S
DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM
DI RUANG PERINATOLOGI RS. KHUSUS IBU DAN ANAK
KOTA BANDUNG
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak yang dibimbing oleh ibu
Disusun oleh :
Nina (312020057)
2020
KATA PENGANTAR
Allah sebagai pemilik alam semesta, sumber harapan dan tujuan segala hal yang
dilakukan penulis ucapkan puji dan syukur karena berkat rahmat-Nya penyusunan makalah
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada By Ny. S Dengan Asfiksia Neonatorum Di Ruang
Perinatologi Rs Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung” dapat diselesaikan. Sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.
Penulis menyadari makalah ini belum sempurna, baik dari isi maupun sistematika
penulisannya maka dari pada itu penulis berterimakasih apabila ada kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan memberikan kontribusi menciptakan perawat yang profesional yang
berakhlakul karimah.
Kelompok
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................................2
BAB I : PENDAHULUAN..............................................................................................4
2.1.4 Etiologi..............................................................................................................8
2.1.6 Patofisiologi.......................................................................................................9
2
2.2.4 Implementasi Keperawatan.............................................................................21
2.2.5 Evaluasi...........................................................................................................22
2.3.1 Biodata.............................................................................................................25
2.7 Implementasi.............................................................................................................41
2.8 Evaluasi.....................................................................................................................41
3.1 Kesimpulan................................................................................................................42
3.2 Saran..........................................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................43
3
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut data Dinas Kesehatan Kota Bandung, Asfiksia pada tahun 2019 adalah 114
kasus, meninngkat 1 kasus dari tahun 2018 lalu sebanyak 113 kasus. Terdapat beragam
penyebab kematian bayi di kota bandung di tahun 2019 adalah berturut-turut BBLR (43
kasus), Asfiksia (19 kasus), Diare (9 kasus), Sepsis (8 kasus) dan pneumonia (5 kasus).
Selain itu terdapat 24 kasus lain-lain sebagai penyebab kematian bayi diluar penyebab di
atas (Dinas Kesehatan Kota Bandung, 2019).
Asfiksia neunatorum adalah bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir atau beberapa saat setelah lahir (Kemenkes RI, 2015). Asfiksia yang terjadi
segera setelah bayi lahir apabila tidak ditangani dapat menyebabkan berbagai komplikasi
pada bayi diantaranya terjadi hipoksia iskemik ensefalopi, edema serebri, kecacatan
cerebral palsy pada otak; hipertensi pulmonal presisten pada neonatus, perdarahan paru
dan edema paru pada jantung dan patu-paru; enterokolitisnektrotikana pada gestasional;
tubular nekrosis akut, Syndrome of Inapropiate Antidiuretic Hormone (SIADH) pada
4
ginjal; dan Disseminataed Intravascular Coagulation (DIC) pada system hematologi
(Maryunani, 2016).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi asfiksia adalah: faktor ibu, faktor plasenta,
faktor janin, dan faktor persalinan. Perlunya mengetahui faktor resiko tersebut berguna
dalam hal-hal antara lain untuk meramalkan kejadian asfiksia, kejelasan besarnya faktor
resiko, membantu proses diagnosis dan termasuk untuk upaya pencegahannya. Faktor ibu,
meliputi hipoksia pada ibu, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, gravid
empat atau lebih, sosial ekonomi rendah, setiap penyakit pembuluh darah ibu yang
mengganggu pertukaran gas janin. Sebagai contoh hipertensi, jantung, paru-paru, dan lain
lain. Faktor plasenta, meliputi solusio plasenta, perdarahan plasenta, plasenta kecil,
plasenta tipis, plasenta tidak menempel pada tempatnya. Faktor janin atau neonatus,
meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin
dan jalan lahir, premature, kelainan kongenitas pada neonatus, dan lain-lain. Faktor
persalinan, meliputi partus lama, partus dengan tindakan, dan lain-lain (Ilyas, Sulyanti &
Nurlina, 2012 dan Muslihatun, 2010).
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan gambaran tentang hasil pengkajian keperawatan pada By. Ny. S
dengan Asfiksia Neonatorum
b. Memberikan gambaran penetapan diagnosa keperawatan pada By. Ny. S
dengan Asfiksia Neonatoium
c. Memberikan gambaran rencana asuhan keperawatan pada By. Ny. S dengan
Asfiksia Neonatorum
d. Memberikan gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada By. Ny. S
dengan Asfiksia Neonatorum
e. Memberikan gambaran hasil evaluasi keperawatan pada By. Ny. S dengan
Asfiksia Neonatorum
5
1.3 Metode Penulisan
Dalam penyusunan ini kelompok menggunakan metode deskriptif dalam bentuk studi
kasus dengan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, perencanaan,
implementasi dan evaluasi. Dengan teknik pengumpulan data studi literatur dengan
mengumpulkan data berdasarkan reverensi atau kepustakaan berupa buku medis,
keperawatan, juga jurnal yang membahasa masalah terkait dengan kasus yang ada.
6
BAB II
7
Tabel 1. Skor APGAR (Penilaian APGAR)
Tanda 0 1 2
Warna Kulit Biru atau Pucat Tubuh Kemerahan, Tubuh kemerahan
(Appearance) tetapi ekstremitas (Normal), tidak ada
Biru sianosis
Denyut Jantung Tidak Ada Kurang dari Lebih dari 100x/menit
(Pulse) 100x/menit
Refleks Tidak Ada Gerakan sedikit, Gerakan Kuat atau
(Grimace) meringis melawan
Tonus Otot Lemah tidak ada Ekstremitas Fleksi Gerakan Aktif
(Activity)
Pernafasan Tidak Ada Lambat atau tidak Menangis Kuat,
(Respiration) teratur pernafasan baik dan
teratur
(Sumber : Mencegah Kematian Neonatal - U Narsih; H Rohmatin; A Widayati,
2018)
2.1.4 Etiologi
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang
yang mengakibatkan hipoksia bayi di dalam rahim dan dapat berlanjut menjadi
asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab
terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah (U Narsih, H Rohmatin,
A Widayati 2018):
1. Faktor ibu
a) Preeklampsia dan eklampsia
b) Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
c) Partus lama atau partus macet
d) Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
e) Kehamilan lewat waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
a) Lilitan tali pusat
b) Tali pusat pendek
8
c) Simpul tali pusat
d) Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
a) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
c) Kelainan bawaan (kongenital)
d) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
1. DJJ irreguler dan frekuensi >160 x/menit atau <100 x/menit. Pada keadaan
umum normal denyut janin berkisar antara 120-160 x/menit dan selama his
frekuensi ini bisa turun namun akan kembali normal setelah tidak ada his.
2. Terdapat mekonium pada air ketuban pada letak kepala. Kekurangan O 2
merangsang usus sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin asfiksia.
3. Pada pemeriksaan dengan amnioskopi didapatkan pH janin turun sampai <7,2
karena asidosis menyebabkan turunnya pH
2.1.6 Patofisiogi
Pada awal proses kelahiran setiap bayi akan mengalami hipoksia relatif dan
akan terjadi adaptasi akibat aktivitas bernapas dan menangis. Apabila proses
adaptasi terganggu, maka bayi bisa dikatakan mengalami asfiksia yang akan
berefek pada gangguan sistem organ vital seperti jantung, paru-paru, ginjal dan
otak yang mengakibatkan kematian (Manuaba, 2008).
Asfiksia terjadi karena janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah,
timbul rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin)
menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak
dapat dipengaruhi lagi. Maka timbul rangsangan dari nervus sispatikus sehingga
DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan
pernafasan intrauteri dan bila kita periksa kemudian banyak air ketuban dan
9
mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan dapat terjadi atelektasis. Bila janin
lahir, alveoli tidak berkembang (Manuaba, 2008).
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti dan denyut
jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkembang secara
berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi
akan menunjukan pernafasan yang dalam, denyut jantung menurun terus menerus,
tekanan darah bayi juga mulai menurun, dan bayi akan terlihat lemas. Pernafasan
makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekuner. Selama
apneu sekunder denyut jantung, tekanan darang dan kadar O2 dalam darah (PaO2)
terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi
dengan pernafasan buatan tidak di mulai segera (Manuaba, 2008)
10
2.1.7 Pathway Asfiksia
Risiko
Risiko Cidera
Akral dingin ketidakseimbang
an suhu tubuh
Risiko Sindrom kematian
bayi mendadak
Ketidakefektifa
n pola napas
'
12
Penilaian Down score pada neonatus
Keterangan:
13
4. Kebutuhan dasar : pola nutrisi pada neonatus dengan asfiksia membatasi
intake oral karena organ tubuh terutama lambung belum sempurna, selain
itu bertujuan untuk mencegah terjadinya aspirasi pneumoni.
Pola eliminasi : umumnya bayi mengalami gangguan BAB karena organ
tubuh terutama pencernaan belum sempurna. Kerbersihan diri : perawat
dan keluarga bayi harus menjaga kebersihan terutama saat BAB dan BAK.
Pola tidur : biasanya terganggu karena bayi sesak napas.
5. Pemeriksaan fisik :
a. Pengkajian umum : ukur panjang dan lingkar kepala secara periodik,
adanya tanda distres :warna buruk, mulut terbuka, kepala
teranggukangguk, meringis, alis berkerut.
b. Pengkajian pernapasan : bentuk dada (barrel, cembung), kesimetrisan,
adanya insisi, selang dada, penggunaan otot aksesoris : pernapasan
cuping hidung, atau substernal, interkostal, atau retraksi subklavikular,
frekuensi dan keteraturan pernapasan, auskultasi dan gambarkan bunyi
napas : stridor, krekels, mengi, bunyi menurun basah, mengorok,
keseimbangan bunyi napas
6. Data penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam
menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat
memberikan obat yang tepat pula. Pemeriksaan yang diperlukan adalah :
a. darah rutin. Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari : Hb
(normal 15-19 gr%) biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung
turun karena O2 dalam darah sedikit. Leukosit lebih dari 10,3 x 10
gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena bayi preterm imunitas masih
rendah sehingga resiko tinggi. Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct)
Trombosit pada bayi preterm dengan post asfiksia cenderung turun
karena sering terjadi hipoglikemi.
b. Pemeriksaan analisa gas darah (AGD) Nilai analisa gas darah pada
bayi post asfiksia terdiri dari : pH (normal 7,36- 7,44). Kadar pH
cenderung turun terjadi asidosis metabolik. PCO2 (normal 35- 45
mmHg) kadar PCO2 pada bayi post asfiksia cenderung naik sering
terjadi hiperapnea. PO2 (normal 75-100 mmHg), kadar PO2 pada bayi
14
post asfiksia cenderung turun karena terjadi hipoksia progresif. HCO3
(normal 24-28 mEq/L).
c. Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :Natrium
(normal 134- 150 mEq/L) . Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L). Kalsium
(normal 8,1-10,4 mEq/L)
d. Photo thorax : Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran
normal.
15
kuratif, preventif, promotif), berbagai jenis klien ( individu, keluarga, komunitas),
jenis intervensi mandiri dan kolaborasi, (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
1 2 3
Pola napas tidak efektif Pola napas Setelah dilakukan Manajemen jalan napas
tindakan keperawatan selama 2x3 1. Observasi
jam diharapkan inspirasi dan atau a. Monitor pola napas
ekspirasi yang memberikan b. Monitor bunyi napas
ventilasi adekuat membaik dengan c. Monitor sputum
kriteria hasil : 2. Terapeutik
a. Disspnea menurun (5) a. Pertahankan kepatenan jalan
b. Penggunaan otot bantu napas
napas menurun (5) b. Posisikan semi-fowler
c. Pemanjangan fase c. Berikan minum hangat
ekspirasi menurun (5) d. Lakukan fisioterafi dada
d. Ortopnea menurun (5) e. Lakukan penghisapan lendir
e. Pernapasanpursed-lip f. Lakukan hiperoksigenasi
menurun (5) g. Keluarkan sumbatan benda
f. Pernapasan cuping hidung padat dengan forsep
menurun (5) h. Berikan oksigen jika perlu
g. Ventilasi semenit 3. Edukasi
meningkat (5) a. Anjurkan asupan cairan 2000
h. Kapasitas vital meningkat ml/hari
(5) b. Ajarkan Teknik batuk efektif
i. Diameter thorax 4. Kolaborasi
anteriorposterior a. Kolaborasi pemberian
meningkat (5) bronkodilator
j. Tekanan ekspirasi
meningkat (5)
k. Tekanan inspirasi
16
meningkat (5)
l. Frekuensi napas membaik
(5)
m. Kedalaman napas
membaik (5)
n. Ekskursi dada membaik
(5)
17
Termoregulasi Tidak Termoregulasi Setelah dilakukan Regulasi Temperatur
Efektif asuhan keperawatan selama 3x 24 1. Observasi:
jam diharapkan: a. Monitor suhu bayi sampai
a. Mengggil menurun stabil (36,5⁰C – 37,5⁰)
b. Kejang menurun b. Monitor suhu tubuh bayi
c. Akrosianosis menurun setiap dua jam, jika perlu
d. Konsumsi oksigen c. Monitor tekanan darah,
menurun frekuensi pernafasan dan nadi
e. Piloereksi menurun d. Monitor warna dan suhu kulit
f. Kutis memorata menurun e. Monitor dan catat tanda dan
g. Pucat menurun gejala hipotermia atau
h. Takikardi menurun hipertermia
i. Takipnea menurun 2. Terapeutik:
j. Bradikardi menurun a. Pasang alat pemantau suhu
k. Dasar kuku sianotik kontinu, jika perlu
menurun b. Tingkatkan asupan cairan dan
l. Hipoksia menurun nutrisi yang adekuat
m. Suhu tubuh membaik c. Bedong bayi segera setelah
n. suhu kulit membaik lahir untuk mencegah
o. Kadar glokosa darah kehilangan panas
membaik d. Masukkan bayi ke dalam box
p. Pengisian kapiler membaik segera setelah lahir
q. Ventilasi membaik e. Gunakan Topi Bayi untuk
r. Tekanan darah membaik mencegah kehilangan panas
pada bayi baru lahir
f. Tempatkan bayi baru lahir di
bawah radiant warmer
g. Pertahankan kelembapan
inkubator 50% atau lebih
untuk mengurangi kehilangan
panas karena proses evaporasi
h. Atur suhu inkubator sesuai
kebutuhan
18
i. Hangatkan terlebih dahulu
bahan – bahan yang akan
kontak dengan bayi
j. Hindari meletakkan bayi di
dekat jendela terbuka atau di
area aliran pendingin ruangan
atau kipas angin
k. Gunakan matras penghangat,
selimut hangat, dan
penghangat ruangan untuk
menaikkan suhu tubuh
l. Gunakan kasur pendingin,
water water circulating
blankets, ice pack atau gel pad
dan intravascularcooling
catheterization untuk
menurunkan suhu tubuh
m. Sesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhan pasien
3. Edukasi:
a. Jelaskan cara pencegahan heat
exhaustion dan heat stroke
b. Jelaskan cara pencegahan
hipotermi karena terpapar
udara dingin
c. Demontrasikan teknik
perawatan metode kanguru
(PMK) untuk bayi BBL
4. Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
antipiretik
19
diharapkan kemerahan dan tingkat a. Perhatikan tanda dan gejala
infeksi menurun. infeksi lokal dan sistemik
Kriteria Hasil : 2. Terapeutik:
a. Tingkat infeksi menurun a. Cuci tangan sebelum dan
b. Integritas kulit dan jaringan sesudah kontak dengan
membaik pasien dan lingkungan
c. Kontrol resiko meningkat klien.
b. Pertahankan teknik aseptik
pada pasien beresiko
infeksi
3. Edukasi:
a. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
b. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka dan luka
operasi
c. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
Manajemen Nutrisi
1. Observasi:
a. Identifikasi status nutrisi
b. Monitor asupan makanan
atau ASI
2. Terapeutik:
a. Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
kontipasi
3. Edukasi:
a. Ajarkan diet yang
diprogramkan
4. Kalaborasi:
a. Kalaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
20
kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan jika perlu
Perawatan Luka
1. Observasi
a. Monitor karakteristik luka
b. Monitor tanda-tanda infeksi
2. Terapeutik:
a. Bersihkan dengan cairan
NaCl atau pembersih
nontoksik
b. Pertahankan teknik steril
saat melakukan perawatan
luka
3. Edukasi:
a. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
b. Ajarkan prosedur perawatan
luka secara mandiri
4. Kalaborasi:
Kalaborasi pemberian
antibiotik
21
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur
keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan
dalam memenuhi kebutuhan pasien. Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah
tujuan tercapai. (Dinarti, M Yuli. 2017)
22
Kasus Bayi Asfiksia
Ny.S usia 29 thn dengan G1P0A0 gravida 39 mg + PEB dan ISK datang ke IGD RSKIA jam
20.22 dengan KPD lebih dari 24 jam. Ibu terpasang cairan Infus RL 500ml ditambah MgSO4
20% 10 gr 20tpm dan 1 jam kemudian jam 21.22 bayi lahir secara spontan kepala ditolong
oleh bidan, sisa ketuban sudah tidak ada. Bayi lahir tidak langsung menangis, Apgar Skor 5/7
berat badan 2630 gram Panjang badan 47 cm, bayi sesak RR 62x/mnt, sekret banyak, Nadi
156x/mnt, suhu badan 36,50C, saturasi oksigen 91-94%. Tekanan darah tidak diperiksa. Ada
pernafasan cuping hidung, ada tarikan dinding dada ringan, akrosianosis (+), Down skor 3,
terpasang Cpap dengan Fi02 21% peep 7.Suara paru ronkhi (+), warna kulit sianosis bayi
tampak lemah, gerak bayi tidak aktif.
Bayi belum pernah diimunisasi, belum diberi asi atau susu formula. Bayi terpasang OGT,
sementara dipuasakan terlebih dahulu. Orang tua pasien beragama islam dan berharap kepada
Tuhan agar bayinya segera membaik, dan memasrahkan semuanya pada Tuhan serta
mempercayakan kepada petugas kesehatan untuk memberikan tindakan terbaik
Apgar Skor
Down skor
23
Pemeriksaan lab tanggal 4 Desember 2020 jam 22.00
24
2.3 Pengkajian
2.3.1 Biodata
1. Identitas Klien
Umur : 32 th
Umur : 29 th
25
Agama : Islam
26
3. Riwayat kesehatan keluarga
Genogram
By Ny S Anak ke-1
Tn W ayah By Ny.S
Ny S ibu By Ny.S
Ny. S
Tn W
By. Ny S
4. Riwayat imunisasi
Bayi belum diberikan imunisasi apapun
5. Riwayat tumbuh kembang
- BB lahir 2630 gram dan PB 47 cm
- Gigi belum ada
- Perkembangan usia anak belum dapat dilihat
6. Riwayat nutrisi
Bayi belum diberi minum asi ataupun susu formula, sementara
dipuasakan
7. Riwayat psikososial
1) Yang mengasuh klien adalah orang tua
2) Hubungan orang tua dengan keluarga lain baik
3) penerapan disiplin
4) Latihan toilet
5) Pola bermain
8. Riwayat spiritual
Orang tua pasien beragama islam, rajin solat 5 waktu dan berharap
kepada Tuhan semoga kondisi bayinya segera membaik.
27
9. Reaksi hospitalisasi
Orang tua bayi mengatakan sedih melihat anaknya seperti ini apalagi
anak pertama, tetapi mereka memasrahkan semuanya kepada Tuhan dan
memberikan kepercayaan kepada petugas agar memberikan tindakan
yang terbaik untuk anaknya.
28
7. Sistem penglihatan
Kedua mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva mata merah, tidak ada
oedema, skelera mata putih bersih, besar pupil isokor, reflek cahaya +/+.
8. Sistem pendengaran
Telinga kanan dan kiri simetris, ada vernicaseosa dilipatan telinga, rekoil
telinga cepat
9. Sistem kardiovaskuler
Bibir dan kuku tampak sianosis, denyut nadi di vena umbilical teraba
kuat, vena jugularis tidak membesar, bunyi jantung S1 dan S2 murni
regular, mur mur tidak ada
10. Sistem respirasi
Bayi menangis lemah, Terdapat pernapasan cuping hidung, retraksi
dinding dada (+) ringan, ronkhi (+) sekret banyak, RR 62x/menit, lingkar
dada 32cm
11. Sistem pencernaan
Bibir kering, abdomen cembung lembut, tali pusat berwarna putih segar,
lingkar perut 32cm, bising usus terdengar normal
12. Sistem integumen
Warna kulit sianosis, turgor kulit baik, kulit tampak lengket ada vernica
seosa,
13. Sistem reproduksi
Jenis kelamin laki-laki, testis normal, biji skrotum sudah turun dan
teraba, pasien sudah bab 1x warna hijau dan sudah bak 1x
14. Sistem muskuloskletal
Bayi tampak lemah, gerak bayi tidak aktif, garis telapak kaki terlihat
diseluruh telapak kaki.
29
Leukosit 16.950 /mm^3 10.000 – 26.000
Eritrosit 5,01 Juta/ml 4,1 – 6,1
Hematrokit 54 % 31 – 59
Trombosit 202.000 /mm^3 150.000 – 450.000
Asfiksia
Suplai O2 ke paru
menurun
Sianosis
Akral dingin
Risiko hipotermi
31
- Nilai leukosit
16.950/mm3
- Klien
terpasang
Cpap dengan
Fi02 21%
dan Peep 7
- Pada saat
persalinan
sisa ketuban
tidak ada
32
2.6 Intervensi Keperawatan
Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
efektif b.d hipersekresi tindakan keperawatan Observasi
jalan nafas d.d sputum selama 2x24 jam 1. Monitor pola nafas 1. Untuk mengetahui bila terjadi pola
berlebih dan ronchi Bersihan jalan nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas yang abnormal
efektif dengan kriteria nafas)
hasil : 2. Monitor bunyi nafas 2. Ronkhi dan wheezing menyertai
- RR dalam batas tambahan (misalnya obstruksi jalan nafas / kegagalan
normal (30- wheezing atau ronkhi) pernafasan
60x/menit) 3. Monitor sputum (jumlah, 3. Pengeluaran sputum yg sulit bila
- Saturasi batas warna dan aroma) sputum tebal , sputum berdarah
normal (95- akibat kerusakan paru atau adanya
100%) luka bronchial yang memerlukan
- Suara paru bersih evaluasi / intervensi lanjutan
tidak ada ronkhi Terapeutik
- Tidak ada sputum 4. Pertahankan kepatenan jalan 4. Menghindari obstruksi jalan nafas
- Tidak terdapat nafas
pernapasan 5. Posisikan semi fowler 5. Meningkatkan ekspansi paru dan
cuping hidung memudahkan pernafasan
- Tidak terdapat 6. Lakukan penghisapan lendir 6. Menghilangkan sekret secara lebih
33
retraksi dada optimal sehingga jalan nafas tidak
terganggu
7. Berikan terapi oksigen 7. Untuk membantu menurunkan
distres pernafasan yang disebabkan
oleh hipoksemia
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian 8. Mukolitik adalah obat yang bekerja
mukolitik jika perlu dengan mengurangi kekentalan
dahak
Manajemen ventilasi mekanik
Observasi
1. Periksa indikator ventilasi 1. Untuk mengetahui penyebab
mekanik yaitu pemasangan pemasangan ventilasi mekanik
CPAP ( misalnya kelelahan
otot nafas, asidosis
respiratorik)
2. Monitor efek pemasangan 2. Mengetahui respon setelah
CPAP terhadap status dilakukan pemasangan ventilasi
oksigenasi ( misalnya bunyi mekanik
paru, saturasi oksigen)
3. Monitor kriteria perlunya 3. Agar klien bisa secara bertahap bisa
penyapihan CPAP
34
4. Monitor gejala peningkatan lepas dari pemasangan CPAP
pernafasan 4. Untuk bisa mendeteksi lebih awal
apabila mode CPAP yang digunakan
Terapeutik tidak efektif
5. Atur posisi kepala
semifowler untuk mencegah 5. Untuk meningkatkan ekspansi paru
aspirasi
6. Siapkan bag-valve mask
disamping tempat tidur 6. Mempermudah dalam melakukan
untuk antisipasi malfungsi tindakan penanganan desaturasi
mesin
7. Dokumentasikan respon
terhadap pemasangan CPAP 7. Untuk bisa menentukan intervensi
selanjutnya dengan melihat catatan
respon klien saat terpasang CPAP
Edukasi
8. Jelaskan pada orang tua 8. Agar orang tua dapat memahami
mengenai pemasangan tindakan yang akan dilakukan
CPAP
35
9. Kolaborasi penggunaan FI02 alveolus
dan PEEP
36
hangat ( misalnya atur suhu hangat sehingga terhindar dari stres
ruangan, inkubator) dingin
5. Ganti pakaian dan atau linen 5. Menurunkan kehilangan panas
yang basah melalui proses evaporasi
6. Lakukan pengobatan pasif 6. Menjaga kehangatan badan bayi
(misalnya selimut, menutup
kepala, pakaian tebal)
37
memperlihatkan 4. Ajarkan cara mencuci tangan 4. Dengan mengajarkan cuci tangan
tanda infeksi yang benar ke orang tua klien pada orangtua bisa mencegah infeksi
saat akan membesuk dari tangan yang tidak bersih saat
Kolaborasi jam kunjungan
5. Kolaborasi dengan dokter 5. Antibiotik adalah kelompok obat
untuk pemberian antibiotik yang dapat digunakan untuk
jika diperlukan mengatasi dan mencegah infeksi
bakteri
6. Kolaborasi pemberian 6. Imunisasi adalah proses membuat
imunisasi jika diperlukan seseorang kebal terhadap suatu
penyakit
Manajemen Nutrisi
Observasi
1. Identifikasi status nutrisi 1. Dengan mengetahui status nutrisi
akan bisa menentukan intervensi
2. Identifikasi penggunaan selanjutnya
selang OGT 2. Untuk menentukan sampai kapan
Terapeutik OGT dipasang
3. Berikan asi jika klien sudah 3. ASI memiliki antibodi yang berada
tidak puasa di kolostrum yang dapat membantu
Kolaborasi bayi melawan virus dan bakteri
4. Kolaborasi dengan dokter 4. Nutrisi psrenteral berguna untuk
38
untuk pemberian nutrisi memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
parenteral jika klien terus selama dipuasakan
dipuasakan
39
2.7 Implementasi
2.8 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dan diarahkan untuk
menentukan respon klien terhadap intervensi keperawatan serta sebatas mana tujuan-
tujuan sudah tercapai (Smeltzer. 2002).
40
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil tinjauan kasus Asuhan Keperawatan Pada By. Ny. S Dengan
Asfiksia Neonatorium Di Ruang Perinatologi RS. Khusus Ibu Dan Anak Kota
Bandung kelompok dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian didapatkan By. Ny. dengan APGAR skor 5//7, berat badan lahir
2630 gram, suhu 36,5oC, sesak nafas dengan RR 62x/menit, terdapat pernafasan
cuping hidung, ada retraksi dinding dada, akrosianosis (+), down skor 3,
terpasang alat bantu nafas CPAP, reflek morro lemah.
2. Diagnosis keperawatan yang muncul pada By. Ny. S adalah 3 diagnosa
keperawatan, yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hipersekresi jalan nafas
d.d sputum berlebih, risiko hipotermi b.d kehilangan panas ke lingkungan, dan
risiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer: ketuban pecah
sebelum waktunya.
3. Intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan masalah yang
ditemukan pada By. Ny. S yaitu manajemen jalan nafas, manajemen ventilasi
mekanik, manajemen hipotermi, pencegahan infeksi, dan manajemen nutrisi.
4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana intervensi yang telah
disusun.
5. Evalusi tindakan keperawatan yang dilakukan merupakan tahap akhir dari proses
keperawatan dan diarahkan untuk menentukan respon klien terhadap intervensi
keperawatan serta sebatas mana tujuan-tujuan sudah tercapai.
3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada bayi dengan
asfiksia neonatorum mulai dari mengkaji, menganalisa data, merumuskan diagnosa
keperawatan, merencanakan intervensi, melakukan implementasi, dan membuat
evaluasi.
41
DAFTAR PUSTAKA
42