Anda di halaman 1dari 20

MATRIKULASI KEBIDANAN

TUGAS PATOFISIOLOGI KASUS KEBIDANAN


KASUS PERSALINAN DENGAN ATONIA UTERI

DISUSUN OLEH:
KELAS C (PROFESI KEBIDANAN BATANGHARI)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

2023
Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup
bulan atau dapat di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2012)

Tahapan Persalinan (Prawirohardjo (2012) :

Kala I Kala II Kala III Kala IV


PENGERTIAN ATONIA UTERI

• Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang


menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka
dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.
(Sarwono, 2009).
• Diagnosis atunia uteri yaitu bila setelah bayi lahir dan plasenta
lahir tenyata perdarahn masih aktif dan banyak,bergumpal dan
pada apabila palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat
atau lebih dengan kontraksi yang lebih lembek.
Faktor penyebab atoniA UTERI

1. Uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan, diantaranya :

Jumlah air ketuban yang berlebihan (Polihidramnion), Kehamilan kembar (gemelli)


Janin besar (makrosomia)
2. Kala satu atau kala 2 memanjang
3. Persalinan cepat (partus presipitatus) atau Persalinan yang diinduksi atau dipercepat
dengan oksitosin
4. Infeksi intrapartum dan Multiparitas tinggi
5. Pemakaian obat-obat pengendalian kejang seperti magnesium sulfat yang digunakan
untuk mengendalikan kejang pada preeklamsia atau eklamsia.
6. Umur yang terlalu tua atau terlalu muda(<20 tahun dan >35 tahun)
7. Malnutrisi
8. Kesalahan penanganan dalam usaha melahirkan plasenta
9. Ibu dengan keadaan umum jelek, anemis, atau menderita penyakit menahun
Lanjutan..
10. Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya

11. Kehamilan grande-multipara

12. Kelainan uterus

13. Riwayat peradarahan pasca persalinan atau riwayat plasenta manual

14. Tindakan opertaif dengan anastesi umum yang terlalu dalam

15. Partus lama

16. Hipertensi dalam kehamilan


Tanda dan Gejala Atonia Uteri
a. Perdarahan pervaginam
b. Konsistensi rahim lunak
c. Fundus uteri naik
d. Terdapat tanda-tanda syok

DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata
perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi
didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan
kontraksi yang lembek. Perlu diperhatikan bahwa pada saat atonia
uteri didiagnosis, maka pada saat itu juga masih ada darah
sebanyak 500-1000 cc yang sudah keluar dari pembuluh darah,
tetapi masih terperangkap dalam uterus dan harus diperhitungkan
dalam kalkulasi pemberian darah pengganti
TINJAUAN KASUS
Langkah-langkah Penatalaksanaan Atonia Uteri

1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang kondisi yang terjadi pada ibu

2. Memberikan dukungan emosional pada ibu dan keluarga


3. Melakukan pengkajian ulang indikasi
4. Mengganti sarung tangan kanan dengan sarung tangan panjang
5. Memastikan bahwa kandung kemih ibu kosong. Jika penuh atau dapat dipalpasi,
lakukan kateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik.
6. Meletakkan tangan kiri di atas perut ibu untuk menekan uterus dari luar
7. Memasukkan tangan secara obstetric. Bersihkan bekuan darah dan atau selaput
ketuban dari vagina dan lubang serviks

8. Melakukan KBI. Mengepalkan tangan kanan pada fornika anterior atau diatas
porsio, sedangkan tangan yang ada diluar berusaha menjangkau sejauh mungkin
seolah-olah tangan yang di dalam dan diluar dapat bertemu, lakukan penekanan
selama 5 menit. Bila uterus berkontraksi, Meneruskan KBI selama 2 menit,
mengeluarkan tangan perlahan-lahan dan lakukan pemantauan.
LANJUTAN..
9. Bila uterus tidak berkontraksi, mengajarkan keluarga pasien untuk melakukan Kompresi
Bimanual Eksternal (KBE) :
 - Meminta tangan keluarga sebelah kanan untuk menggantikan tangan penolong yang ada
diluar, dengan menempatkan tangan keluarga diatas tangan kiri penolong.
 - Membimbing tangan kiri keluarga untuk mengepal, kemudian secara bersama-sama tangan
kiri keluarga diletakkan diatas simfisis & tangan penolong dikeluarkan perlahan-lahan.
10. Mencuci tangan dalam larutan klorin 0,5 %, kemudian air DTT, dan keringkan
11. Memberikan ergometrin 0,2 mg secara intra muscular
12. Memasang infus menggunakan jarum ukuran 18 dan berikan 500 cc RL + 20 unit oksitosin.
Habiskan 500 cc pertama secepat mungkin
13. Menyiapkan surat rujukan, minta keluarga untuk menyiapkan kendaraan dan pendamping
ibu/bayi
14. Mengulangi tindakan KBI selama 2 menit (evaluasi: jika uterus tidak berkontraksi).
15. Evaluasi kembali keadaan umum ibu, ttv, kontraksi, dan perdarahan.
16. Bila uterus tidak berkontraksi setelah 2 menit, segera rujuk dengan persiapan rujukan
BAKSOKUDA.
17. Melakukan pemasangan kondom kateter sebelum dirujuk.

18. Pendokumentasian
PEMBAHASAN

• Dalam asuhan pada Ny.R G3P2A0H2 umur 37 tahun, umur kehamilan 40


minggu dengan Antonia Uteri. Ny. R datang ke Puskesmas dengan keluhan
nyeri perut menjalat ke pinggang pembukaan 3 cm. Pada kala III setelah 15
detik plasenta lahir dilakukan masasage uterus selama 15 detik tapi kontraksi
tetap lembek kemungkinan terjadi atonia uteri pada Ny. R yang ditandai dengan
hasil pemeriksaan fundus uteri sepusat dan lembek dan terjadinya semburan
darah dari jalan lahir dengan jumlah 500 cc. Tanda dan gejala yang terjadi pada
Ny. R sama dengan teori mengenai tanda dan gejala atonia uteri. . Faktor
penyebab Antonia uteri yang dialami Ny. R sama dengan yang ada pada teori
yaitu usia ibu lebih dari 35 tahun. Kemudian dilakukannya KBI agar uterus
dapat berkontraksi dengan baik.berdasarkan penatalaksaan tersebut atau Asuhan
yang diberikan pada Ny. R sudah sesuai berdasarkan pada teori.
• Dalam asuhan Ny. R dengan Atonia Uteri di lakukan manajemen kebidanan dengan tindakan
segera oleh bidan dan dikonsulkan bersama dengan dokter SPOG.

• Penatalaksaan Ny.R dengan Atonia Uteri yaitu

1. Pada kala III telah di berikan oksytosin 1 ampul 10 IU, setelah plasenta lahir dan kemudian
melakukan masasse fundus uteri didapatkan bahwa fundus uteri terasa lembek dan keluar darah
agak banyak dari jalan lahir.

2. Melakukan pemasangan infus RL 500ml dengan oksytosin ke 2, 1 ampul 10 IU

3. Melakukan KBI sesuai dengan teori penatalaksanaan

4. Mengajarkan keluarga pasien untuk melakukan Kompresi Bimanual Eksternal (KBE)

5. Bila uterus tidak berkontraksi setelah 2 menit, segera rujuk dengan persiapan rujukan
BAKSOKUDA

6. Melakukan pemasangan kondom kateter sebelum dirujuk.

7. Pemantauan berkelanjutan setelah semua penatalaksaan dilakukan


EVIDECE BASED MIDWIFERY PADA KASUS ATONIA UTERI

• PENGARUH INDUKSI OKSITOSIN DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI


PADA IBU BERSALIN DI RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI
TAHUN 2016 (Ns. Sri Mulyati, S.Kep, M.Kes)
Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari 80 orang responden, pada kelompok
kasus terdapat 23 responden (57,5%) yang diberikan induksi oksitosin dan 17
responden (42,5%) tidak diberikan induksi oksitosin. Kelompok kontrol terdapat 9
responden (22,5%) yang diinduksi oksitosin dan 31 responden (77,5%) tidak
diinduksi. Ada pengaruh induksi oksitosin dengan kejadian atonia uteri pada ibu
bersalin Odds Ratio = 4,059 (p-value 0,006) di RSUD Raden Mattaher di Provinsi
Jambi
EBM LANJUTAN…

• Efektivitas Penggunaan Bantalan Pasir (Sand Bag) Terhadap Pencegahan Kejadian Atonia Uteri
Pada Ibu Bersalin Kala IV di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2019 (Puji
Handayani1, dkk)

• Hasil penelitian menununjukkan bahwa rerata jumlah darah yang dikeluarkan pada kala IV di
kelompok intervensi yaitu 125,33 ml±16,554 ml dan kelompok kontrol 175,67±17,943mL.
Besarnya kontraksi pada kelompok intervensi 55,07 mmHg ± 4,425mmHg sedangkan kelompok
kontrol 52,0 mmHg± 6,744 mmHg (p=0,044). Hasil penelitian menunjukan bahwa sand bag
lebih efektif dalam pencegahan terjadinya atonia uteri dibanding dengan menggunakan Standard
Operating Procedure (SOP). Simpulan, sand bag lebih efektif dalam pencegahan atonia uteri
ditinjau dari jumlah darah yang keluar dan kuatnya kontraksi pada kala IV
• Berdasarkan penelitian mengenai penggunaan kondom kateter untuk
mengatasi perdarahan pasca persalinan primer (Hilwah Nora, 2013)
menunjukkan penggunaan kondom kateter terbukti sangat efektif
dalam mengatasi perdarahan pasca persalinan yang tidak respon
terhadap terapi standar. Kondom digunakan untuk menghasilkan balon
dengan memasukkan cairan dalam jumlah tertentu. Balon ini
menyebabkan penekanan yang merata pada dinding uterus, sehingga
menekan semua sinus intrauteri sehingga perdarahan berhenti.
• Berdasarkan penelitian Johnbosco dkk (2021), Pada pasien terpilih,
tamponade balon uterus dengan kateter Foley dapat menahan
pendarahan dan mencegah kerusakan klinis di kalangan wanita dengan
perdarahan postpartum yang terjangkau.
PENUTUP

Melihat besarnya efek yang ditimbulkan dengan adanya atonia uteri yang dapat berdampak
buruk baik pada ibu maka perlu diberikan tindakan yang tepat dan segera untuk mengatasi
masalah tersebut.

1) Untuk mencegah kejadian atonia uteri, diperlukan pertolongan persalinan yang cepat dan
tepat,sehingga dapat diantisipasi kemungkinan masalah lain yang dapat timbul.

2) Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam melaksanakan asuhan diperlukan kerja sama
yang baik dengan pasien, keluarga pasien, dokter serta bidan yang terlibat dalam
penanganan kasus klien.

3) Seorang bidan harus dapat menilai dan mengetahui penyulit-penyulit yang dapat terjadi
pada kehamilan serta memberikan tindakan yang efektif dan efisien.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai