Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PENGERTIAN ASUHAN KEPERAWATAN FARINGITIS DAN


TONSILITIS PADA ANAK

Dosen Pengampuh : Str Elizabeth Purba S.pd., SST., M.Kes

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2

FALENSIA LOLORA

EUODIA TAHENDUNG

PAULLA KAAWOAN

OCTAVIA MONTOL

AKADEMI KEPERAWATAN BETHESDA TOMOHON


2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala limpahan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ini. Sungguh suatu

kesyukuran yang memiliki makna tersendiri, karena walaupun dalam keadaan terdesak, kami dapat

menyelesaikan makalah ini.

Dalam penulisan karya tulis ini, kami mencoba membahas tentang “ASUHAN KEPERAWATAN

FARINGITIS DAN TONSILITIS PADA ANAK”. Dalam karya tulis ini, kami juga menyediakan

pembahasan tentang Defenisi, etiologi, pemeriksaan penunjang, manifestasi klinik, patofisiologi

dan penatalaksanaan penyakit faringitis.

Apa yang kami lakukan dalam karya tulis ini, masih jauh yang diharapkan dan isinya masih

terdapat kesalahan – kesalahan baik dalam penulisan kata maupun dalam menggunakan ejaan yang

benar. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang sifatnya membangun, kami harapkan sehingga

makalah ini menjadi sempurna.


DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR...................................................................................................................................2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………...

BAB I..............................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN..........................................................................................................................................4

BAB II............................................................................................................................................................6

PEMBAHASAN.............................................................................................................................................6

1.1 LANDASAN TEORI...........................................................................................................................6

1.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................................................13

BAB III…………………………………………………………………………………………………………

PENUTUP……………………………………………………………………………………………………...

2.1 KESIMPULAN…………………………………………………………………………………………….

2.2 SARAN……………………………………………………………………………………………………..

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………...
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah Faringitis merupakan penyakit yang termasuk dalam golongan Infeksi Saluran

Pernafasan (ISPA), ditandai dengan adanya peradangan pada dinding faring yang umumnya terjadi

karena infeksi bakteri, Streptococcus pyogenes merupakan bakteri penyebab paling besar

terjadinya kasus faringitis (Esposito dkk, 2004).

Saga (Abrus precatoriusL) merupakan tanaman yang digunakan secara tradisional sebagai

obat sariawan, obat batuk dan obat radang tenggorokan (Depkes RI, 2000b ) atau yang biasa

disebut faringitis. Berdasarkan penelitian Gnanavel dan Saral (2013) ekstrak etanol daun saga

mengandung beberapa senyawa kimia aktif yaitu: flavonoid, terpenoid, tanin, alkaloid dan saponin

yang berpotensi sebagai antibakteri alami. Penggunaan daun saga oleh masyarakat secara langsung

dinilai kurang praktis. Tablet hisap adalah salah satu pengembangan yang dapat dilakukan karena

lebih praktis dan mudah dalam penggunaan maupun penyimpananya.

Bentuk sediaan tablet hisap dapat menjadi pengobatan yang tepat untuk faringitis, karena

tablet hisap ditujukan untuk mengobati iriasi lokal, infeksi mulut atau tenggorokan (DepKes RI,

1995). Serta umumnya mengandung antibiotik, antiseptik, dan adstringensia (Syamsuni, 2006).

Sediaan tablet hisap ditujukan untuk dapat melarut perlahan dalam mulut sehingga efek lokal

antibiotik atau antiseptik yang diharapkan bekerja lebih efektif

Berdasarkan tujuan penggunaan tablet hisap yang ditujukan untuk melarut dimulut secara

perlahan agar mendapatkan efek lokal (Mohr, 2009), perlu adanya paramater yang diperhatikan

yaitu dosis, rasa dan kekerasan. Kekerasan tablet perlu diperhatikan agar tablet hisap tidak mudah

hancur dan dapat mempertahankan bentuk ketika dihisap sehingga dapat melarut secara perlahan.

Oleh karena itu, sebaiknya tablet hisap dibuat lebih keras dari tablet biasa.

Persyaratan kekerasan tablet hisap yang baik yaitu 7-14 kg (Cooper dan Gunn, 1975), lebih

tinggi dari tablet konvensional 4-7 kg (Parrot, 1971). Persyaratan tersebut menjadi dasar pemilihan
bahan pengikat sebagai komponen utama kekerasan tablet yang digunakan untuk meningkatkan

gaya intragranul dan intergranul (Siregar dan wiraksa, 2010) yang dikempa sehingga menghasilkan

tablet yang kompak dan keras agar dapat mempertahankan bentuk dan tidak mudah hancur ketika

dihisap didalam mulut. Salah satu bahan pengikat pada pembuatan tablet hisap adalah Pulvis

Gummi Arabici (PGA)

Pulvis Gummi Arabica (PGA) termasuk zat pengikat kuat yang memiliki sifat alir yang

baik, inert secara farmakologi, serta memiliki kompresibilitas dan kompaksibilitas yang baik.

Mekanisme PGA sebagai pengikat dipengaruhi oleh konsentrasi yang digunakan. PGA

ditambahkan pada formulasi dalam bentuk larutan karena zat pengikat lebih efektif jika

ditambahkan dalam bentuk larutan pada pembuatan granul dari pada dalam bentuk keringnya

(Banker dan Anderson, 1986). Penggunaan PGA sebagai bahan pengikat yang optimal yaitu pada

konsentrasi 5-20 % (Siregar dan Wiraksa, 2010).


BAB II

PEMBAHASAN

1.1 LANDASAN TEORI

1. PENGERTIAN

Faringitis akut adalah radang akut pada mukosa faring dan jaringan limfoid pada dinding

faring (Rospa, 2011). Menurut Vincent (2004) Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang

disebabkan oleh virus atau bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat

dan hiperemis, demam, pembesaran limfonodi leher dan malaise. Pendapat lain di kemukakan

oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (2008) Faringitis merupakan peradangan akut membrane

mukosa faring dan struktur lain di sekitarnya. Karena letaknya yang sangat dekat dengan hidung

dan tonsil, jarang terjadi hanya infeksi local faring atau tonsil. Oleh karena itu, pengertian

faringitis secara luas mencakup tonsillitis, nasofaringitis, dan tonsilofaringitis.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Faringitis akut

adalah suatu peradangan akut yang menyerang tenggorokan atau faring yang

disebabkan oleh virus atau bakteri tertentu yang di tandai dengan nyeri tenggorokan.

2. ETIOLOGI

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2008) Virus merupakan etiologi

terbanyak faringitis akut, terutama pada anak berusia < 3 tahun (prasekolah). Virus

penyebab penyakit respiratori seperti Adenovirus, Rhinovirus, dan virus

parainfluenza dapat menjadi penyebab faringitis. Virus Epstein Barr (Epstein Barr

virus,EBV) dapat menyebabkan faringitis, tetapi disertai dengan gejala infeksi


mononikleosis seperti splenomegali dan limfadenopati genelisata. Infeksi sistemik

seperti infeksi virus campak, virus Rubella, dan berbagai virus lainnya juga dapat

menunjukan gejala faringitis akut. Streptococcus ß hemolitikus grup A adalah bakteri

penyebab terbanyak faringitis akut. Bakteri tersebut mencakup 15 – 30 % dari

penyebab faringitis akut pada anak.

Pendapat lain dikemukakan oleh Bibhat K Mandal (2006) etiologi dari

faringitis akut adalah :

a. Streptococcus pygenes

b. Virus EPSTEIN-BARR (EBV)

c. Corynebacterium diphtheria

3. PATHOFISIOLOGI

Menurut Arif Mansjoer (2007) pathofisiologi dari faringitis akut adalah

penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel kemudian bila

epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadi pembendungan

radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat

hiperemi, kemudian oedem dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa

tapi menjadi menebal dan cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding

faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk

sumbatan yang berwarna kuning, putih, atau abu – abu terdapat folikel atau jaringan

limfoid. Tampak bahwa folikel dan bercak – bercak pada dinding faring posterior

atau terletak lebih ke lateral menjadi meradang dan membengkak sehingga timbul

radang pada tenggorok atau faringitis.


Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2008) patogenesis dari faringitis akut

yaitu bakteri maupun virus dapat secara langsung menginfasi mukosa faring yang

kemudian menyebabkan respon peradangan lokal. Rhinovirus menyebabkan iritasi

mukosa faring sekunder akibat sekresi nasal. Sebagian besar peradangan melibatkan

nasofaring uvula, dan palatum mole. Perjalanan penyakitnya ialah terjadi inokulasi

dari agen infeksius di faring yang menyebabkan peradangan local, sehingga

menyebabkan eritema faring, tonsil, atau keduanya. Infeksi streptokokus ditandai

dengan invasi local serta penglepasan toksin ekstraseluler dan protease. Transmisi

dari virus yang khusus dan SBHGA terutama terjadi akibat kontak tangan dengan

secret hidung di bandingkan dengan kontak oral. Gejala akan tampak setelah masa

inkubasi yang pendek, yaitu 24-72 jam.


4. PATHWAYS

FARINGITIS

Inflamasi

Demam Edema mukosa Mukosa kemerahan Batuk

Penguapan Nafsu makan turun Kesulitan menelan Sputum

Resti defisit Gangguan Bersihan jalan nafas


volume cairan nutrisi Nyeri tidak efektif

Droplet Resti penularan

Kurang pengetahuan

Sumber : Arif Mansjoer, 2007; Ikatan Dokter Anak Indonesia,

2008; Modifikasi
5. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2008) Faringitis streptokokus sangat

mungkin jika di jumpai tanda dan gejala berikut:

a. Awitan akut, disertai mual dan muntah

b. Faring hiperemis

c. Demam

d. Nyeri tenggorokan

e. Tonsil bengkak dengan eksudasi

f. Kelenjar getah bening leher anterior bengkak dan nyeri

g. Uvula bengkak dan merah

h. Ekskoriasi hidung disertai lesi impetigo sekunder

i. Ruam skarlantina

j. Petikie palatum mole

Menurut Wong (2010) manifestasi klinik dari faringitis akut :

a. Demam (mencapai 40°C)

b. Sakit kepala

c. Anorexia

d. Dysphagia

e. Mual, muntah

f. Faring edema atau bengkak


6. KOMPLIKASI

Menurut Kazzi (2006) Biasanya faringitis dapat sembuh sendiri. Namun jika

faringitis ini berlangsung lebih dari 1 minggu, masih terdapat demam, pembesaran

nodus limfa, atau muncul bintik kemerahan. Hal tersebut berarti dapat terjadi

komplikasi dari faringitis, seperti demam reumatik. Beberapa komplikasi faringitis

akut yang lain adalah :

a. Demam scarlet, yang di tandai dengan demam dan bintik kemerahan.

b. Demam reumatik, yang dapat menyebabkan inflamasi sendi, atau kerusakan

pada katup jantung. Demam reumatik merupakan komplikasi yang paling

sering terjadi pada faringitis akut.

c. Glomerulonefritis, komplikasi berupa glomerulonefritis akut merupakan

respon inflamasi terhadap protein M spesifik. Komplek antigen- antibody

yang terbentuk berakumulasi pada glomerulus ginjal yang akhirnya

menyebabkan glomerulonefritis ini.

d. Abses peritonsilar biasanya disertai dengan nyeri faringeal, disfagia, demam

dan dehidrasi.

7. PENATALAKSANAAN

Menurut Wong (2009) penatalaksanaan terapeutik dari faringitis akut jika terjadi

infeksi tenggorokan akibat streptococcus, penisilin oral dapat diberikan dengan dosis

yang cukup untuk mengendalikan manifestasi local akut. Penisillin memang tidak

mencegah perkembangan glomerunefritis akut pada anak-anak yang rentan namun

dapat mencegah penyebab strein nefrogenik dari streptococcus hemolitik ß grup A ke

anggota keluarga lainnya. Antibiotic lain yang di gunakan untuk mengobati


streptococcus hemolitik ß grup A adalah eritromisin, azitromisin, klaritromisin,

sefalosporin seperti sefdinir (omnicef) dan amoksisilin.

Pendapat lain dikemukakan oleh Natalia (2003) jika diduga faringitis

streptokokus (biasanya pada anak usia 3 tahun atau lebih), berikan Benzatin

penisilin (suntikan tunggal) 600.000 unit untuk anak usia di bawah 5 tahun,

1.200.000 unit untuk usia 5 tahun atau lebih. Ampisilin atau amoksisilin selama

10 hari atau penisilin V (fenoksimetilpenisilin) 2-4 kali sehari selama 10 hari.

Kortrimolsasol tidak direkomendasikan untuk nyeri tenggorok yang disebabkan

oleh streptokokus karena tidak efektif, jika penisilin V digunakan berikan

125mg dua kali sehari selama 10 hari.


1.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Data dasar

a. Identitas pasien (nama,jenis kelamin,umur,alamat,diagnose medis dan sumber

informasi lainnya

2. Riwayat Kesehatan

Riwayat Kesehatan Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya: batuk,

pilek, demam. Riwayat alergi dalam keluarga Riwayat penyakit yang berhubungan

dengan imunitas seperti malnutrisi Anggota keluarga lain yang mengalami sakit

saluran pernapasan Ada/tidak riwayat merokok Pemeriksaan Fisik Pernapasan

Pernapasan dangkal, dipneu, takipneu, tanda bunyi napas ronchi halus dan melemah,

wajah pucat

a. Riwayat Kesehatan masa lalu

Mengkaji apakah pasien mengalami penyakit yang sama atau yang

berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita.

b. Riwayat Kesehatan keluarga

Mengakaji apakah dalam keluarga pasien ada atau tidak yang mengalami

penyakit yang sama

3. Pola kebiasaan sehari hari

a. pola nutrisi metabolic

Biasanya klien akan mengalami penurunan berat badan karena tidak cukupnya nutrisi

karena nyeri saat menelan akibat inflamasi penyakit

b. pola eliminasi kaji bagaimana pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan

eliminasi urine, perubahan bising usus, distensi abdomen. Biasanya klien

tidak memiliki gangguan eliminasi


c. pola aktivitas

kaji klien menjalani aktivitas sehari hari dapat mengalami gangguan bial

inflamasinya parah

d. pola istirahat tidur

Kaji pola perubahan tidur klien selama sehat dan sakit, berapa lama klien tidu

dalam sehari? Biasanya klien tidak mengalami perubahan pada pola istirahat

4. Pemeriksaan fisik

Pengkajian head to toe yang dilakukan lebih difokuskan pada system pernapasan

(batuk,sesak)

a. Inspeksi: kemerahan pada faring, adanya pembengkakan pada leher

b. Palpasi: Adanya kenaikan suhu pada bagian leher

5. Pemeriksaan penujang

a. Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatelidah, tampak tonsil

membengkak, hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak(folikel, lacuna,

bahkan membrane). Kelenjar submandibular membengkan dan nyeri tekan.

b. Pemeriksaan biopsy contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari

saluran pernapasan (sekitar faring) dengan menggunakan Teknik endoskopi.

Jaringan tersebut akan diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya

peradangan akibat bakteri atau virus.

c. Pemeriksaan sputum. Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopi, atau

bakteriologik, penting dalam diagnosis etiologi penyakit. Warna bau dan

adanya darah merupakan petunjuk yang berharga

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d tampak meringis,frekuensi nadi

meningkat, nafsu makan berubah


b. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d proses infeksi d.d batuk tidak efektif mekonium

jalan napas, tidak mampu batuk

c. c Defisit nutrisi b.d ketidak mampuan menelan makanan d.d berat badan menurun,

membrane mukosa pucat, sariawan

d. Defisit pengetahuan b.d ketidak tauan menumeukan seumber informasi d.d

menunjukan prilaku tidak sesuai anjuran menunjuakan presepsi yang keliru terhadap

masalah, menunjukan prilaku berlebihan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan & Kriteria hasil Intrevensi (SIKI)

(SLKI)

1 SDKI Hal.172 D.0072 SLKI hal,145 L.08066 SIKI hal 201 I.08328

Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Tindakan Manajemen nyeri :

pencedera fisiologis d.d keperawatan selama 3x24 observas

tampak meringis,frekuensi jam maka tingkat nyeri - -Identifikasi lokasi,

nadi meningkat, nafsu menurun dengan kriteria karakteristik, durasi,

makan berubah hasil frekuensi, kualitas,

- Keluhan nyeri intensitas nyeri

menurun - Identifikasi skala

- Meringis menurun nyeri

- Frekuensi nadi - identifikasi respons

membaik nyeri non verbal

- Nafsu makan - Identifikasi faktor

membaik yang memperberat

dan memperingan
nyeri

- identifikasi

pengetahuan dan

keyaninan tentang

nyeri

- Identifikasi pengaruh

budaya terhadap

respon nyeri

- identifikasi pengaruh

nyeri pada kualitas

hidup

- Monitor keberhasilan

terapi komplernenter

yang sudah diberikan

- Monitor efek

samping penggunaan

analgetic.

Terapeutik

- Berikan teknik

nonfarmakologis

untuk mengurangi

rasa nyeri (mis.

TENS, hipnosis,

akupresur, terapi
musik, biofeedback,

terapi pijat,

aromaterapi, teknik

imajinasi terbimbing,

kompres

hangat/dingin, terapi

bermain)

- Kontrol lingkungan

yang memperberat

rasa nyeri (mis. suhu

ruangan,

pencahayaan,

kebisingan)

- Fasilitasi Istirahat

dan tidur

- Pertimbangkan jenis

dan sumber nyeri

dalam pemilihan

strategi meredakan

nyeri.

Edukasi

- Jelaskan penyebab,

periode, dan pemicu

nyeri
- Jelaskan strategi

meredakan nyeri

- Anjurkan memonitor

nyeri secara mandiri

- Anjurkan

menggunakan
2
analgetik secara tepat
SDKI Hal.18 D.0001
- Ajarkan teknik
Bersihan jalan napas tidak SLKI hal 18 L.01001
nonfarmakologis
efektif b.d proses infeksi Setelah dilakukan Tindakan
untuk mengurangi
d.d batuk tidak efektif keperawatan selama 3x24
rasa nyeri.
mekonium jalan napas, jam maka bersihan jalan

tidak mampu batuk napas meningkat dngan


Kolaborasi
kriteria hasil
- -Kolaborasi
- Batuk efektif
pemberian analgetik,
meningkat
jika perlu
- Meconium menurun

SIKI hal 187 I.01012

Manajemen jalan napas :

Observasi

- Monitor posisi selang

endotrakeal (ETT),

terutama setelah
mengubah posisi

- Monitor tekanan

balon ETT setiap 4-8

jam

- Monitor kulit area

stoma trakeostomi

(mis. kemerahan,

drainase, perdarahan)

Terapeutik

- Kurangi tekanan

balon secara periodik

tiap shift

- Pasang oropharingeal

airway (OPA) untuk

mencegah ETT

tergigit

- Cegah ETT terlipat

(kinking)

- Berikan pre-

oksigenasi 100%

selama 30 detik (3-6

kali ventilasi)

sebelum dan setelah

penghisapan
- Berikan volume pre-

oksigenasi (bagging

atau ventilasi

mekanik) 1,5 kali

volume tidal

- Lakukan

penghisapan lender

kurang dari 15 detik

jika diperlukan

(bukan secara

berkala/rutin)

- Ganti fiksasi ETT

setiap 24 jam

- Ubah posisi ETT

secara bergantian

(kiri dan kanan)

setiap 24 jam
3
- Lakukan perawatan
SDKI hal 56 D.0019
mulut (mis. dengan
Defisit nutrisi b.d ketidak
sikat gigi, kasa,
mampuan menelan
SLKI hal 121 L.03030 pelembap bibir)
makanan d.d berat badan
Setelah dilakukan Tindakan - Lakukan perawatan
menurun, membrane
keperawatan selama 3x24 stoma trakeostomi
mukosa pucat, sariawan
jam maka status nutrisi
Edukasi
membaik dengan kriteria
hasil - -Jelaskan pasien

- Berat badan dan/atau keluarga

membaik tujuan dan prosedur

- Membrane mukosa pemasangan jalan

membaik napas buatan

- Sariawan menurun

Kolaborasi

- -Kolaborasi intubasi

ulang jika terbentuk

mucous plug yang

tidak dapat dilakukan

penghisapan.

SIKI hal 200 I.03119

Manajemen nutrisi

Observasi

- Identifikasi status

nutrisi

- Identifikasi alergi

dan intoleransi

makanan

- Identifikasi makanan

yang disukai

- Identifikasi
kebutuhan kalori dan

jenis nutrient

- Identifikasi perlunya

penggunaan selang

nasogastric

- Monitor asupan

makanan

- Monitor berat badan

- Monitor hasil

pemeriksaan

laboratorium

Terapeutik

- Lakukan oral

hygiene sebelum

makan, jika perlu

- Fasilitasi

menentukan

pedoman diet (mis.

piramida makanan)

- Sajikan makanan

secara menarik dan

suhu yang sesuai

- Berikan makanan

tinggi serat untuk


mencegah konstipasi

- Berikan makanan
4 tinggi kalori dan
SDKI hal 246 D.0111
tinggi protein
Defisit pengetahuan b.d
- Berikan suplemen
ketidak tauan
makanan, jika perlu
menumeukan seumber
- Hentikan pemberian
informasi d.d menunjukan
makan melalui
SLKI hal 146 L.12111
prilaku tidak sesuai
selang nasogatrik
Setelah dilakukan Tindakan
anjuran menunjuakan
jika asupan oral
keperawatan selama 3x24
presepsi yang keliru
dapat ditolerans!
jam maka tingkat
terhadap masalah,
pengetauan meningkat
menunjukan prilaku Edukasi
dengan kriteria hasil
berlebihan - Anjurkan posisi
- Prilaku sesuai
duduk, jika mampu
anjuran meningkat
- Ajarkan diet yang
- Presepsi yang keliru
diprogramkan
terhadap masala

menurun
Kolaborasi

- -Kolaborasi

pemberian medikasi

sebelum makan (mis.

pereda nyeri,

antiemetik), jika

perlu
- Kolaborasi dengan

ahli gizi untuk

menentukan jumlah

kalori dan jenis

nutrien yang

dibutuhkan, jika

perlu

SIKI hal 65 I.12383

Edukasi Kesehatan

Observasi

- Identifikasi kesiapan

dan kemampuan

menerima informasi

- Identifikasi factor

factor yang dapat

meningkatkan dan

menurunkan

motivasi perilaku

hidup bersih dan

sehat

Terapeutik

- Sediakan materi dan


media Pendidikan

Kesehatan

- Jadwalkan

Pendidikan

Kesehatan sesuai

kesepakatan

- Berikan kesempatan

untuk bertanya

Edukasi

- Jelaskan factor resiko

yang dapat

mempengaruhi

Kesehatan

- Ajarkan perilaku

hidup bersih dan

sehat

- Ajarkan strategi yang

dapat diggunakan

untuk meningkatkan

perilaku hidup bersih

dan sehat
BAB III

PENUTUP

2.1 KESIMPULAN

Faringitis akut adalah radang akut pada mukosa faring dan jaringan limfoid pada

dinding faring (Rospa, 2011). Menurut Vincent (2004) Faringitis akut adalah infeksi pada

faring yang disebabkan oleh virus atau bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri

tenggorokan, faring eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran limfonodi leher dan

malaise. Pendapat lain di kemukakan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (2008) Faringitis

merupakan peradangan akut membrane mukosa faring dan struktur lain di sekitarnya.

Karena letaknya yang sangat dekat dengan hidung dan tonsil, jarang terjadi hanya infeksi

local faring atau tonsil. Oleh karena itu, pengertian faringitis secara luas mencakup

tonsillitis, nasofaringitis, dan tonsilofaringitis.


2.2 SARAN

Rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, terutama sebelum makan,

setelah ke toilet, dan setelah batuk atau bersin. Jangan berbagi peralatan makan dan minum

atau peralatan mandi dengan penderita faringitis. Selalu tutup mulut dan hidung dengan

tangan atau tisu saat batuk

DAFTAR PUSTAKA

Tim pokja SIKI,DPPPPNI,2016.Standar diagnosis keperawatan Indonesia.Dewan

pengurus pusat persatuan perawat nasional Indonesi,J.raya Menteng Aggung No.64

Jagakarsa,Jakarta selatan 12610

Tim pokja SIKI,DPPPPNI,2018.standar luaran keperawatan Indonesia. Dewan

pengurus pusat persatuan perawat nasional Indonesi,J.raya Menteng Aggung No.64

Jagakarsa,Jakarta selatan 12610

Tim pokja SIKI,DPPPPNI,2018.standar intervensi keperawatan Indonesia. Dewan

pengurus pusat persatuan perawat nasional Indonesi,J.raya Menteng Aggung No.64

Jagakarsa,Jakarta selatan 12610

Dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional Indonesi,J.raya Menteng Aggung

No.64 Jagakarsa,Jakarta selatan 12610


https://www.academia.edu/11222434/ASKEP_FARINGITIS

Anda mungkin juga menyukai