DOSEN PEMBIMBING
ATIKA FADHILA DANAZ NASUTION,M.Keb
Oleh :
Sika Hepriani
PO. 71242210056
Nur Hasanah
PO.71.24.22.100.56
Mengetahui :
Preseptor Akademik
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus Mata Kuliah Praktik Asuhan
Kebidanan Komprehensif pada Remaja dan Pra Nikah Pada Nn. A dengan Dismenore
primer di PMB Hj,Novriani,Amd.Keb tahun 2022.
Penulisanan laporan ini dalam rangka menerapkan tugas mata kuliah praktik
klinik kebidanan komprehensif stase remaja dan pra nikah yang merupakan salah satu
mata kuliah atau kurikulum yang harus dilalui dalam proses pendidikan profesi
kebidanan. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Hj. Suryani, S.Pd, M.PH selaku Kepala Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Jambi
2. Lia Artika Sari, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes
Jambi
3. Atika Fadhila Danaz Nasution, M.Keb selaku Dosen Pembimbing Institusi
4. Hj,Novriani.Amd.Keb Selaku Pembimbing Lahan
5. Kakak-kakak bidan dan perawat serta rekan-rekan yang telah memberi banyak
masukan dalam laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih banyak kekurangan
sehingga penulis sangan mengharapkan saran maupun kritik yang memabngun demi
perbaikan pada penulisan selanjutnya. Semoga laporan ini memberikan manfaat bagi
pihak yang membutuhkannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDHULUAN
A. Latar Belakang
lahir dari generasi muda yang berkualitas dan anak yang berkualitas lahir dari ibu
61 tahun 2014 yang bertujuan menjamin kesehatan ibu dalam usia reproduksi agar
mampu melahirkan generasi penerus yang sehat dan berkualitas serta mengurangi
dilaksanakan tidak hanya pada kelompok ibu hamil dan anak saja melainkan perlu
melaksanakan lebih kearah hulu yaitu masa sebelum hamil dengan mengedepankan
aspek promotif dan preventif tanpa meninggalkan aspek kuratif dan rehabilitatif.
Sesuai dengan Permenkes no. 97 tahun 2014 yang berbunyi remaja, calon pengantin
dan pasangan usia subur merupakan kelompok sasaran strategis dalam upaya
peningkatan kesehatan pada masa sebelum hamil. Pada kelompok remaja pelayanan
orang dewasa yang sehat dan produktif serta memiliki kehidupan reproduksi yang
sehat. Sedangkan untuk calon pengantin (catin) dan pasangan usia subur (PUS)
1
Salah satu permasalahan kesehatan yang sering muncul pada remaja atau pra
nikah adalah masalah gizi maupun gangguan pada system reproduksi. Gangguan
pada system reproduksi seperti dismenore, gangguan silkus haid, Infeksi saluran
kemih, keputihan dan lain-lain. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada kesehatan
remaja dan produktifitasnya akibat keluhan yang dirasakan. Dismenore (nyeri haid)
merupakan nyeri yang terjadi saat menstruasi hingga mengganggu aktivitas dan
satu penyebab paling umum dari nyeri panggul dan gangguan menstruasi,
didefinisikan sebagai kram nyeri yang disebabkan uterus. Dismenore adalah nyeri
hebat yang terlokalisasi terutama di kuadran perut bagian bawah, menyerupai nyeri
persalinan. Nyeri ini dapat didefinisikan sebagai nyeri berat atau tumpul seperti
didunia sangat tinggi. Angka kejadian dismenore sebesar 1.769.425 jiwa (90%)
dengan 10-15% mengalami dismenore berat. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di
setiap negara mengalami nyeri haid. Prevalensi nyeri haid di Amerika Serikat
diperkirakan 45-90%. Insiden nyeri haid pada remaja dilaporkan sekitar 92%, dari
Swedia dilaporkan nyeri haid pada 90% wanita yang berusia kurang dari 19 tahun
dan 67% wanita yang berusia 24 tahun. Angka kejadian dismenore di Indonesia
sebesar 107.673 jiwa, yang terdiri dari 59.671 jiwa mengala mi dismenorhea primer
prevalensi angka kejadiannya sekitar 55%. Dari hasil penelitian, di Indonesia angka
kejadian dysmenore sebesar 64.25 % yang terdiri dari 54,89% dysmenore primer
dan 9,36 % dysmenore sekunder. Dismenore sangat berdampak pada remaja putri,
2
hal ini menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari. Dysmenorrhea juga
telah absen sekali dan 5-14% berulangkali absen. Remaja yang mengalami
dilaporkan sebesar 64,25%, terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36%
dismenorea sekunder. Sekitar 75% wanita mengalami intensitas nyeri ringan atau
sedang dan 25% wanita mengalami nyeri parah yang membuat pasien tidak berdaya
(Wahyuni, 2020).
tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi dismenore. Secara garis besar,
komplementer), dan bedah. Hal ini dilakukan berdasarkan jenis dan penyebab
terjadinya dismenore. Salah satu terapi komplementer yang dapat dilakukan adalah
bahwa terdapat pengurangan nyeri dismenore primer dengan kompres hangat. Rata-
rata nyeri dismenore primer sebelum kompres hangat dengan skala 7,48, setelah
kompres hangat dengan skala 4,74 dan ada pengaruh kompres hangat terhadap
3
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh
B. Rumusan Masalah
laporan ini adalah masih ada remaja yang mengalami dismenore primer dan asuhan
2022.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan Kebidanan Remaja dan Pranikah pada Nn.A di PMB
2. Tujuan Khusus
kebidanan varney
4
f. Mampu melaksanakan rencana tindakan yang sudah ditentukan pada remaja
varney.
kebidanan varney.
D. Manfaat Penulisan
dismenore primer, serta dapat menjadi dokumen dan bahan bacaan bagi
mahasiswa.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Dismenore atau nyeri haid merupakan salah satu keluhan ginekologi yang
paling umum pada perempuan muda yang datang ke klinik atau dokter. Hampir
semua perempuan mengalami rasa tidak nyaman selama haid, seperti rasa tidak
enak di perut bagian bawah dan biasanya juga disertai dengan mual, pusing,
bahkan pingsan. Dengan demikian istilah disminor hanya digunakan jika nyeri
atau beberapa hari. Istilah ini juga digunakan jika nyeri haid yang terjadi
Menstruasi seringkali muncul dengan berbagai jenis rasa nyeri. Nyeri yang
dirasakan setiap individu dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Secara
(Greek).Kata tersebut berasal dari dys yang berarti sulit, nyeri abnormal, meno
yang berarti bulan dan rrhea yang berarti aliran atau arus. Disimpulkan bahwa
dysmenorrhea atau dismenore adalah aliran menstruasi yang sulit atau aliran
Nyeri haid merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Istila
disminorea biasa dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat. Dalam kondisi ini
6
dan mendapatkan penanganan, peraatan yang tepat. Disminorea berat adalah
nyeri haid yang disertai mual, muntah, diare, pusing, nyeri kepala, dan kadang-
kadang pinsan. Jika sudah demikian, penderita tidak boleh menganggap remeh
riwayat penyakit pada keluarga. Bisa jadi, kondisi nyeri tersebut dipicu oleh
dalam endometrium dan darah wanita yang menderita dismenore dengan kadar
yang sangat tinggi. Efek mual, muntah, bahkan diare akan terjadi apabila
2. Patofisiologi
indung telur menyebabkan lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal.
dalam indung telur untuk berkembang. Telur akan dilepaskan dari indung telur
menuju tuba falopi dan menuju uterus. Telur yang tidak dibuahi oleh sperma
menstruasi.
7
Pada saat masa subur terjadi peningkatan dan penurunan hormon.
folikel sel telur). Pada masa pertengahan fase folikuler, kadar FSH (Follicle
3. Faktor Penyebab
(Syafni, 2018).
8
adalah adanya prostaglandin F2a (PGF2a) yang dihasilkan oleh endometrium.
dijumpai efek lainya seperti nuasea (mual), muntah, diare, flushing (respons
involunter tak terkontrol dari sistem saraf yang memicu pelebaran pembuluh
kapiler kulit, dapat berubah warna kemerahan atau sensasi panas). Jelasla bahwa
4. Klasifikasi
a. Dismenore Primer
Dismenore primer adalah nyeri perut bagian bawah yang terjadi pada
saat menstruasi tanpa terdapat gangguan fisik atau penyakit lain. Nyeri
primer adalah nyeri pada saat menstruasi yang timbul tanpa ditemukan
9
endometrium pada fase sekresi. Dismenore seringkali disertai dengan
keluhan mual, muntah, nyeri kepala, atau diare yang diduga timbul karena
nyeri, dan terapi hormone. Umumnya terjadi pada wanita nulipara muda
adalah nyeri yang banyak dialami oleh remaja tanpa kelainan pada alat
2013).
b. Dismenore Sekunder
sering terjadi pada wanita berusia lebih dari 20 tahun. Penyebab umum
10
terjadi seperti endometriosis, polip uteri, leiomioma, stenosis serviks, atau
Gejala utama adalah nyeri, dimulai pada saat wanita menstruasi. Nyeri
bersifat tajam, tumpul, siklik, atau menetap, dapat berlangsung dalam beberapa
jam sampai 1 hari. Kadang-kadang, gejala-gejala tersebut dapat lebih lama dari 1
hari tapi jarang melebihi 72 jam. Dismenore mungkin disertai oleh berbagai
nyeri punggung, sakit kepala, bahkan pingsan. Setengah dari wanita yang
mengalami masa haid ini amat menderita ketika mengalami masa hait ini amat
hilang timbul dan terjadi terus-menerus yang terasa pada perut bagian bawah.
Nyeri yang dirasakan akan terjadi sebelum dan selama menstruasi. Gejala klinis
dismenore adalah nyeri paha, nyeri punggung, muntah, dan mudah tersinggung.
c. Kegemukan.
11
e. Stres dapat menghambat pelepasan follicle stimulating hormone dan
h. Endometriosis
i. Andenomyosis
7. Penatalaksanaan Dismenore
- Terapi Farmakologi
demikian nyeri juga akan berkurang. NSAID termasuk obat penghilang rasa
sakit yang umum seperti aspirin, naproxen, ibuprofen, dan asam mefenamat
(Wanyuni, 2020).
suplemen makanan, dan modifikasi gaya hidup (exercise), obat herbal jepang,
(Wahyuni, 2020).
- Terapi pembedahan
Terapi bedah yang dilakukan karena ada indikasi tertentu yang disebabkan
12
Bagan:
Pathway Dismenore
13
Gambar 2.1
Mind Maping Dismenore
14
Sumber:
Anorogo (2011), Syafni (2018), Prawiroharjo (2014), Ernawaiti (2014), Wahyuni (2020),
Lestari (2013), dan Nugroho (2014).
15
1. Pengertian manajemen kebidanan
yang digunakan oleh bidan dalam proses pemecahan masalah dalam pemberian
dimulai dengan pengumpulan data dasar yang diakhiri dengan evaluasi. Tahapan
keadaan klien. Yang termasuk data dasar adalah riwayat kesehatan klien,
pemeriksaan fisik, dan catatan riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang,
16
Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifakasi faktor-faktor potensial
dalam perawatan bidan. Proses terus menerus ini menghasilkan data baru
tindakan harus disetujui klien, oleh sebab itu harus didiskusikan dengan
relevan dan diakui kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus
bidan dan sebagian dilaksanakan oleh ibu sendiri, dan anggota tim
17
Langkah akhir kebidanan adalah evaluasi, namun sebenarnya evaluasi ini
dilakukan pada setiap langkah kebidanan. Pada tahap evaluasi bidan harus
a. Data subjektif
yang diperoleh dari hasil wawancara langsung pada klien atau keluarga dan
b. Data Objektif
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi, palpasi,
laboratorium.
c. Assesmen/Diagnosa
ibu.
d. Planning/Perencanaan
(Wahyuningsih, 2018).
18
1. Pengertian
penelitian dan pengalaman praktik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia.
Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi (Jayanti,
2020).
based tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka kematian ibu
hamil dan risiko-risiko yang dialami selama persalinan bagi ibu dan bayi serta
obat baru yang dapat saja segera ditarik dan peredaran hanya dalam waktu
19
c. Evidence based Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan
Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari internet
maupun berlangganan baik hardcopy seperti majalah, bulletin, atau CD. Situs
internet yang ada dapat diakses, ada yang harus dibayar namun banyak pula
al, 2019)
tidak selalu merupakan kondisi yang mengganggu setiap wanita. Hal itu
kelompok usia 11-15 dan 16-20 tahun. 45,5% dari peserta membuktikan
dismenore pada setiap siklus menstruasi. Korelasi statistik antara diet dan
20
besar peserta yang mengonsumsi gula dalam jumlah tinggi. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang ditemukan antara diet dan
wanita datang ke bagian gawat darurat. Tujuan dari penelitian ini adalah
Hasil penelitian ini yaitu usia rata-rata pasien adalah 21,80 ± 3,75
<0,001). Ketidakhadiran lebih jarang terjadi pada pasien dengan usia onset
antara umur menarche dengan umur onset dismenore. Nyeri hebat ditemukan
pada pasien dengan onset dismenore usia <12 tahun. Korelasi yang
signifikan ditemukan antara keparahan nyeri dan aktivitas seksual dan antara
jenis dismenore dan aktivitas seksual. Tidak ada korelasi signifikan yang
ditemukan antara nilai BMI, merokok, dan dismenore. Data yang diperoleh
21
dapat digunakan untuk mengembangkan program edukasi tentang dismenore
secara signifikan lebih tinggi pada konsumen kopi, wanita dengan durasi
menstruasi ≥7 hari (OR 1.590), dan riwayat keluarga positif dismenore (OR
yang diterima dari domain lain lebih tinggi pada wanita dengan dismenore
diterima dari fungsi fisik dan domain peran-emosional, skor yang diterima
mahasiswi.
22
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompres hangat
praeksperimen one group pretest posttest design yang dilakukan pada bulan
April 2017. Kompres hangat sebagai variabel intervensi dan nyeri dismenore
sebagai variabel efek. Populasi penelitian adalah semua remaja putri yang
sebelum kompres hangat dengan skala 7,48, setelah kompres hangat dengan
skala 4,74 dan ada pengaruh kompres hangat terhadap penurunan nyeri
kalor secara konduksi dari buli-buli panas yang berisi air hangat ke perut.
Perry, 2015).
dismenore primer pada remaja putri. Remaja putri atau perempuan dapat
lainnya.
(Wahyuni, 2020)
23
Dismenore merupakan salah satu masalah kesehatan yang dialami oleh
cukup tinggi yaitu 64,25%. Ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan
24
berbasis pemberdayaan masyarakat melalui pembuatan teh herbal dari
protein esensial, kalsium, dan 18 jenis asam amino, termasuk arginina dan
legnin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh (Mgaya, 2014).
(melancarkan buang air kecil), pelarut, dan tonik (Chumsri, et al., 2008). Hal
terstandar tersebut dibuat dari 10 gram kelopak kering dan 0,52 liter air
(Herrera-Arellano, 2004).
25
Hasil kegiatann didapatkan bahawa nilai evaluasi yang dilakukan
selama kegiatan sudah masuk kategori baik (90 %) yang dimana beberapa
tanaman herbal rosella. Tindak lanjut dari kegiatan pengabdian ini adalah
26
ASUHAN KEBIDANAN REMAJA
PADA NN. A UMUR 12 TAHUN
31
4) TBC : Nn.A mengatakan tidak pernah batuk
berkepanjangan selama 3 bulan.
5) Hepatitis : Nn.A mengatakan pada mata, kuku, dan kulit
tidak pernah berwarna kuning.
6) Hipertensi : Nn.A mengatakan tidah pernah merasakan
sakit kepala hebat, pandangan kabur, dan tekanan darah
> 140/90 mmHg.
b. Riwayat penyakit ginekologi
Nn.A mengatakan tidak pernah merasakan gejala rasa sakit, benjolan,
luka, serta keluarnya cairan nanah di kemaluan, Nn.A mengatakan hanya
merasakan nyeri pada perut bawah saat menstruasi.
5. Data kebutuhan dasar
a. Pola nutrisi
Nn.A mengatakan makan 2 x/hari dan tidak pernah sarapan porsi sedang,
jenis makanan nasi, lauk, dan lebih suka makanan instan, kurang suka
makan sayur serta minum 6-7 gelas/hari jenis air putih dan teh.
b. Pola eliminasi
Nn.A mengatakan BAB 1 kali/hari konsistensi lembek serta BAK 3-5
kali/hari, warna urine kuning jernih, bau khas urine.
c. Aktifitas
Nn.A mengatakan sehari-hari sekolah, membantu pekerjaan orang tua,
dan bermain.
d. Istirahat / Tidur
Nn. A mengatakan jarang tidur siang dan tidur malam 6 - 7 jam per hari.
e. Personal Hygiene
Nn.A mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 3x sehari, ganti pakaian
2x sehari dan keramas 3x dalam seminggu, memakai cairan pembersih
vagina.
6. Data psikososial
a. Pengetahuan tentang gangguan/penyakit yang diderita
Nn.A mengatakan belum mengetahui penyebab nyeri perut saat
menstruasi.
32
b. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
Nn.A hanya mengetahui bahwa harus menjaga kebersihan area
kewanitaannya, tetapi tidak mengetahui tentang alat reproduksi dan
gangguan reproduksi yang mungkin terjadi.
c. Dukungan keluarga
Keluarga dan kerabat selalu mendukung Nn.A untuk cepat sembuh dan
kembali pulih seperti semula, dimana Nn.A selalu ditemani oleh keluarga
dan kerabat saat memerlukan bantuan dan memenuhi kebutuhannya.
d. Keadaan psikologi
Nn.A mengatakan cemas dengan kondisinya, karena takut terjadi
gangguan kesehatan yang serius dan mengganggu proses belajar.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TB : 155 cm, IMT: 18,3 Kg/m2 (Normal:18,5-24,9).
d. BB : 44 kg
e. TTV :
TD : 90/60 mmHg S : 36,7˚C
N : 80 x/menit R : 20 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Rambut : Bersih, tidak berketombe, dan tidak mudah
rontok.
2) Muka : Bersih, tidak oedema
3) Mata : Conjungtiva pucat, sclera putih
4) Hidung : Bersih, tidak ada secret dan tidak ada benjolan.
5) Telinga : Simetris, bersih, dan tidak ada serumen.
6) Mulut / gigi / gusi : Bibir kering, bersih, tidak Stomatitis, tidak
caries, tidak bengkak dan tidak berdarah.
b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar gondok, tidak ada
pembesaran vena, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
33
c. Dada dan Axilla
1) Dada : Normal, simetris
2) Mammae
a) Membesar : Normal, tidak teraba benjolan abnormal.
b) Simetris : Simetris kanan dan kiri.
3) Axilla
a) Benjolan : Tidak ada benjolan.
b) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan.
4) Abdomen
a) Benjolan : Tidak ada benjolan atau pembesaran
abnormal
b) Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan.
c) Bekas luka operasi : Tidak ada bekas operasi.
5) Genitalia
a) Vulva Vagina
(1) Varices : Tidak ada varices.
(2) Luka : Tidak ada luka.
(3) Kemerahan : Tidak ada kemerahan.
(4) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan.
(5) Kelenjar Bartholini :Tidak ada pembesaran.
(6) PPV : Terdapat pengeluaran pervaginan
dari darah merah pembalut penuh.
b) Anus : Tidak ada Haemoroid.
6) Ektremitas : atas : tidak oedema
Bawah : tidak oedema, tidak ada varies
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 15 Januari 2022 1
Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
Golongan Darah O+ A, AB, B, O
Hemoglobin 10,8 L : 14 – 18 g/dl
P : 11 – 16
34
C. Analisa Data
1. Diagnosa
Nn. A umur 14 tahun dengan dismenore.
2. Masalah
Nyeri, Lemas, dan susah konsentrasi
3. Kebutuhan
KIE tentang dismenore dan menu gizi seimbang
D. Penatalaksanaan
Hari/Tanggal : Sabtu, 15 Januari2022 jam : 16.00 WIB
1. Memberitahu Nn.A dan keluarga hasil pemeriksaan dan kondisi saat ini
yaitu Nn.A mengalami dismenore
Rasionalisasi : Hak –hak pasien untuk memperoleh informasi
untuk kondisi dan keadaan apa yang dia alami (Sarwono, 2018)
Evaluasi : pasien dan keluarga mengerti hasil pemeriksaan, mengerti tentang
penyebab dan cara untuk mengatasi masalah dismenore.
2. Menganjurkan Nn.A untuk melakukan kompres air hangat di daerah yang
nyeri dengan menggunakan botol yang dibungkus kain dan di tempel di
daerah yang sakit.
Rasionalisaasi : panas dari botol panas kedalam perut yang akan
melancarkan sirkulasi darah dan menurunkan ketegangan otot sehingga
akan menurunkan nyeri pada wanita yang mengalami dismenore.
Evaluasi :pasien dan keluarga tahu tentang cara mengatasi nyeri perut
3. Membimbing dan menganjurkan Nn.A untuk melakukan Active stretching
exercise (latihan peregangan aktif) untuk mengurangi nyeri haid
Rasionalisasi : Latihan stretching akan mengulur otot- otot bagian posterior,
otot abdominal, gluteus maksimus, dan hamstring, sehingga akan
meningkatkan aliran darah dan metabolisme uterus selama latihan serta
dapat menurunkan aktivitas saraf simpatik yang akan menyebabkan
penurunan kontraktilitas otot uterus sehingga hal itu dapat mengurangi
gejala dismenore.
Evaluasi : klien sudah mencoba dan akan melakukan latihan peregangan
aktif di rumah secara teratur dengan ketebtuan 3x seminggu durasi 30 menit.
35
4. Menganjurkan konsumsi menu gizi seimbang dengan perbanyak makan
yang mengandung protein dan serat tinggi serta mengurangi makanan tinggi
gula/karbohidrat, lemak dan kafein
Rasionalisasi : konsumsi menu gizi seimbang dengan perbanyak makan
buah dan sayur merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah. Selain itu, makanan tinggi
serat dapat menurunkan intensitas dismenore.
Evaluasi : klien telah mengetahui manfaat konsumsi gizi seimbang dan
bersedia untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang yang tinggi protein.
5. Menganjurkan klien untuk mengurangi konsumsi makanan instant
Rasionalisasi : konsumsi mananan instant selain nilai gizi yang kuranng dan
banyak bahan pengawet dapat mengganggu kesehatan tubuh apalagi pada
anak- anak dengan masa pertumbuhan.
Evaluasi : klien sudah mengetahui bahaya makanan instant dan berjanji
akan mengurangi konsumsi makanan instant.
6. Memberikan terapi farmakologi untuk mengobati dismenore.
Asam Mefenamat 500 mg x/ 3x1
Tablet Fe x/ 1x1
Vitamin C 50 mg x/ 1x1
Rasionalisasi : konsumsi Asam mefenamat dapa meredakan nyeri perut pada
remaja, sedangkan Fe dan Vit.C untuk mencegah terjadinya anemia pada
klien.
Evaluasi : klien sudah pahan dan bersedia mengikuti saran yang diberikan.
36
7. Memberikan konseling dan edukasi tentang penanganan kreatif gangguan
kesehatan reproduksi dismenore dengan menggunakan herbal rosella yang
dibuat dalam bentuk the.
Rasionalisasi : Kelopak bunga tersebut diketahui mengandung zat-zat
penting yang diperlukan oleh tubuh, seperti vitamin C, vitamin A, protein
esensial, kalsium, dan 18 jenis asam amino, termasuk arginina dan legnin
yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh. Selain itu rosella juga
bermanfaat terhadap penurunan nyeri
Evaluasi : klien tertarik untuk mencoba menggunakan herbal rosella
8. Menganjurkan istirahat cukup.
Rasionalisasi : istirahat yang cukup dapat memulihkan kesehatan dan
konsentrasi sehingga aktifitas selalu terjaga
Evaluasi : klien sudah pahan dan bersedia mengikuti saran yang diberikan.
37
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tentang dismenore dengan kajian teori jurnal Evidence
Based Kebidanan (EMB). Berdasarkan hasil pengkajian pada kasus Nn. A, umur 14
tahun diketahui bahwa klien mengalami nyeri saat menstruasi. Dari hasil pemeriksaan
fisik klien dengan keadaa umum baik, TTV dalam batas normal, namun pada
perhitungan IMT klien didapat angka 18,3 Kg/m 2 (< 18,5 Kg/m2 ) yang menandakan
IMT klien kurang ideal. Pada pemeriksaan inspeksi terlihat kelopak mata sedikit pucat
dan hasil pemeriksaan labor menunjukkan kadar Hb klien 10,8 gr/dl (< 11 gr/dl). Kadar
Hb yang sedikit dibawah normal ini masih dalam kategori normal karena klien sedang
Dismenore atau nyeri haid adalah nyeri pada abdomen yang dirasakan sesaat
sebelum atau pada saat menstruasi . Keluhan ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari,
nyeri dapat bersifat kolik atau terus menerus (Hayu Pangesti, 2017). Dismenore
dikelompokkan menjadi dismenore primer dan dismenore sekunder. Dismenore primer adalah
nyeri menstruasi tanpa kelainan patologis pada organ genetalia wanita. Perawatannya termasuk
konseling, obat pereda nyeri, dan terapi hormon . Dismenore sekunder disebabkan oleh kelainan
ginekologis yang dapat terjadi selama siklus menstruasi anovulasi (Wahyuni, 2020).
menampilkan satu atau lebih gejala mulai dari nyeri ringan hingga berat pada perut
bagian bawah, daerah pantat dan sisi medial paha. Rasa nyeri di perut bagian bawah,
menjalar ke daerah pinggang dan paha. Kadang-kadang disertai mual, muntah, diare,
sakit kepala dan emosi yang labil. Nyeri timbul sebelum haid dan berangsur hilang
setelah darah haid keluar (Anwar dkk, 2005). Nyeri haid dapat menyebabkan
terganggunya akitivitas hidup sehari-hari. Hasil oleh (Unsal, et al, 2010) yang berjudul
38
Prevalence of Dysmenorrhea and its effect on quality of laife among a group of female
yang umum, memiliki efek negatif pada kualitas hidup terkait kesehatan (HRQoL) di
kalangan mahasiswi.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Monday, et al, (2019) dengan judul
Prevalence and correlation between Diet and Dysmenorrhea among High School AND
Collage Students in Saint Vincent and Grenadines menyatakan bahwa mayoritas peserta
(81,74%) berasal dari kelompok usia 11-15 dan 16-20 tahun. 45,5% dari peserta
membuktikan dismenore pada setiap siklus menstruasi. Korelasi statistik antara diet dan
dismenore tidak signifikan (p> 0,05). Konsumsi minuman berkafein berkorelasi dengan
dismenore (p <0,05). Meskipun tidak signifikan secara statistik (p> 0,05), penelitian
tersebut melaporkan dismenore pada sebagian besar peserta yang mengonsumsi gula
dalam jumlah tinggi. Dari penelitian ini dapat dijelaskan bahwa konsumsi minuman
kafein dan konsumsi gula dalam jumlah tinggi dapat meningkatkan risiko dismenore.
Dismenore dipengaruhi oleh usia menarche dan aktivitas seksual. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian oleh Cureus (2020) yang berjudul Evaluation of Biological and
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur menarche dengan umur onset
dismenore. Nyeri hebat ditemukan pada pasien dengan onset dismenore usia <12
tahun. Korelasi yang signifikan ditemukan antara keparahan nyeri dan aktivitas seksual
dan antara jenis dismenore dan aktivitas seksual. Tidak ada korelasi signifikan yang
ditemukan antara nilai BMI, merokok, dan dismenore. Data yang diperoleh dapat
digunakan untuk mengembangkan program edukasi tentang dismenore pada remaja usia
menarche.
39
Pada umumnya dismneore yang dialami remaja adalah dismenore sekunder.
Pada kasus Nn.A dismenore yang dialminya cenderung kearah dismenor primer
(Asam mefenamat, SF, Vit.C) dan terapi komplementer (pemberian kompres hangat
pada bagian abdomen bawah, melakukan latihan peregangan aktif, penggunaan herbal
Rosella, konseling dan edukasi tentang asupan nutrisi dan diet makan pada klien).
Pemberian kompres hangat dapat menurunkan nyeri haid. Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian oleh Hayu Pangesti (2017) bahwa rata-rata nyeri dismenore primer
sebelum kompres hangat dengan skala 7,48, setelah kompres hangat dengan skala 4,74
dan ada pengaruh kompres hangat terhadap penurunan nyeri dismenore primer.
Penurunan nyeri terjadi disebabkan oleh perpindahan kalor secara konduksi dari buli-
buli panas yang berisi air hangat ke perut. Perpindahan kalor menyebabkan vasodilasi
dan melancarkan darah dan menurunkan ketegangan otot, sehingga terjadi penurunan
nyeri.
peregangan aktif secara teratur. Hal ini didukung dnegan hasil penelitian oleh Wahyuni
(2020) yang menyatakan bahwa active stretching exercise (latihan peregangan aktif)
dapat menurunkan nyeri dismenore. Latihan stretching akan mengulur otot- otot bagian
meningkatkan aliran darah dan metabolisme uterus selama latihan serta dapat
dengan konsumsi ramuan herbal rosella. Hail ini didasarkan pada hasil peneltian oleh
40
remaja terkait penanganan dismenore dengan menggunakan tanaman herbal rosella.
Pemanfaatan kelopak bunga Rosella sudah dikenal dan diteliti baik oleh pakar
Kelopak bunga tersebut diketahui mengandung zat-zat penting yang diperlukan oleh
tubuh, seperti vitamin C, vitamin A, protein esensial, kalsium, dan 18 jenis asam amino,
termasuk arginina dan legnin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh
(Mgaya, 2014). Secara tradisional, ekstrak kelopak rosella berkhasiat sebagai sedativ
buang air kecil), pelarut, dan tonik (Chumsri, et al., 2008). Hal ini menunjukkan bahwa
darah, menurunkan demam umum, melancarkan dahak bagi batuk berdahak, dan dapat
utama adalah dengan memberikan konseling dan edukasi kepada remaja untuk
meningkatkan pengetahuan tentang dismenore itu sendiri dan merubah pola hidup
menjadi lebih sehat sehingga memudahkan bagi mereka untuk memanajemen rasa nyeri
41
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
tersebut didapat dari pengumpulan data yaitu dari data subjektif dan objektif
pasien di mana dari data pasien yaitu pasien bernama Nn. A umur 14 tahun
dengan dismenore. Data objektif dilihat dari keadaan umum baik kesadaran
kebidanan Nn. A umur 14 tahun dengan dismenore, yang didapat dari data
subjektif dan objektif dari hasil pengkajian. Pada kasus ini Nn. A mengalami
3. Penulis telah mampu mengidentifikasi tidak ada diagnosa atau masalah potensial
yang mungkin akan terjadi pada Nn. A, hal ini ditunjukkan dengan keluhan yang
keluhan Nn.A, hal ini dikarenakan keluhan yang dialami oleh Nn. A merupakan
umur 14 Tahun dengan dismenore sesuai dengan asuhan yang diberikan yaitu
42
dengan memberikan informasi yang tepat mengenai keluhan yang dialami dan
B. Saran
klien sesuai dengan kebutuhannya. KIE tersebut dapat berupa Edukasi dan
43
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. 2017. Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil. Kemenkes
RI. Jakarta
Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014
Tentang Pedoman Gizi Seimbang, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta. (2014).
Badan Pusat Statistik dan Macro Internasional. 2015. Survei Kesehatan Reproduksi
Remaja Indonesia 2015. Jakarta.
World Health Organization. Mental health action plan 2013-2020. Switzerland: World
Health Organization. 2017. http://apps.who.int/iris/
bitstream/10665/89966/1/9789241506021_eng.pdf?ua=1 -Diakses Desember
2020
Badan Pusat Statistik dan Macro Internasional. 2015. Survei Kesehatan Reproduksi
Remaja Indonesia 2015. Jakarta.
Kumalasari I dan Andhyantoro I. 2018. Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba
Medika.
Wahyuni, et al, 2020. Manfaat Active Stretching Exercise untuk menurunkan Dismenore
Primer. University Research Colloquium 2020. 190-196
Monday, Anthony, et al, 2019. Prevalence and correlation between Diet and
Dysmenorrhea among High School AND Collage Students in Saint Vincent and
Grenadines. 2019 Mar 30; 7(6): 920–924.Published online 2019 Mar
28. doi: 10.3889/oamjms.2019.205
Unsal, Ayranci, et al, 2010. Prevalence of Dysmenorrhea and its effect on quality of
laife among a group of female university students. 2010 Mei; 115 (2): 138–145.
Diterbitkan online 2010 7 April. Doi: 10.3109 / 03009730903457218
Muacevic and JR Adler, 2020. Evaluation of Biological and Sociodemographic Factors
Affecting Dysmenorrhea. Cureus: Mei 2020; 12 (5): e7977.2020 Mei 5. doi: 10.7759 /
cureus.7977
Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2015. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Ed 4.
Jakarta: EGC
44
Hayu Pangesti, et al, 2017. Pengurangan Nyeri Dismenore Primer pada Remaja Putri
dengan Kompres Hangat. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai.Vol.10 (2)
Desember 2017: 97-102
Muflih dan Erwanto, 2018. Upaya Pengurangan Nyeri Dismenore Pada Remaja
Dengan Pemanfaatan Olahan Tanaman Herbal Rosella. Jurnal Pengabdian “
Dharma Bakti “ Vol.1, No.1, Februari 2018:11-14
45