Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN AKHIR PRAKTIK PENCIRI

KEGAWATDARURATAN MASYARAKAT PANTAI


SIMULASI PENANGGULANGAN KEGAWAT DARURATAN MASYARAKAT
PANTAI DI PANTAI DONDO BARAT, KOTA AMPANA KABUPATEN
TOJO UNA-UNA PROVINSI SULAWESI TENGAH

DISUSUN OLEH:
PENDIDIKAN PROFESI NERS

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PALU PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIK PENCIRI
KEGAWATDARURATAN MASYARAKAT PANTAI
SIMULASI PENANGGULANGAN KEGAWAT DARURATAN MASYARAKAT
PANTAI DI PANTAI DONDO BARAT, KOTA AMPANA KABUPATEN
TOJO UNA-UNA PROPINSI SULAWESI TENGAH

DISUSUN OLEH:
PENDIDIKAN PROFESI NERS

Telah diperiksa dan disetujui


Pada hari Kamis / tanggal 21 Mei 2022
Koordinator Praktek Ketua Program Studi

Ismunandar, S. Kep, Ns., M. Kes Dr Jurana, S. Kep, Ns., M. Kes


Nip: 1971114 199803 1002 Nip: 197112151991012001

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nya penyusun
dapat menyelesaikan laporan akhir Simulasi Penanggulangan Kegawatdaruratan
Masyarakat Pantai di Pantai Dondo Barat Kota Ampana Kabupaten Tojo Una-Una.
Laporan ini merupakan wujud nyata dari hasil pelaksanaan simulasi
penanggulangan korban kecelakaan laut. Kami mengucapkan terimakasih kepada
segala pihak terlibat yakni Dinas Kesehatan Kabupaten Tojo Una-Una, kepolisian
(Polsek Ampana, Babinkamtibnas), TNI (Babinsa Desa Dondo), BPBD Kota ampana,
Kabupaten Tojo Una-una, Kantor SAR Luwuk, Camat Ampana, RSUD Ampana,
PSC 119, kepala desa setempat, serta mahasiswa prodi sarjana terapan keperawatan,
mahasiswa program D3 keperawatan Poso dan mahasiswa program D3 keperawatan
Luwuk yang telah membantu jalannya kegiatan.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan akhir praktik penciri ini
masih terdapat kekurangan karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan waktu
penyusunan, sehingga kritik dan saran sangat dibutuhkan demi kesempurnaan laporan
akhir praktik penciri ini. Akhir kata semoga laporan akhir praktik penciri ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Palu, 21 Mei 2022

Penyusun

iii
DAFTAR ISI
JUDUL......................................................................................................................i
LEMBARPENGESAHAN......................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTARISI............................................................................................................iv
DAFTARTABEL....................................................................................................vi
DAFTARGAMBAR..............................................................................................vii
BABI PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................3
C. Waktu dan Tempat.......................................................................................4
D. Metode Pelaksanaan.....................................................................................4
E. Capaian Kompetensi....................................................................................4
F. Instansi Pendukung......................................................................................5
BAB II KONDISI DI LAPANGAN.......................................................................6
A. Profil dan Gambaran UmumTempat Kegiatan.............................................6
B. Target Mahasiswa........................................................................................8
C. Alat dan Bahan yang Digunakan..................................................................9
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN..............................................................12
A. Identifikasi Kejadian/masalah....................................................................12
B. Jumlah Korban...........................................................................................13
C. PembagianTugas/Tim.................................................................................13
D. Pelaksanaan................................................................................................17
E. Pembahasan................................................................................................23
BABIV EVALUASI..............................................................................................26
A. Evaluasi Peran............................................................................................26
B. Evaluasi Penanganan Korban.....................................................................28
C. Instansi Terkait/yang Terlibat....................................................................28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................30
A. Kesimpulan.................................................................................................30

iv
B. Saran...........................................................................................................31
DAFTARPUSTAKA.............................................................................................32

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Batas wilayah Ampana.............................................................................7

Tabel 2.2 Daftar nama mahasiswa Prodi Pendidikan Profesi Ners.........................8

Tabel 3.1Teknik evakuasi........................................................................................9

vi
DAFTAR GAMBAR
A. Tim penolong dilaut

B. Tim evakuator 1 (dari speed kedarat )

vii
C. Pemilahan korban oleh tim triage

D. Tim evakuator 2 (Triage ke rumah sakitlapangan)

E. Tim rumah sakit lapangan


Tindakan resusitasi jantung paru (RJP) pada pasien henti napas dan henti jantung

viii
Pemberian pertolongan dan penanganan korban terkena bulu babi

Pemberian pertolongan dan penanganan pasien luka ringan

ix
E. Tim poskoinformasi

F. Keluarga Korban

x
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang

Data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan 0,7%

dari seluruh kematian di dunia atau lebih dari 500.000 kematian setiap

tahun disebabkan karena tenggelam. Pada tahun 2004 diseluruh dunia

terdapat 388.000 orang meninggal karena tenggelam, angka ini

menempati urutan ke-3 kematian didunia akibat cedera tidak disengaja

(Rifino dkk, 2011). Secara umum 90% kasus tenggelam terjadi di air

tawar (danau, sungai, kolam) dan 10% terjadi di air laut. Selain itu

individu dengan pekerjaan seperti penangkap ikan komersial atau

memancing dengan menggunakan perahu kecil lebih rentan terhadap

tenggelam (WHO, 2012).

Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki luas perairan

mencapai 3,25 juta km2 atau sekitar 63% wilayah Indonesia dan memiliki

garis pantai sepanjang 95.181 km hal ini menjadikan Negara Indonesia

sangat berpotensi untuk terjadinya kecelakaan transportasi di laut

khususnya pada masyarakat pesisir yang mayoritas bekerja di laut dan

wisatawan pantai yang berpotensi terhadap kejadian tenggelam. (Naskah

Akademis. 2015)

Di Indonesia Hampir 90 % kejadian tenggelam tidak mendapat

pertolongan secara cepat dari penjaga pantai. Ini banyak disebabkan oleh

11
beberapa faktor, misalnya kurangnya tingkat pengetahuan life guard

terhadap pertolongan pertama pada korban tenggelam, kurangnya

sosialisasi tentang manfaat pertolongan pertama pada korban tenggelam.

Padahal kita ketahui bahwa pertolongan cepat Bantuan Hidup Dasar

(BHD) pada korban kemungkinan selamat berkurang 3-2% tiap menit.

Tindakan BHD yang cepat dan tepat akan memperbesar kemungkinan

korban selamat (MER-C, 2014 dalam Fitriani Rani, 2016).

Penyebab tingginya angka kematian akibat tenggelam salah

satunya adalah sistem pertolongan dan pengetahuan penanganan korban

yang tidak tepat dan prinsip pertolongan awal yang tidak sesuai.

Pengetahuan penanggulangan penderita gawat darurat memang posisi

besar dalam menentukan keberhasilan pertolongan. Banyak kejadian

penderita pertolongan pertama yang justru meninggal dunia atau

mengalami kecacatan akibat kesalahan dalam memberikan pertolongan

awal. hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang

kasus kegawatdaruratan (Azhari, 2011).

Beberapa jurnal juga menjelaskan bahwa pada daerah Kabupaten

Malang saat ini sedang menggiatkan usaha dalam bidang pariwisata,

terutama pariwisata pantai. Desa Sumberbening merupakan salah satu

kawasan yang berada dalam jalur kawasan wisata pantai tesebut.

Meskipun demikian, masih banyak penduduk yang tidak mengetahui

cara memberikan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan wisata

12
pantai, antara lain sengatan ubur-ubur, tertusuk bulu babi, gigitan ular,

dan pertolongan pada kasus tenggelam. Pengetahuan ini sangat penting

untuk diketahui oleh penduduk karena lokasi pemberi layanan kesehatan

sangatlah jauh sehingga pertolongan pertama jika terjadi kasus tersebut

tidak dapat diberikan langsung oleh tenaga kesehatan. Dalam upaya

menjamin keamanan wisatawan yang berada di lokasi pantai, seluruh

pihak yang terkait, termasuk masyarakat sekitar diharapkan dapat

menguasai pertolongan pertama yang harus dilakukan jika terjadi kasus

tersebut Tenggelam bisa merupakan kejadian utama atau sekunder dari

beberapa kejadian, misalnya kejang, trauma kepala atau spinal, aritmia

jantung, hipotermia, konsumsi obat atau alkohol, pingsan, apneu,

hiperventilasi, bunuh diri atau hipoglikemia.

Tenggelam bisa merupakan kejadian utama atau sekunder dari

beberapa kejadian, misalnya kejang, trauma kepala atau spinal, aritmia

jantung, hipotermia, konsumsi obat atau alkohol, pingsan, apneu,

hiperventilasi, bunuh diri atauhipoglikemia.

Proses tenggelam terjadi secara diam-diam dan cepat. Gambaran

klasik dari korban adalah terengah-engah, tak berdaya dan meronta-ronta

di dalam air sangat sering terjadi. Hal yang paling buruk yang dapat

terjadi adalah pada saat korban tidak mengapung di atas permukaan air

atau menghilang ke permukaan bawah air.

13
Laporan ini di buat bertujuan untuk mengubah angka kejadian

tenggelam. Dengan adanya laporan akan menetapkan pengetahuan

terkini tentang tenggelam dan pencegahan tenggelam yang

mengakibatkan korban tewas khususnya di kalangan anak-anak dan

remaja.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari laporan diatas adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui perencana kegiatan lapangan

2. Untuk mengetahui cara pelaksanaan kegiatan

3. Mengevaluasi kegiatan dilapangan

C. Waktu Dan Tempat

Pengambiln data dan pengkajian simulasi kewagatdaruratan

masyarakat pantai di lakukan pada tanggal 12 Mei 2022. Bertempat di

Pantai desa Dondo Barat Kota Ampana Kabupaten Tojo Una-Una

Sulawesi tengah.

D. Metode Pelaksanaan

Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan tentang

pentingnya penanganan pertama pada korban tenggelam pada

masyarakat pesisir pantai. Serta memberikan penjelasan tentang berbagai

metode yang dapat dipakai atau digunakan dalam pelatihan tersebut,

Untuk mencapai tujuan diatas.

14
E. Capaian Kompetensi

1. Melaksanakan pengkajian airway, breathing, circulation(ABC)

2. Membebaskan jalan napas pada korban tenggelam

3. Memberikan bantuan hidup dasar

4. Melakukan bebat dan bidai, menghentikan perdarahan dan

penanganan cedera akibat binatang laut

5. Evakuasi serta transportasi korbandilaut.

6. Melakukan konsep dasar manajemen bencana

7. Menerapkan perencanaan kejadian darurat/event

8. Menerapkan sistem manajemen korban massal

9. Mengelola sumber daya kejadian darurat

10. Menerapkan manajemen kejadian daruratbesar

F. Instansi Pendukung
Kegiatan ini tidak hanya di ikuti oleh mahasiswa Prodi pendidikan
profesi ners, Prodi sarjana terapan keperawatan, dan D3 Keperawatan
Luwuk tetapi juga didukung oleh beberapa instansi seperti : Dinas
Kesehatan Kabupaten Tojo Una-Una, kepolisian (Polsek Ampana,
Babinkamtibnas), TNI (Babinsa Desa Dondo), BPBD Kota ampana,
Kabupaten Tojo Una-una, Kantor SAR Luwuk, Camat Ampana, RSUD
Ampana, PSC 119, kepala desa setempat.

15
BAB II
KONDISI DI LAPANGAN
A. Profil dan Gambaran Umum TempatKegiatan
Ampana adalah kota kabupaten Provinsi Sulawesi Tengah. Dihuni oleh
suku asli ta’a dan bare’e yang paham benar arti kebhinekaan hingga dapat
berinteraksi dengan para pendatang dari berbagai Etnis yang ada di Indonesia.
Ampana memiliki luas sebesar 17, 542 kilometer persegi.
Ampana ada sepuluh kelurahan, antara lain desa Malotong, Bailo, Bailo
Baru, Bonerato, Buntongi, Labiabae, Ratolindo, Padang Tumbuo, Saluaba, dan
Sansarino. Ampana berbatasan dengan wilayah sebagai berikut:

Utara Teluk Tomini

Timur Kecamatan Ratolindo

Selatan Kecamatan Ulu Bongka

Barat Kecamatan Ulu Bongka

Tabel 2.1 Batas wilayah Ampana


Lokasi pelaksanaan simulasi penanganan kegawatdaruratan korban
kecelakaan laut berlangsung di Pantai Dondo Barat Kota Ampana Kabupaten Tojo
Una-Una sulawesi tengah

B. Target Mahasiswa
Target mahasiswa dalam partisipasi untuk dilakukannya gawat darurat
masyarakat pantai yaitu 51 Mahasiswa Prodi profesi ners Poltekkes Palu. Adapun
daftar nama-nama mahasiswa sebagai berikut :

16
Tabel 2.2 Daftar nama mahasiswa Prodi Profesi Ners Palu
NO NAMA NIM
1 AMINATUS SAHRA PO7120421002
2 ANGGI AINUN NISA PO7120421003
3 ASRIANI PO7120421004
4 AYUN POLIMENGO PO7120421005
5 DEWI PRIYANTI PILOK PO7120421006
6 DITA MULIATY A. MANOPPO PO7120421007
7 DITA NURFADILA MAHADJU PO7120421008
8 FERDIYANTO IBRAHIM PO7120421009
9 FUSPITA A KUSANG PO7120421010
10 FIDYATIN JAYA MAABU PO7120421011
11 HASBUNSYAH SIREGAR PO7120421012
12 HASRIATI PO7120421013
13 HERAWATI PO7120421014
14 IMAN GAGA LABAJO PO7120421015
15 ISMUNANDAR WAHYU KINDANG PO7120421016
16 JUMRIANI PO7120421017
17 KHAERUNNISA PO7120421018
18 LEGIANTI PO7120421019
19 MAYASARI EKA PO7120421020
20 MEGA PO7120421021
21 MEYLAN A KALAY PO7120421022
22 MUTIARA. HR PO7120421023
23 NADILLAH ADJAMI PO7120421024
24 NUR'AIN Y. POHA PO7120421025
25 NURLAILA PO7120421026
26 PUTRI NOVIANDINI DAHLAN PO7120421027
27 PUTRI RAHMADANI PO7120421028
28 RIAN RIFALDI KADULAH PO7120421029
29 SONIA FRANSISKA MOHI PO7120421030
30 SRI WAHYUNI GANI PO7120421031
31 INDAH KUMALA SARI PO7120421032
32 RAISA TAATIYAH MUSA PO7120421033
33 SITTI RAHMAWATY ASIKU PO7120421034
34 SRI SELVIANA NOVITASARI PO7120421035
35 FATMAWATIGHAFRAN ABDUL PO7120421036
36 EKA MURDANTY DEWI PO7120421037
37 MARSELINUS JAMALUDIN PO7120421038
38 AMALIA PO7120421039
39 ELAN D. TAIB PO7120421040
40 HASRIANI K PO7120421041
41 HELMI M. DG. TAPALA PO7120421042
17
42 NOVIA RENZA PAEMBONAN PO7120421044
43 NUR AFNI ASWAR PO7120421045
44 NUR HIDAYAH PO7120421046
45 NURFITRIA PO7120421047
46 SRY IRMAYANTI SYAHRIR PO7120421048
47 SRI WAHYUNI. S PO7120421049
48 MERSI MARSALINA LONTO PO7120421050
49 EPRIANTY SOMBO PO7120421051
50 KIKI FATMAWATI PAKAYA PO7120421052
51 DZUL ADHAN GHIFARI PO7120421053

C. Alat dan Bahan Yang Digunakan


1. Daftar alat (Kebutuhan)
a. Perahu karet 2
b. Speed boat 2
c. Pelampung 30
d. Perahu terbalik 1
e. Tandu 3 buah
2. Peralatan TKP 2 (TRIAGE)
a. Lembar triage (30lembar)
b. Tag/ pita Triage (merah 10, kuning 20, hijau 20, hitam10)
c. Tas Emergency(2)
d. Tabung O2 beserta selang (5)
e. Bag Valve Mask (5)
f. Set infus, cairan (10)
g. Obat emergency
h. Masker (1dos)
i. Hand sanitizer (5 Botol)
3. TKP 3 (RS LAPANGAN)
a. Tempat tidur 5 lipat
b. Tikar 10
c. Tiang infus
d. Selimut
e. Tensimeter, Termometer, oxymetri

18
f. Spanduk
g. Tenda besar 1 (RS Lapangan)
h. Tenda kecil 2 (tempat triase 1 dan pusat informasi1)
i. HT tiap TKP (minimal 4 buah)
j. Tabung O2 dan selang
k. Pantom BHD3
l. Oropharingeal tube 5
m. Nasopharingeal tube 5
n. Neck colar 5
o. Infus set 10
p. Abocath 10
q. Cairan infus NaCl 0,9% 5 botol
r. RL 5 botol
s. Dextrose 40% 2 botol
t. Nebulizer 1
u. Spalk tangan 2 pasang
v. Spalk kaki/ panjang 2 pasang
w. Mitella 4lembar
x. Nierbeken3
y. Kantong sampah medis dan non medis
z. Kain kasa steril 10 Box
aa. Kasa gulung10
bb. Verban elastis 10
cc. Hecting set/ Set perawatan luka
dd. Toa/ pengeras suara (Portable)
4. TKP 4 (RUJUK AMBULANCE)
a. Ambulance 3 mobil
b. Peralatan emergency
c. HT 4 ( Radio Panggil)

5. Posko Informasi

19
a. Petalokasi
b. Alattulis
c. Catatan daftar jumah korban, jumlah SDM, serta fasilitas pendukung

20
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Identifikasi Kejadian/Masalah
Sebuah kapal yang mengangkut sekitar 57 orang asal Indonesia tenggelam di
perairan dondo barat, Sulawesi Tengah, pada Kamis, 12 Mei 2022 jam 6.30.
Empat orang anak buah kapal (ABK) dan sekitar 36 penumpang berhasil
diselamatkan, 3 orang tewas, sementara lainnya masih dalam pencarian."Jenazah
yang ditemukan 3 orang. Kapal berangkat dari Gorontalo," kata Hermono kepada
awak media.
Berdasarkan keterangan dari nelayan, kata Hermono, pada 12 Mei 2022
sekitar pukul 07.00 waktu setempat tiga kapal nelayan menemukan kapal
tenggelam dan melihat sekitar 33an orang yang memerlukan pertolongan.
Para korban lalu diserahkan ke perahu karet yang sedang berlayar di perairan
itu untuk dibawa ke daratan. Menurut para nelayan, ada korban yang
kondisinya sudah meninggal. Masyarakat sekitar menghubungi kepolisian dan
BPBD untuk segera menindaklanjuti dan berkoordinasi.

Informasi awal dari BPBD "Setelah kejadian dimaksud pihak BPBD dan
dinas kesehatan dengan menggunakan ambulans lautmenuju lokasi untuk
memberikan bantuan di sekitar tempat kejadian. Tim menemukan satu mayat
terapung yang diduga salah satu korban WNI kapal tenggelam. Saat ini mayat
korban diserahkan kepada RS untuk dilakukan visum et repertum," kata
Hermono.Hingga saat ini, pihak BPBD dan kepolisian melakukan operasi
pencarian korban lainnya dan akan menginfokan  jika ada korban lain yang
ditemukan. Hermono meminta agar masyarakat yang merasa kehilangan
keluarganya atau mengetahui keluarganya berangkat menggunakan jalur yang
aman dan segera menghubungi kepolisian terdekat. Dia juga menghimbau agar
masyarakat tidak menggunakan jalur ilegal karena berisiko mengalami
kecelakaan.

21
B. Jumlah korban
Jumlah korban sebanyak 33 orang, dengan kondisi korban yakni: korban luka
ringan/lecet 7 orang, korban fraktur radius 3 orang, korban fraktur tibia 3 orang,
korban fraktur servikal 2 orang, korban cedera kepala 3 orang, korban tertelan air
laut 3 orang, korban tersengat ubur-ubur 2 orang, korban tertusuk bulu babi 3
orang, korban luka bakar 4 orang dan korban meninggal 3 orang.
C. Pembagian Tugas/Tim
Dilakukan pembentukan tim antara lain :
1. Tim Penolong dari laut ke speed adalah penolong yang bertugas untuk
mengevakuasi korban dari laut menggunakan speed dan perahu karet menuju
darat. Tim ini berjumlah 20 orang dan di damping oleh BNPB setempat.
Evakuasi dari laut ke speed atau ke perahu dengan cara mendekati korban dan
tim penolong berenang untuk menjemput atau membawa korban mendekat ke
speed. 4 orang yang berada di speed dan 5 orang yang berada di perahu karet.
Untuk tim penolong dari Ners berjumlah 5 orang.
2. Tim Evakuator 1 adalah tim yang bertugas mengevakuasi korban dari speed
dan perahu karet menuju ke tim triage. Tim ini berjumlah 18 orang yang
bertugas untuk mengangkut korban dari laut/speed ke darat tehnik
mengakuasinya dengan cara mengangkat korban dari speed dan perahu karet
menggunakan tandu maupun dengan cara evakuasi angkat langsung.
3. Tim Triage adalah tim yang bertugas untuk menilai kondisi korban sesuai
dengan tingkat keparahan korban. Tim ini berjumlah 10 orang yang bertugas
memilah korban berdasarkan prioritas merah, kuning, hijau dan hitam.
4. Tim Evakuator 2 yaitu tim yang bertugas mengevakuasi korban dari triage ke
Rumah Sakit lapangan. Tim ini berjumlah 20 orang, dengan jumlah
mahasiswa ners berjumlah 4 orang
5. Tim Rumah sakit lapangan berjumlah 20 orang yang bertugas untuk
melakukan penanganan sesuai kondisi korban. Tim rumah sakit melakukan
penanganan kepada korban sesuai korban pertama yang telah di lakukan triage
hingga akhir. Tim rumah sakit lapangan menangani korban dengan SOP yang
benar.

22
6. Tim informasi berjumlah 10 orang, 2 orang bertugas untuk mengumpulkan
informasi dari triage, 2 orang bertugas untuk mengumpulkan informasi dari
RS Lapangan, 1 orang mencatat informasi di papan informasi, 5 orang
menyampaikan perkembangan situasi lapangan dan kepada keluarga korban
dan awak media, dan menenangkan keluarga korban guna mencegah
kericuhan.
7. Tim Keluarga korban berjumlah 19 di mana keluarga telah mendapatkan
informasi dan langsung ke lokasi untuk melihat atau memastikan bahwa korban
adalah keluarganya.
Adapun Tugas yang dilaksanakan masing-masing tim adalah sebagai berikut :
1. Tim penolong di laut
Penolong di laut merupakan tim yang bertugas untuk mencari dan
menemukan korban, mengangkat korban dari laut ke perahu karet dengan
melemparkan pelampung, dan terjun langsung ke laut untuk melakukan
pertolongan korban yang hampir tenggelam. Mengevakuasi korban dari laut
ke perahu karet, mencari korban adalah tugas penting dari penolong sehingga
semua korban dapat terselamatkan. Dan penolong menolong dengan tepat dan
benar sehingga tidak memperparah korban.
2. Tim Evakuator 1
Merupakan tim yang bertugas mengevakuasi korban dari perahu
speed/perahau karet ke darat dan mengevakuasi korban yang berada di tepi
pantai lalu dibawa ke tim triage. cara mengevakuasi yaitu dengan tarikan
lengan, tarikan baju dan tehnik mengangkat langsung.
3. Tim Triage
Merupakan tim yang bertugas untuk memilah dan memilih pasien
berdasarkan beratnya penyakit menentukan prioritas perawatan gawat medik
serta prioritas transportasi.
Pengelompokkan triage berdasarkan tag label :
a. Prioritas Nol (Hitam)
Pasien meninggal atau cedera Parah yang jelas tidak mungkin untuk
diselamatkan. Prioritas hitam berjumlah 3 orang.

23
b. Prioritas Pertama (Merah)
Penderita Cedera berat dan memerlukan penilaian cepat dan tindakan
medik atau transport segera untuk menyelamatkan hidupnya. Misalnya
penderita gagal nafas, henti jantung, Luka bakar berat, pendarahan parah
dan cedera kepala berat. Prioritas merah berjumlah 10 orang.
c. Prioritas kedua (kuning)
Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera dan tingkat yang
kurang berat dan dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam
waktu dekat., Luka bakar ringan, Fraktur atau patah tulang tanpa Shok
dan jenis-jenis penyakit lain. Prioritas kuning berjumlah 13 orang.
d. Prioritas Ketiga (Hijau)
Pasien dengan cedera minor dan tingkat penyakit yang tidak
membutuhkan pertolongan segera serta tidak mengancam nyawa dan
tidak menimbulkan kecacatan. Nah mungkin anda masuk dalam kategori
yang ini, jadi Jangan marah-marah dan jangan heran kenapa anda tidak
langsung mendapatkan perawatan di Ruang UGD sementara mereka
harus menolong pasien lain yang lebih parah. Prioritas hijau berjumlah 7
orang.
4. Tim evakuator 2
Evakuator triase ke Rumah Sakit lapangan dengan tindakan
memindahkan pasien yang sudah dinilai berdasarkan tingkat keparahan oleh
tim triase untuk dilakukan tindakan pertolongan dan penanganan di Rumah
Sakit lapangan sebelum dirujuk ke Rumah Sakit atau Puskesmas terdekat serta
mengantar pasien dengan label kuning dan merah menuju Rumah Sakit
lapangan, lebel hijau ke tempat informasi atau titik kumpul dan korban
dengan kondisi meninggal dunia dibawa ke tempat penampungan mayat untuk
dilakukan identifikasi korban. Cara evakuasi menggunakan tehnik
mengangkat langsung, papah dan memindahkan menggunakan tandu.
5. Tim Rumah Sakit Lapangan
Tim rumah sakit lapangan merupakan tim yang bertugas untuk
memberikan pertolongan dan penanganan kedaruratan pada semua korban

24
sesuai dengan tingkat keparahan masing-masing korban sebelum dirujuk ke
rumah sakit. Tim Rumah Sakit lapangan menerima korban dari tim evakuator
2 dan melakukan triage kembali, mengecek atau memeriksa tanda-tanda vital,
dan ABCD sesuai pemeriksaan kegawatdaruratan sebelum melakukan
tindakan perawatan kepada korban serta melakukan rujukan dengan
ambulance ke pelayanan kesehatan yang lebih memadai sesuai dengan kondisi
korban.
4. Tim posko informasi
Adapun tugas tim posko informasi yaitu mencari dan mengumpulkan
informasi terkait penanganan korban kecelakaan, mencatat semua korban yang
dievakuasi baik yang hidup maupun yang sudah meninggal, menyampaikan
informasi ke keluarga korban, awak media dan pihak lain yang membutuhkan
informasi, menenangkan keluarga korban guna mencegah kericuhan.
5. Keluarga korban
Adapun tugas keluarga korban yaitu membuat suasana simulasi
menjadi kacau dan bertugas sebagai keluarga yang mencari informasi tentang
anggota keluarganya.
D. Pelaksanaan
Dilakukan kegiatan penciri gadar pantai di Dondo Barat, Kabupaten
Tojo Una-una Provinsi Sulawesi Tengah dengan jumlah keseluruhan mahasiswa
35 orang dengan tugas dan peran masing-masing yang telah dibagi.
Tata cara pelaksanaan masing-masing tim adalah sebagai berikut :
1. Tim penolong dilaut
Melakukan evakuasi korban dari laut menuju ke darat dengan
menggunakan alat 1 speed dan 3 perahu karet cara evakuasi yaitu
melemparkan pelampung kepada korban yang masih dapat bergerak,
kemudian terjun langsung dengan menjangkau korban dan mendekatkan ke
kapal, dengan cara melakukan tarikan baju pada korban yang dapat di
jangkau, tim penolong sudah siap dengan peralatan yang ada sehingga dapat
mengevakuasikan korban dari perahu ke darat. Seperti menaruh korban di
atas scoop sehingga dapat memindahkan korbar ke darat.

25
2. Tim evakuator 1
Yaitu tim yang bertugas menjemput korban dari speed dan perahu
karet serta korban yang berada dipesisir pantai menuju tempat triase dengan
menggunakan alat evakuasi tandu scoop 3, dan LSB 1. Cara mengevakuasi
yaitu dengan tarikan lengan, tarikan baju dan tehnik mengangkat langsung.
3. Tim Triage
Pelaksanaan yang dilakukan di tim triage yaitu ketika korban tiba
langsung di periksa airway breathing, circulation, disability dan exposure
dan ketika diperiksa korban tidak terdapat nadi, dan tidak ada nafas
diberikan label warna hitam yang artinya korban sudah meninggal dunia.
untuk korban dengan sengatan ubur-ubur dan tertelan air laut namun tidak
pingsan diberikan label warna hijau yang artinya korban tidak mengalami
cedera serius dan tidak darurat . Korban dengan fraktur tibia diberikan label
warna kuning yang artinya kondisi yang mendesak namun bisa menunggu
pertolongan dan korban dengan tidak sadar diberikan label warna merah
yang artinya korban dengan kondisi kritis dan perlu penanganan segera.
Semua korban yang dibawa ke tempat triage dilakukan pemilahan sebelum
dibawa ke tempat penanganan selanjutnya.adapun alat yang digunakan tim
triage yaitu pita berwarna merah, kuning, hijau dan hitam yang berjumlah 35
pita.
4. Tim evakuator 2
Pelaksanaan yang dilakukan tim evakuator 2 tidak jauh berbeda
dengan evakuator 1, cara evakuasi menggunakan tehnik pengangkatan secara
langsung, papah dan tehnik memindahkan menggunakan tandu. Tim
evakuasi melakukan teknik pengangkatan terhadap korban-korban dengan
cara sebagai berikut :

26
EVAKUASI
Definisi Evakuasi korban merupakan
kegiatan memindahkan korban
dari lokasi kejadian menuju ke
tempat aman, hingga ahirnya
korban mendapatkan perawatan
dan pengobatan lebih lanjut.

Tujuan Menyelamatkan nyawa


penderita/korban yang masih
hidup dan memindahkan
penderita/korban yang sudah tidak
bernyawa

Indikasi 1. Ada bahaya langsung


terhadap korban
seperti :resiko ledakan
kapal, puing- puing
pecaghan kapal, kapal
terbalik, ada material
berbahaya, tumpahan
minyak, cuaca ekstrem, dan
27
sebagainya.
2. Memperoleh jalan masuk
menuju korban lainnya
3. Tindakanpenyelamatannyaw
aseperti RJP
perlumemindahkandanmerep
osisikorban
(kasushentijantung).
Kontraindikasi Pasien Menolak

Hal-hal yang 1. Memikirkan kesulitan


perlu memindahkan sebelum
diperhatikan mencobanya
2. Jangan mencoba mengangkat
dan menurunkan korban jika
tidak dapat mengendalikannya
3. Selalu memulai dari posisi
seimbang dan tetap jaga
keseimbangan
4. Merencanakan pergerkan
sebelummengangkat
5. Berdiri dengan kedua
kakisedikitmerenggang
6. Menggunakan tumpuan kaki
(paha) untukmengangkat
7. Mengupayakan untuk
memindahkan baban serapat
mungkin dengan tubuh
penolong
8. Melakukan gerakan secara
menyeluruh, serentak dan

28
mengupayakan agar bagian
tubuh salingmenopang
9. Mengurangi jarak atau tinggi
yang harus dilakukan korban
jika dapatdilakukan
10. Memperbaiki posisi dan
mengangkat secara bertahap
korban atau menjaga
kelurusantulang
Tabel 3.1 Teknik evakuasi

5. Tim rumah sakit lapangan


Pelaksanaan untuk tim rumah sakit lapangan yakni :
Pasien yang tiba di Rumah Sakit lapangan dilakukan triage ulang
sebelum dilakukan tindakan selanjutnya. Dimulai dengan initial assessment,
selanjutnya tim menggunakan APD dan memastikan bahwa pasien dan
lingkungan dalam kondisi aman untuk dilakukan tindakan, korban lalu dicek
respon secara verbal dan rangasang nyeri, tim saling membantu dalam
melakukan penangan pada korban adapun pengkajian dilakukan melalui
circulation, airway, breathing . korban yang masih bernafas namun nadinya
tidak teraba dilakukan CPR sedangkan korban tidak bernafas tapi nadi teraba
diberi bantuan ventilasi dengan BVM.
Korban dengan fraktur radius ulna, fraktur tibia fibula, dilakukan
pemasangan bidai untuk meresposisi area yang cidera. Hal ini bertujuan untuk
mempertahankan posisi bagian tulang yang patah agar tidak bergerak,
melindungi bagian tubuh yang cedera, dan mencegah terjadinya kontaminasi
dan komplikasi. Pembidaian dilakukan setelah kondisi saluran napas,
pernapasan dan sirkulasi penderita sudah stabilitas. Untuk korban dengan luka
ringan seperti luka terbuka dilakukan balut tekan. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan penyembuhan luka, untuk menyerap sekresi dari luka, untuk
melindungi daerah luka dari bakteri. Untuk korban tertelan air laut di lakukan

29
heimlich maneuver sampai 5 kali jika pasien muntah heimlich di hentikan,
jika tidak muntah lanjutkan sampai pasien muntah. Hal ini bertujuan
memberikan tekanan paksa pada perut untuk mengeluarkan benda asing yang
berada di rongga pernapasan. Untuk korban tertusuk bulu babi di lakukan
menyiram kaki pakai air cuka kemudian cabut perlahan – lahan durinya, jika
terjadi pendarahan lukanya dibalut. Untuk korban yang dirujuk yaitu korban
fraktur tibia fibula, fraktur radius ulna dan pasien tidak sadarkandiri.
6. Keluarga korban
Keluarga korban mengacaukan situasi serta menerobos masuk ke
area tempat kejadian untuk mencari keluarganya terutama anggota keluarga
yang sangat dekat seperti ayah, ibu, anak, saat kecelakaan laut. Keluarga
korban berteriak histeris, kuat, dan penuh kesedihan sehingga menimbulkan
suara kegaduhan di tempat kejadian. Keluarga korban juga menghambat
proses evakuasi dan penanganan korban.
7. Tim posko informasi
Melaksanakan tugasnya dalam menyampaikan informasi kepada
keluarga korban, awak media dan pihak yang membutuhkan informasi terkait
kecelakaan sehingga meminimalisir terjadinya tumpang tindih data (berita hoax)
terkait kecelakaan, posko informasi juga berperan mengurangi terjadinya
kericuhan di tempat kejadian perkara dengan cara menenangkan keluarga,
menghalau keluarga masuk ke tempat kejadian perkara.

E. Pembahasan
Penanganan kegawatdaruratan korban yang sudah terlaksana di pantai
Dondo Barat telah dilakukan dengan sangat baik terutama dalam hal pemberian
pertolongan pertama pada korban. Pertolongan pertama diberikan pada korban-
korban yang mengalami kecelakaan kapal di laut, dan beberapa cedera yang
dialami korban di laut biasa di temui oleh masyarakat sekitar, seperti terkena
sengatan hewan laut seperti ubur-ubur, goresan batu karang, tertusuk bulu babi
maupun rasa keram ketika berenang terlalu lama.
Dalam simulasi yang dilakukan oleh mahasiswa Ners sudah sesuai

30
dengan tahapan-tahapan SOP dalam penangan pertama pada korban yang
mengalami kecelaan baik di darat maupun laut, dengan didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya.
Menurut Hidayati (2020) pentingnya pemberian informasi dari petugas
kesehatan tentang pertolongan pertama pada kecelakaan laut dapat membantu
masyarakat dalam mengetahui dan memahami tentang pertolongan pertama yang
akan dilakukan saat seseorang mengalami kecelakaan di laut. Tingkat
pengetahuan penolong berhubungan dengan tingkat pendidikan , sumber
informasi dan keikutsertaan dalam pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD).
Pada simulasi penanggulangan kegawatdaruratan di pantai Dondo Barat.
Mahasiswa melakukan teknik resusitasi jantung paru pada korban yang
mengalami henti napas dan henti jantung. Menurut Nori et al (2012) Mahasiswa
keperawatan merupakan salah satu by stander RJP yang membutuhkan
pengetahuan dan juga keterampilan dalam melakukan early-RJP, sehingga
mereka membutuhkan pelatihan RJP, agar setelah lulus, mereka yang nantinya
bekerja sebagai perawat dapat berespon cepat, tanggap dan efektif dalam
memberikan pertolongan pada korban. Kemampuan tersebut harus selalu
disiapsiagakan dan diperbaharui sesuai dengan perkembangan ilmu yang ada.
Prosedur bantuan hidup dasar wisatawan tenggelam dapat dilakukan
dengan penolong langsung terjun ke laut bila ombak laut tidak
membahayakan penolong, atau dengan terlebih dahulu melempari alat seperti
pelampung, tali tambang untuk memberi pertolongan dini, selanjutnya di
bawa ke pinggir atau tepi laut untuk dilakukan prosedur selanjutnya (Priambodo,
2017)
Pada simulasi penanggulangan kegawatdaruratan masyarakat di pantai
Dondo Barat, tim penolong dilaut melakukan evakuasi dengan melemparkan
pelampung kearah korban serta terjun langsung ke laut guna menyelamatkan
korban yang terancam tenggelam.

31
Menurut penelitian Haryati (2011) bahwa efektifitas dalam
menanggulangi korban tenggelam diantaranya adalah sarana pelampung
yang belum tercukupi, kurangnya keahlian dan koordinasi yang kurang baik
pada instansi terkait. Efektif tidaknya pertolongan korban tenggelam di
pengaruhi iklim atau kondisi lingkungan serta kondisi medan tempat
terjadinya tenggelam.

32
BAB IV
EVALUASI
A. EVALUASI PERAN
1. Korban
Korban memainkan peran dengan baik tetapi belum maksimal, masih
kurang dalam penghayatan peran dan ekspresi wajah masih kurang. Korban
masih ada yang kurang memahami peran yang diberikan.
2. Tim penolong dari laut ke speed boot /perahu karet
Tim penolong memainkan peran dengan baik tetapi masih kurang
maksimal, tim penolong masih ada yang kesulitan menaikkan korban ke
speed. Dan tim penolong masih panik dalam melakukan tindakan yang bisa
saja membahayakan diri nya sendiri.
3. Tim evakuator1
Tim evakuator 1 melaksanakan tugas dengan baik tetapi masih kurang
maksimal, keterbatasan alat yang digunakan seperti tandu, alat mobilisasi
dan keterbatasan tenaga terutama laki-laki.
4. Timtriage
Tim triage melaksanakan tugas dengan baik tetapi masih kurang
maksimal, dikarenakan tim triage masih kesulitan untuk membedakan yang
mana korban yang harus diberi label merah, kuning dan hijau. Peran korban
yang kurang maksimal dan respon yang kurang sesuai dengan kondisi yang
dialami.
5. Tim evakuator2
Tim evakuator 2 telahmelaksanakan tugas dan melaksanakan kerja sama
tim yan baik, kekurangan di tim evakuator 2 yaitusebagian kecil petugas
merasa panik dalam penanganan korban, tapi kerja sama tim yang baik saling
menguatkan satu sama yang lain sehingga mampu dalam mengontrol situasi
agar tetap terkendali.
6. Tim RSlapangan
Tim RS lapangan melaksanakan tugas dengan baik, alat dan tempat
masih kurang namun tim tetap melaksanakan tugas dengan memaksimalkan
33
sarana dan prasarana yang ada untuk penanganan korban yang banyak.
Koordinasi juga belum maksimal karena pembagian tim telah dibentuk
namun saat korban datang dan kapasitas tidak sesuai dengan sarana yang
tersedia, tim menjalankan tugas tidak sesuai dengan pembagian tugas tim
masing-masing.
7. Tim informasi
Tim informasi melaksanakan tugas dengan baik tetapi masih kurang
maksimal, dikarenakan anggota tim informasi kurang Personil selain bertugas
mencari, mencatat informasi dan menyampaikan informasi kepada keluarga
korban, awak media dan pihak yang membutuhkan informasi dalam waktu
bersamaan juga bertugas untuk menenangkan keluarga korban dalam kondisi
keluarga korban yang banyak membutuhkan informasi.
8. Keluargakorban
Keluarga korban menjalankan peran dengan baik, ekspresi sangat
menjiwai walaupun keluarga korban masih belum mengetahui bagaimana
kondisi keluarga yang menjadi korban sehingga menjadi korban. keluarga
korban sampai naik ambulance untuk memastikan korban meninggal
sehingga menambah kericuhan situasi.
B. Evaluasi PenangananKorban

1. Penanganan terhadap seluruh korban sudah cukup baik, setiap korban


mendapatkan tindakan sesuai dengan kondisimasing-masing.
2. Seluruh korban mendapatkan penanganan yang baik, tetapi alat yang
digunakan sangatterbatas.
3. Kerjasama tim dalam penanganan korban baik, tim sudah mengetahui
tindakan atau penanganan yang akan diberikan kepada setiap korban yang
datang.
4. Koordinasi dari seluruh tim masih belummaksimal

C. Instasi Terkait /Terlibat


Dinas Kesehatan Kabupaten Tojo Una-Una, kepolisian (Polsek Ampana,
Babinkamtibnas), TNI (Babinsa Desa Dondo), BPBD Kota ampana, Kabupaten
34
Tojo Una-una, Kantor SAR Luwuk, Camat Ampana, RSUD Ampana, PSC 119,
kepala desa setempat.

35
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilakukan dapat disimpulakan
bahwa kegiatan pelaksanaan simulasi penanganan kegawatdaruratan korban
kecelakaan laut berlangsung di Pantai Dondo Barat ampana sulawesi tengah
Target peserta pada kegiatan ini yaitu 51 mahasiswa Pendidikan Profesi Ners
Poltekkes kemenkes Palu. Dengan kebutuhan alat yang berbeda-beda di setiap
TKP.
Pelaksanaan dilakukan dengan simulasi kasus yang telah ditetapkan
oleh instansi, dengan jumlah korban sebanyak 33 orang, dengan kondisi
korban yakni: korban luka ringan/lecet 7 orang, korban fraktur radius 3 orang,
korban fraktur tibia 3 orang, korban fraktur servikal 2 orang, korban cedera
kepala 3 orang, korban tertelan air laut 3 orang, korban tersengat ubur-ubur 2
orang, korban tertusuk bulu babi 3 orang, korban luka bakar 4 orang dan
korban meninggal 3 orang.
Lalu dibentuk beberapa tim, yaitu Tim Penolong dari laut ke speed
berjumlah 20 orang. Tim Evakuator berjumlah 18 orang yang bertugas untuk
mengangkut korban dari laut/speed ke darat. Tim Triage adalah tim yang
bertugas untuk menilai kondisi korban sesuai dengan tingkat keparahan
korban. Tim ini berjumlah 10 orang yang bertugas memilah korban
berdasarkan prioritas merah, kuning, hijau dan hitam.Tim Evakuator 2 yaitu
tim yang bertugas mengevakuasi korban dari triage ke Rumah Sakit lapangan.
Tim iniberjumlah20 orang. Tim Rumah sakit lapangan berjumlah 20 orang
yang bertugas untuk melakukan penanganan sesuai kondisi korban. Tim
Informasi berjumlah 10 orang, 2 orang yang bertugas untuk mengumpulkan
infomasi dari Triage, 2 orang bertugas untuk mengumpulkan informasi dari
RS Lapangan, 1 orang mencatat informasi di papan informasi, 5 orang
menyampaikan perkembangan situasi lapangan dan kepada keluarga korban
dan awak media, Tim Keluarga korban berjumlah 18 orang.

36
B. Saran
Untuk mahasiswa dituntut agar lebih banyak memahami tentang penangan
gawat darurat dengan korban massal sebagaimana simulasi yang sudah
dilaksanakan. Yang agar kiranya nanti dapat bermafaat kedepannya.

37
DAFTAR PUSTAKA

Bierens JJLM (eds.). (2014). Drowning: Prevention, Rescue, Treatment. 2nd edition.
New York: Springer.

BPS Kec. Luwuk Utara Dalam Angka, 2018

Cantwell GP. Drowning. (2017). Updated on [May 18, 2017]; accessed on. Available
URL: https://emedicine.medscape.com/article/772753overview

Debora, Oda. (2020). "Peningkatan Kapasitas Masyarakat Dalam Kegawatdaruratan


Wisata Pantai Di Desa Sumberbening Kecamatan Bantur Kabupaten
Malang." Jurnal Pengabdiaan Masyarakat Kasih (Jpmk) 1.2 :40-43.

Faradisi, Firman, Nurul Aktifah, and Dian Kartikasari. (2021). "Pelatihan


Kegawatdaruratan Akibat Tenggelam (Henti Nafas Henti Jantung) Pada
Pedagang Makanan Di Bibir Pantai Joko Tingkir Petarukan
Pemalang." Jurnal Batikmu 1.1 :5-9.

Grenfell R. Drowning management and prevention. (2004). Australian Family


Physician; 31(12): 990-993.
https://suebpunya.wordpress.com/2013/11/28/luwuk-banggai-sulawesi-tengah/
Haryati, Sri dan Zaili Rusli. (2011). Efektifitas BASRNAS dalam Penanggulangan
Bencana dan Musibah di Pekanbaru.Skripsi. Riau FISIP Universitas Riau

Hasanah, N. I., Safri, S., & Erianti, S. (2019). Faktorfaktor yang berhubungan dengan
sikap polisi lalu lintas dalam pemberian bantuan hidup dasar (bhd) pada
pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas di polresta pekanbaru. Al-asalmiya
nursing: journal of nursing sciences, 8(2), 70-79. Diakses dari
http://jurnal.alinsyirah.ac.id/index.php/keperawatan

Hidayati, R. (2020). Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penanganan Henti

38
Jantung di Wilayah Jakarta Utara. NERS Jurnal Keperawatan, 16(1), 10-17.
DOI: https://doi.org/10.25077/njk.16.1.10-17.2020

Kaunang, I.R.B, Haliadi, dan Rabani, L.O. (2016). Jaringan Maritim Indonesia:
Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi (PDF). Jakarta: Direktorat Sejarah,
Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
hlm. 212–213.ISBN978-602-1289-43-3. Diarsipkan dari
versiasli (PDF) tanggal 2021-04-21. Diakses tanggal2022-04-04.

Priambodo,G.,Istiningtyas,A.,Rahardiantomo,E. (2017). Indikator Bantuan Hidup


Dasar Untuk Menolong Korban Tenggelam. Jurnal Kesehatan Kusuma
Husada.
Usaputro R and Yulianti K. Karakteristik serta Faktor Resiko Kematian Akibat
Tenggelam Berdasarkan Data Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah 2010 – 2012. E-Jurnal Medika Udayana 2014;3(5):551-
561.

World Health Organization. Global Report on Drowning: Preventing A Leading


Killer. Geneva: World Health Organization; 2014.

39

Anda mungkin juga menyukai