Anda di halaman 1dari 12

IDENTIFIKASI STANDAR 11 :

PENGELUARAN PLASENTA DENGAN PENEGANGAN TALI PUSAT

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mutu Pelayanan Kebidananan

dan Kebidanan Kesehatan

Disusun Oleh :

1. Umi Kulsum P1337424415022


2. Ana Widiastuti P1337424415023
3. Khoirotul Hidayah P1337424415024
4. Shiffa Nuzula Hidayah P1337424415027

S1 TERAPAN KEBIDANAN

JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

2018
STANDAR 11 : PENGELUARAN PLASENTA DENGAN PENEGANGAN
TALI PUSAT

A. Tujuan
Membantu pengeluaran plasenta dan selaputnya secara lengkap tanpa
menyebabkan perdarahan.
B. Pernyataan Standar
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
C. Hasil
 Ibu dengan risiko perdarahan postpartum primer mendapat penanganan
yang memadai.
 Menurunnya kejadian perdarahan postpartum akibat salah penanganan
kala III
D. Prasyarat
1. Bidan sudah terlatih dalam membantu pengeluaran plasenta secara
lengkap dengar penegangan tali pusal secara benar
2. Adanya alat dan bahan untuk molahirkan plasenta, termasuk air bersih,
larutan klorin 0,5 % intuk dekontaminas , sabun dan handuk bersih
untuk cuci tangan , juga tempat urtuk plasenta. Sebaiknya bidan
menggunakan sarung tangan yang bersih
3. Tersedia oksitosika yang dikirim dan disimpan dengan benar

E. Proses
1. Masukkan oksitosika (oksitosin 10 IU IM) ke dalam alat suntik
menjelang persalinan
2. Setelah bayi lahir, periksa kemungkinan adanya bayi kembar Jika tidak
ada, beri oksitosika secara IM secepatnya (Kecuali jika terdapat hal lain
yang mengharuskan pemberian secara IV)
3. Tunggu tanda terlepasnya plasenta (yaitu tundus rmengeras dan bulat,
keluarnya tetesan darah, fundus naik, tali pusat memanjang) Periksa
fundus untuk mengetahui adanya kontraksi, keluarkan gumpalan jika
perlu
4. Bantu ibu untuk bersandar atau berbaring untuk pengeluaran plasenta
dari selaputnya
5. Jika plasenta sudah terlepas dari dinding uterus, letakkan tangan kiri di
atas simfisis pubis untuk menahan korpus uteri dan regangtan tali pusat
dengan tangan yang lain tetapi jangan ditank Mula-mula regangkan
dengan diarahkan ke bawah, lalu secara perlahan diregangkan ke arah
atas dengan mengikuti sumbu jalan lahir. Jangan menekan fundus
karena dapat mengak batkan inversio uteri.
6. Jika plasenta sudah tampak dari luar, secara bertahap tarik ke atas
sehingga plasenta mengikut jalan yang sama dengan bayi. Lepaskan
tangan kiri dari perut, untuk menerima plasenta.
7. Keluarkan selaput dengan hati-hati (Hal ini harus dikerjakan secara
perlahan dan hati-hati. Jangan ditarik karena selaput mungkin robek)
8. Begitu plasenta sudah lahir secara lengkap, periksa apakah uterus
berkontraksi dengan baik (Mungkin perlu mengeluarkan gumpalan
darah, dan mengusap fundus dari luar agar uterus berkontraksi, jika
uterus tidak keras dan bulat)
9. Taksir jumlah kehilangan darah secermat-cermatnya
10. Perksa apakah plasenta telah dilahirkan secara lengkap Jika tidak
lengkap, ulangi pemberian oksiłosika. Jika perdarahan tidak banyak dan
rumah sakit dekat, ibu segera dirujuk. Bila perdarahan banyak dan
rumah sakit jauh, lakukan plasenta manual (lihat Standar 21). Untuk
penanganan perdarahan, lihat Standar 22
11. Bersihkan vulva dan perineum dengan air bersih dan tutup dengan
pembalut wanita /kain kering yang bersih
12. Periksa tanda-tanda vital. Catat semua temuan secermat-cermatnya
13. Berikan plasenta kepada suami/keluarga ibu.
INGAT !
 Obat oksitosika menurun efekifitasnya jika tidak disimpan pada suhu 2-8° c
Karena itu, simpanlah oksitosika di lemari es dan hindari cahaya. Bila dikeluar
dari lemani es, oksitosika dapat bertahan paling lama 1 bulan pada temperatur
30° C atau 2 minggu pada 40 C
 Dilarang memberikan oksitosika sebelum bayi lahir
 Tanda-tanda pelepasan plasenta adalah : fundus berkontraksı dengan baik
keluarnya darah, fundus naik dan tali pusat memanjang .
 Dilarang menekan fundus .
 Dilarang menanik tali pusat dengan kuat .
 Hentikan penegangan tali pusat jika terasa nyeri .
 Jika tidak yakin apakah plasenta lahir lengkap, ikut Standar 23 untuk
melakukan manual plasenta. Jika bidan belum terampil, ibu segera dirujuk
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PENGELUARAN PLASENTA DENGAN PENEGANGAN TALI PUSAT

Prosedur Tetap Manajemen Aktif Kala III

A. Pengertian
Tindakan yang dilakukan setelah bayi lahir untuk mempercepat lepasnya
plasenta.
B. Tujuan
1. Menurunkan kejadian perdarahan post partum
2. Mengurangi lamanya kala III
3. Mengurangi angka kematian dan kasakitan yang berhubungan dengan
perdarahan
C. Kebijakan
Lakukan manajemen aktif kala III segera setelah bayi lahir pada semua
persalinan
D. Persiapan
1. Oxytocin 10 IU
2. Spuit 3 cc
3. Sarung tangan
E. Prosedur
1. Palpasi abdominal untuk memastikan tidak ada janin kedua
2. Beri penjelasan pada ibu bahwa akan dilakukan injeksi pada paha
3. Injeksi oxytocin 10 IU IM pada bagian lateral dari paha ibu kira-kira 1/3
atas paha dalam waktu 2 menit dari kelahiran bayi
4. Pindahkan klem tali pusat diujung, tempatkan kira-kira 5-10 cm dari vulva
5. Lakukan penegangan tali pusat terkendali ( PTT ) dengan cara:
 Letakkan tangan kiri diatas symfisis
 -Tegangkan tali pusat dengan tangan kanan
 Dorong uterus kearah dorso kranial pada saat ada his dan terlihat tanda-
tanda pelepasan placenta, sementara tangan kanan menegangkan tali
pusat
 Bila dalam waktu 15 menit uterus tidak berkontraksi, ulangi pemberian
oxytocin 10 IU
6. Keluarkan placenta
7. Setelah plasenta lahir,segera tangan kiri melakukan masase fundus uteri
menggunakan palman dengan gerakan melingkar sampai uterus
berkontraksi
8. Sementara itu tangan kanan melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta
dan selaput ketuban
9. Tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan,cuci tangan dengan
larutan klorin

Keuntungan Manajemen Aktif Kala III

 Mengurangi jumlah kehilangan darah


 Mengurangi kejadian retensio plasenta

Yang harus dipantau pada kala III

 Kontraksi uterus
 Tanda pelepasan plasenta
 Perdarahan

Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama :

1. Pemberian Suntikan Oksitosin


 Segera berikan bayi yang telah terbungkus kain kepada ibu untuk diberi
ASI
 Letakkan kain bersih diatas perut ibu
 Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain
 Memberitahukan pada ibu ia akan disuntik
 Selambat-lambatnya dalam waktu dua menit setelah bayi lahir, segera
suntikan oksitosin 10 unit IM pada 1/3 bawah paha kanan bagian luar.

Alasan : oksitoksin merangsang fundus uteri untuk berkontraksi dengan


kuat dan efektif sehingga dapat membantu pelepaasan plasenta dan
mengurangi kehilangan darah. Aspirasi sebelum penyuntikan akan
mencegah penyuntikan oksitoksin kepembuluh darah.

Catatan : jika oksitoksin tidak tersedia, minta ibu untuk melakukan simulasi
puting susu atau menganjurkan ibu untuk menyusui dengan segera. Ini akan
menyebabkan pelepasan oksitoksin secara alamiah. Jika peraturan atau
program kesehatan memungkinkan, dapat diberikan misoprostol 600 mcg
(oral/sublingual) sebagai pengganti oksitoksin.

2. Penegangan Tali Pusat Terkendali


o Berdiri disamping ibu
o Pindahkan klem kedua yang telah dijepit sewaktu kala dua persalinan
pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva
o Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (alas dengan kain) tepat
dibawah tulang pubis, gunakan tangan lain untuk meraba kontraksi
uterus dan menahan uterus pada saat melakukan peregangan pada tali
pusat, tangan pada dinding abdomen menekan korpus uteri ke bawah
dan atas (dorso-kranial) korpus.
o Tegangkan kembali tali pusat ke arah bawah bersamaan dengan itu,
lakukan penekanan korpus uteri ke arah bawah dan kranial hingga
plasenta terlepas dari tempat implantasinya
o Jika plasenta tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya peregangan tali
pusat dan tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan lepasnya plasenta,
jangan teruskan penegangan tali pusat
o Setelah plasenta terlepas, anjurkan ibu untuk meneran plasenta akan
terdorong ke introitus vagina. Tetap tegang kearah bawah mengikuti
arah jalan lahir
o Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, teruskan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Selaput ketuban mudah
robek: pegang plasenta dengan kedua tangan rata dengan lembut putar
plasenta hingga selaput terpilin
o Lakukan penarikan secara lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan
selaput ketuban
o Jika terjadi selaput robekan pada selaput ketuban saat melahirkan
plasenta, dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama
3. Rangsangan Taktil (Pemijatan) Fundus Uteri
o Segera setelah kelahiran plasenta
o Letakkan telapak tangan pada fundus uteri
o Jelaskan tindakan ini kepada ibu dan mungkin merasa tidak nyaman
o Dengan lembut gerakkan tangan secara memutar pada fundus uteri
uterus berkontraksi, jika tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik,
lakukan penatalaksanaan atonia uteri
o Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap
dan utuh
o Periksa uterus setelah satu hingga dua menit memastikan uterus
berkontraksi dengan baik, jika belum ulangi rangsangan taktil fundus
uteri
o periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama
pascapersalinan dan setiap 30 menit selama satu jam kedua
pascapersalinan.
CEKLIST PENATALAKSANAAN

NO BUTIR YANG DINILAI


43 Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
(hamil tunggal)
44 Beritahu ibu bahwa dia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
45 Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM
(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin)
46 Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali
tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
47 Pemotongan dan pengikatan tali pusat
 Dengansatutangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi),
dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
 Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya
 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
48 Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara
ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu
49 Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi
KALA III
50 Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
51 Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
52 Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus kearah belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-
hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami, atau anggota keluarga
untuk melakukan stimulasi putting susu.
Mengeluarkan plasenta
Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
dorongan dorso-kranial)
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak 5-
10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :
1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila
terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual
Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau
klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal
Rangsangan taktil / masase uterus
Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus terabakeras)
Lakukantindakan yang diperlukanjika uterus tidak berkontraksi setelah 15
detik masase
PERBEDAAN STANDAR DENGAN SOP DAN CEKLIST
PENATALAKSANAAN

Dalam standar tidak dituliskan untuk memberitahu ibu sebelum melakukan


penyuntikan oksitosika pada ibu, hal itu bertujuan untuk meminta persetujuan ibu
atas tindakan yang diberikan dan agar ibu tidak terkejut saat diberikan obat.
Didalam ceklis tidak disebutkan posisi ibu ketika akan mengeluarkan plasenta,
sedangakn di standar disebutkan jika ibu harus memposisikan diri bersandar atau
berbaring saat pengeluaran plasenta.
Dalam standar tidak dijelaskan bagaimana standar pemotongan dan pengikatan tali
pusat yang benar dan yang aman
Dalam standar belum dicantumkan tindakan dorso kranial saat tindakan peregangan
plansenta
Dalam standar belum dicantumkan tindakan penyuntikan oksitosika ulang jika
plasenta belum lepas setelah 10 menit paska penyuntikan oksitasin pertama, hanya
disebutkan untuk menyuntikan oksitosika kedua jika plasenta yang dilahirkan tidak
lengkap
Dalam standar belum dicantumkan waktu maksmal untuk melahirkan plasenta, dan
yang waktu diperbolehkan untuk dilakukan tindakan plasenta manual atau tindakan
lebih lanjut
SARAN

Dikarnakan buku SPK yang digunakan sebagai pembanding terbitan 2003


dan SOP yang digunakan adalah yang terbaru, mungkin pada saat ini sudah banyak
mengalami kemajuan dan perkembangan karena pembaharuan ilmu berdasarkan
evidence based , sehingga buku SPK harus diupdate agar ilmu yang digunakan
sesuai perkembangan ilmu yang ada.

Anda mungkin juga menyukai