DISUSUN OLEH:
JENI CESI CINTIANI (NIM. PO71242220190)
DOSEN PEMBIMBING:
RY. ENY MIAN MARISI, SST., MKM
3) Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan).
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan
terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak
halus) serta fungsi ekskresi. Periode penting dalam tumbuh kembang
anak adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung
pada masa balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan
anak selanjutnya. Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama
kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih
berlangsung; dan terjadi pertumbuhan serabut serabut syaraf dan
cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang
kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan hubungan antar sel syaraf
ini akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari
kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi.
Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa,
kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat
cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk
pada masa ini, sehingga setiap kelalnan/penyimpangan sekecll apapun
apablla tidak dideteksl apalagi tidak ditangani dengan baik, akan
mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari.
Secara bertahap, variasi makanan untuk bayi usia 6-24 bulan semakin
ditingkatkan, bayi mulai diberikan sayuran dan buah-buahan, lauk pauk sumber
protein hewani dan nabati, serta makanan pokok sebagai sumber kalori.
Demikian pula jumlahnya ditambahkan secara bertahap dalam jumlah yang tidak
berlebihan dan dalam proporsi yang juga seimbang.
d. Kurang vitamin A
Kekurangan vitamin A (KVA) subklinis dapat ditandai dengan
rendahnya kadar vitamin A didalam darah, hanya dapat diketahui dengsn
memeriksakan kadar vitamin A dalam darah di laboratorium. Salah satu cara
menanggulangi KVA, salah satunya dengan pemberian kapsul vitamin A
dosis tinggi. Kapsul vitamin A diberikan setahun dua kali pada bulan februari
dan agustus, sejak anak berumur 6 bulan. Kapsul merah (dosis 100.000 IU)
diberikan untuk bayi umur 6-11 bulan dan kapsul biru (dosis 200.000 IU)
untuk anak umur 12-59 bulan.
Kurang vitamin A dapat berdampak pada terganggunya perkembangan
organ penglihatan anak. penyakit mata yang sering muncul disebut dengan
Xeroptalmia. Penyakit ini merupakan penyebab kebutaan yang paling sering
terjadi pada anak berusia 2-3 tahun. pastikan anak mendapat asupan
makanan yang kaya kandungan vitamin A seperti hati, ikan, telur, alpukat,
papaya, wortel, bayam, tomat dan sayuran berwarna hijau lainnya.
e. Anemia
Anemia adalah jenis penyakit akibat kekurangan gizi pada bayi dan
balita. Anemia bisa disebabkan karena kekurangan asupan zat besi atau
vitamin B12. penyakit ini menyebabkan tubuh menjadi lebih lemah dan tidak
bisa melakukan berbagai aktivitas. Anemia tidak hanya terjadi pada wanita
dan anak-anak namun juga pada bayi. Anemia bisa terjadi ketika sel darah
merah tidak memiliki banyak oksigen sehingga menyebabkan jaringan tubuh
menjadi lebih lemah.
Ada beberapa kondisi tertentu yang sering menyebabkan anemia pada
bayi seperti kelainan sel darah merah. Anemia bisa sangat berbahaya pada
bayi bahkan risiko mental dan fisik yang bisa berdampak hingga dewasa.
Tanda dan gejala:
kulit menjadi lebih pucat
nafas menjadi lebih pendek
anak-anak menjadi lebih lemah dan mudah menangis
pucat dan tidak berdaya
Kondisi anemia pada bayi dan balita biasanya terjadi setelah bayi
berumur lebih dari enam bulan. Berbagai jenis nutrisi tambahan yang
mengandung zat besi, sangat disarankan karena itu kekurangan gizi
member dampak yang serius untuk bayi dan balita.
Penyebab anemia defisiensi besi (ADB):
Bayi di bawah umur 1 tahun: Persediaan besi yang kurang karena berat
badan lahir rendah atau lahir kembar.
Anak berumur 1-2 tahun: Masukan (intake) besi yang kurang karena
tidak mendapat makanan tambahan (hanya minum susu), kebutuhan
meningkat karena infeksi berulang/menahun, malabsorbsi, kehilangan
berlebihan karena perdarahan antara lain karena infestasi parasit dan
divertikulum Meckeli.
Kekurangan zat besi di dalam otot jantung menyebabkan terjadinya
gangguan kontraktilitas otot organ tersebut. Pasien ADB akan
menunjukkan peninggian ekskresi norepinefrin; biasanya disertai dengan
gangguan konversi tiroksin menjadi triodotiroksin. Penemuan ini dapat
menerangkan terjadinya iritabilitas, daya persepsi dan perhatian yang
berkurang, sehingga menurunkan prestasi belajar kasus ADB. Anak yang
menderita ADB lebih mudah terserang infeksi karena defisiensi besi dapat
menyebabkan gangguan fungsi neutrofil dan berkurangnya sel limfosit T
yang penting untuk pertahanan tubuh terhadap infeksi. Dampak
kekurangan besi tampak pula pada kuku berupa permukaan yang kasar,
mudah terkelupas dan mudah patah. Bentuk kuku seperti sendok (spoon-
shaped nails) yang juga disebut sebagai kolonikia terdapat pada 5,5%
kasus ADB.7,8 Pada saluran pencernaan, kekurangan zat besi dapat
menyebabkan gangguan dalam proses epitialisasi.
Bila diagnosis defisiensi besi sudah ditegakkan, pengobatan harus
segera dimulai untuk mencegah berlanjutnya keadaan ini. Pengobatan
terdiri atas pemberian preparat besi secara oral berupa garam fero (sulfat,
glukonat, fumarat dan lain-lain), pengobatan ini tergolong murah dan
mudah dibandingkan dengan cara lain. Pada bayi dan anak, terapi besi
elemental diberikan dengan dosis 3-6 mg/kg bb/hari dibagi dalam dua
dosis, 30 menit sebelum sarapan pagi dan makan malam; penyerapan akan
lebih sempurna jika diberikan sewaktu perut kosong. Penyerapan akan
lebih sempurna lagi bila diberikan bersama asam askorbat atau asam
suksinat. Bila diberikan setelah makan atau sewaktu makan, penyerapan
akan berkurang hingga 40-50%. Namun mengingat efek samping
pengobatan besi secara oral berupa mual, rasa tidak nyaman di ulu hati,
dan konstipasi, maka untuk mengurangi efek samping tersebut preparat
besi diberikan segera setelah makan.
f. Rakhitis
Ricketsia atau rakhitis adalah penyakit yang disertai dengan lemahnya
mineralisasi dari pertumbungan tulang. Tidak hanya terjadi dari kekurangan
vitamin D tetapi juga karena kekurangan kalsium dan fosfor (Mahan 2000).
Sedangkan menurut Almatsier Ricketsia adalah kekurangan vitamin D pada
anak-anak, terjadi bila pengerasan tulang pada anak-anak terhambat
sehingga menjadi lembek.
Rakhitis merupakan penyakit tulang yang disebabkan oleh kekurangan
vitamin D dan kalsium. Vitamin D diperlukan untuk penyerapan kalsium
pada usus. Ketiadaan vitamin D dan penyerapan kalsium dari makanan yang
tidak baik, menyebabkan hypocalcemia yaitu suatu keadaan dimana kalsium
dalam darah jumlahnya sedikit, keadaan ini mendorong terjadinya kelainan
bentuk pada kerangka dan otot saraf gigi.
Tanda dan gejala:
Ricketsia terjadi dengan adanya tanda-tanda kaki membengkok, pembesaran
kepala karena penutupan fontalen terlambat, gigi terlambat keluar bentuk
gigi tidak teratur dan mudah rusak. Adapun gejala yang sering terjadi pada
penderita ricketsia adalah:
Nyeri yang terjadi pada tulang.
Peningkatan tendensi retak tulang (tulang mudah retak), terutama pada
Green stick.
Perubahan rangka tulang:
Pada anak kecil yang baru bisa berjalan biasanya akan
membungkung (Genu varus)
Anak-anak yang lebih tua: apabila di ketuk maka lutu akan berbunyi
(genu valgus)
Kelainan bentuk pada tengkorak, tulang belakang, dan panggul
Gangguan pertumbuhan
Jumlah kalsium dalam darah rendah
Pengobatan Ricketsia dapat dilakukan dengan cara memberikan anak-
anak makanan yang banyak mengandung kalsium dan vitamin D seperti
pada minyak hati ikan, minyak hati ikan cod yang mengandung vitamin D
sebanyak 9 μg (360 IU)/4 ml. Rakhitis atau ricketsia ini disebabkan karena
tubuh mengalami kekurangan vitamin D. akibatnya maka tubuh tidak bisa
menyerap kalsium dengan baik. kebutuhan vitamin D sebenarnya bisa
diperoleh dari sinar matahari terutama sinar matahari pagi. penyakit ini
membutuhkan perawatan sebab jika tidak diobati dapat menyebabkan
tulang menjadi melengkung dan sering patah tulang.
DAFTAR PUSTAKA
2012. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial, Direktorak Jendral Bina Gizi Dan Anak.
Jakarta: Kemenkes. RI.
2013. Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan. Jakarta:
Kemenkes RI.
Marmi, Rahardjo K. 2012, Asuhan neonatus, bayi balita dan anak prasekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Soejatmiko. 2008. Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita.Sari Pediatri. Vol 1
No. 3
Setiyani, A, dkk. 2016. Asuhan Kebidanan, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah. Jakarta:
Kemenkes RI
Muslihatun, W.N., 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Yogyakarta: Fitra Maya