Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn.A DENGAN DISMENORE PRIMER


DI PMB HJ,NOVRIANI,AMD.KEB KOTA JAMBI
TAHUN 2022

DOSEN PEMBIMBING
ATIKA FADHILA DANAZ NASUTION,M.Keb

Oleh :
Sika Hepriani
PO. 71242210056

PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES JAMBI
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan“Asuhan Kebidanan pada Nn. A dengan Dismenore primer di PMB


HJ,Novriani,Amd.Keb Kota Jambi” guna memenuhi tugas Stase Remaja dan Pra nikah
program studi profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Jambi tahun 2022.

Jambi, Januari 2022


Mahasiswa

Nur Hasanah
PO.71.24.22.100.56

Mengetahui :
Preseptor Akademik

Atika Fadhila Danaz Nasution, M.Keb

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus Mata Kuliah Praktik Asuhan
Kebidanan Komprehensif pada Remaja dan Pra Nikah Pada Nn. A dengan Dismenore
primer di PMB Hj,Novriani,Amd.Keb tahun 2022.
Penulisanan laporan ini dalam rangka menerapkan tugas mata kuliah praktik
klinik kebidanan komprehensif stase remaja dan pra nikah yang merupakan salah satu
mata kuliah atau kurikulum yang harus dilalui dalam proses pendidikan profesi
kebidanan. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Hj. Suryani, S.Pd, M.PH selaku Kepala Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Jambi
2. Lia Artika Sari, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes
Jambi
3. Atika Fadhila Danaz Nasution, M.Keb selaku Dosen Pembimbing Institusi
4. Hj,Novriani.Amd.Keb Selaku Pembimbing Lahan
5. Kakak-kakak bidan dan perawat serta rekan-rekan yang telah memberi banyak
masukan dalam laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih banyak kekurangan
sehingga penulis sangan mengharapkan saran maupun kritik yang memabngun demi
perbaikan pada penulisan selanjutnya. Semoga laporan ini memberikan manfaat bagi
pihak yang membutuhkannya.

Jambi, Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan .................................................................................................. i


Kata Pengantar........................................................................................................... ii
Daftar Isi..................................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 4
C. Tujuan........................................................................................................ 4
D. Manfaat ..................................................................................................... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Konsep dasar Dismenore............................................................................ 6
B. Manajemen Kebidanan ............................................................................. 27
B. Evidence Based Midwivery....................................................................... 17
BAB III. TINJAUAN KASUS
A. Tinjauan Kasus ........................................................................................ 25
BAB IV PEMBAHASAN
Analisis Kasus dengan kajian teori jurnal/EBM ........................................... 31
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 47
B. Saran ......................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan perempuan berpengaruh pada kualitas dan daya saing bangsa

karena perempuanlah yang melahirkan generasi penerus. Manusia yang berkualitas

lahir dari generasi muda yang berkualitas dan anak yang berkualitas lahir dari ibu

yang sehat. Upaya pemerintah menjamin akses pelayanan kesehatan reproduksi

yang bermutu, aman dan dapat dipertanggungjawabkan dengan menerbitkan PP no.

61 tahun 2014 yang bertujuan menjamin kesehatan ibu dalam usia reproduksi agar

mampu melahirkan generasi penerus yang sehat dan berkualitas serta mengurangi

angka kematian ibu (Kemenkes RI, 2017).

Intervensi terhadap peningkatan kesehatan ibu dan anak sangat penting

dilaksanakan tidak hanya pada kelompok ibu hamil dan anak saja melainkan perlu

melaksanakan lebih kearah hulu yaitu masa sebelum hamil dengan mengedepankan

aspek promotif dan preventif tanpa meninggalkan aspek kuratif dan rehabilitatif.

Sesuai dengan Permenkes no. 97 tahun 2014 yang berbunyi remaja, calon pengantin

dan pasangan usia subur merupakan kelompok sasaran strategis dalam upaya

peningkatan kesehatan pada masa sebelum hamil. Pada kelompok remaja pelayanan

kesehatan masa sebelum hamil ditujukan untuk mempersiapkan remaja menjadi

orang dewasa yang sehat dan produktif serta memiliki kehidupan reproduksi yang

sehat. Sedangkan untuk calon pengantin (catin) dan pasangan usia subur (PUS)

bertujuan untuk mempersiapkan pasangan yang sehat dan perempuan siap

menjalankan proses kehamilan dan persalinannya sehingga diharapkan melahirkan

bayi yang sehat (Kemenkes RI, 2017).

1
Salah satu permasalahan kesehatan yang sering muncul pada remaja atau pra

nikah adalah masalah gizi maupun gangguan pada system reproduksi. Gangguan

pada system reproduksi seperti dismenore, gangguan silkus haid, Infeksi saluran

kemih, keputihan dan lain-lain. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada kesehatan

remaja dan produktifitasnya akibat keluhan yang dirasakan. Dismenore (nyeri haid)

merupakan nyeri yang terjadi saat menstruasi hingga mengganggu aktivitas dan

membutuhkan istirahat atau penanganan khusus (Anurogo, 2011). Dismenore, salah

satu penyebab paling umum dari nyeri panggul dan gangguan menstruasi,

didefinisikan sebagai kram nyeri yang disebabkan uterus. Dismenore adalah nyeri

hebat yang terlokalisasi terutama di kuadran perut bagian bawah, menyerupai nyeri

persalinan. Nyeri ini dapat didefinisikan sebagai nyeri berat atau tumpul seperti

kram, yang menunjukkan adanya kompresi di daerah panggul (Muacevic, 2020).

Menurut World Health Organization (WHO) angka kejadian nyeri haid

didunia sangat tinggi. Angka kejadian dismenore sebesar 1.769.425 jiwa (90%)

dengan 10-15% mengalami dismenore berat. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di

setiap negara mengalami nyeri haid. Prevalensi nyeri haid di Amerika Serikat

diperkirakan 45-90%. Insiden nyeri haid pada remaja dilaporkan sekitar 92%, dari

Swedia dilaporkan nyeri haid pada 90% wanita yang berusia kurang dari 19 tahun

dan 67% wanita yang berusia 24 tahun. Angka kejadian dismenore di Indonesia

sebesar 107.673 jiwa, yang terdiri dari 59.671 jiwa mengala mi dismenorhea primer

dan 9.496 jiwa mengalami dismenorhea sekunder (Ramli,2018).

Kejadian Dismenore di Indonesia menurut Kemenkes RI tahun 2016

prevalensi angka kejadiannya sekitar 55%. Dari hasil penelitian, di Indonesia angka

kejadian dysmenore sebesar 64.25 % yang terdiri dari 54,89% dysmenore primer

dan 9,36 % dysmenore sekunder. Dismenore sangat berdampak pada remaja putri,

2
hal ini menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari. Dysmenorrhea juga

menyebabkan ketidakhadiran saat bekerja dan sekolah, sebanyak 13-51% wanita

telah absen sekali dan 5-14% berulangkali absen. Remaja yang mengalami

dysmenore pada saat menstruasi membatasi aktivitas harian mereka khususnya

aktivitas belajar di sekolah (Susanti, 2018).

Dismenore dikelompokkan menjadi dua yaitu dismenore primer (tanpa

kelainan patologis pada organ genetalia) dan dismenore sekunder (kelainan

ginekologis pada siklus menstruasi anovulasi). Angka kejadian dismenore primer

72,89% dan dismenore sekunder 27,11%. Insidensi dismenore di Indonesia

dilaporkan sebesar 64,25%, terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36%

dismenorea sekunder. Sekitar 75% wanita mengalami intensitas nyeri ringan atau

sedang dan 25% wanita mengalami nyeri parah yang membuat pasien tidak berdaya

(Wahyuni, 2020).

Menurut Wahyuni (2020) dalam penelitiannya menyatakan terdapat beberapa

tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi dismenore. Secara garis besar,

tindakan tersebut adalah tindakan farmakologis, nonfarmakologis (terapi

komplementer), dan bedah. Hal ini dilakukan berdasarkan jenis dan penyebab

terjadinya dismenore. Salah satu terapi komplementer yang dapat dilakukan adalah

dengan Active Stretching Exercise.

Selain itu penelitian Hayu Pangesti dan kawan-kawan (2017) menyatakan

bahwa terdapat pengurangan nyeri dismenore primer dengan kompres hangat. Rata-

rata nyeri dismenore primer sebelum kompres hangat dengan skala 7,48, setelah

kompres hangat dengan skala 4,74 dan ada pengaruh kompres hangat terhadap

penurunan nyeri dismenore primer

3
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh

tentang proses manajemen asuhan kebidanan remaja dengan Dismenore di PMB

Hj,Novriani.Amd.Keb Tahun 2022.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah dalam penulisan

laporan ini adalah masih ada remaja yang mengalami dismenore primer dan asuhan

kebidanan pada remaja dengan dismenore primer di PMB Novriani,Amd.Keb Tahun

2022.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu melakukan Asuhan Kebidanan Remaja dan Pranikah pada Nn.A di PMB

Hj.Novriani.Amd.Keb Tahun 2022. dengan manajemen kebidanan Varney.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian data pada remaja Nn.A dengan Dismenore

Primer menggunakan manajemen kebidanan varney.

b. Mampu melakukan Interpretasi data pada remaja Nn.A dengan Dismenore

Primer menggunakan manajemen kebidanan varney

c. Mampu melakukan identifikasi masalah dengan diagnosa potensial pada

remaja Nn.A dengan Dismenore Primer menggunakan manajemen

kebidanan varney

d. Mampu melakukan tindakan segera pada remaja Nn.A dengan Dismenore

Primer menggunakan manajemen kebidanan varney

e. Mampu merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada remaja Nn.A

dengan Dismenore Primer menggunakan manajemen kebidanan varney.

4
f. Mampu melaksanakan rencana tindakan yang sudah ditentukan pada remaja

Nn.A dengan Dismenore Primer menggunakan manajemen kebidanan

varney.

g. Mampu melaksanakan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan pada

remaja Nn.A dengan Dismenore Primer menggunakan manajemen

kebidanan varney.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi institusi pendidikan (Poltekkes jurusan kebidanan)

Hasil penulisan diharapkan dapat menambah wawasan dan iptek khususnya

mahasiswa kebidanan dalam menerapakan asuhan pada remaja dengan

dismenore primer, serta dapat menjadi dokumen dan bahan bacaan bagi

mahasiswa.

2. Bagi Lahan Praktik

Dapat menjadi masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada klien

remaja dan pra nikah.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Dismenore

1. Pengertian

Dismenore atau nyeri haid merupakan salah satu keluhan ginekologi yang

paling umum pada perempuan muda yang datang ke klinik atau dokter. Hampir

semua perempuan mengalami rasa tidak nyaman selama haid, seperti rasa tidak

enak di perut bagian bawah dan biasanya juga disertai dengan mual, pusing,

bahkan pingsan. Dengan demikian istilah disminor hanya digunakan jika nyeri

haid demikian hebatnya sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan

meninggalkan pekerjaan atau aktifitas rutinya sehari-hari selama beberapa jam

atau beberapa hari. Istilah ini juga digunakan jika nyeri haid yang terjadi

membuat perempuan tersebut tidak dapat aktifitas secara normal dan

memerlukan penanganan khusus (Anurogo, 2011).

Menstruasi seringkali muncul dengan berbagai jenis rasa nyeri. Nyeri yang

dirasakan setiap individu dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Secara

etimologi nyeri menstruasi (dismenore) berasal dari bahasa Yunani kuno

(Greek).Kata tersebut berasal dari dys yang berarti sulit, nyeri abnormal, meno

yang berarti bulan dan rrhea yang berarti aliran atau arus. Disimpulkan bahwa

dysmenorrhea atau dismenore adalah aliran menstruasi yang sulit atau aliran

menstruasi yang mengalami nyeri (Syafni, 2018).

Nyeri haid merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Istila

disminorea biasa dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat. Dalam kondisi ini

penderita harus mengibati dengan analgesik atau memeriksakan diri kedokter

6
dan mendapatkan penanganan, peraatan yang tepat. Disminorea berat adalah

nyeri haid yang disertai mual, muntah, diare, pusing, nyeri kepala, dan kadang-

kadang pinsan. Jika sudah demikian, penderita tidak boleh menganggap remeh

dan harus memeriksakan diri ke dokter. Penanganan pun akan dilakukan

menyeluruh dengan memerisa kondisi kesehatan dan latar belakang, serta

riwayat penyakit pada keluarga. Bisa jadi, kondisi nyeri tersebut dipicu oleh

penyakit lain (Anurogo,2011).

Dismenore merupakan rasa nyeri saat menstruasi yang mengganggu

kehidupan sehari-hari wanita dan mendorong penderita untuk melakukan

pemeriksaan atau konsultasi ke dokter, atau datang kebidan. Salah satu

terjadinya dismenore karena di temukannya perubahan kadar PGE2 dan PGF2a

dalam endometrium dan darah wanita yang menderita dismenore dengan kadar

yang sangat tinggi. Efek mual, muntah, bahkan diare akan terjadi apabila

dilepaksannya jumlah prostglandin dalam darah (Prawiroharjo, 2014).

2. Patofisiologi

Pada setiap bulannya wanita selalu mengalami menstruasi. Menstruasi

terjadi akibat adanya interaksi hormon di dalam tubuh manusia. Menurut

Anurogo (2011) interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, dan

indung telur menyebabkan lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal.

Hormon-hormon tersebut kemudian akan mememberikan sinyal pada telur di

dalam indung telur untuk berkembang. Telur akan dilepaskan dari indung telur

menuju tuba falopi dan menuju uterus. Telur yang tidak dibuahi oleh sperma

akan menyebabkan terjadinya peluruhan pada endometrium, luruhnya

endometrium menyebabkan perdarahan pada vagina yang disebut dengan

menstruasi.

7
Pada saat masa subur terjadi peningkatan dan penurunan hormon.

Peningkatan dan penurunan hormon terjadi pada fase folikuler (pertumbuhan

folikel sel telur). Pada masa pertengahan fase folikuler, kadar FSH (Follicle

Stimulating Hormone) akan meningkat dan merangsang sel telur untuk

memproduksi hormon estrogen. Pada saat estrogen meningkat maka kadar

progesteron akan menurun. Penurunan kadar progesteron ini diikuti dengan

adanya peningkatan kadar prostaglandin pada endometrium (Ernawati, 2017).

3. Faktor Penyebab

Dismenore primer terjadi akibat endometrium mengandung prostaglandin

dalam jumah tinggi. Endometrium yang mengandung prostaglandin meningkat,

mencapai tingkat maksimum pada wanita menstruasi di bawah pengaruh

progresteron selama fase luteal siklus menstruasi. Prostaglandin menyebabkan

kontraksi miometrium yang kuat dan mampu menyempitkan pembuluh darah,

mengakibatkan iskemia, disintegrasi endometrium, perdarahan, dan nyeri. Nyeri

mungkin mendahului sampai 24 jam sebelum pengeluaran darah menstruasi,

tetapi biasanya muncul bersamaan dengan pengeluaran darah menstruasi

(Syafni, 2018).

Dismenore sekunder meliputi suatu keadaan atau kelainan pelvis yang

menyebabkan rasa sakit. Keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan dismenore

adalah endometriosis, adenomiosis, infeksi dan pelekatan pelvis, kongesti pelvis,

stenosis serviks, polip endometrium yang menyebabkan sumbatan aliran keluar

serviks, penyakit radang panggul, perdarahan uterus disfungsional, prolaps

uterus, maladaptasi pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), produk

kontrasepsi yang tertinggal setelah abortus spontan, abortus terapeutik atau

melahirkan, kanker ovarium atau uterus. Penyebab utama dismenore primer

8
adalah adanya prostaglandin F2a (PGF2a) yang dihasilkan oleh endometrium.

PGF2a merupakan hormon yang diperlukan untuk menstimulasi kontraksi uterus

selama menstruasi (Prawiroharjo, 2014).

Penyebab dismenore dibedakan, menurut klasifikasinya, wanita lebih

sering mengalami dismenore primer, rendahnya kadar progesteron pada fase

corpus luteum. Hormon progesteron menghambat atau mencegah kontraksi

uterus sedangkan hormon esterogen merangsang kontraktilitas uterus. Di sisi

lain endometrium dalam fase sekresi memperoduksi prostaglandin F2 sehingga

menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika kadar prostaglandin yang

berlebihan memasuki peredaran darah maka selain disminorea dapat juga

dijumpai efek lainya seperti nuasea (mual), muntah, diare, flushing (respons

involunter tak terkontrol dari sistem saraf yang memicu pelebaran pembuluh

kapiler kulit, dapat berubah warna kemerahan atau sensasi panas). Jelasla bahwa

peningkatan kadar prostaglandin memegang pending pada penderita disminore

primer (Anurogo, 2011).

4. Klasifikasi

a. Dismenore Primer

Dismenore primer adalah nyeri perut bagian bawah yang terjadi pada

saat menstruasi tanpa terdapat gangguan fisik atau penyakit lain. Nyeri

tersebut terjadi akibat adanya jumlah prostaglandin F2α yang berlebihan

pada darah menstruasi, yang merangsang hiperaktivitas uterus. Dismenore

primer adalah nyeri pada saat menstruasi yang timbul tanpa ditemukan

adanya kelainan patologi pada panggul. Dismenore primer berhubungan

dengan siklus ovulasi dan disebabkan oleh kontraksi miometrium sehingga

terjadi iskemia akibat adanya prostaglandin yang diproduksi oleh

9
endometrium pada fase sekresi. Dismenore seringkali disertai dengan

keluhan mual, muntah, nyeri kepala, atau diare yang diduga timbul karena

prostaglandin (Prawirohardjo, 2014).

Dismenore primer adalah nyeri menstruasi tanpa kelainan patologis

pada organ genetalia wanita. Perawatannya termasuk konseling, obat pereda

nyeri, dan terapi hormone. Umumnya terjadi pada wanita nulipara muda

tanpa gangguan pada organ reproduksi (Wahyuni, 2020). Dismenore primer

adalah nyeri yang banyak dialami oleh remaja tanpa kelainan pada alat

genital. Menyatakan bahwa usia 15 tahun – 25 tahun wanita akan mengalami

dismenore primer dan akan menghilang setalah usia 30 tahun (Lestari,

2013).

b. Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder disebabkan oleh kelainan ginekologis yang dapat

terjadi selama siklus menstruasi anovulasi. Dismenorea sekunder lebih

sering terjadi pada wanita berusia lebih dari 20 tahun. Penyebab umum

dismenorea sekunder adalah endometriosis, penyakit radang organ

reproduksi, penggunaan alat kontrasepsi intrauterin (IUD), adenomiosis,

fibroid (mioma), dan polip endometrium ,kista ovarium, adhesi intra-uterine

atau stenosis serviks (Wahyuni, 2020).

Dismenore dapat timbul pada perempuan dengan menometroragia yang

meningkat. Disminorea sekunder berlangsung lebih lama dari pada dismonor

skunder. Dismenore sekunder adalah nyeri perut yang terjadi akibat

adanyagangguan fisik atau kondisi yang mendasari dan umumnya terjadi di

kalangan wanita berusia 40 tahun sampai 50 tahun. Gangguan fisikyang

10
terjadi seperti endometriosis, polip uteri, leiomioma, stenosis serviks, atau

penyakit radang panggul (Ernawati,2017).

5. Tanda dan Gejala Dismenore

Gejala utama adalah nyeri, dimulai pada saat wanita menstruasi. Nyeri

bersifat tajam, tumpul, siklik, atau menetap, dapat berlangsung dalam beberapa

jam sampai 1 hari. Kadang-kadang, gejala-gejala tersebut dapat lebih lama dari 1

hari tapi jarang melebihi 72 jam. Dismenore mungkin disertai oleh berbagai

gejala sistemik berupa mual, muntah,diare, kelelahan, perubahan emosional,

nyeri punggung, sakit kepala, bahkan pingsan. Setengah dari wanita yang

mengalami masa haid ini amat menderita ketika mengalami masa hait ini amat

menderita dan amat menyakitkan (Ernawati,2017).

Menurut Nugroho (2014), dismenore menyebabkan nyeri yang dirasakan

hilang timbul dan terjadi terus-menerus yang terasa pada perut bagian bawah.

Nyeri yang dirasakan akan terjadi sebelum dan selama menstruasi. Gejala klinis

dismenore adalah nyeri paha, nyeri punggung, muntah, dan mudah tersinggung.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Dismenore

Menurut anurogo (2011), faktor-faktor resiko berikut ini berhubungan

dengan nyeri disminorea yang berat :

a. Menarche sebelum usia 12 tahun akan mengalami paparan prostaglandin

uterus lebih lama.

b. Priode haid yang lama.

c. Kegemukan.

d. Aliran menstruasi yang meningkat akan menyebabkan peningkatan

konsentrasi prostaglandin yang beredar dalam darah menstruasi.

11
e. Stres dapat menghambat pelepasan follicle stimulating hormone dan

luteinizing hormone sehingga menganggu sekresi hormon progesteron yang

menyebabkan peningkatan prostaglandin.

f. Sindrom pramenstruasi (PMS).

g. Riwayat penyakit radang panggul.

h. Endometriosis

i. Andenomyosis

j. Endometrial carcinoma (kangker endometrium).

7. Penatalaksanaan Dismenore

Penatalaksanaan dismenore dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:

- Terapi Farmakologi

menggunakan obat antiinflamasi non steroid atau Non Steroid Anti

Inflammatory Drug (OAINS/NSID). NSAID bekerja dengan mengurangi

produksi prostaglandin sehingga kontraksi uterus dapat dikurangi. Dengan

demikian nyeri juga akan berkurang. NSAID termasuk obat penghilang rasa

sakit yang umum seperti aspirin, naproxen, ibuprofen, dan asam mefenamat

(Wanyuni, 2020).

- Terapi Nonfarmakologi (Tetapi Komplenter)

Pengobatan non-farmakologis terdiri dari terapi komplementer, fisioterapi,

suplemen makanan, dan modifikasi gaya hidup (exercise), obat herbal jepang,

akupunktur, akupresur, terapi horizon, dan obat-obatan tradisional lainnya

(Wahyuni, 2020).

- Terapi pembedahan

Terapi bedah yang dilakukan karena ada indikasi tertentu yang disebabkan

oleh gangguan pada organ reproduksi (Wahyuni, 2020)

12
Bagan:
Pathway Dismenore

13
Gambar 2.1
Mind Maping Dismenore

14
Sumber:
Anorogo (2011), Syafni (2018), Prawiroharjo (2014), Ernawaiti (2014), Wahyuni (2020),
Lestari (2013), dan Nugroho (2014).

B. Tinjauan Umum Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan

15
1. Pengertian manajemen kebidanan

Manajemen kebidanan adalah satu metode pendekatan pemecahan masalah

yang digunakan oleh bidan dalam proses pemecahan masalah dalam pemberian

pelayanan asuhan kebidanan, atau merupakan proses pemecahan masalah yang

digunakan oleh bidan serta merupakan metode yang terorganisir melalui

tindakan logika dalam memberi pelayanan.

2. Tahapan dalam manajemen kebidanan menurut Helen Varney

Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah asuhan kebidanan yang

dimulai dengan pengumpulan data dasar yang diakhiri dengan evaluasi. Tahapan

dalam proses manajemen asuhan kebidanan ada 7 langkah yaitu :

a. Pengkajian dalam pengumpulan data dasar yang lengkap untuk menilai

keadaan klien. Yang termasuk data dasar adalah riwayat kesehatan klien,

pemeriksaan fisik, dan catatan riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang,

pemeriksaan laboratorium. Semua data tersebut di atas harus memberikan

informasi yang saling berhubungan dari semua sumber dan menggambarkan

kondisi ibu yang sebenarnya.

b. Identifikasi diagnose/masalah actual.

Menginterprestasikan data secara spesifik mengenai diagnose dan masalah.

Kata diagnose dan masalah selalu digunakan namun keduanya mempunyai

pengertian yang berbeda. Masalah lebih sering berhubungan dengan apa

yang dialami oleh seseorang, menguraikan suatu kenyataan yang ia rasakan

sebagai suatu masalah. Sedangkan diagnose lebih sering diidentifikasi oleh

bidan yang berfokus pada apa yang dialami oleh klien.

c. Antisipasi diagnosa/masalah potensial

16
Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifakasi faktor-faktor potensial

yang memerlukan antisipasi segera tindakan pencegahan jika

memungkinkan atau waspada sambil menunggu dan mempersiapkan

pelayanan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi.

d. Evaluasi perlunya tindakan segera/kolaborasi

Proses manajemen kebidanan dilakukan secara terus menerus selama klien

dalam perawatan bidan. Proses terus menerus ini menghasilkan data baru

segera dinilai. Data yang muncul dapat menggambarkan suatu keadaan

darurat dimana bidan harus segera bertindak untuk menyelamatkan klien.

e. Rencana asuhan kebidanan

Rencana tindakan konfrehensif bukan hanya meliputi kondisi klien serta

hubungannya dengan masalah yang dialami klien akan tetapi meliputi

antisipasi dengan bimbingan terhadap klien, serta konseling, bila perlu

mengenai ekonomi, agama, budaya, atau masalah psikologis. Rencana

tindakan harus disetujui klien, oleh sebab itu harus didiskusikan dengan

klien. Semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional yang

relevan dan diakui kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus

dianalisa secara teoritis.

f. Pelaksanaan asuhan kebidanan (Implementasi)

Pelaksanaan rencana asuhan kebidanan (Implementasi) dilaksanakan oleh

bidan dan sebagian dilaksanakan oleh ibu sendiri, dan anggota tim

kesehatan lainnya berdasarkan rencana yang ditetapkan.

g. Evaluasi asuhan kebidanan

17
Langkah akhir kebidanan adalah evaluasi, namun sebenarnya evaluasi ini

dilakukan pada setiap langkah kebidanan. Pada tahap evaluasi bidan harus

mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan kebidanan yang diberikan

kepada klien. (Varney, 2019:1958).

3. Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)

a. Data subjektif

Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata mencakup

nama, umur, pekerjaan,status perkawinan, pendidikan serta keluhankeluhan

yang diperoleh dari hasil wawancara langsung pada klien atau keluarga dan

tenaga kesehatan lainnya.

b. Data Objektif

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi, palpasi,

auskultasi, perkusi, serta pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan

laboratorium.

c. Assesmen/Diagnosa

Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan masalah yang

mencakup kondisi tersebut. Penegakan diagnose kebidanan dijadikan

sebagai dasar tindakan dalam upaya menanggulangi ancaman keselamatan

ibu.

d. Planning/Perencanaan

Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh

bidan dalam melakukan intervensi untuk mencegah masalah pasien/klien.

(Wahyuningsih, 2018).

C. Teori Evidence Based Midwifery(EBM)

18
1. Pengertian

Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan

pengalaman atau kebiasaaan semata.

Evidence based midwifery adalah pemberian informasi kebidanan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan.

Praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil

penelitian dan pengalaman praktik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia.

Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi (Jayanti,

2020).

2. Manfaaat Evidence based Midwifery dalam Praktik Kebidanan

Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan evidence

based tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka kematian ibu

hamil dan risiko-risiko yang dialami selama persalinan bagi ibu dan bayi serta

bermanfaat juga untuk memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat.

3. Kategori Evidence Based Menurut World Health Organization (2017)

Menurut WHO, Evidence based terbagi sebagai berikut:

a. Evidenve-based Medicine adalah pemberian informasi obat-obatan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan. Temuan

obat baru yang dapat saja segera ditarik dan peredaran hanya dalam waktu

beberapa bulan setelah obat tersebut dipasarkan, karena di populasi terbukti

memberikan efek samping yang berat pada sebagian penggunanya.

b. Evidence-based Policy adalah satu sistem peningkatan mutu pelayanan

kesehatan dan kedokteran (Clinical Governance): suatu tantangan profesi

kesehatan dan kedokteran di masa mendatang.

19
c. Evidence based Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.

d. Evidence based report adalah mgmpakan bentuk penulisan laporan kasus

yang baru berkembang, memperlihatkan bagaimana hasil penelitian dapat

diterapkan pada semua tahapan penatalaksanaan pasien.

4. Sumber Evidence Based

Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari internet

maupun berlangganan baik hardcopy seperti majalah, bulletin, atau CD. Situs

internet yang ada dapat diakses, ada yang harus dibayar namun banyak pula

yang public domain

5. Evidece Based Midwifery pada kasus

a. Prevalence and correlation between Diet and Dysmenorrhea among High

School and Collage Students in Saint Vincent and Grenadines (Monday, et

al, 2019)

Dismenore terjadi sebagai salah satu gejala menstruasi. Meskipun

tidak selalu merupakan kondisi yang mengganggu setiap wanita. Hal itu

diketahui menyebabkan gangguan yang nyata pada aktivitas

seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh diet tertentu

terhadap prevalensi dan beratnya dismenore.

Hasil penelitian menyatakan mayoritas peserta (81,74%) berasal dari

kelompok usia 11-15 dan 16-20 tahun. 45,5% dari peserta membuktikan

dismenore pada setiap siklus menstruasi. Korelasi statistik antara diet dan

dismenore tidak signifikan (p> 0,05). Konsumsi minuman berkafein

berkorelasi dengan dismenore (p <0,05). Meskipun tidak signifikan secara

statistik (p> 0,05), penelitian tersebut melaporkan dismenore pada sebagian

20
besar peserta yang mengonsumsi gula dalam jumlah tinggi. Penelitian ini

menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang ditemukan antara diet dan

kejadian dan keparahan dismenore di antara sampel yang diskrining di Saint

Vincent dan Grenadines. Namun, tampaknya diet tinggi gula mungkin

mendapat manfaat dari penelitian lebih lanjut.

b. Evaluation of Biological and Sociodemographic Factors Affecting

Dysmenorrhea (Muacevic, 2020)

Dismenore adalah penyebab terpenting nyeri panggul kronis pada

wanita. Terkadang, dismenore bisa menjadi cukup parah, menyebabkan

wanita datang ke bagian gawat darurat. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dismenore pada pasien

wanita yang datang ke bagian gawat darurat rumah sakit kami.

Hasil penelitian ini yaitu usia rata-rata pasien adalah 21,80 ± 3,75

tahun. Ada hubungan yang bermakna antara jenis dismenore dengan

aktivitas seksual (p = 0,001). Ada perbedaan yang signifikan secara statistik

antara usia saat menarke dan usia onset dismenore (p

<0,001). Ketidakhadiran lebih jarang terjadi pada pasien dengan usia onset

dismenore <12 tahun dibandingkan dengan kelompok usia lainnya (p <0,05).

Kesimpulan dari penelitian ini terdapat hubungan yang bermakna

antara umur menarche dengan umur onset dismenore. Nyeri hebat ditemukan

pada pasien dengan onset dismenore usia <12 tahun. Korelasi yang

signifikan ditemukan antara keparahan nyeri dan aktivitas seksual dan antara

jenis dismenore dan aktivitas seksual. Tidak ada korelasi signifikan yang

ditemukan antara nilai BMI, merokok, dan dismenore. Data yang diperoleh

21
dapat digunakan untuk mengembangkan program edukasi tentang dismenore

pada remaja usia menarche.

c. Prevalence of Dysmenorrhea and its effect on quality of laife among a group

of female university students (Unsal, et al, 2010)

Tujuannya penelitian ini adalah adalah untuk mengevaluasi

prevalensi dismenore dan mengetahui pengaruhnya terhadap kualitas hidup

terkait kesehatan (HRQoL) di antara sekelompok mahasiswi. Hasil

penelitian menyatakan bahwa prevalensi dismenore ditemukan 72,7% dan

secara signifikan lebih tinggi pada konsumen kopi, wanita dengan durasi

menstruasi ≥7 hari, dan mereka yang memiliki riwayat keluarga positif

dismenore bila dibandingkan dengan yang lain ( P <0,05, masing-masing) .

Berdasarkan analisis multivariat, konsumsi kopi (OR 2.084), lama

menstruasi ≥7 hari (OR 1.590), dan riwayat keluarga positif dismenore (OR

3.043) merupakan faktor risiko penting terjadinya dismenore. Kecuali untuk

fungsi sosial, peran-emosional, dan domain kesehatan mental, poin SF-36

yang diterima dari domain lain lebih tinggi pada wanita dengan dismenore

(untuk masing-masingP <0,05). Dengan pengecualian dari skor yang

diterima dari fungsi fisik dan domain peran-emosional, skor yang diterima

dari domain lain dari skala SF-36 menunjukkan penurunan dengan

meningkatnya keparahan dismenore ( P <0,05, untuk masing-masing).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah dismenore merupakan masalah

kesehatan yang umum, memiliki efek negatif pada HRQoL di kalangan

mahasiswi.

d. Pengurangan Nyeri Dismenore Primer pada Remaja Putri dengan Kompres

Hangat (Hayu Pangesti, et al, 2017)

22
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompres hangat

terhadap pengurangan nyeri dismenore primer pada remaja putri di SMA

Negeri 4 Kota Metro tahun 2017. Metode penelitian ini adalah

praeksperimen one group pretest posttest design yang dilakukan pada bulan

April 2017. Kompres hangat sebagai variabel intervensi dan nyeri dismenore

sebagai variabel efek. Populasi penelitian adalah semua remaja putri yang

mengalami dismenore primer dengan jumlah sampel 23 orang diambil

dengan teknik consecutive sampling. Pengumpulan data dengan cara

observasi. Analisis bivariat menggunakan uji statistik dependen non

parametrik dengan uji wilcoxon.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nyeri dismenore primer

sebelum kompres hangat dengan skala 7,48, setelah kompres hangat dengan

skala 4,74 dan ada pengaruh kompres hangat terhadap penurunan nyeri

dismenore primer. Penurunan nyeri terjadi disebabkan oleh perpindahan

kalor secara konduksi dari buli-buli panas yang berisi air hangat ke perut.

Perpindahan kalor menyebabkan vasodilasi dan melancarkan darah dan

menurunkan ketegangan otot, sehingga terjadi penurunan nyeri (Potter &

Perry, 2015).

Kesimpulan penelitian menunjukkan kompres hangat mengurangi nyeri

dismenore primer pada remaja putri. Remaja putri atau perempuan dapat

menjadikan kompres hangat sebagai terapi komplementer untuk mengurangi

nyeri dismenore dan penanganan di rumah sebelum penanganan yang

lainnya.

e. Manfaat Active Stretching Exercise untuk menurunkan Dismenore Primer

(Wahyuni, 2020)

23
Dismenore merupakan salah satu masalah kesehatan yang dialami oleh

sebagian besar wanita muda. Dismenore dikelompokkan menjadi dismenore

primer dan dismenore sekunder. Insiden dismenore primer di Indonesia

cukup tinggi yaitu 64,25%. Ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan

untuk menurunkan dismenore primer, diantaranya menggunakan obat pereda

nyeri, terapi hormone dan terapi non farmakologis lainnya. Modalitas

fisioterapi berupa exercise dapat menjadi salah satu alternative untuk

menurunkan nyeri dismenore.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat active

stretching exercise dalam menurunkan dismenore. Metode penelitian yang

digunakan adalah pre eksperimen dengan perlakuan menggunakan active

stretching exercise terhada 15 responden yang mengalami dismenore primer.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa active stretching exercise dapat

menurunkan nyeri dismenore. Latihan stretching akan mengulur otot- otot

bagian posterior, otot abdominal, gluteus maksimus, dan hamstring,

sehingga akan meningkatkan aliran darah dan metabolisme uterus selama

latihan serta dapat menurunkan aktivitas saraf simpatik yang akan

menyebabkan penurunan kontraktilitas otot uterus sehingga hal itu dapat

mengurangi gejala dismenore. Kesimpulan pada penelitian ini adalah active

stretching exercise bermanfaat untuk mengurangi nyeri dismenore primer.

f. Upaya Pengurangan Nyeri Dismenore Pada Remaja Dengan Pemanfaatan

Olahan Tanaman Herbal Rosella (Muflih, 2018)

Tujuan penelitian adalah terjadinya peningkatkan pengetahuan melalui

upaya kegiatan penyuluhan dan informasi terkait dismenore dan

pemanfaatan herbal menjadi teh herbal. Peningkatan ketrampilan yang

24
berbasis pemberdayaan masyarakat melalui pembuatan teh herbal dari

tanaman herbal rosella sebagai salah satu alternatif penurunan nyeri

dismenore. Metode kegiatan yang dilakukan adalah pendidikan kesehatan

dan demonstrasi pembuatan teh herbal bersama-sama remaja. Tahapan

kegiatan adalah sosialisasi, identifikasi kader remaja dan pendidikan

kesehatan serta pelatihan pembuatan teh herbal rosella.

Pemanfaatan kelopak bunga Rosella sudah dikenal dan diteliti baik

oleh pakar kesehatan modern maupun pakar kesehatan tradisional di

berbagai negara di dunia. Kelopak bunga tersebut diketahui mengandung

zat-zat penting yang diperlukan oleh tubuh, seperti vitamin C, vitamin A,

protein esensial, kalsium, dan 18 jenis asam amino, termasuk arginina dan

legnin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh (Mgaya, 2014).

Secara tradisional, ekstrak kelopak rosella berkhasiat sebagai sedativ

(penenang), antibiotik, aprodisiak (meningkatkan gairah seksual), diuretik

(melancarkan buang air kecil), pelarut, dan tonik (Chumsri, et al., 2008). Hal

ini menunjukkan bahwa rosella juga bermanfaat terhadap penurunan nyeri

dismenore, melancarkan peredaran darah, menurunkan demam umum,

melancarkan dahak bagi batuk berdahak, dan dapat dimanfaatkan untuk

melancarkan buang air besar.

Pemberian ekstrak kelopak rosella yang mengandung 9,6 miligram

anthocyaninsetiap hari selama 4 minggu, mampu menurunkan tekanan darah

yang hampir sama dengan pemberian captopril 50 mg/hari. Rosella

terstandar tersebut dibuat dari 10 gram kelopak kering dan 0,52 liter air

(Herrera-Arellano, 2004).

25
Hasil kegiatann didapatkan bahawa nilai evaluasi yang dilakukan

selama kegiatan sudah masuk kategori baik (90 %) yang dimana beberapa

point yang diharapkan atau ditargetkan sudah tercapai. Pemuda-Pemudi

Padukuhan Tonggalan mampu memahami, mau menanam & memelihara

rosella. Kegiatan pengabdian masyarakat efektif meningkatan pengetahuan

dan kemampuan remaja terkait penanganan dismenore dengan menggunakan

tanaman herbal rosella. Tindak lanjut dari kegiatan pengabdian ini adalah

menjadi bahan panduan edukasi kesehatan penanganan gangguan kesehatan

reproduksi dismenore dengan menggunakan herbal rosella.

26
ASUHAN KEBIDANAN REMAJA
PADA NN. A UMUR 12 TAHUN

Hari/Tanggal Pengkajian : Kamis, 15 Januari 2022 Jam : 16.00 WIB


I. PENGKAJIAN DATA
A. Data Subjektif
1. Identitas Pasien Identitas Wali Pasien
Nama : Nn.A Nama : Ny.R
Umur : 14 tahun Umur : 36 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku Bangsa : Melayu Suku Bangsa : Melayu
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar Pekerjaan : IRT
Alamat : RT. 12 Payo Selincah
2. Keluhan Utama
Nn.A mengatakan sedang menstruasi hari pertama dan nyeri perut yang
cukup menganggu sampai kadang merasa lemas.
3. Data Kebidanan
a. Riwayat Menstruasi
1) Menarche : 12 tahun
2) Siklus : ± 28 hari teratur
3) Lama : 6-7 hari
4) Banyaknya : ganti pembalut 2x/hari
5) Bau : bau anyir
6) Keluhan : nyeri perut kadang-kadang pada hari 1-3
4. Data Kesehatan
a. Riwayat penyakit sistemik yang pernah/sedang diderita
1) Jantung : Nn.A mengatakan tidak merasa berdebar-debar
saat melakukan aktifitas ringan dan tidak berkeringat
dingin ditelapak tangan.
2) Ginjal : Nn.A mengatakan tidak pernah merasa
sakit pinggang dan saat buang air kecil tidak sakit.
3) Asma : Nn.A mengatakan tidak pernah sesak nafas.

31
4) TBC : Nn.A mengatakan tidak pernah batuk
berkepanjangan selama 3 bulan.
5) Hepatitis : Nn.A mengatakan pada mata, kuku, dan kulit
tidak pernah berwarna kuning.
6) Hipertensi : Nn.A mengatakan tidah pernah merasakan
sakit kepala hebat, pandangan kabur, dan tekanan darah
> 140/90 mmHg.
b. Riwayat penyakit ginekologi
Nn.A mengatakan tidak pernah merasakan gejala rasa sakit, benjolan,
luka, serta keluarnya cairan nanah di kemaluan, Nn.A mengatakan hanya
merasakan nyeri pada perut bawah saat menstruasi.
5. Data kebutuhan dasar
a. Pola nutrisi
Nn.A mengatakan makan 2 x/hari dan tidak pernah sarapan porsi sedang,
jenis makanan nasi, lauk, dan lebih suka makanan instan, kurang suka
makan sayur serta minum 6-7 gelas/hari jenis air putih dan teh.
b. Pola eliminasi
Nn.A mengatakan BAB 1 kali/hari konsistensi lembek serta BAK 3-5
kali/hari, warna urine kuning jernih, bau khas urine.
c. Aktifitas
Nn.A mengatakan sehari-hari sekolah, membantu pekerjaan orang tua,
dan bermain.
d. Istirahat / Tidur
Nn. A mengatakan jarang tidur siang dan tidur malam 6 - 7 jam per hari.
e. Personal Hygiene
Nn.A mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 3x sehari, ganti pakaian
2x sehari dan keramas 3x dalam seminggu, memakai cairan pembersih
vagina.
6. Data psikososial
a. Pengetahuan tentang gangguan/penyakit yang diderita
Nn.A mengatakan belum mengetahui penyebab nyeri perut saat
menstruasi.

32
b. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
Nn.A hanya mengetahui bahwa harus menjaga kebersihan area
kewanitaannya, tetapi tidak mengetahui tentang alat reproduksi dan
gangguan reproduksi yang mungkin terjadi.
c. Dukungan keluarga
Keluarga dan kerabat selalu mendukung Nn.A untuk cepat sembuh dan
kembali pulih seperti semula, dimana Nn.A selalu ditemani oleh keluarga
dan kerabat saat memerlukan bantuan dan memenuhi kebutuhannya.
d. Keadaan psikologi
Nn.A mengatakan cemas dengan kondisinya, karena takut terjadi
gangguan kesehatan yang serius dan mengganggu proses belajar.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TB : 155 cm, IMT: 18,3 Kg/m2 (Normal:18,5-24,9).
d. BB : 44 kg
e. TTV :
TD : 90/60 mmHg S : 36,7˚C
N : 80 x/menit R : 20 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Rambut : Bersih, tidak berketombe, dan tidak mudah
rontok.
2) Muka : Bersih, tidak oedema
3) Mata : Conjungtiva pucat, sclera putih
4) Hidung : Bersih, tidak ada secret dan tidak ada benjolan.
5) Telinga : Simetris, bersih, dan tidak ada serumen.
6) Mulut / gigi / gusi : Bibir kering, bersih, tidak Stomatitis, tidak
caries, tidak bengkak dan tidak berdarah.
b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar gondok, tidak ada
pembesaran vena, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.

33
c. Dada dan Axilla
1) Dada : Normal, simetris
2) Mammae
a) Membesar : Normal, tidak teraba benjolan abnormal.
b) Simetris : Simetris kanan dan kiri.
3) Axilla
a) Benjolan : Tidak ada benjolan.
b) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan.
4) Abdomen
a) Benjolan : Tidak ada benjolan atau pembesaran
abnormal
b) Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan.
c) Bekas luka operasi : Tidak ada bekas operasi.
5) Genitalia
a) Vulva Vagina
(1) Varices : Tidak ada varices.
(2) Luka : Tidak ada luka.
(3) Kemerahan : Tidak ada kemerahan.
(4) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan.
(5) Kelenjar Bartholini :Tidak ada pembesaran.
(6) PPV : Terdapat pengeluaran pervaginan
dari darah merah pembalut penuh.
b) Anus : Tidak ada Haemoroid.
6) Ektremitas : atas : tidak oedema
Bawah : tidak oedema, tidak ada varies
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 15 Januari 2022 1
Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
Golongan Darah O+ A, AB, B, O
Hemoglobin 10,8 L : 14 – 18 g/dl
P : 11 – 16

34
C. Analisa Data
1. Diagnosa
Nn. A umur 14 tahun dengan dismenore.
2. Masalah
Nyeri, Lemas, dan susah konsentrasi
3. Kebutuhan
KIE tentang dismenore dan menu gizi seimbang

D. Penatalaksanaan
Hari/Tanggal : Sabtu, 15 Januari2022 jam : 16.00 WIB
1. Memberitahu Nn.A dan keluarga hasil pemeriksaan dan kondisi saat ini
yaitu Nn.A mengalami dismenore
Rasionalisasi : Hak –hak pasien untuk memperoleh informasi
untuk kondisi dan keadaan apa yang dia alami (Sarwono, 2018)
Evaluasi : pasien dan keluarga mengerti hasil pemeriksaan, mengerti tentang
penyebab dan cara untuk mengatasi masalah dismenore.
2. Menganjurkan Nn.A untuk melakukan kompres air hangat di daerah yang
nyeri dengan menggunakan botol yang dibungkus kain dan di tempel di
daerah yang sakit.
Rasionalisaasi : panas dari botol panas kedalam perut yang akan
melancarkan sirkulasi darah dan menurunkan ketegangan otot sehingga
akan menurunkan nyeri pada wanita yang mengalami dismenore.
Evaluasi :pasien dan keluarga tahu tentang cara mengatasi nyeri perut
3. Membimbing dan menganjurkan Nn.A untuk melakukan Active stretching
exercise (latihan peregangan aktif) untuk mengurangi nyeri haid
Rasionalisasi : Latihan stretching akan mengulur otot- otot bagian posterior,
otot abdominal, gluteus maksimus, dan hamstring, sehingga akan
meningkatkan aliran darah dan metabolisme uterus selama latihan serta
dapat menurunkan aktivitas saraf simpatik yang akan menyebabkan
penurunan kontraktilitas otot uterus sehingga hal itu dapat mengurangi
gejala dismenore.
Evaluasi : klien sudah mencoba dan akan melakukan latihan peregangan
aktif di rumah secara teratur dengan ketebtuan 3x seminggu durasi 30 menit.

35
4. Menganjurkan konsumsi menu gizi seimbang dengan perbanyak makan
yang mengandung protein dan serat tinggi serta mengurangi makanan tinggi
gula/karbohidrat, lemak dan kafein
Rasionalisasi : konsumsi menu gizi seimbang dengan perbanyak makan
buah dan sayur merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah. Selain itu, makanan tinggi
serat dapat menurunkan intensitas dismenore.
Evaluasi : klien telah mengetahui manfaat konsumsi gizi seimbang dan
bersedia untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang yang tinggi protein.
5. Menganjurkan klien untuk mengurangi konsumsi makanan instant
Rasionalisasi : konsumsi mananan instant selain nilai gizi yang kuranng dan
banyak bahan pengawet dapat mengganggu kesehatan tubuh apalagi pada
anak- anak dengan masa pertumbuhan.
Evaluasi : klien sudah mengetahui bahaya makanan instant dan berjanji
akan mengurangi konsumsi makanan instant.
6. Memberikan terapi farmakologi untuk mengobati dismenore.
Asam Mefenamat 500 mg x/ 3x1
Tablet Fe x/ 1x1
Vitamin C 50 mg x/ 1x1
Rasionalisasi : konsumsi Asam mefenamat dapa meredakan nyeri perut pada
remaja, sedangkan Fe dan Vit.C untuk mencegah terjadinya anemia pada
klien.
Evaluasi : klien sudah pahan dan bersedia mengikuti saran yang diberikan.

36
7. Memberikan konseling dan edukasi tentang penanganan kreatif gangguan
kesehatan reproduksi dismenore dengan menggunakan herbal rosella yang
dibuat dalam bentuk the.
Rasionalisasi : Kelopak bunga tersebut diketahui mengandung zat-zat
penting yang diperlukan oleh tubuh, seperti vitamin C, vitamin A, protein
esensial, kalsium, dan 18 jenis asam amino, termasuk arginina dan legnin
yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh. Selain itu rosella juga
bermanfaat terhadap penurunan nyeri
Evaluasi : klien tertarik untuk mencoba menggunakan herbal rosella
8. Menganjurkan istirahat cukup.
Rasionalisasi : istirahat yang cukup dapat memulihkan kesehatan dan
konsentrasi sehingga aktifitas selalu terjaga
Evaluasi : klien sudah pahan dan bersedia mengikuti saran yang diberikan.

37
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang dismenore dengan kajian teori jurnal Evidence

Based Kebidanan (EMB). Berdasarkan hasil pengkajian pada kasus Nn. A, umur 14

tahun diketahui bahwa klien mengalami nyeri saat menstruasi. Dari hasil pemeriksaan

fisik klien dengan keadaa umum baik, TTV dalam batas normal, namun pada

perhitungan IMT klien didapat angka 18,3 Kg/m 2 (< 18,5 Kg/m2 ) yang menandakan

IMT klien kurang ideal. Pada pemeriksaan inspeksi terlihat kelopak mata sedikit pucat

dan hasil pemeriksaan labor menunjukkan kadar Hb klien 10,8 gr/dl (< 11 gr/dl). Kadar

Hb yang sedikit dibawah normal ini masih dalam kategori normal karena klien sedang

dalam masa menstruasi dan menahan rasa nyeri haidnya..

Dismenore atau nyeri haid adalah nyeri pada abdomen yang dirasakan sesaat

sebelum atau pada saat menstruasi . Keluhan ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari,

nyeri dapat bersifat kolik atau terus menerus (Hayu Pangesti, 2017). Dismenore

dikelompokkan menjadi dismenore primer dan dismenore sekunder. Dismenore primer adalah

nyeri menstruasi tanpa kelainan patologis pada organ genetalia wanita. Perawatannya termasuk

konseling, obat pereda nyeri, dan terapi hormon . Dismenore sekunder disebabkan oleh kelainan

ginekologis yang dapat terjadi selama siklus menstruasi anovulasi (Wahyuni, 2020).

Dismenore timbul akibat kontraksi disritmik lapisan miometrium yang

menampilkan satu atau lebih gejala mulai dari nyeri ringan hingga berat pada perut

bagian bawah, daerah pantat dan sisi medial paha. Rasa nyeri di perut bagian bawah,

menjalar ke daerah pinggang dan paha. Kadang-kadang disertai mual, muntah, diare,

sakit kepala dan emosi yang labil. Nyeri timbul sebelum haid dan berangsur hilang

setelah darah haid keluar (Anwar dkk, 2005). Nyeri haid dapat menyebabkan

terganggunya akitivitas hidup sehari-hari. Hasil oleh (Unsal, et al, 2010) yang berjudul

38
Prevalence of Dysmenorrhea and its effect on quality of laife among a group of female

university students menyimpulkan bahwa dismenore merupakan masalah kesehatan

yang umum, memiliki efek negatif pada kualitas hidup terkait kesehatan (HRQoL) di

kalangan mahasiswi.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Monday, et al, (2019) dengan judul

Prevalence and correlation between Diet and Dysmenorrhea among High School AND

Collage Students in Saint Vincent and Grenadines menyatakan bahwa mayoritas peserta

(81,74%) berasal dari kelompok usia 11-15 dan 16-20 tahun. 45,5% dari peserta

membuktikan dismenore pada setiap siklus menstruasi. Korelasi statistik antara diet dan

dismenore tidak signifikan (p> 0,05). Konsumsi minuman berkafein berkorelasi dengan

dismenore (p <0,05). Meskipun tidak signifikan secara statistik (p> 0,05), penelitian

tersebut melaporkan dismenore pada sebagian besar peserta yang mengonsumsi gula

dalam jumlah tinggi. Dari penelitian ini dapat dijelaskan bahwa konsumsi minuman

kafein dan konsumsi gula dalam jumlah tinggi dapat meningkatkan risiko dismenore.

Dismenore dipengaruhi oleh usia menarche dan aktivitas seksual. Hal ini sejalan

dengan hasil penelitian oleh Cureus (2020) yang berjudul Evaluation of Biological and

Sociodemographic Factors Affecting Dysmenorrhea. Hasil penelitian menyatakan

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur menarche dengan umur onset

dismenore. Nyeri hebat ditemukan pada pasien dengan onset dismenore usia <12

tahun. Korelasi yang signifikan ditemukan antara keparahan nyeri dan aktivitas seksual

dan antara jenis dismenore dan aktivitas seksual. Tidak ada korelasi signifikan yang

ditemukan antara nilai BMI, merokok, dan dismenore. Data yang diperoleh dapat

digunakan untuk mengembangkan program edukasi tentang dismenore pada remaja usia

menarche.

39
Pada umumnya dismneore yang dialami remaja adalah dismenore sekunder.

Pada kasus Nn.A dismenore yang dialminya cenderung kearah dismenor primer

sehingga Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu dengan terapi farmakologi ringan

(Asam mefenamat, SF, Vit.C) dan terapi komplementer (pemberian kompres hangat

pada bagian abdomen bawah, melakukan latihan peregangan aktif, penggunaan herbal

Rosella, konseling dan edukasi tentang asupan nutrisi dan diet makan pada klien).

Pemberian kompres hangat dapat menurunkan nyeri haid. Hal ini sejalan dengan

hasil penelitian oleh Hayu Pangesti (2017) bahwa rata-rata nyeri dismenore primer

sebelum kompres hangat dengan skala 7,48, setelah kompres hangat dengan skala 4,74

dan ada pengaruh kompres hangat terhadap penurunan nyeri dismenore primer.

Penurunan nyeri terjadi disebabkan oleh perpindahan kalor secara konduksi dari buli-

buli panas yang berisi air hangat ke perut. Perpindahan kalor menyebabkan vasodilasi

dan melancarkan darah dan menurunkan ketegangan otot, sehingga terjadi penurunan

nyeri.

Selain itu, penurunan dismenore dapat juga dilakukan dengan latihan

peregangan aktif secara teratur. Hal ini didukung dnegan hasil penelitian oleh Wahyuni

(2020) yang menyatakan bahwa active stretching exercise (latihan peregangan aktif)

dapat menurunkan nyeri dismenore. Latihan stretching akan mengulur otot- otot bagian

posterior, otot abdominal, gluteus maksimus, dan hamstring, sehingga akan

meningkatkan aliran darah dan metabolisme uterus selama latihan serta dapat

menurunkan aktivitas saraf simpatik yang akan menyebabkan penurunan kontraktilitas

otot uterus sehingga hal itu dapat mengurangi gejala dismenore.

Upaya kreatif lainnya untuk mengurangi insiden dismenore dapat dilakukan

dengan konsumsi ramuan herbal rosella. Hail ini didasarkan pada hasil peneltian oleh

Muflih (2018) bahwa adanya peningkatan meningkatan pengetahuan dan kemampuan

40
remaja terkait penanganan dismenore dengan menggunakan tanaman herbal rosella.

Pemanfaatan kelopak bunga Rosella sudah dikenal dan diteliti baik oleh pakar

kesehatan modern maupun pakar kesehatan tradisional di berbagai negara di dunia.

Kelopak bunga tersebut diketahui mengandung zat-zat penting yang diperlukan oleh

tubuh, seperti vitamin C, vitamin A, protein esensial, kalsium, dan 18 jenis asam amino,

termasuk arginina dan legnin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh

(Mgaya, 2014). Secara tradisional, ekstrak kelopak rosella berkhasiat sebagai sedativ

(penenang), antibiotik, aprodisiak (meningkatkan gairah seksual), diuretik (melancarkan

buang air kecil), pelarut, dan tonik (Chumsri, et al., 2008). Hal ini menunjukkan bahwa

rosella juga bermanfaat terhadap penurunan nyeri dismenore, melancarkan peredaran

darah, menurunkan demam umum, melancarkan dahak bagi batuk berdahak, dan dapat

dimanfaatkan untuk melancarkan buang air besar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penaganan dismenore yang

utama adalah dengan memberikan konseling dan edukasi kepada remaja untuk

meningkatkan pengetahuan tentang dismenore itu sendiri dan merubah pola hidup

menjadi lebih sehat sehingga memudahkan bagi mereka untuk memanajemen rasa nyeri

yang dialami saat menstruasi.

41
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Nn. A umur 14 tahun dengan

dismenore di PMB HJ,Novriani.Amd.Keb tahun 2022, maka penulis mengambil

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada Nn. A umur 14 tahun dengan

dismenore, penulis telah mampu melakukan pengkajian dengan baik. pengkajian

tersebut didapat dari pengumpulan data yaitu dari data subjektif dan objektif

pasien di mana dari data pasien yaitu pasien bernama Nn. A umur 14 tahun

dengan dismenore. Data objektif dilihat dari keadaan umum baik kesadaran

composmentis dan TTV dalam batas normal serta dilakukan pemeriksaan

laboratorium untuk memastikan penegakan diagnose pada klien.

2. Penulis telah mampu melakukan interpretasi data dengan menentukan diagnosa

kebidanan Nn. A umur 14 tahun dengan dismenore, yang didapat dari data

subjektif dan objektif dari hasil pengkajian. Pada kasus ini Nn. A mengalami

masalah Nyeri, Lemas, dan susah konsentrasi.

3. Penulis telah mampu mengidentifikasi tidak ada diagnosa atau masalah potensial

yang mungkin akan terjadi pada Nn. A, hal ini ditunjukkan dengan keluhan yang

dialami oleh Nn. A merupakan keluhan dismenore primer.

4. Penulis telah mampu mengidentifikasi tidak ada tindakan segera terhadap

keluhan Nn.A, hal ini dikarenakan keluhan yang dialami oleh Nn. A merupakan

dismenore primer yang bisa diatasi dengan konseling terapi ringan.

5. Penulis telah mampu memberikan rencana asuhan kebidanan terhadap Nn.A,

umur 14 Tahun dengan dismenore sesuai dengan asuhan yang diberikan yaitu

42
dengan memberikan informasi yang tepat mengenai keluhan yang dialami dan

cara penatalaksanaan yang tepat sesuai dengan keluhan tersebut.

6. Penulis telah mampu melakukan pelaksanaan yang telah dilakukan sesuai

dengan rencana asuhan kebidanan yang diberikan.

B. Saran

1. Bagi Lahan Praktik

Dalam memberikan pelayanan kebidanan khususnya remaja, bidan yang

bertugas di Puskesmas Jambi Kecil hendaknya selalu memberikan KIE kepada

klien sesuai dengan kebutuhannya. KIE tersebut dapat berupa Edukasi dan

Motivasi kepada klien agar peduli terhadap kesehatannya.

43
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2017. Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil. Kemenkes
RI. Jakarta
Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014
Tentang Pedoman Gizi Seimbang, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta. (2014).
Badan Pusat Statistik dan Macro Internasional. 2015. Survei Kesehatan Reproduksi
Remaja Indonesia 2015. Jakarta.
World Health Organization. Mental health action plan 2013-2020. Switzerland: World
Health Organization. 2017. http://apps.who.int/iris/
bitstream/10665/89966/1/9789241506021_eng.pdf?ua=1 -Diakses Desember
2020
Badan Pusat Statistik dan Macro Internasional. 2015. Survei Kesehatan Reproduksi
Remaja Indonesia 2015. Jakarta.
Kumalasari I dan Andhyantoro I. 2018. Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba
Medika.
Wahyuni, et al, 2020. Manfaat Active Stretching Exercise untuk menurunkan Dismenore
Primer. University Research Colloquium 2020. 190-196
Monday, Anthony, et al, 2019. Prevalence and correlation between Diet and
Dysmenorrhea among High School AND Collage Students in Saint Vincent and
Grenadines. 2019 Mar 30; 7(6): 920–924.Published online 2019 Mar
28. doi: 10.3889/oamjms.2019.205
Unsal, Ayranci, et al, 2010. Prevalence of Dysmenorrhea and its effect on quality of
laife among a group of female university students. 2010 Mei; 115 (2): 138–145.
Diterbitkan online 2010 7 April. Doi: 10.3109 / 03009730903457218
Muacevic and JR Adler, 2020. Evaluation of Biological and Sociodemographic Factors
Affecting Dysmenorrhea. Cureus: Mei 2020; 12 (5): e7977.2020 Mei 5. doi: 10.7759 /
cureus.7977
Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2015. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Ed 4.
Jakarta: EGC

44
Hayu Pangesti, et al, 2017. Pengurangan Nyeri Dismenore Primer pada Remaja Putri
dengan Kompres Hangat. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai.Vol.10 (2)
Desember 2017: 97-102
Muflih dan Erwanto, 2018. Upaya Pengurangan Nyeri Dismenore Pada Remaja
Dengan Pemanfaatan Olahan Tanaman Herbal Rosella. Jurnal Pengabdian “
Dharma Bakti “ Vol.1, No.1, Februari 2018:11-14

45

Anda mungkin juga menyukai