
Lochiotosis adalaha lochea yang tidsk lsncsr keluarnya.

6) Servik

Segera setelah melahirkan serviks menjadi lembek, kendur, terkulai


dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan corpus uteri
berkontraksoi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga
perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna
serviks merah kehitam-hitaman karena penuh dengan pembuluh darah.
Segera setelah bayi lahir, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan 2-
3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk. Namun
demikian ketika selesai involusi, ostium eksternum tidak sama seperti
sebelum hamil.

7) Ligamen – ligamen

Ligamen facia dan diafragma pelvis serta facia yang meregang


sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir berangsur-angsur
mengecil kembali seperti semula. Tidak jarang ligamentum rotomdum
menjadi kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang.

8) Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat


besar selama proses melahirekan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut kedua organ ini tetap pada keadaan kendur.
Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali pada keadaan sebelum
hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul
kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.

8
9) Payudara

Pada semua wanita yang telah melahirkan prose laktasi terjadi secara
alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu
produksi susu dan sekresi susu. Selama sembilan bulan kehamilan,
jaringan payudara tumbuh menyiapkan fungsinya untuk menyediakan
makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang
dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambat kelenjar pituitary
akan mengeluaarkan prolaktin atau hormon laktogenik. Ketika bayi
menghisap puting susu, reflek saraf merangsang lobus posterior
pituitary untuk menyekresi hormon oksitosin. Hormon oksitosin
merangsang reflel let down atau mengalirkan, sehingga menyebabkan
ejeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara ke duktus yang terdapat
pada puting susu. Ketika ASI dialirka karna isapan bayi atau dengan
dipompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak
lagi.

d. Perubahan Psikologis pada Masa Nifas

Periode postpartum menyebabkan stress emosional terhadap ibu


baru, bahkan menyulitkan jika terjadi perubahan fisik yang hebat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa
menjadi orang tua pada masa postpartu, yaitu :

1. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman


2. Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan serta aspirasi
3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain.
4. Pengaruh budaya.
Dalam menjalani psikososial menurut Rubin setelah melahirkan,
ibu akan melalui fase-fase sebagai berikut :
1. Masa Taking In (Fokus pada diri sendiri)
Masa ini terjadi 1 – 3 hari setelah persalinan ibu yang baru
melahirkan akan bersikap pasif dan sangat tergantung pada

9
dirinya, segala energinya difokuskan pada kekhawatiran tentang
badannya, dia akan bercerita tentang persalinannya berulang-
ulang.
2. Masa Taking On ( Fokus pada bayi)
Masa ini terjadi di hari ke 3 – 10 pasca persalinan, ibu menjadi
khawatir tentang kemampuannya merawat bayinya sendiri dan
menerima tanggung jawabnya sebagai ibu dalam merawat bayi
semakin besar. Perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah
tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati.
3. Masa Letting Go ( Mengambil alih tugas sebagai ibu tanpa
bantuan Nakes)
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu
mengambil langsung tanggung jawab dalam merawat bayinya, dia
harus menyesuaikan diri dengan tuntunan
e. Perubahan Tanda-tanda Vital
Perubahan tanda-tanda vital terdiri dari beberapa, yaitu :
 Suhu badan
Satu hari atau 24 jam postpartum suhu badan akan naik sedikit 37°C
- 38°C sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan
cairan atau dehidrasi, dan kelelahan karna adanya bendunga
vaskuler dan limfatik. Biasanya pada hari ke 3 postpartum suhu
badan naik lagi karna adanya pembentukan ASI, payudara menjadi
bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI.
 Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa antara 60 – 80 kali per
menit atau 50 – 70 kali per menit. Setelah melahirkan biasanya
denyut nadi akan lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali
per menit, harus waspada kemungkinan adanya infeksi dan
perdarahan postpartum.

10
 Tekanan darah
Tekanan darah meningkat pada persalinan 15 mmHg pada systole
dan 10 mmHg pada diastole. Biasanya pada bersalin tidak berubah
atau normal,, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu
melahirkan, karena adanya perdarahan.
 Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga akan
mengikutinya, kecuali jika ada gangguan khusus pada saluran napas
contohnya asma. Bila pernapasan masa postpartum menjadi labih
cepat kemungkinan ada tanda-tnda syok.
f. Kebutuhan Ibu Selama Masa Nifas
1. Mobilisasi
Ibu yang selesai bersalin harus istirahat, tidur telentang selama 6
jam poasca persalinan. Kemudian boleh miring ke kanan dan ke kiri
untuk mencegah terjadinya thrombosis dan thromboemboli.
2. Diet
Makanan yang harus diberikan adalah makanan yang mengandung
protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Hal ini
dilakukan untuk mencegah anemia pada ibi nifas dan membantu
produksi ASI agar lebih banyak.
3. BAK
Kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Terkadang ibu post
partum mengalami sulit untuk kencing karena kandung kemih
ditekan oleh kepala janin pada kehamilan trimester ketiga dan saat
proses persalinan.
4. BAB
Defekasi harus sudah dilakukan 2-3 hari pasca persalinan. Jika
terjadi konstipasi dapat diberikan obat pencahar peroral atau
perektal. Minum air hangat, makan makanan yang mengandung

11
serat seperti sayur sayuran dan buah-buahan serta olahraga yang
sesuai kemampuan ibu yang dapat membantu kelancaran BAB.

2. Tinjauan Tentang Menyusui


a Konsep Menyusui
Menyusui merupakan suatu proses ilmiah, namun sering ibu-
ibu tidak berhasil atau menghentikan menyusui lebih dini dari
semestinya. Ibu menyusui adalah ibu yang memberikan air susunya
kepada bayainya. ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh
kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui. ASI di produksi
melalui kelenjar-kelenjar susu tersebut, kemudian ASI masuk kedalam
saluran penampungan ASI dekat puting melalui saluran-saluran air
susu atau duktus. Kemudian akan disimpan sementara dalam
penampungan sampai tiba saatnya bayi menghisap melalui puting susu
(Tendean, 2015).
Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mammae
melalui duktus ke sinus lactiferous. Hisapan merangsang produksi
oksitosin oleh kelenjar hypofisis posterior. Oksitosin memasuki darah
dan menyebabkan kontraksi sel-sel khusus ini mendorong ASI keluar
dari alveoli melalui duktus lactiferous menuju sinus lactiferous, tempat
ASI akan disimpan.
b Tehnik menyusui
Thnik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu
menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi
produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Tehnik menyusui
yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar.
1) Persiapan menyusui
Persiapan pemberian ASI dilakukan bersamaan dengan
kehamilan. Pada kehamilan, payudara semakin padat karena
retensi air, lemak, serta berkembangnya kelenjar-kelenjaar

12
payudara yang dirasakan tegang dan sakit. Bersamaan dengan
membesarnya kehamilan perkembangan dan persiapan untuk
memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar, puting
susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan areola
semakin menghitam (Susanto, 2018).
Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dengan cara :
 Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga
epitel yang lepas tidak menumpuk.
 Puting susu ditarik-tarik keluar setiap mandi, sehingga
menonjol untuk memudahkan bayi saat menghisap nanti.
 Bila putting susu belum menonjol dapat menggunakan pompa
susu atau dengan jalan operasi.

Tidak ada perawatan khusus untuk puting atau payudara


sebelum menyusui. Putting sudah dirancang untuk menyusui.
Dalam banyak kasus, mereka akan menjalankan fungsinya dengan
sukses tanpa persiapan.

Seorang ibu mungkin akan mengalami kesulitan ketika


belajar menyusui bayinya pertama kali. Anda bisa membantunya
untuk menunjukkan posisi yang benar saat menyusui. Posisi yang
baik danbenar akan membantu bayi minum dengan optimal dan
mencegah putting mejadi lecet.

2) Tehnik dasar menyusui


Adapun tehnik dasar pemberian ASI sebagai berikut :
 Sebelum menyusui keluakan ASI sedikit, oleskan pada putting
dan areola disekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga
kelembapan puting susu.
 Letakkan bayi menghadap payudara ibu. Pegang belakang bahu
bayi dengan satu lengan. Kepala bayi terletak dilekung siku ibu.
Tahan bokong bayi dengan telapak tangan ibu. Usahakan perut

13
bayi menempel pada badan ibu, dengan kepala bayi
menghadap payudara.
 Untuk memasukkan payudara ibu kemulut bayi, pegang
payudara dengan ibu jari atas, dan jari yang lainnya menopang
payudara ibu bagian bawah. Jangan menekan puting susu atau
areollanya saja.
 Beri bayi rangsangan membuka mulut. Dengan cara menyentuh
pipi atau sisi mulut bayi dengan putting susu. Setelah bayi
membuka mulut, segera mendekatkan puting kemulut bayi.
Jangan menjejalkan puting kemulut bayi. Biarkan bayi
mengambil inisiatifnya sendiri.
 Pastikan bayi tidak hanya menghisap puting susu saja, tetapi
seluruh areola masuk kedalam mulut bayi, jika bayi hanya
menghisap bagian puting saja kelenjar-kelenjar susu tidak akan
mengalami tekanan sehingga ASI tidak keluar maksimal. Selain
itu, jika bagian puting saja yang dihisap bisa menyebabkan
puting susu menjadi lecet.
 Gunakan jari untuk menekan payudara dan menjauhkan hidung
bayi agar pernapasannya tidak terganggu.
 Jika bayi berhenti menyusu, tetapi masih tertahan dipayudar,
jangan menariknya dengan kuat karna dapat menimbulkan luka.
Pertama, tama hentikan hisapan dengan menekan payudara atau
meletakkan jari kelingking di mulut bayi, lalu tekan dagu bayi
kebawah.
 Selama menyusui tataplah bayi degan penuh kasih sayang.
 Jangan khawatir jika bayi belum terampil menghisap dengan
baik maupun bayi masih belajar. Dibutuhkan ketenangan,
kesabaran, dan latihan agar proses menyusui menjadi lancar
3) Posisi dan Perlekatan Menyusui
Menurut Marliandiani (2015), mengatakan bahwa satu hal yang
penting diingat, sebaiknya ibu mencuci tangan terlebih dahulu

14
hingga bersih sebelum menyusui bayinya. Berikut ini beberapa
cara menyusui :
Posisi sambil duduk
 Ambil posisi duduk yang nyaman. Pangku bayi dengan
menempelkan perutnya pada perut ibu. Lalu, sanggah
kepalanya tepat pada siku lengan atas. Sementara, bagian
lengan dan telapak tangan ibu menahan punggung dan
bokonya.
 Agar lebih merangsang antusias bayi untuk menyusu, pijat
bagian sekitar areola ibu hingga sedikit mengeluarkan ASI.
Oleskan ASI yang keluar itu pada puting susu ibu hingga jadi
agak sedikit basah. Biasanya, bayi akan langsung menghisap
ketika mulut menyentuh tetesan ASI disekitar putting susu.
 Tempelkan mulut bayi pada puting susu.
 Saat bayi mulai menghisap tataplah matanya dan sentuhlah ia
sambil mengajaknya bicara. Hal ini merangsang panca indra
dan organ-organ tubuhnya.
 Biarkan bayi ibu menghisap sepuas-puasnya. Jangan berganti
dulu, sampai payudara yang dihisapnya benar-benar kosong.

Posisi sambil berbaring

Menyusui dengan posisi berbaring, pada dasarnya hampir sama


dengan posisi duduk. Pada ibu yang melahirkan dengan metode
caesar, akan lebih nyaman bila mengambil posisi menyusui
berbaring miring saat pertama kali menyusui. Untuk aktivitas
menyusui dirumahpun posisi berbaring dapat dijadikan
alternatif bagi ibu. Adapun cara posisi menyusui sambil
berbaring yaitu :
 Ibu berbaring miring menghadap bayi yang posisi tidurnya juga
dimiringkan menghadap ibu. Lekatkan tubuhnya pada tubuh
ibu. Kemudian tahan bagian punggung dan bokongnya dengan

15
tangan ibu. Ketika bayi mulai menghisap, lakukan komunikasi
dan sentuhan-sentuhan lembut padanya.
 Seiring bertambah usia bayi dan perkembangan gerakan-
gerakan tubuhnya, biasanya bayi akan mengeksplorasi variasi-
variasi menyusui yang dirasakan nyaman bagi dirinya.

Posisi sambil berdiri

Penjelasaan posisi menyusui sambil duduk dapat diterapkan


untuk posisi berdiri. Namu, bagi para pemula menyusui dengan
posisi berdiri harus dilakukan ekstra hati-hati. Jika tidak akan
membahayakan bayinya. Misalnya, bayi lepas dari pangkuan,
menyusui sambil berdiri juga mensyaratkan energi ibu yang cukup
besar untuk menggendongnya cukup lama.

Perlekatan menyusui atau latch on adalah menempelnya


mulut bayi di payudara ibu. Untuk itu diperlukan posisi yang
memperhatikan letak tubuh bayi secara keseluruhan terhadap tubuh
ibu. Hal ini akan sangat membantu bayi menelan ASI dengan
mudah dan jumlah yang cukup dan akhirnya produksi ASI pun
semakin bertambah banyak. Oleh karena itu perlekatan menyusu
ini dapat dikatakan jantungnya proses menyusui.

4) Langkah-langkah Menyusui yang Benar

Sebelum menyusui ASI dikeluarkan terlebih dahulu sedikit


kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitar payudara.
Adapun langkah-langkah menyusui yang benar sebagai berikut :

 Ibu duduk dan baring dengan santai, bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak menggantung
dan punggu ibu bersandar pada sandaran kursi.
 Bayi dipegang pada belakang bahunya, dengan satu lengan. Kepala
bayi terletak pada lengkung siku ibu.

16
 Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu. Dan yang satu
didepan ibu.
 Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap
payudara ibu (kepala bayi tidak hanya membelokkan kepala saja).
 Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
 Ibu menatap baayi dengan penuh kasih sayang dan mengajak bicara.
 Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari lainnya menopang
payudara bagian bawah, jangan menekan puting susu atau kalang
paayudara saja.
 Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut dengan cara
menyentuh pipi dan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.
 Setelah bayi membuka mulut dengan cepat kepala bayi didekatkan
ke payudara ibu dan puting susu serta kalang payudara dimasukkan
kemulut bayi
 Usahakan sebagian besar kalang payudara masuk didalam mulut
bayi. Ssehingga putting susu berada dibawah langit-langit dan lidah
bayi. Dan akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI
yang terletak dibawah kalang payudara.
 Setelah bayi sudah mulai menghisap payudara tak perlu dipegang
lagi atau disangga.
5) Lama dan Frekuensi Menyusui
Bayi mempunyai jadwal menyusu yang harus diketahui
oleh ibu, biasanya jika bayi merasa lapar ia akan menangis minta
disusui. Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak perlu memberi
jadwal akan tetapi ibu menyusui bayinya kapanpun bayi
membutuhkan ASI, karena bayi akan menentukan sendiri
kebutuhannya.
Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar
5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam
waktu 2 jam. Pada awalnya bayi tidak memiliki pola yang teratur

17
menyusui dan akan mempunyai pola tersendiri setelah 1-2 minggu
kemudian.

B. Teori Asuhan Kebidanan

1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masaah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penmuan ketrampilan dalam rangka atau
tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada
klien (Varney, 2016).
2. Manajemen Kebidanan Tujuh Langkah Varney
a. Langkah Pertama : Pengkajian Data
Adalah langkah pengumpulan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Langkah ini menentukan proses interpretasi data tahap selanjutnya,
sehingga harus komprehensif. Hasil pemeriksaan menggambarkan
kondisi atau masukan klien yang sebenarnya atau yang valid (Varney,
2016).
1) Data Subyektif
Adalah data yang didapatkan dariklien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi data kejadian. Data tersebut tidak dapat
ditentukan oleh perawat secara independen tetapi melalui suatu
interaksi atau komunikasi (Swarjana, 2016).
a) Biodata
Identitas untuk mengetahui status klien secara lengkap sehingga
sesuai dengan sasaran (Swarjana, 2016). Adapun data subyektif
meliputi :
 Nama : Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama
panggilan sehari-hari agar tidak keliru

dalam memberikan penanganan.

18
 Umur : Dicatat dalam tahun untuk mengetahui
adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun,
alat-alat reproduksi belum matang, mental
dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur
lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk
terjadi perdarahan dalam masa nifas.
 Suku bangsa : Berpengaruh paa adat – istiadat atau
kebiasaan sehari-hari.
 Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien
tersebut untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa.
 Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan kebidanan
dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
inteletuanya, sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya.
 Pekerjaan : Untuk mengetahui dan mengukur tingkat
sosial ekonominya, karena ini juga
mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
 Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah
kunjungan rumah bila diperlukan.

b) Alasan masuk
Untuk mengetahui alasan yang membuat pasien datang dan
ingin berobat, pada edukasi tentang menyusui ini ibu ingin
mengetahui cara dan tehnik menyusui yang benar (Swarjana,
2016).
c) Keluhan Utama
Pada keluhan utama adalah untuk mengetahui apa yang
dirasakan pasien tersebut bisa memperberat keadaan pasien
atau tidak, misalnya pada kasus edukasi tentang menyusui ini

19
pasien terlihat khawatir tidak bisa menyusui bayinya dengan
benar sehingga terjadi puting susunya lecet.
d) Riwayat Kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
Data-dat ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada
hubungannya dengan masa nifas dan bayinya.
 Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : jantung, DM,
hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas.
 Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan
pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga
yang menyertainya (Swarjana, 2016).
e) Riwayat Perkawinan
Perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah, syah
atau tidak, karena bila tanpa status yang jelas akan berkaitan
dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses
selama masa nifas Swarjana, 2016).
f) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah ibu sebelum hamil pernah
menggunakan KB tau tidak, jika pernah lamanya berapa tahun,
dan jenis kontrasepsi yang digunakan saat itu (Varney, 2016).
g) Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui tanggal haid normal terakhir, uraian haid
terakhir dan pengalaman haid sebelumnya.
h) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

Menurut Swarjana, (2016) yaitu :

20
 Riwayat kehamilan : Berapa kali ibu hamil, apakah pernah
abortus, jumlah anak,cara persalinan yang lalu, penolong
persalinan, dan keadaan nifas yang lalu.
 Riwayat persalinan : Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui
apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak
yang bisa berpengaruh pada masa nifas.
 Riwayat nifas : Pada masa nifas yang lalu apakah terdapat
kelainan pada payudara yang terjadi kaku payudara atau
tidak, puting susu apakah lecet atau tidak, kemerahan atau
tidak, dan bila ada terjadi pada hari keberapa.
i) Riwayat Kehamilan ini
 Hari pertama haid terakhir serta kapan tafsiran
persalinannya.
 Keluhan-keluhan pada triwulan I, II, dan III.
 Pergerakan anak pertama kali dirasakan pada kehamilan
berapa minggu.
 Dimana ibu biasa memeriksakan kehamilannya.
 Sejak hamil berapa bulan sekali ibu periksa.
 Sudah berapa kali ibu periksa
 Kapan ibu periksa hamil yang terakhir kali.
 Sudah berapa kali ibu imunisasi TT.
j) Kebiasaan Selama Nifas
 Nutrisi dan cairan
Nutrisi, dikaji tentang nafsu makan, jeni makanan yang
dikonsumsi sehari-hari harus bermutu, bergizi tinggi, cukup
kalori dan tinggi protein, porsi makan,dan ada pantangan
atau tidak, bagi ibu nifas dengan edukasi tentang menyusui
500 – 1.800 kalori, minum 3 liter/hari, 2 liter didapat dari air
minum dan 1 liternya didapat dari kuah sayur dan tambahan
minum vitamin A, untuk mempercepat masa pemulihan

21
selama masa nifas dan meningkatkan kualitas dan kuantitas
ASI
 Eliminasi
BAB harus ada dalam 3 hari postpartum
BAK harus dilakukan setiap 6 jam postpartum.
 Pola Istirahat
Istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
Bagi ibu nifas denga edukasi tentang menyusui diperlukan
istirahat, 1 – 2 jam dalam 2 jam/harinya ditempat tidur untuk
mempercepat pemulihan kondisi ibu (Varney, 2016).
 Personal Hygiene
Digunakan untuk mengetahui tingkat kebersihan pasien.
Kebersihan perorangan sangat penting supaya tidak terjadi
infeksi kulit pada ibu nifas dengan edukasi tentang menyusui
diperlukan menjaga kebersihan pada daerah payudaranya
dan mengganti bra 2 kali sehari (Swarjana, 2016).
 Keadaan Psikologis
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap
bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi atau
psikologis selama masa nifas sementara yang menyesuaikan
diri menjadi seorang ibu. Keadaan mental ibu nifas dengan
edukasi tentang menyusui adalah khawatir, cemas, sulit
tidur, merasa bersalah, mudah tersinggung, pikiran negatif
terhadap bayinya.
 Sosial Budaya
Terdiri dari bagaimana dukungan keluarga, status rumah
tinggal, pantangan makanan, kebiasaan adat istiadat yang
dilakukan.
 Penggunaan Obat-obatan atau Rokok
Dikaji apakah ibu perokok dan pemakai obat-obatan selama
hamil atau tidak.

22
2) Data Obyektif

Data obyektif merupakan data yang dapat diobservasi dan dapat di


ukur termasuk informasi yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan diagnostik (Swarjana, 2016).

a) Pemeriksaan Fisik
Keterampilan pengkajian fisik meliputi :
 Keadaan Umum
Ditunjuk untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan
kondisi yang dialaminya. Pada ibu nifas dengan edukasi
tentang menyusui keadaan umum ibu adalah baik.
Kesadaran untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah
composmentis, somnolen atau koma. Pada ibu dengan
edukasi tentang menyusui kesadaran adalah composmentis
 Tekanan Darah (TD)
Untuk mengetahui faktor hipertensi, TD normal 120/80
mmHg.
 Suhu
Suhu badan wanita setelah partus dapat terjadi peningkatan
suhu badan yaitu tidak lebih dari 37,2°C dan pada ibu nifas
dengan edukasi tentang menyusui tidak ada peningkatan
suhu.
 Nadi
Untuk mengetahui denyut nadi pasien yang dihitung dalam 1
menit, nadi berkisar umumnya antara 60- 80 denyutan per
menit. Pada kasus ibu nifas dengan edukasi tentang
menyusui juga tidak terjadi peningkatan suhu masih normal.
 Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan klien yang dihitung
dalam 1 menit. Pada kasus ibu nifas dengan edukasi tentang

23
menyusui yaitu respirasinya terjadi kenaikan sedikit yaitu
22kali/menit. Normalnya 16 – 20 x/menit.
 Tinggi Badan
Untuk mengetahui tinggi badan llie kurang dari 145 cm atau
tidak termasuk resiko tinggi atau tidak.
 Berat Badan
Untuk memonitor kelainan berat badan yaitu penambahan
berat badan rata-rata selama kehamilan 10 kg dan antara
sebelum dan setelah melahirkan kelebihan atau kurang.
b) Pemeriksaan Sistematis
 Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi yang dilaksanakan
secara sistenatik. Inspeksi dilakukan dengan menggunakan
indera penglihatan, pendengaran dan penciuman (Nyrsalem,
2008).
- Kepala
Untuk mengetahui kebersihan rambut, keadaan kulit
kepala, kelebatan rambut, distribusi dan karakteristik
lainnya.
- Muka
Untuk mengetahui keadaan muka, pucat atau tidak, ada
oedema atai tidak dan closma gravidarum atau tidak.
- Mata
Conjungtiva pucat atau tidsk, seklera kuning atau tidak
mata cekung atau tidak.
- Hidung
Kebersihan hidung, ada polip atau tidak.
- Telinga
Bagaimana kebersihan telinga serumen ada atau tidak.
- Mulut, gigi dan gusi

24
Bersih atau kotor, ada stomatitis atau tidak, ada karang
gigi atau tidak ada caries gigi atau tidak dan gusi berdarah
atau tidak.
- Kelenjar thyroid
Untuk mengetahui ada pembesaran atau tidak.
- Payudara
Benjolan pada payudara nyeri tekan ada atau tidak, ada
kelainan bentuk pada payudara atau tidak, bengkak ada
atau tidak, terdapat nyeri tekan atau tidak. Pada kasus ibu
nifas dengan edukasi tentang menyusui belum terjadi
perubahan yang signifikan akan tetapi karna
ketidaktahuan dalam tehnik menyusui yang benar
sehingga puting susu terlihat sedikit lecet.
- Abdomen
Ada bekas luka atau operasi atau tidak, ada striae atau
tidak adan ada linea atau tidak.
- Vulva
Untuk mengetahui apakah ada luka perineum atau tidak,
ada heacting atau pengeluaran pervaginam atau tidak,
lochea sesuai dengan hari nifas atau tidak.
- Anus
Ada haemoroid atau tidak.
- Ekstremitas
Ada terdapat oedema atau tidak, ada varices atau tidak
dan ada reflek patella atau tidak.
- Lochea
Warnanya bagaimana berbau atau tidak.
 Palpasi
Adalah tehnik pemeriksaan menggunakan indera peraba.
Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif. Adapun
beberapa yang perlu dilakukan palpasi adalah :

25
- Leher : Ada pembesaran kelenjar thyroid atau
kelenjar getah bening.
- Payudara : Benjolan pada payudara nyeri tekan ada
atau tidak, ada kelainan bentuk ada atau
tidak, bengkak ada atau tidak, terdapat nyeri
tekan pada payudara. Pada kasus ibu nifas
dengan edukasi tentang menyusui yaitu ASI
sudah keluarnamun puting susu sedikit lecet
- Abdomen : Untuk mengetahui adanya sub involusi,
kontraksi uterus keras
- Genital : Oedema atau tidak, eritema atau tidak dan
mengeluarkan secret atau tidak.
- Ekstremitas : Ada terdapat oedema atau tidak, adakah
varices atau tidak dan reflek ada atau tidak

3) Data Penunjang
Data yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui
dengan pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan
rontgen. Pada ibu nifas dengan edukasi tentang menyusui tidak
dilakukan pemeriksaan laboratorium atau rontgen

b. Langkah Kedua : Interpretasi Data

Interpretasi data (data dari hasil pengkajian) mencakup


diagnosa masalah dan kebutuhan. Data dasar yang sudah dikumpulkan,
diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosa dan masalah
spesifik (Varney, 2016).

Berdasarkan tanda dan gejala serta hasil pemeriksaan yang


telah dilakukan maka dapat ditentukan dengan diagnosa kebidanan.
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup
praktek kebidanan (Varney, 2016).

26
Diagnosa : Ny. X P...., A...., umur ...., nifas hari ke ...., dengan edukasi
tentang menyusui.

Data dasar :

1) Dasar Subyektif
Ibu tidak mengetahui tehnik menyusui yang benar sehingga puting
susu ibu terjadi sedikit lecet.
2) Dasar Obyektif

(1) Keadaan ibu baik

(2) Pemeriksaan vital sign :

 Tekanan darah : Normal


 Nadi : Dengan edukasi tentang menyusui nadi

normal yaitu 80x/menit

 Suhu : Dengan edukasi tentang menyusui suhu


tubuh masih dalam batas normal
 Respirasi : Dengan edukasi tentang menyusui terjadi
kenaikan sedikit namun masih normal.

(c) Pemeriksaan Payudara

 Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembesaran, areola

hiperpigmentasi, puting susu menonjol, sedikit


lecet, tidak ada benjolan dan tidak nyeri.
 Palpasi : Payudara kencang, puting susu sedikit lecet dan
ASI sudah keluar (Varney, 2016).
3) Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan sudut pandang klien dengan keadaan
yang eliputi apakah menimbulkan masalah atau tidak. Masalah bagi
ibu nifas dengan edukasi tentang menyusui adalah ibu merasa

27
khawatir, cemas, sulit tidur, merasa bersalah karna tidak bisa
menyusui bayinya dengan benar, mudah merasa tersinggung dan
pikiran negatif terhadap bayinya.
4) Kebutuhan
Memberikan dukungan dan motivasi, informasi dan support mental
terhadap ibu (Varney, 2016).
c. Langkah ke Tiga : Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial adalah suatu pertanyaan yang timbul
berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasikan.
Langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi bila bersiap-siap diagnosa atau
masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2016).
Diagnosa potensial yang sering terjadi pada ibu nifas dengan
edukasi tentang menyusui adalah terjadi puting susu lecet.
d. Langkah ke Empat : Antisipasi

Antisipasi masalah mencerminkan kesinambungan dari proses


manajemen kebidanan. Beberapa data mungkin mengidentifikasi
situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk
kepentingan keselamatan jiwa bayi. Pada langkah ini dilaksanakan
tindakan antisipasi pada ibu nifas dengan edukasi tentang menyusui
tidak perlu melibatkan seorang dokter, cukup dengan memberikan
pendidikan kesehatan atau pengetahuan agar ibu bisa menyusui
bayinya sesuai tehnik yang benar(Varney, 2016).

e. Langkah ke Lima : Perencanaan Asuhan yang Menyeluruh

Pada langkah ini seorang bidan merumuskan rencana tindakan


yang sebelumnya telah didiskusikan dengan pasien dan kemudian
membuat kesepakatan bersama. Sebelum melaksanakannya semua

28
keputusan dilakukan berdasarkan pengetahuan dan prosedur yang telah
di tetapkan dengan pertimbangan apakah itu perlu atau tidak.

Perencanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan edukasi


tentang menyusui menurut Varney (2016), tindakan yang diambil
sebagai berikut :

 Beritahu ibu pengertian dan manfaat tentang menyusui.


 Jelaskan cara dan tehnik menyusui yang benar
 Beritahu ibu cara melepas isapan bayi dari paayudara
 Anjurkan ibu untuk mengosongkan paayudaranya
 Anjurkan ibu menyusui bayinya secara on demand atau tidak
terjadwal
 Beritahu ibu cara memperbanyak produksi ASI
 Anjurkan setelah menyusui agar menyendawakan bayinya
 Anjurkan suami dan keluarga memberikan dukungan psikologis
 Anjurkan ibu untuk menjaga kebversihan dirinya
 Anjurka ibu kontrol ulang dan jika ada keluhan

f. Langkah ke Enam : Pelaksanaan


Pelaksanaan merupakan pelaksanaan dari asuhan yang telah
direncanakan secara efisiensi dan aman. Perencanaan ini direncanakan
seluruhnya oleh bidan atau sebagaimana lagi oleh klien atau anggota
tim kesehatan lainnya. Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi
dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi,
maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah
tetap bertanggung jawab (Varney, 2016). Pelaksanaan asuhan
kebidanan pada ibu nifas dengan edukasi tentang menyusui sesuai
dengan perencanaan yang telah dibuat.

29
g. Langkah ke Tujuh : Evaluasi

Merupakan langkah terakhir untuk menilai keefektifan dari


rencana asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan
akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan masalah dan diagnosa (Varnet, 2016).

Evaluasi pada ibu nifas dengan edukasi tentang menyusui, yaitu


:

 Keadaan umum baik


 Tanda-tanda vital normal
 ASI sudah keluar dan lancar
 Ibu sudah mengetahui cara menyusui yang benar
 Ibu sudah merasa nyaman dan tidak cemas

C. Data Perkembangan

Data perkembangan alam studi kasus ini menggunakan SOAP


menurut Varney (2016) adalah sebagai berikut :

S : Subyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan

data klien melalui anamnesa.

O : Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang
dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung
assesment.

30
A : Asessment

Menggunakan pendokumentasian hasil analisa dan


interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu
identifikasi, yang meliputi :
1. Diagnosa atau masalah
2. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial
3. Perlu tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi
atau kolaborasi atau rujukan.
P : Plan
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan
evaluasi perencanaan berdasarkan Asessment (Varney,
2016).

31
BAB III
LAPORAN KASUS

A. ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. XX USIA XX TAHUN


Hari/Tanggal :
Waktu :

B. DATA SUBYEKTIF
1. Data Pasien
Identitas Istri Identitas Suami
Nama : Ny. F Nama : Tn. T
Umur : 20 Tahun Umur : 25 Tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Kary. Swasta
Alamat : Tg. Balai Karimun Alamat : Tg. Balai Karimun

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan sangat senang bayinya sudah lahir, ibu mengatakan
belum mengerti cara menyusui bayinya dengan posisi yang benar dan
nyaman dan diputing susunya ada sedikit lecet.

3. Riwayat Menstruasi
1) Menarche : Ibu mengatakan haid pertamanya umur 14 tahun
2) Siklus : Ibu mengatakan siklus haid 28 hari
3) Lama : Ibu mengatakan lama haidnya 7 hari
4) Banyaknya : Ibu mengatakan dalam sehari ganti 3x pembalut
5) Teratur/tidak : Ibu mengatakan haidnya teratur
6) Sifat darah : Ibu mengatakan darah haidnya bertekstur encer
Warna merah ada sedikit gumpalan
7) Dismenorhoe : Ibu mengatakan kadang merasa nyeri perut saat
haid

4. Riwayat Keturunan Kembar


Ibu mengatakan dalam keluarganya baik dari pihak kedua orang tuanya
maupun pihak suaminya tidak ada yang mempunyai keturunan kembar.

5. Riwayat Operasi
Ibu mengatakan belum pernah melakukan operasi atau Tindakan bedah
apapun

32
6. Riwayat Laktasi
Ibu mengatakan belum pernah menyusui karena ini adalah anak
pertamanya.dan sekarang bayinya sudah bisa menyusui namun
terkadang posisi menyusui ibu belum nyaman..

7. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan sedang tidak menggunakan dan belum pernah
menggunakan alat kontrasepsi.

8. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita
Ibu mengatakan tidak memiliki peyakit menular seperti TBC,
hepatitis, HIV/AIDS. Penyakit menurun seperti hipertensi, DM, dan
penyakit menahun seperti ginjal, jantung dan asma.

b. Riwayat penyakit keluarga


Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang memiliki peyakit
menular seperti TBC, hepatitis, HIV/AIDS. Penyakit menurun
seperti hipertensi, DM, dan penyakit menahun seperti ginjal,
jantung dan asma serta tidak ada keturunan kembar.

9. Riwayat Pola Kehidupan Sehari-hari


a. Pola Nutrisi dan Cairan
Ibu mengatakan makan 2-3 kali/hari (nasi, tahu, tempe, lauk pauk
dan sayuran). Minum air putih 6-7 gelas per hari.

b. Pola Eliminasi
Ibu mengatakan BAK ±5-7 x/hari, BAB ± 1x/hari, dan tidak ada
keluhan.

c. Personal Hygiene
Ibu mengatakan selalu menjaga kebersihan dirinya, ibu mandi 2x
sehari.

d. Pola Aktivitas
Ibu mengatakan hanya melakukan aktifitas rumah tangga
seperti menyapu, mengepel, memasak, dan mencuci.

e. Pola Istirahat
Ibu mengatakan tidur malam ± 7-8 jam dan jarang tidur siang.

33
f. Status Pernikahan
Ibu mengatakan ini adalah pernikahan pertamanya dan status
perkawinannyasyah,

g. RiwayatKehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

N Tgl/thn Tem Umur Jenis Pen JK B Keada Keadaan


o partus pat kehamilan partus o An B an anak
lon ak Nifas
g
1. Sekara - - - - - - - -
ng
2023

h. Riwayat Hamil
 HPHT :
 HPL :
 Keluhan pada : TM I :Mual dan muntah dipagi hari
TM II :Tidak ada keluhan
TM III :Pinggang terasa pegal

 ANC : 10 kali teratur kebidan


TM I : 3 kali pada umur kehamilan 1,2,dan 3
bulan
TM II : 3 kali pada umur kehamilan 4,5 dan 6
bulan
TM III : 4 kali pada umur kehamilan 7,8 dan 9
bulan

 Pergerakan janin
Ibu mengatakan mulai merasakan Gerakan janin pada umur
kehamilan 5 bulan

i. Riwayat Persalinan ini


 Tempat persalinan : PMB Shanty Anugrah
 Penolong : Bidan
 Tanggal/jam persalinan :
 Jenis persalinan : Spontan
 Komplikasi/kelainan persalinan :Tidak ada
 Placenta : Berat 500 gram, Panjang tali

34
pusat 45 cm, insersi tali pusat
sentralis, tidak ada infrak dan
tidak ada kelainan.

 Perineum : Tidak ada rupture, tidak


dijahit

 Perdarahan
Kala I :-
Kala II : 200 ml
Kala III : 100 ML
Kala IV : 50 ml
 Lama persalinan : 11 jam 15 menit
Kala I : 10 jam
Kala II : 1 jam
Kala III : 15 menit
 Keadaan bayi
BB : 2.800 gram
PB : 44 cm
Apgar score : 8-9-10
Cacat bawaan : Tidak ada

C. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis

Tanda Vital
a) Tekanan dara : 110/80 mmHg
b) Nadi : 80x/menit
c) Pernafasan : 22x/menit
d) Suhu : 39°C

Antropometri
a) BB Sekarang : 59 kg
b) Tinggi badan : 157 cm
c) LILA : 25 cm

2. Pemeriksaan Fisik
 Kepala : Bersih, rambut tidak rontok warna hitam,
tidak
ada ketombe

35
 Wajah : Tidak oedeme dan tidak pucat.

 Mata : Konjungtiva tidak anemis dan sklera putih.

 Hidung : Bersih tidak ada polip

 Telinga : Bersih, tidak ada serumen

 Mulut : Tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi

dan

mulut lembab.

 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan

limfe.

 Payudara : Bentuk simetris, tidak ada pembesaran, areola

hiperpigmentasi, puting susu menonjol, sedikit

lecet, tidak ada benjolan dan tidak nyeri.

 Perut : Terdapat linea nigra, terdapat striae albican

dan

Tidak ada kelainan

 Pinggang : Tidak ada nyeri tekan pada daerah ginjal.

 Genetalia : Vulva bersih, tidak keputihan, tidak ada

varices dan lochea rubra.

 Anus : Bersih, tidak ada hemoroid.

 Ekstremitas : Atas : Jari kuku bersih, tidak ada oedema,

tidak

varises dan turgor cepat kembali

Bawah : Tidak ada nyeri tekan, tidak oedema, tidak

36
varises pada lipat paha, turgor cepat kembali.

3. Pemeriksaan Obstetri
a. Palpasi

a) Leher

 Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran kelenjar

 Tumor : tidak ada teraba benjolan

 Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran kelenjar linfe

b) Dada dan Axilla

 Mammae : Bentuk simetris, tidak ada

pembesaran, areola hiperpigmentasi, puting

susu menonjol, tidak ada benjolan dan tidak

nyeri.

 Tumor : tidak teraba benjolan

 Simetris : simetris

 Areolla : Bersih, hyperpigmentasi

c) Putting susu : Menonjol, bersih dan sedikit lecet

d) Kolostrum : Sudah keluar, berwarna kuning

e) TFU : 3 jari dibawah pusat.

4. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

D. ASSESMENT
Ny. F usia 20 tahun P1A0 masa nifas 3 hari postpartum

E. PERENCANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Implementasi : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya dalam
keadaan baik.

37
2. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa keluhan mules perut yang
dialami ibu itu adalah kondisi normal, karena rahim yang mules artinya
berkontraksi denganbaik dan dapat mencegah terjadinya perdarahan
pada masa nifas.
Implementasi : Ibu sudah mengetahui keadaan dirinya saat ini dan
mengerti.

3. Menjelaskan pada ibu tentang ASI yaitu makanan utama bagi bayi
yang sangat dibutukan oleh bayi baru lahir untuk kebutuhan tumbuh
kembang bayi dari usia 0 sampai 6 bulan untuk ASI ekslusif dan
dilnajutkan hingga usia 2 tahun.
Implementasi : Ibu sudah mengerti tentang pengertian ASI.

4. Memberitahu ibu posisi saat menyusui yang benar dan nyaman yaitu :
 Ibu duduk dan baring dengan santai, bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak menggantung
dan punggu ibu bersandar pada sandaran kursi.
 Bayi dipegang pada belakang bahunya, dengan satu lengan. Kepala
bayi terletak pada lengkung siku ibu.
 Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu. Dan yang satu
didepan ibu.
 Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap
payudara ibu (kepala bayi tidak hanya membelokkan kepala saja).
 Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
 Ibu menatap baayi dengan penuh kasih sayang dan mengajak bicara.
 Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari lainnya menopang
payudara bagian bawah, jangan menekan puting susu atau kalang
paayudara saja.
 Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut dengan cara
menyentuh pipi dan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.
 Setelah bayi membuka mulut dengan cepat kepala bayi didekatkan
ke payudara ibu dan puting susu serta kalang payudara dimasukkan
kemulut bayi
 Usahakan sebagian besar kalang payudara masuk didalam mulut
bayi. Ssehingga putting susu berada dibawah langit-langit dan lidah
bayi. Dan akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI
yang terletak dibawah kalang payudara.
 Setelah bayi sudah mulai menghisap payudara tak perlu dipegang
lagi atau disangga.
Implementasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya sesuai saran
bidan.

38
5. Menganjurkan ibu sebaiknya menyusui pada 1 payudara sampai
payudara terasa kosong barulah bergantian dengan payudara yang
sebelahnya.
Implementasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya.

6. Memberitahu ibu cara melepas isapan dari mulut bayi yaitu dengan
memasukkan jari kelingking ke pinggir mulut bayi lalu menekan dagu
bayi kebawah.
Implementasi : Ibu mengerti dan akan melakukan anjuran bidan

7. Memberitahu ibu setelah menyusui keluarkan ASI sedikit lalu oleskan


ke puting susu dan areola agar tidak terjadi lecet.
Implementasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya.

8. Memberitahu ibu lama frekuensi bayi saat menyusui yaitu Bayi yang
sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI
dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya
bayi tidak memiliki pola yang teratur menyusui dan akan mempunyai
pola tersendiri setelah 1-2 minggu kemudia
Implementasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya

9. Memberitahu ibu cara menyendawakan bayi yaitu dengan cara bayi


digendong tegak dengan bersandar dibahu ibu dan ditepuk-tepuk
secara perlahan sampai mengeluarkan suara sendawa
Implementasi : Ibu mengerti dan akan melakukan saran bidan

10. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi seimbang dan
istirahat yang cukup
Implementasi : Ibu mengerti dan akan melakukan saran bidan

11. Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang satu minggu lagi atau jika ada
keluhan.
Implementasi : Ibu mengerti dan akan kontrol ulang sesuai saran

12. Mencatat hasil pemeriksaan dan mendokumentasikan tindakan yang


dilakukan
Implementasi : Sudah mencatat dan mendokumentasikan tindakan.

39
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis akan membahas antara teori dan praktek
dilapangan pada asuhan kebidanan masa nifas Ny. F usia 20 tahun dengan edukasi
tentang menyusui di PMB Shanty Anugrah.

Masa nifas Ny. F pada kunjungan kedua yaitu pada 3 hari postpartum
lebih cepat pasien datang ke bidan dengan keluhan kurangnya pengetahuan
tentang tehnik menyusui yang benar dan puting susu sedikit lecet yang seharusnya
pasien datang pada kunjungan ke dua di 6 hari post partum. Sebagaimana jika
sesuai teori yang penulis tuliskan kunjungan nifas ada 4 kali kunjungan menurut
pendapat Walyani (2017), akan tetapi pasien datang ke bidan dengan keluhan
kurangnya pengetahuan tentang tehnik menyusui yang benar yang seharusnya
pasien datang pada kunjungan ke dua di 6 hari post partum. Hal ini ada
kesenjangan atau perbedaan antara teori dan praktek di lahan.

Pada 3 hari post partum dilakukan pemeriksaan fisik, hasilnya keadaan ibu
baik, TTV normal, kontraksi uterus baik, TFU 3 jari dibawah pusat, lochea rubra,
perdarahan normal 2x ganti pembalut, ibu sudah berkemih. Disini tidak ada
perbedaan antara teori dan praktek dilahan.

Pengkajian merupakan Langkah awal untuk menilai keadaan pasien Ny. F


P1A0 umur 20 tahun masa nifas dengan edukasi tentang menyusui. Data subyektif
ibu mengatakan keluhan ibu yang tidak tahu atau kurangnya pemahaman tentang
tehnik atau cara menyusui yng benar.. Data obyektif : Suhu : 36°C, Nadi :
80x/menit, R : 22x/menit, Tekanan darah : 110/80 mmHg dan pemeriksaan
payudara yaitu pada saat dilakukan inspeksi : payudara terlihat normal, simetris,
tidak ada benjolan serta tidak nyeri tekan. Pada pemeriksaan palpasi : payudara
teraba sedikit berisi kencang dan ASI sudah keluar. Sehingga pada langkah
pengkajian ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek lapangan.

40
Menurut Varney (2016), doagnosa potensial yang sering terjadi pada ibu
nifas dengan edukasi tentang menyusui adalah puting susu menjadi lecet dan
nyeri. Pada kasus ini penanganan yang intensif terhadap ibu dan diagnose
potensial tidak muncul. Pada Langkah ini tidak ditemukan diagnose potensial
yaitu puting susu ibu yang lecet. Sehingga tidak ada kesenjangan.

Tindakan antisipasi pada ibu nifas dengan edukasi tentang menyusui tidak
perlu melibatkan seorang dokter serta memberikan terapi obatan. Dalam kasus ini
cukup menganjurkan ibu menyusui bayinya sesuai tehnik yang benar saat
menyusui puting dan areola masuk kedalam mulut bayi.

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan


antara teori dan kasus.

Perencanaan asuhan kebidanan masa nifas pada ibu nifas dengan edukasi
tentang menyusui menurut Varney (2016), sebagai berikut : memberitahu ibu
manfaat dalam pemberian ASI, memberitahu ibu cara dan tehnik menyusui yang
benar dan nyaman, memberitahu ibu sebelum menyusui bayinya untuk
mengeluarkan ASInya sedikit lalu oleskan di puting dan sekitar areola agar tidak
terjadi lecet pada putting susu, memberitahu cara melepas isapan bayi pada
payudara, menganjurkan ibu saat menyusui 1 payudara hingga kosong dulu
barulah bergantian sebelahnya, mengingatkan makan makanan yang bernutrisi dan
cukup istirahat. Sehingga dalam Langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara
teori dan praktek di lahan.

41
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan masa nifas pada Ny.


F P1A0 usia 20 tahun di PMB Shanty Anugrah maka dapat tertarik
kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada PMB Shanty Anugrah ditemukan ibu nifas dengan edukasi


tentang menyusui dengan keluhan ibu datang mengatakan tidak belum
mengetahui tehnik atau cara menyusui yang benar dan puting sedikit
lecet.
2. Penulis memberikan pengetahuan dan menganjurkan ibu beberapa
anjuran dan saran sesuai perencanaan penanganan agar dapat
mengatasi masalah ibu.
3. Terdapat kesenjangan yaitu pada langkah pengkajian data subyektif
pada Ny. F P1A0 usia 20 tahun didapatkan ibu melakukaan kunjungan
nifas yang ke 2 lebih cepat yaitu 3 hari postpartum yang harusnya
sesuai teori 6 hari post partum.
4. Dikarenakan respirasi Ny. F P1A0 usia 20 tahun termasuk normal
sehingga tidak diperlukan penanganan alternatif,
5. Ny. F P1A0 usia 20 tahun post partum hari ke 3 pelaksanaan telah
sesuai dengan perencanaan yang dibuat.

B. Saran

1. Bagi Pasien dan Keluarga


Hendaknya ibu nifas memberikan ASI Eklusif dan menyusui bayinya
dengan teratur dan dengan tehnik menyusui yang benar. Bagi keluarga
diharapkan untuk tetap memberikan dukungan moril pada ibu agar ibu
nifas menjaga kebersihan dan merawat payudara

2. Bagi Profesi
Lebih memberi wawasan bagi profesi atau tenaga kesehatan lainnya
dalam menangani kasus ibu nifas dengan edukasi tentang menyusui

42
sesuai dengan standar asuhan kebidanan khususnya pada ibu nifas
dengan yang kurang mengerti tehnik menyusui yang benar yaitu dengan
memberikan penyuluhan tentang perawatan payudara dan tehnik
menyusui yang benar dan nyaman pada ibu nifas.

3. Bagi Institusi
a. Kesehatan
Diharapkan lebih meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan
khususnya pada ibu nifas dengan cara melakukan kunjungan rumah
ibu nifas.

b. Pendidikan
Agar lebih menambah bahan bacaan atau referensi dalam
penatalaksanaan kusus nifas dengan edukasi tentang menyusui.

43
DAFTAR PUSTAKA

Walyani, Elisabeth, S. Endang. (2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan


Menyusui. Ypgyakarta : Pustaka Baru Press

Walyani, Elisabeth, S. Endang. (2017). Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan


Menyusui. Ypgyakarta : Pustaka Baru Press

Susanto, (2018). Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. (R. Putri Widianing
(ed.). pr. Pustaka Baru

Tendean, A.F. (2015). Pengetahuan Ibu Menyusui dalam Pemberian ASI Ekslusif.
Klabat Journal Of Nursing 1 (I), 30. https://doi.org/10.377771/kjn.vlil.372

Yanti, Rukmana sari, dkk. (2020). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian


ASI Ekslusif. 6(2).161.170

Marliandiani, Y, Ningrum. (2015). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Masa


Nifas dan Menyusui. Jakarta : Salemba Medika

Varney, H. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

Swarjana. (2016). Metodologi Penelitian Kesehatan (edisi revisi). Yogyakarta :


ANDI

44

Anda mungkin juga menyukai