Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ASMA”

Dosen Pengajar :
Elizabeth Purba SPd.,SST.,M.Kes
Welmin lumy S.Kep.,M.Kes

Kelompok 4 :
Angela Pinasang
Febiola Mantur
Ridel Moningka

AKADEMI KEPEAWATAN BETHESDA TOMOHON


2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang maha Esa, atas segala rahmat
dan karuniaNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERNAFASAN ASMA”

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan dari
kekurangan-kekurangan yang ada, sehingga karya tulis ini ini
bisa bermanfaat. 
Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa
berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah
membantu. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi
kitasemua.

Tomohon Febuari 2022


DAFTAR ISI
BAB I
PENDAGULUAN

1.1 latar belakang


Asma pada anak merupakan masalah bagi pasien dan keluarga, karena asma
pada anak berpengaruh terhadap berbagai aspek khusus yang berkaitan dengan
kualitas hidup, termasuk proses tumbuh kembang baik pada masa bayi, balita
maupun remaja (Sidhartani, 2007). Data World Health Organization (WHO) pada
tahun 2011, 235 juta orang di seluruh dunia menderita asma dengan angka
kematian lebih dari 8% di negara-negara berkembang yang sebenarnya dapat
dicegah. Dilaporkan di beberapa negara angka kejadian asma meningkat, misal di
negara Jepang, Melbourne, dan Taiwan. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) di Indonesia tahun 2013 didapatkan prevalensi asma di Indonesia
4,5% dengan kejadian terbanyak pada perempuan sebesar 4,6%. Di poliklinik
Subbagian Paru Anak FKUI-RSCM Jakarta, lebih dari 50% kunjungan merupakan
penderita asma. Jumlah kunjungan di Poliklinik Subbagian Paru Anak berkisar
antara 12000-13000 atau rata-rata 12.324 kunjungan pertahun (staf pengajar ilmu
kesehatan anak FK UI, 1985)
Asma adalah penyakit yang menganggu jalan nafas pada paru-paru dan sering
dialami oleh anak-anak. Penyakit ini sangat menganggu aktivitas anak dan
menghambat dalam proses tumbuh kembang anak. Gejala asma dengan batuk,
sesak nafas, nafas pendek dan mengi membuat anak-anak kesulitas saat tidur
maupun beraktivitas seperti sekolah. Adanya peningkatan angka morbiditas dan
mortalitas pada anak dengan penyakit asma diperlukan penanganan yang sesuai
sehingga prevalensi asma akan menurun. Salah satunya dengan menghindari
faktor penyebab penyakit asma ini pada anak. Pada asma yang disebabkan oleh
faktor genetic juga harus mendapatkan penanganan agar asma tidak sering
kambuh dan mengganggu aktivitas anak yang masih dalam tahap tumbuh
kembang. Peran orangtua juga sangat dibutuhkan dalam penatalaksanaan penyakit
asma ini, karena edukasi mengenai penyakit ini tidak hanya ditujukan kepada
pasien saja, tetapi keluarga dan orang-orang di sekitar pasien untuk mencegah dan
menangani kekambuhan asma pada anak.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari penyakit asma pada anak?
2. Bagaimana epidemiologi dari penyakit asma pada anak?
3. Bagaimana etiologi dari penyakit asma pada anak?
4. Bagaimana klasifikasi dari penyakit asma pada anak?
5. Bagaimana patofisiologi dari penyakit asma pada anak?
6. Bagaimana pathway terjadinya asma pada anak?
7. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit asma pada anak?
8. Bagaimana komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit asma pada anak?
9. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari penyakit asma pada anak?
10. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit asma pada anak?
11. Bagaimana konsep asuhan keperawatan penyakit asma pada anak?

1.3 Tujuan
1.3 Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini yaitu untuk memahami tentang
penyakit asma pada anak dan cara penanganannya yang benar.
1.4 Tujuan Khusus
1. Untuk memberikan informasi yang lebih lengkap tentang penyakit
asma pada anak.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Asma pada Anak


Asma pada anak merupakan masalah bagi pasien dan keluarga, karena asma
pada anak berpengaruh terhadap berbagai aspek khusus yang berkaitan dengan
kualitas hidup, termasuk proses tumbuh kembang baik pada masa bayi, balita
maupun remaja (Sidhartini, 2007). Asma adalah penyakit paru dengan ciri khas
yaitu saluran pernapasan yang sangat mudah bereaksi terhadap berbagai
rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa serangan asma (Ngastiyah,
2005). Menurut Margaret dalam Musdalifah Merry (2016), Asma Bronkial
merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya wheezing (mengi)
intermiten yang timbul sebagai respon akibat paparan terhadap suatu zat iritan
atau alergan.
Asma merupakan penyakit dengan karaktristik meningkatnya reaksi trakea
dari bronkus oleh berbagai macam pencetus disertai dengan timbulnya
penyempitan luas saluran nafas bagian bawah yang dapat berubah-ubah
derajadnya secara spontan atau dengan pengobatan. Serangan asma dapat berupa
sesak nafas ekspiratoir yang paroksismal, berulang-ulang dengan mengi
(wheezing) dan batuk yang disebabkan oleh konstriksi atau spasme otot bronkus ,
inflamasi mukosa bronkus dan produksi lendir kental yang berlebihan. Asma
merupakan penyakit familier yang diturunkan secara poligenik dan multifaktorial.
Telah ditemukan hubungan antara asma dan lokus histokompatibilitas (HLA) dan
tanda genetik pada molekul imunoglobulin G (Abdoerachman, M.H (et al), 1985).
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulakan bahwa asma adalah
penyakit inflamasi kronis pada saluran napas yang dapat menimbulkan gejala
episodic berulang berupa mengi, batuk, sesak napas, dan rasa berat di dada

6
terutama pada malam hari atau dini hari. Asma pada anak mempunyai berbagai
aspek khusus yang umumnya berkaitan dengan proses tumbuh dan kembang
seorang anak, baik pada masa bayi, balita, maupun anak besar.

2.2 Epidemiologi Asma pada Anak


Asma adalah penyakit gangguan pernafasan yang dapat menyerang anak-
anak hingga orang dewasa, tetapi penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak-
anak. Menurut para ahli, prevalensi asma akan terus meningkat. Sekitar 100-150
juta penduduk dunia terserang asma dengan penambahan 180.000 setiap tahunnya
(WHO, 2013). Di Indonesia, prevalensi asma menurut data Survei Kesehatan
Rumah Tangga 2004 sebesar 4%. Sedangkan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007, prevalensi asma untuk seluruh kelompok usia sebesar
3,5% dengan prevalesnsi penderita asma pada anak usia 1-4 tahun sebesar 2,4%
dan usia 5-14 tahun sebesar 2,0%.
Penyakit asama di Indonesia termasuk dalam sepuluh besar penyakit
penyebab kesakitan dan kematian.Sebanyak 10-15% terjadi pada anak laki-laki
dan 7-10% terjadi pada anak perempuan yang dapat menderita asma pada suatu
waktu selama masa kanak-kanak. Asma dapat timbul pada semua umur seperti,
30% penderita asma mulai merasakan gejala pada usia 1 tahun, dan 80-90% anak
asma mengalami gejala pertama kali sebelum usia 4-5 tahun.
Dinegara-negara maju, peningkatan asma berkaitan dengan polusi udara dari
insdustri maupun otomotif, interior rumah, gaya hidup, kebiasaan merokok, pola
makanan, penggunaan susu botol, dan paparan alergi dini. Asma mempunyai
dampak negative bagi kehidupan penderitanya termasuk untuk anak-anak, seperti
menyebabkan anak sering tidak masuk sekolah.Selain itu, terdapat juga berbagai
factor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prevalensi asma disuatu tempat,
antaralain umur, gender, ras, sosio-ekonomi, dan factor lingkungan. Faktor-faktor
tersebut akan mempengaruhi prevalensi asma yang berdampak terjadinya
serangan asma, berat ringannya serangan asma, derajat asma dan kematian karena
penyakit asma.
2.3 Etiologi Asma pada Anak
Ada beberapa hal yang mempengaruhi penyakit asma pada anak yaitu:
1. Faktor Predisposisi
Faktor Keturunan (Genetik)
Risiko terbesar anak terkena asma adalah pada anak yang membawa
keturunan asma dari orangtuanya. Pada kasus asma ini bakat alerginya yang
diturunkan oleh orangtuanya sehingga anak sangat mudah terkena penyakit
asma jika terpapar faktor pencetusnya. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor Presipitasi
a. Alergen
Alergen asma dibedakan menjadi 3 yaitu :
1) Inhalan merupakan alergen yang masuk melalui inhalasi atau saluran
pernafasan. Contohnya: debu rumah, kapuk, udara dingin, asap rokok
dan serbuk sari bunga.
2) Ingestan merupakan alergen yang masuk melalui oral atau mulut.
Contohnya: makanan seperti udang, kepiting, susu dan telur.
3) Kontaktan alergen yang masuk melalui kulit. Contohnya: perhiasan
atau jam tangan.
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim
seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan
dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
c. Faktor Psikis
Faktor psikis merupakan faktor pencetus yang tidak boleh diabaikan dan
sangat kompleks. Tidak adanya perhatian atau tidak mau mengakui adanya
persoalan tentang asma pada anak sendiri/keluargnya, akan menggagalkan
usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu takut terhadap adanya serangan atau
hari depan anak juga dapat mempererat serangan asma.
d. Olahraga/aktifitas jasmani yang berat
Sebagian berat penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya
terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
e. Infeksi
Biasanya infeksi yang sering terjadi adalah infeksi akibat virus terutama
pada bayi dan anak. Virus yang menyebabkan adalah respiratory syncytial
virus (RSV) dan virus parainfluenza. Kadang-kadang karena bakteri
misalnya pertusis dan streptokokus, jamur misalnya aspergillus dan parasit
seperti askaris.
2.4 Klasifikasi Asma pada Anak
Asma dibedakan menjadi 2 jenis, yakni:
1. Asma bronchial
Penderita asma bronchial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan dari
luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan-bahan penyebab alergi.
Gejala kemunculannya mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang.
Gangguan asma bronchial juga bisa muncul lantaran adanya radang yang
mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan bagian bawah. Penyempitan
ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernapasan, pembengkakan selaput
lender dan pembentukan timbunan lender yang berlebih.
2. Asma kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial biasnya
terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebat. Kejadian ini disebut
nocturnal paroxymul dyspnea. Biasanya terjadi pada saat penderita sedang
tidur.
Pembagian derajat asma menurut Phelan dkk (dikutip dari buku kuliah Ilmu
keperawatan Anak FK UI tahun 1985) diantaranya adalah:
Asma Episodik yang Jarang
Biasnya terdapat pada anak usia 3-8 tahun. Pencetus utama dari asma ini yaitu
infeksi virus saluran nafas bagian atas, dengan banyaknya serangan 3-4 kali per
tahun. Lamanya serangan dapat beberapa hari, jarang merupakan serangan berat,
gejala lebih berat pada malam hari.
Asma Episodik Sering
Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun. Pada
permulaan serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5-
6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orangtua
menghubungkan dengan perubahan udara, allergen, aktivitas fisik dan stress.
Frekuensi serangan 3-4 kali dalam setahun, tiap serangan biasnya beberapa hari
sampai beberapa minggu. Frekuensi serangan paling tinggi pada umur 8-13 tahun.
Pada golongan lanjut kadang-kadang sukar dibedakan dengan golongan asma
kronik atau persisten.
Asma Kronik atau Persisten
Pada 25% anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan dan
75% sebelum umur 3 tahun. Pada lebih dari 50% anak terdapat wheezing yang
lama pada 2 tahun pertama dan sisanya serangannya episodic. Pada umur 5-6
tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang peristen dan hampir
selalu terdapat wheezing setiap hari, dan pada malam hari terdapat batuk disertai
wheezing. Aktivitas fisik juga sering menyebabkan asma, seringkali memerlukan
perawatan di rumah sakit. Biasanya setelah mendapatkan penanganan anak dan
orangtua baru menyadari mengenai asma pada anak dan masalahnya. Obstruksi
jalan nafas mencapai puncaknya pada umur 8-14 tahun, baru kemudian terjadi
perbaikan. Pada golongan dewasa muda 50% golongan ini biasanya tetap
menderita asma persisten..
Parameter Asma Episodik Asma Episodik Asma Persisten
Klinis, Jarang (Asma Sering (Asma (Asma Berat)
Kebutuhan Obat Ringan) Sedang)
dan Faal Paru
1. Frekuensi <1x/bulan >1x/bulan Sering
serangan
2. Lama serangan <1 minggu 1 minggu Hampir
sepanjang tahun
(tidak ada
remisi)
3. Intensitas Biasanya ringan biasanya sedang biasanya berat
serangan
4. Di antara Tanpa gejala sering ada gejala gejala siang &
serangan malam
5. Tidur dan Tidak terganggu sering terganggu sangat terganggu
aktivitas
6. Pemeriksaan Normal (tidak mungkin tidak pernah
fisik di luar ditemukan terganggu normal
serangan kelainan) (ditemukan
kelainan)
7. Obat Tidak perlu perlu, non steroid perlu, steroid
pengendali
(anti
inflamasi)
8. Uji faal paru PEF / FEV1 PEF/ FEV1 60- PEF / FEV1 <
(di luar >80% 80% 60%
serangan)
9. Variabilitas variabilitas < 20% variabilitas 20- variabilitas >
faal paru (bila 30% 30%
ada serangan)

2.5 Patofisiologi Asma pada Anak


Asma merupakan inflamasi kronik saluran pernapasana. Berbagai sel
inflamasi berperan terutama sel mast, eosinophil, sel limfosit T, makrofag,
neutrofil, dan sel epitel.Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, jamur,
parasit, alergi, iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan psikis akan merangsang reaksi
hiperreaktivitas bronkus dalam saluran pernafasan sehingga merangsang sel
plasma menghasilkan imonoglubulin E (IgE). IgE selanjutnya akan menempel
pada reseptor dinding sel mast yang disebut sel mast tersensitisasi. Sel mast
tersensitisasi akan mengalami degranulasi, sel mast yang mengalami degranulasi
akan mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamin dan bradikinin. Mediator
ini menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga timbul edema
mukosa, peningkatan produksi mukus dan kontraksi otot polos bronkiolus. Hal
ini akan menyebabkan proliferasi akibatnya terjadi sumbatan dan daya konsulidasi
pada jalan nafas sehingga proses pertukaran O2 dan CO2 terhambat akibatnya
terjadi gangguan ventilasi. Rendahnya masukan O2 ke paru-paru terutama pada
alveolus menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan CO2 dalam alveolus atau
yang disebut dengan hiperventilasi, yang akan menyebabkan terjadi alkalosis
respiratorik dan penurunan CO2 dalam kapiler (hipoventilasi) yang akan
menyebabkan terjadi asidosis respiratorik. Hal ini dapat menyebabkan paru-paru
tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas yaitu membuang
karbondioksida sehingga menyebabkan konsentrasi O2 dalam alveolus menurun
dan terjadilah gangguan difusi, dan akan berlanjut menjadi gangguan perfusi
dimana oksigenisasi ke jaringan tidak memadai sehingga akan terjadi hipoksemia
dan hipoksia yang akan menimbulkan berbagai manifestasi klinis.

2.6 Pathway Asma pada Anak

Faktor pencetus
- Allergen -Stress
- Virus, bakteri, jamur -Cuaca

Reaksi hiperaktivitas bronkus

Antigen yang terikat IgE pd permukaan sel mast/ basofil

Mengeluarkan mediator histamine, platelet, bradikinin dll


Peningkatan Edema mukosa Kontraksi otot
prodduksi mucus polos meningkat

Mempermudah Proliterasi

Terjadi sumbatan dan gaya konsolidasi -Batuk


-Mengi/ wheezing
Gelisah, rewel, -Sesak napas
Gangguan ventilasi
nangis → Ansietas

Hipoventilasi Hiperventilasi
Hiperkapnea Ketidakefektifan
bersihan jalan
Konsentrasi O2 Konsentrasi O2 napas
dalam alveolus ↓ dalam alveolus ↑

Gangguan difusi

Oksigenasi ke jaringan tidak memadai

Gangguan difusi Hiposemia

Gangguan
pertukaran gas
Penyempitan jalan
pernapasan

↑ kerja otot pernapasan


Intoleransi aktifitas Ketidakefektifan
pola nafas

2.7 Maniestasi Klinis Asma pada Anak


Menurut Abdoerachman, dkk (1985) serangan akut yang spesifik jarang
dilihat sebelum anak berusia 2 tahun. Secara klinis tanda dan gejala asma dibagi
menurut stadiumnya ke dalam 3 stadium yaitu;
Stadium I
Waktu terjadinya edema dinding bronkus batuk paroksismal karena iritasi
dan batuk kering, sputum yang kental dan mengumpul merupakan benda asing
yang merangsang batuk.
Stadium II
Sekresi bronkus bertambah banyak dan batuk dengan dahak yang jernih dan
berbusa. Pada stadium ini anak akan mulai merasa sesak nafas berusaha bernafas
lebih dalam,eksprinium memanjang dan terdengar bunyi mengi, tampak otot nafas
ambahan turut bekerja, terdapat retraksi suprasternal, epigastrium dan mungkin
juga sela iga, anak lebih senang duduk dan bungkuk, tangan menekan pada tepi
tempat tidur atau kursi, anak tampak gelisah, pucat dan sianosis sekitar mulut,
toraks membungkuk kedepan dan lebih bulat serta bergerak lambat pada
pernafasan pada anak yang lebih kecil cenderung terjadi pernafasan abdominal,
retraksi suprasternal dan intercostal.
Stadium III
Obstruksi atau spasme bronkus lebih berat aliran udara sangat sedikit
sehingga suara nafas hampir tidak terdengar, stadium ini sangat berbahaya karena
sering disangka ada perbaikan juga batuk seperti ditekan, pernafasan dangkal,
tidak teratur dan frekuensi nafas yang mendadak meninggi.
Selain itu gejala klinis asma yaitu :
 Auskultasi :Wheezing, ronki kering musikal, ronki basah sedang.
 Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori
pernafasan, cuping hidung, retraksi dada,dan stridor.
 Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan lumen jalan
nafas sempit.
 Tachypnea, orthopnea.
 Diaphoresis
 Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan.
 Fatigue.
 Tidak toleransi terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan, bahkan
bicara.
 Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran.
 Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest) akibat
ekshalasi yang sulit karena udem bronkus sehingga kalau diperkusi
hipersonor.
 Serangan yang tiba-tiba atau berangsur.
 Bila serangan hebat : gelisah, berduduk, berkeringat, mungkin
sianosis.
 X foto dada : atelektasis tersebar, “Hyperserated”

2.8 Komplikasi dan Prognosis Asma pada Anak


Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
Status Asmatikus
Status asmatikus adalah setiaop serangan asma berat atau yang kemudian menjadi
berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan aminoilin suntikan
dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi
intensif.
Atelektasis
Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan
yang sangat dangkal.
Hipoksemia
Hipoksima adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat kekurangan oksigen secara
sistemik akibat inadekuat intake oksigen ke paru oleh serangan asma.
Pneumotoraks
Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan
kolapsnya paru.
Emfisema
Emisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi)
saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan
mengalami kerusakan yang luas.

2.9 Pemeriksaan Diagnostik pada Anak


1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
1) Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari
Kristal eosinophil
2) Spiral curshmann yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang
bronkus
3) Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
4) Netrofil dan eosinophil yang terdapat pada sputum umumnya
bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat
mucus plug
b. Pemeriksaan Darah
1) Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis
2) Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH
3) Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3
dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi
4) Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E
pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal.Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang
menurun.Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat
adalah sebagai berikut:
1) Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah
2) Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
radiolusen akan semakin bertambah
3) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada
paru
4) Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis local
5) Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen
pada paru-paru
b. Pemeriksaan Tes Kulit
Dilakukan untuk mencari factor alergi dengan berbagai allergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi
menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada
empisema paru yaitu:
1) Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis
deviasi dan clock wise rotation
2) Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya
RBB (Right bundle branch block)
3) Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia,
SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative
d. Scanning Paru
Scanning paru dengan inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara
selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru
e. Spiometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang
paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon
pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan
sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau
nebulizer) golongan adrenergik.Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak
lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma.Tidak adanya respon aerosol
bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting
untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat
obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi
pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi

2.10 Penatalaksanaan Asma pada Anak


Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa
hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Program penatalaksanaan asma
menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia meliputi 7 komponen, yaitu:
1. Edukasi
Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan mortality. Edukasi tidak
hanya ditujukan untuk penderita dan keluarga tetapi juga pihak lain yang
membutuhkan seperti pemegang kesehatan, seperti pemegang kekuasaan,
pembuat perancangan bidang kesehatan/asma, profesi kesehatan.
2. Menilai/memonitor berat asma secara berkala
Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma oleh penderita
sendiri mutlak dilakukan pada penatalaksanaan asma. Hal tersebut disebabkan
berbagai faktor lain:
a. Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan perubahan terapi
b. Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahan pada
asmanya
c. Daya ingat (memori) dan motivasi penderita yang perlu direview, sehingga
membantu penanganan asma terutama asma mandiri
3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
4. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut sebagai
asma terkontrol. Terdapat 3 faktor yang perlu dipertimbangkan:
a. Medikasi (obat-obatan)
b. Tahapan pengobatan
c. Penanganan asma mandiri (pelangi asma)
5. Menetapkan pengobatan pada serangan akut
6. Kontrol secara teratur
pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang penting diperhatikan
oleh dokter yaitu:
a. Tindak lanjut(follow-up) teratur
b. Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penanganan lanjut bila diperlukan
7. Pola hidup sehat
a. Meningkatkan kebugaran fisis
b. Berhenti atau tidak pernah merokok
c. Lingkungan kerja
BAB 3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN ASMA 
 Pengkajian

Menurut Nuraruf & Kusuma (2015), meliputi :

1. Biodata

Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal

lahir, jenis kelamin, tanggal masuk sakit, rekam medis.

2. Keluhan utama

Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma adalah dispnea (sampai bisa berhari-hari

atau berbulan-bulan), batuk, dan mengi (pada beberapa kasus lebih banyak paroksimal).

3. Riwayat Kesehatan Dahulu

Terdapat data yang menyatakan adanya faktor prediposisi timbulnya penyakit ini, di

antaranya adalah riwayat alergi dan riwayat penyakit saluran nafas bagian bawah (rhinitis,

utikaria, dan eskrim).

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien dengan asma sering kali didapatkan adanya riwayat penyakit turunan, tetapi pada

beberapa klien lainnya tidak ditemukan adanya penyakit yang sama pada anggota

keluarganya.

5. Pemeriksaan fisik a. Inspeksi

1) Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, klien pada posisi duduk

2) Dada diobservasi

3) Tindakan dilakukan dari atas (apeks) sampai kebawah

4) Inspeksi torak posterior, meliputi warna kulit dan kondisinya, skar, lesi, massa, dan

gangguan tulang belakang, seperti kifosis, skoliosis, dan lordosis.

5) Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan pergerakkan dada.


6) Observasi tipe pernapasan, seperti pernapasan hidung pernapasan diafragma, dan

penggunaan otot bantu pernapasan.

7) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan fase eksifirasi (E).

Rasio pada fase ini normalnya 1:2. Fase ekspirasi yang memanjang menunjukkan adanya

obstruksi pada jalan napas dan sering ditemukan pada klien Chronic Airflow Limitation

(CAL) / Chornic obstructive Pulmonary Diseases (COPD)

8) Kelainan pada bentuk dada

9) Observasi kesimetrisan pergerakkan dada. Gangguan

pergerakan atau tidak adekuatnya ekspansi dada

mengindikasikan penyakit pada paru atau pleura

10) Observasi trakea abnormal ruang interkostal selama

inspirasi, yang dapat mengindikasikan obstruksi jalan nafas.

b. Palpasi

1) Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi abnormalitas,

mengidentifikasikan keadaan kulit, dan mengetahui vocal/ tactile premitus (vibrasi)

2) Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti : massa,

lesi, bengkak.

3) Vocal premitus, yaitu gerakan dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara(Nuraruf &

Kusuma, 2015)

c. Perkusi

Suara perkusi normal :

1) Resonan (sonor) : bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada jaringan paru normal.

2) Dullnes : bunyi yang pendek serta lemah, ditemukan diatas bagian jantung, mamae, dan

hati

3) Timpani : musical, bernada tinggi dihasilkan di atas perut yang berisi udara
4) Hipersonan (hipersonor) : berngaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan

timbul pada bagian paru yang berisi darah.

5) Flatness : sangat dullnes. Oleh karena itu, nadanya lebih tinggi. Dapat terdengar pada

perkusi daerah hati, di mana areanya seluruhnya berisi jaringan. (Nuraruf & Kusuma, 2015)

d. Auskultasi

1) Merupakan pengkajian yang sangat bermakna,

mencakup mendengarkan bunyi nafas normal, bunyi

nafas tambahan (abnormal).

2) Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara

ketika melalui jalan nafas dari laring ke alveoli,

dengan sifat bersih.

3) Suara nafas normal meliputi bronkial, bronkovesikular

dan vesikular.

4) Suara nafas tambahan meliputi wheezing : peural

friction rub, dan crackles.(Nuraruf & Kusuma, 2015)

Diagnosa Keperawatan

Menurut diagnosis keperawatan Nanda (2015), diagnosa keperawatan yang dapat diambil

pada pasien dengan asma adalah :

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus dalam jumlah

berlebihan, peningkatan produksi mucus, eksudat dalam alveoli dan bronkospasme

2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan dan deformitas

dinding dada
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbon dioksida

Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontakbilitas dan volume sekuncup jantung

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan antara suplai dan kebutuhan oksigen (hipoksia)

kelemahan

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan laju metabolic,

dispnea saat makan, kelemahan otot penguyah

Ansietas berhubungan dengan penyakit yang diderita

Intervensi keperawatan

Berikut ini adalah intervensi yang dirumuskan untuk mengatasi masalah keperawatan pada

klien dengan asma bronkial :

Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret. Nursing

Outcomes Classification (NOC) : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan

mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif. Domain 2 : kesehatan Fisiologis, Kelas

E : jantung paru. 0410 : saluran trakeobronkial yang terbuka dan lancar untuk pertukaran

udara berat (2) menjadi ringan (4) dengan indikator :Kemampuan untuk mengeluarkan sekret,

frekuensi pernafasan, suara napas tambahan, batuk. Nursing Interventions Classification

(NIC) Airway Management : 1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, 2)

keluarkan sekret dengan batuk (teknik batuk efektif), 3) monitor vital sign (RR), 4) observasi

suara tambahan, 5) latih napas dalam (teknik relaksasi).

Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan dan deformitas

dinding dada. Nursing Outcomes Classification (NOC) : setelah dilakukan tindakan

keperawatan pasien akan mempertahankan pola napas yang efektif. Domain 2 :


kesehatan Fisiologis, Kelas E : jantung paru. 0402: pertukarana karbondioksida dan oksigen

di alveoli untuk mempertahankan konsentrasi darah arteri berat (2) menjadi ringan (4) dengan

indikator : Saturasi oksigen, sianosis, gangguan kesadaran, keseimbangan ventilasi dan

perfusi. Nursing Interventions Classification (NIC) : Monitor Pernapasan 1) Monitor

kecepatan, irama, kedalam dan kesulitan bernafas, 2) Monitor saturasi oksigen, 3) palpasi

kesimetrisan ekspansi paru, 4) monitor pola napas.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbon dioksida. Nursing Outcomes

Classification (NOC) : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan mempertahankan

pertukaran kepatenan pertukaran gas. Domain 2 : kesehatan Fisiologis, Kelas E : jantung

paru. 4020 : pertukarana karbondioksida dan oksigen di alveoli untuk mempertahankan

konsentrasi darah arteri berat (2) menjadi ringan (4) dengan indikator : Saturasi oksigen,

Sianosis, Gangguan kesadaran, Keseimbangan ventilasi dan perfusi. Nursing Interventions

Classification (NIC) : Terapi oksigen : 1) Pertahankan kepatenan jalan napas, 2) Berikan

oksigen seperti yang diperintahkan, 3) Monitor aliran oksigen, 4)Batasi merokok.

Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontakbilitas dan volume sekuncup

jantung.Nursing Outcomes Classification (NOC) : setelah dilakukan tindakan keperawatan

pasien akan mempertahankan curah jantung yang stabil dengan kriteria hasil : Domain 2 :

kesehatan Fisiologis, Kelas E : jantung paru, Denyut nadi apikal, Tekanan darah sistol dan

distol, Ukuran jantung, Intoleransi aktivitas. Nursing Interventions Classification (NIC) :

Perawatan jantung : 1) Catat tanda dan gejala penurunan curah jantung, 2) Monitor EKG, 3)

Evaluasi perubahan tekanan darah, 4) Monitor sesak, kelelahan, takipnea


Intoleransi aktivitas berhubungan dengan antara suplai dan kebutuhan oksigen (hipoksia)

kelemahan. Nursing Outcomes Classification (NOC) : setelah dilakukan tindakan

keperawatan pasien akan mempertahankan toleransi aktivitas yang adekuat dengan kriteria

hasil:Domain 1 : fungsi kesehatan, Kelas A : pemeliharaan energi, Saturasi oksigen ketika

beraktivitas, Frekuensi nadi keyika beraktivitas, Frekuensi pernapasan ketika beraktivitas,

Warna kulit, Tekanan darah sistolik dan diastolik ketika beraktivitas. Nursing Interventions

Classification (NIC): Manajemen energi : 1) Monitor respirasi pasien selama kegiatan, 2)

Bantu pasien identifikasi pilihan-pilihan aktivitas, 3) Bantu pasien untuk menjadwalkan

periode istirahat, 4) Monitor respon oksigen pasien.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhberhubungan dengan laju metabolic,

dispnea saat makan, kelemahan otot penguyah. Nursing Outcomes Classification (NOC) :

setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan mempertahankan nutrisi yang adekuat

dengan kriteria hasil:Domain 2 : kesehatan fisiologi, Kelas K : pencernaan & nutrisi, Asupan

makanan, Asupan cairan, Energi, Rasio tinggi badan/berat badan. Nursing Interventions

Classification (NIC): Pemberian makan : 1) Tanyakan pasien makanan yang disukai, 2) Atur

makanan sesuai dengan kesenangan pasien, 3) Beri minum pada saat makan, 4) Catat asupan.

Ansietas berhubungan dengan penyakit yang diderita. Nursing Outcomes Classification

(NOC) : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan menurunkan tingkat

kecemasannya dengan kriteria hasil:Domain 3 : kesehatan psikososial, Kelas M :

kesejahteraan psikologis, Perasaan gelisah, Kesulitan berkonsentrasi, Meremas-remas tangan,

Wajah tegang. Nursing Interventions Classification (NIC): Pengurangan kecemasan : 1)


Ciptakan atmosfer rasa aman untuk meningkatakan kepercayaan, 2) Instruksikan klien untuk

menggunakan teknik relaksasi, 3) Kaji untuk tanda verbal dan non verbal kecemasan, 4)

Dorong keluarga untuk mendampingi klien.

Implementasi Keperawatan

1. Hindari alergen

Salah satu penatalaksanaan asma adalah menghindari

eksaserbasi. Anak yang rentan tidak dibiarkan untuk terpajan cuaca yang sangat dingin,

berangin, atau cuaca ekstrem lainnya, asap,spray, atau iritan lainnya.

2. Meredakan bronkospasme

Anak diajarkan untuk mengenali tanda dan gejala awal

serangan sehingga dapat dikendalikan sebelum gejala tersebut semakin berat. Tanda-tanda

objektif yang dapat diobservasi orang tua antara lain rinorea, batuk, demam ringan,

iritabilitas, gatal (terutama leher bagian depan dan dada), apati, ansietas, gangguan tidur, rasa

tidak nyaman pada abdomen, kehilangan nafsu makan.

Anak yang menggunakan nebulizer, MDI, diskhaler, atau rotahaler untuk memberikan obat

perlu mempelajari cara penggunaan alat tersebut dengan benar.(Wong,2014)

Evaluasi Keperawatan

Efektivitas intervensi keperawatan ditentukan dengan pengkajian ulang yang kontinu dan

evaluasi perawatan berdasarkan panduan observasi dan hasil yang diharapkan berikut ini:

1. Tanyakan keluarga mengenai upaya membasmi atau menghindari alergen

2. Amati anak untuk adanya tanda-tanda gejala pernapasan

3. Kaji kesehatan umum anak


4. Amati anak dan tanyakan keluarga mengenai infeksi atau komplikasi lainnya

5. Tanyakan anak tentang aktivitas sehari-hari

6. Tantukan tingkat pemahaman keluarga dan anak terhadap

kondisi anak dan tentang terapu yang harus dilakukan.(Wong, 2014)


BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran napas mengalami penyempitan karena
hiperaktifitas terhadap rangsangan tertentu,yang menyebabkan peradangan dan penyempitan
yang bersifat sementara
Menurut The Lung Association ada dua factor yang menjadi pencetus asma : pemicu
yang mengkibatkan terganggunya saluran pernafasan dan mengakibatkan mengencang atau
menyempitnya saluran pernapasan (bronkokonstriksi) tetapi tidak dapat peradangan,seperti:
Perubahan cuaca dan suhu udara, rangsang sesuatu yang bersifat alergi,misalnya asap
rokok,serbuk sari,debu,bulu binatang, infeksi saluran pernapasan, gangguan emosi, kerja fisik
atau olahraga yang berlebihan
Asma memiliki ciri khusus : Sesak napas pada asma khas disertai suara mengi akibat
kesulitan ekspirasi, pada auskultasi terdengar wheezing dan ekspirasi memanjang, keadaan
sesak hebat yang di tandai dengan giatnya otot-otot bantu pernapasan dan sianosis dikenal
dengan status asmatikus yang dapat berakibat fatal, dipsnue dipagi hari dan sepanjang
malam,sesuda latihan fisik(terutama saat cuaca dingin),berhubungan dengan paparan
terhadap alergi seperti bulu binatang.
Diagnosis asma kadang-kadang dapat di tegakan atas dasar anamnesis dan
auskulstasi.Wheezing di akhir ekspirasi hampir selalu merupakan tanda penyakit paru
obsttuktif seperti asma.Pada asma ringan,auskulstasi hamper selalu normal bila pasien
asimtomatik.

3.2 Saran
Bagi seorang perawat
Sebagai seorang perawat seharusnya dapat memberikan asuhan keperawatan secara
intensif mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervensi pada pasien dengan
Asma Pada Anak. perawat dapat menjalin kerja sama dengan keluarga perawat lainnya, agar
dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara operasional
DAFTAR PUSTAKA.

Anda mungkin juga menyukai