FALENSIA LOLORA
EUODIA TAHENDUNG
PAULLA KAAWOAN
OCTAVIA MONTOL
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ini. Sungguh suatu
kesyukuran yang memiliki makna tersendiri, karena walaupun dalam keadaan terdesak, kami dapat
Dalam penulisan karya tulis ini, kami mencoba membahas tentang “ASUHAN KEPERAWATAN
FARINGITIS DAN TONSILITIS PADA ANAK”. Dalam karya tulis ini, kami juga menyediakan
Apa yang kami lakukan dalam karya tulis ini, masih jauh yang diharapkan dan isinya masih
terdapat kesalahan – kesalahan baik dalam penulisan kata maupun dalam menggunakan ejaan yang
benar. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang sifatnya membangun, kami harapkan sehingga
JUDUL
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………...
BAB I..............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................................4
BAB II............................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................6
BAB III…………………………………………………………………………………………………………
PENUTUP……………………………………………………………………………………………………...
2.1 KESIMPULAN…………………………………………………………………………………………….
2.2 SARAN……………………………………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah Faringitis merupakan penyakit yang termasuk dalam golongan Infeksi Saluran
Pernafasan (ISPA), ditandai dengan adanya peradangan pada dinding faring yang umumnya terjadi
karena infeksi bakteri, Streptococcus pyogenes merupakan bakteri penyebab paling besar
Saga (Abrus precatoriusL) merupakan tanaman yang digunakan secara tradisional sebagai
obat sariawan, obat batuk dan obat radang tenggorokan (Depkes RI, 2000b ) atau yang biasa
disebut faringitis. Berdasarkan penelitian Gnanavel dan Saral (2013) ekstrak etanol daun saga
mengandung beberapa senyawa kimia aktif yaitu: flavonoid, terpenoid, tanin, alkaloid dan saponin
yang berpotensi sebagai antibakteri alami. Penggunaan daun saga oleh masyarakat secara langsung
dinilai kurang praktis. Tablet hisap adalah salah satu pengembangan yang dapat dilakukan karena
Bentuk sediaan tablet hisap dapat menjadi pengobatan yang tepat untuk faringitis, karena
tablet hisap ditujukan untuk mengobati iriasi lokal, infeksi mulut atau tenggorokan (DepKes RI,
1995). Serta umumnya mengandung antibiotik, antiseptik, dan adstringensia (Syamsuni, 2006).
Sediaan tablet hisap ditujukan untuk dapat melarut perlahan dalam mulut sehingga efek lokal
Berdasarkan tujuan penggunaan tablet hisap yang ditujukan untuk melarut dimulut secara
perlahan agar mendapatkan efek lokal (Mohr, 2009), perlu adanya paramater yang diperhatikan
yaitu dosis, rasa dan kekerasan. Kekerasan tablet perlu diperhatikan agar tablet hisap tidak mudah
hancur dan dapat mempertahankan bentuk ketika dihisap sehingga dapat melarut secara perlahan.
Oleh karena itu, sebaiknya tablet hisap dibuat lebih keras dari tablet biasa.
Persyaratan kekerasan tablet hisap yang baik yaitu 7-14 kg (Cooper dan Gunn, 1975), lebih
tinggi dari tablet konvensional 4-7 kg (Parrot, 1971). Persyaratan tersebut menjadi dasar pemilihan
bahan pengikat sebagai komponen utama kekerasan tablet yang digunakan untuk meningkatkan
gaya intragranul dan intergranul (Siregar dan wiraksa, 2010) yang dikempa sehingga menghasilkan
tablet yang kompak dan keras agar dapat mempertahankan bentuk dan tidak mudah hancur ketika
dihisap didalam mulut. Salah satu bahan pengikat pada pembuatan tablet hisap adalah Pulvis
Pulvis Gummi Arabica (PGA) termasuk zat pengikat kuat yang memiliki sifat alir yang
baik, inert secara farmakologi, serta memiliki kompresibilitas dan kompaksibilitas yang baik.
Mekanisme PGA sebagai pengikat dipengaruhi oleh konsentrasi yang digunakan. PGA
ditambahkan pada formulasi dalam bentuk larutan karena zat pengikat lebih efektif jika
ditambahkan dalam bentuk larutan pada pembuatan granul dari pada dalam bentuk keringnya
(Banker dan Anderson, 1986). Penggunaan PGA sebagai bahan pengikat yang optimal yaitu pada
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
Faringitis akut adalah radang akut pada mukosa faring dan jaringan limfoid pada dinding
faring (Rospa, 2011). Menurut Vincent (2004) Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang
disebabkan oleh virus atau bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat
dan hiperemis, demam, pembesaran limfonodi leher dan malaise. Pendapat lain di kemukakan
oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (2008) Faringitis merupakan peradangan akut membrane
mukosa faring dan struktur lain di sekitarnya. Karena letaknya yang sangat dekat dengan hidung
dan tonsil, jarang terjadi hanya infeksi local faring atau tonsil. Oleh karena itu, pengertian
adalah suatu peradangan akut yang menyerang tenggorokan atau faring yang
disebabkan oleh virus atau bakteri tertentu yang di tandai dengan nyeri tenggorokan.
2. ETIOLOGI
terbanyak faringitis akut, terutama pada anak berusia < 3 tahun (prasekolah). Virus
parainfluenza dapat menjadi penyebab faringitis. Virus Epstein Barr (Epstein Barr
seperti infeksi virus campak, virus Rubella, dan berbagai virus lainnya juga dapat
a. Streptococcus pygenes
c. Corynebacterium diphtheria
3. PATHOFISIOLOGI
penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel kemudian bila
hiperemi, kemudian oedem dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa
tapi menjadi menebal dan cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding
faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk
sumbatan yang berwarna kuning, putih, atau abu – abu terdapat folikel atau jaringan
limfoid. Tampak bahwa folikel dan bercak – bercak pada dinding faring posterior
atau terletak lebih ke lateral menjadi meradang dan membengkak sehingga timbul
yaitu bakteri maupun virus dapat secara langsung menginfasi mukosa faring yang
mukosa faring sekunder akibat sekresi nasal. Sebagian besar peradangan melibatkan
nasofaring uvula, dan palatum mole. Perjalanan penyakitnya ialah terjadi inokulasi
dengan invasi local serta penglepasan toksin ekstraseluler dan protease. Transmisi
dari virus yang khusus dan SBHGA terutama terjadi akibat kontak tangan dengan
secret hidung di bandingkan dengan kontak oral. Gejala akan tampak setelah masa
FARINGITIS
Inflamasi
Kurang pengetahuan
2008; Modifikasi
5. MANIFESTASI KLINIS
b. Faring hiperemis
c. Demam
d. Nyeri tenggorokan
i. Ruam skarlantina
b. Sakit kepala
c. Anorexia
d. Dysphagia
e. Mual, muntah
Menurut Kazzi (2006) Biasanya faringitis dapat sembuh sendiri. Namun jika
faringitis ini berlangsung lebih dari 1 minggu, masih terdapat demam, pembesaran
nodus limfa, atau muncul bintik kemerahan. Hal tersebut berarti dapat terjadi
dan dehidrasi.
7. PENATALAKSANAAN
Menurut Wong (2009) penatalaksanaan terapeutik dari faringitis akut jika terjadi
infeksi tenggorokan akibat streptococcus, penisilin oral dapat diberikan dengan dosis
yang cukup untuk mengendalikan manifestasi local akut. Penisillin memang tidak
streptokokus (biasanya pada anak usia 3 tahun atau lebih), berikan Benzatin
penisilin (suntikan tunggal) 600.000 unit untuk anak usia di bawah 5 tahun,
1.200.000 unit untuk usia 5 tahun atau lebih. Ampisilin atau amoksisilin selama
A. PENGKAJIAN
1. Data dasar
informasi lainnya
2. Riwayat Kesehatan
pilek, demam. Riwayat alergi dalam keluarga Riwayat penyakit yang berhubungan
dengan imunitas seperti malnutrisi Anggota keluarga lain yang mengalami sakit
Pernapasan dangkal, dipneu, takipneu, tanda bunyi napas ronchi halus dan melemah,
wajah pucat
Mengakaji apakah dalam keluarga pasien ada atau tidak yang mengalami
Biasanya klien akan mengalami penurunan berat badan karena tidak cukupnya nutrisi
b. pola eliminasi kaji bagaimana pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan
kaji klien menjalani aktivitas sehari hari dapat mengalami gangguan bial
inflamasinya parah
Kaji pola perubahan tidur klien selama sehat dan sakit, berapa lama klien tidu
dalam sehari? Biasanya klien tidak mengalami perubahan pada pola istirahat
4. Pemeriksaan fisik
Pengkajian head to toe yang dilakukan lebih difokuskan pada system pernapasan
(batuk,sesak)
5. Pemeriksaan penujang
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d tampak meringis,frekuensi nadi
c. c Defisit nutrisi b.d ketidak mampuan menelan makanan d.d berat badan menurun,
menunjukan prilaku tidak sesuai anjuran menunjuakan presepsi yang keliru terhadap
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
(SLKI)
1 SDKI Hal.172 D.0072 SLKI hal,145 L.08066 SIKI hal 201 I.08328
dan memperingan
nyeri
- identifikasi
pengetahuan dan
keyaninan tentang
nyeri
- Identifikasi pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
- identifikasi pengaruh
hidup
- Monitor keberhasilan
terapi komplernenter
- Monitor efek
samping penggunaan
analgetic.
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
TENS, hipnosis,
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
- Kontrol lingkungan
yang memperberat
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi Istirahat
dan tidur
- Pertimbangkan jenis
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri.
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
- Anjurkan
menggunakan
2
analgetik secara tepat
SDKI Hal.18 D.0001
- Ajarkan teknik
Bersihan jalan napas tidak SLKI hal 18 L.01001
nonfarmakologis
efektif b.d proses infeksi Setelah dilakukan Tindakan
untuk mengurangi
d.d batuk tidak efektif keperawatan selama 3x24
rasa nyeri.
mekonium jalan napas, jam maka bersihan jalan
Observasi
endotrakeal (ETT),
terutama setelah
mengubah posisi
- Monitor tekanan
jam
stoma trakeostomi
(mis. kemerahan,
drainase, perdarahan)
Terapeutik
- Kurangi tekanan
tiap shift
- Pasang oropharingeal
mencegah ETT
tergigit
(kinking)
- Berikan pre-
oksigenasi 100%
kali ventilasi)
penghisapan
- Berikan volume pre-
oksigenasi (bagging
atau ventilasi
volume tidal
- Lakukan
penghisapan lender
jika diperlukan
(bukan secara
berkala/rutin)
setiap 24 jam
secara bergantian
setiap 24 jam
3
- Lakukan perawatan
SDKI hal 56 D.0019
mulut (mis. dengan
Defisit nutrisi b.d ketidak
sikat gigi, kasa,
mampuan menelan
SLKI hal 121 L.03030 pelembap bibir)
makanan d.d berat badan
Setelah dilakukan Tindakan - Lakukan perawatan
menurun, membrane
keperawatan selama 3x24 stoma trakeostomi
mukosa pucat, sariawan
jam maka status nutrisi
Edukasi
membaik dengan kriteria
hasil - -Jelaskan pasien
- Sariawan menurun
Kolaborasi
- -Kolaborasi intubasi
penghisapan.
Manajemen nutrisi
Observasi
- Identifikasi status
nutrisi
- Identifikasi alergi
dan intoleransi
makanan
- Identifikasi makanan
yang disukai
- Identifikasi
kebutuhan kalori dan
jenis nutrient
- Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastric
- Monitor asupan
makanan
- Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral
hygiene sebelum
- Fasilitasi
menentukan
piramida makanan)
- Sajikan makanan
- Berikan makanan
- Berikan makanan
4 tinggi kalori dan
SDKI hal 246 D.0111
tinggi protein
Defisit pengetahuan b.d
- Berikan suplemen
ketidak tauan
makanan, jika perlu
menumeukan seumber
- Hentikan pemberian
informasi d.d menunjukan
makan melalui
SLKI hal 146 L.12111
prilaku tidak sesuai
selang nasogatrik
Setelah dilakukan Tindakan
anjuran menunjuakan
jika asupan oral
keperawatan selama 3x24
presepsi yang keliru
dapat ditolerans!
jam maka tingkat
terhadap masalah,
pengetauan meningkat
menunjukan prilaku Edukasi
dengan kriteria hasil
berlebihan - Anjurkan posisi
- Prilaku sesuai
duduk, jika mampu
anjuran meningkat
- Ajarkan diet yang
- Presepsi yang keliru
diprogramkan
terhadap masala
menurun
Kolaborasi
- -Kolaborasi
pemberian medikasi
pereda nyeri,
antiemetik), jika
perlu
- Kolaborasi dengan
menentukan jumlah
nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu
Edukasi Kesehatan
Observasi
- Identifikasi kesiapan
dan kemampuan
menerima informasi
- Identifikasi factor
meningkatkan dan
menurunkan
motivasi perilaku
sehat
Terapeutik
Kesehatan
- Jadwalkan
Pendidikan
Kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
yang dapat
mempengaruhi
Kesehatan
- Ajarkan perilaku
sehat
dapat diggunakan
untuk meningkatkan
dan sehat
BAB III
PENUTUP
2.1 KESIMPULAN
Faringitis akut adalah radang akut pada mukosa faring dan jaringan limfoid pada
dinding faring (Rospa, 2011). Menurut Vincent (2004) Faringitis akut adalah infeksi pada
faring yang disebabkan oleh virus atau bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri
tenggorokan, faring eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran limfonodi leher dan
malaise. Pendapat lain di kemukakan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (2008) Faringitis
merupakan peradangan akut membrane mukosa faring dan struktur lain di sekitarnya.
Karena letaknya yang sangat dekat dengan hidung dan tonsil, jarang terjadi hanya infeksi
local faring atau tonsil. Oleh karena itu, pengertian faringitis secara luas mencakup
Rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, terutama sebelum makan,
setelah ke toilet, dan setelah batuk atau bersin. Jangan berbagi peralatan makan dan minum
atau peralatan mandi dengan penderita faringitis. Selalu tutup mulut dan hidung dengan
DAFTAR PUSTAKA