( PENELITIAN KORELASIONAL)
Palangka Raya
Oleh:
TRIMARIANE
(NIM: 20210114201190)
( PENELITIAN KORELASIONAL)
Palangka Raya
Oleh:
TRIMARIANE
(NIM: 20210114201190)
i
SURAT PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA TULIS DAN BEBAS PLAGIASI
Nama : Trimariane
NIM : 2021-01-14201-190
Trimariane
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Nim : 2021-01-14201-190
Pembimbing 1 Pembimbing 2
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI
Nama : Trimariane
Nim : 2021-01-14201-190
TIM PENGUJI:
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Sarjana Keperawatan
iv
X
PENGESAHAN
Nama : Trimariane
Nim : 2021-01-14201-190
TIM PENGUJI:
v
MOTTO
vi
X
KATA PENGANTAR
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua STIKES Eka
Harap yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis
untuk mengikuti dan menyelesaikan Pendidikan Sarjana Keperawatan.
2. Ibu drg. Yayu Indriaty, Sp. KGA, selaku direktur RSUD dr. Doris
Sylvanus telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis
untuk mengikuti dan menyelesaikan Pendidikan Sarjana Keperawatan.
3. Ibu Fahrianie, AMd. Kep., selaku kepala ruangan Anggrek RSUD dr.
Doris Sylvanus yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas
kepada penulis untuk melakukan penelitian di ruang Anggrek RSUD
dr. Doris Sylvanus.
4. Ibu Fransiska, S. Kep., Ners, selaku kepala ruangan Anggrek RSUD
dr. Doris Sylvanus yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas
kepada penulis untuk melakukan penelitian di ruang Anggrek RSUD
dr. Doris Sylvanus.
5. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi
Sarjana Keperawatan yang memberikan dukungan dalam penyelesaian
skripsi ini.
6. Ibu Vina Agustina, Ns., M.Kep Selaku sebagai Ketua Tim Penguji
yang memberikan masukan serta dukungan dalam penulisan skripsi
ini sehingga menjadi lebih baik lagi.
7. Bapak Henry Wiyono, Ners., M.Kep, sebagai Dosen pembimbing I
yang telah banyak mengarahkan dan memberikan ide-ide kepada
vii
penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktunya.
8. Takesi Arisandy, Ners., M.Kep, selaku pembimbing II yang
membantu, bersedia membagikan ilmunya dan membimbing serta
mengarahkan saya dalam pembuatan skripsi ini, sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
9. Kepada seluruh dosen pengajar Stikes Eka Harap yang memberikan
banyakilmu serta mendidik penulis selama perkuliahan berlangsung.
10. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh
penulis yang telah banyak mendukung penulis dalam pembuatan
skripsi ini.
Semoga bantuan, dukungan dan perhatian yang telah diberikan kepada
penulis mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Penulis menyadari
bahwa dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini memiliki banyak
kekurangan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan
untuk kesempurnaan skripsi ini.
Penulis
viii
X
DAFTAR ISI
ix
2.4.4 Kepatuhan Diet......................................................................................... 29
2.4.5 Bahan Makanan Yang Dianjurkan ........................................................... 35
2.4.6 Bahan Makanan Yang Tidak Dianjurkan (Dibatasi/Dihindari) ............... 35
2.4.7 Pengaturan Makanan Pada Diabetes Melitus ........................................... 36
2.5 Penelitian Terkait ........................................................................................ 38
2.6 Kerangka Konsep ........................................................................................ 39
2.7 Hipotesis...................................................................................................... 40
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................... 41
3.1 Desain Penelitian......................................................................................... 41
3.2 Kerangka Kerja ........................................................................................... 42
3.3 Identifikasi Variabel .................................................................................... 44
3.3.1 Variabel Independen (Variabel Bebas) .................................................... 44
3.3.2 Variabel Dependen (Variabel Terikat) ..................................................... 44
3.4 Definisi Operasional.................................................................................... 45
3.5 Populasi dan Sampel ................................................................................... 48
3.5.1 Populasi .................................................................................................... 48
3.5.2 Sampel ...................................................................................................... 48
3.5.3 Sampling .................................................................................................. 50
3.5.4 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 50
3.6 Pengumpulan Data dan Analisa Data .......................................................... 50
3.6.1 Pengumpulan Data ................................................................................... 50
3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data .................................................................. 52
3.6.3 Analisa Data ............................................................................................. 53
3.7 Pengolahan Data.......................................................................................... 54
3.8 Uji Statistik.................................................................................................. 57
3.9 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ................................................................ 58
3.9.1 Uji Validitas ............................................................................................ 58
3.9.2 Uji Reliabilitas ......................................................................................... 59
3.10 Etika Penelitian ......................................................................................... 60
Daftar Pustaka
Lampiran
x
X
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan atau
Penyaring Diagnosa Diabetes Melitus (mg/dl).
Tabel 2.2 Penerapan diet ditentukan oleh keadaan penderita, jenis diabetes
melitus dan program pengobatan secara keseluruhan.
Tabel 2.3 Jumlah Bahan Makanan Sehari Menurut Standar Diet Diabetes
Melitus
Tabel 2.4 Jadwal Makan Penderita Diabetes Melitus
Tabel 2.5 Contoh menu diet diabetes melitus 1500 kalori
Tabel 2.6 Hubungan Antara Penanganan Diabetes Melitus: Edkasi Dan
Diet Terhadap Komplikasi Pasien DM Tipe II Di Poliklinik
RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung
Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Pengetahuan Dengan
Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus Dalam Menjalankan Diet Di
Ruang Rawat Inap RSUD. dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
xi
DAFTAR BAGAN
xii
X
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya termasuk
manusia dan kehidupannya (Lestari, 2018). Kepatuhan atau ketaatan (complience
atau adherance) adalah tingkat seseorang melaksanakan cara suatu saran atau
perintah oleh orang lain (Niven, 2010). Pada tahun 2022 dari bulan Januari-Oktober
jumlah penderita diabetes melitus di ruang Aster sebanyak 33 penderita dan di ruang
Anggrek sebanyak 45 penderita dengan diabetes melitus.
Jumlah penderita diabetes melitus secara global terus meningkat setiap
tahunnya. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2015
jumlah penderita diabetes melitus di dunia meningkat sebanyak 422 juta penderita
dan 1,6 juta penderita meninggal akibat diabetes melitus. Hampir 80% penderita
diabetes melitus ada di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Berdasarkan
data dari Kemenkes (2015) penyakit diabetes melitus menjadi penyebab kematian
nomor tiga di Indonesia dengan persentase sebesar (6,7%), setelah stroke (21,1%)
dan penyakit jantung koroner (12,9%). Pada tahun 2016 Indonesia menempati
peringkat ke tujuh dari sepuluh negara dengan jumlah kasus diabetes melitus
terbanyak di dunia dengan angka kejadian sebanyak 10 juta penderita setelah Cina,
India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Meksiko. 2/3 Penderita diabetes melitus
di Indonesia tidak mengetahui dirinya memiliki diabetes dan berpotensi untuk
mengakses layanan kesehatan dalam kondisi terlambat/ditemui sudah dengan
komplikasi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan
Tengah (2017) diabetes melitus menempati urutan ke lima dari sepuluh penyakit
terbanyak di Kalimantan Tengah yaitu sebanyak 7.254 penderita. Pada tahun 2022
dari bulan Januari-Oktober jumlah penderita diabetes melitus di ruang Aster
sebanyak 33 penderita dan di ruang Anggrek sebanyak 45 penderita dengan
diabetes melitus.
Diabetes melitus sebenarnya dapat dikendalikan dengan gaya hidup sehat
melalui diet yang tepat. Diet pada penderita diabetes melitus hampir sama dengan
anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang, sesuai
dengan kebutuhan kalori dan lebih ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam
hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan. Agar penderita mau mematuhi aturan
diet penderita harus mengerti, menerima dan mampu melaksanakan dietnya. Untuk
itu diharapkan penderita diabetes melitus dapat berperilaku sehat dalam
3
darah (glikemik) yang lebih baik, dengan kontrol glikemik yang baik dan terus
menerus akan mempunyai pengetahuan untuk dapat mencegah komplikasi akut dan
mengurangi resiko komplikasi jangka panjang. Sebaliknya bagi penderita yang
tidak patuh akan mempengaruhi kontrol glikemiknya menjadi kurang baik bahkan
tidak terkontrol. Hal ini yang akan mengakibatkan komplikasi yang mungkin timbul
tidak dapat dicegah. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka peneliti
tertarik untuk mengetahui “Bagaimana Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan
Pasien Diabetes Melitus Dalam Menjalankan Diet Di Ruang Rawat Inap RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya?”
1.4.2 Praktis
1.4.2.1 Bagi Pasien dan Keluarga
Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pasien dan keluarga
sehingga diharapkan pasien dan keluarganya mempunyai pengetahuan yang lebih
baik dalam hal upaya meningkatkan kepatuhan dalam menjalankan diet diabetes
melitus.
1.4.2.2 Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat berguna bagi peneliti, sehingga dapat lebih mengetahui
tentang manfaat dari diet serta dapat mengaplikasikannya pada pasien diabetes
melitus baik di lingkungan kerja, keluarga maupun masyarakat.
1.4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan informasi bagi
mahasiswa tentang hubungan pengetahuan dan perilaku pasien diabetes melitus
dengan kepatuhan dalam menjalankan diet dan dapat dijadikan bahan masukan bagi
mahasiswa keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, khususnya dalam
memberikan pendidikan kesehatan terutama pada pasien yang mengalami penyakit
diabetes melitus.
1.4.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini sebagai bahan informasi dan bahan perbandingan apabila ada
peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan judul yang sama atau ingin
mengembangkan penelitian ini lebih lanjut.
1.4.2.5 Bagi Rumah Sakit
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dalam memberikan program penyuluhan
kesehatan yang sesuai dengan tingkat pengetahuan pasien diabetes melitus terhadap
kepatuhan menjalankan diet yang dirawat di Ruang Rawat Inap, sehingga pelayanan
di rumah sakit menjadi berkualitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
4) Jalan pikiran
Perkembangan kebudayaan dan cara berpikir umat manusia pun
ikut berkembang. Manusia telah mampu menggunakan
penalarannya dalam memperoleh pengetahuan.
2.1.5.2 Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian.
Cara ini dikembangkan oleh Francis Bacon seorang tokoh yang
mengembangkan metode berpikir induktif di mana ia mengadakan
pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau
kemasyarakatan. Kemudian hasil pengamatannya tersebut
dikumpulkan dan diklasifikasikan dan akhirnya diambil kesimpulan
umum.
2) Pendidikan
Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah pula bagi mereka untuk menerima
informasi dan pada akhirnya makin banyak pengetahuan yang
mereka miliki.
3) Pekerjaan
Lingkungan perkerjaan dapat menjadikan seseorang
memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung
maupun tidak langsungkarena sering berinteraksi dengan orang
lain sehingga akan memiliki pengetahuan yang baik pula.
4) Minat
Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu
hal padaakhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam
(Riyanto, 2017).
2.1.6.2 Faktor eksternal
1) Faktor lingkungan
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya
pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan
tersebut terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun
tidak, yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap
individu.
2) Sosial budaya dan ekonomi
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi darisikap dalam menerima informasi.
N = nilai
Sp = skor yang didapat
Sm = skor tertinggi maksimum
Selanjutnya persentase jawaban diintervensikan dalam kalimat
kualitatifdengan acuan sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010):
13
Baik : bila subyek mampu menjawab dengan benar 76-100% dari seluruh
pertanyaan.
Cukup : bila subyek mampu menjawab dengan benar 56-75% dari seluruh
pertanyaan.
Kurang : bila subyek mampu menjawab dengan benar ≤ 56% dari seluruh
pertanyaan.
atau paksaan dari luar atau orang lain sehingga mampu memberikan
dampak yang baik.
2.3.4.2 Patuh
Seseorang dikatakan patuh apabila mampu melakukan tugas atau
tanggungjawab secara mandiri dengan dorongan orang lain atau tanpa
ada dorongan dari luaratau orang lain sehingga mampu memberikan
dampak yang baik.
2.3.4.3 Tidak patuh
Seseorang dikatakan tidak patuh apabila tidak mampu dalam
melaksanakan tugas atau tanggung jawab sesuai ketentuan dan
peraturan yang berlaku.
2.3.4.4 Sangat tidak patuh
Seseorang dikatakan sangat tidak patuh yaitu tidak mampu
dalam melaksanakan tugas atau tanggung jawab yang diberikan dalam
kehidupan sehari- hari.
P= x 100 %
Keterangan:
P: total
x: nilai yang didapat
2.3.2.1 Usia lanjut pada umumnya adalah penderita diabetes melitus tipe 2. Pada
orang-orang yang berumur fungsi organ tubuh semakin menurun hal ini
diakibatkan aktivitas sel beta pankreas untuk menghasilkan insulin
menjadi berkurang dan sensitifitas sel-sel jaringan menurun sehingga tidak
menerima insulin.
2.3.2.2 Obesitas pada orang gemuk aktivitas jaringan lemak dan otot menurun
sehingga dapat memicu timbulnya diabetes melitus.
2.3.2.3 Riwayat keluarga adalah faktor resiko utama seorang akan mengalami
diabetes melitus, secara genetik pasien diabetes melitus akan
mempengaruhi keturunannya. Hal ini dikarenakan seorang dengan riwayat
keluarga diabetes memiliki kelainan gen yang mengakibatkan tubuh tidak
menghasilkan insulin dengan baik.
2.3.2.4 Aktifitas fisik dapat mengontrol gula darah. Glukosa akan diubah menjadi
energi pada saat beraktivitas fisik. Aktivitas fisik mengakibatkan insulin
semakin meningkat sehingga kadar gula dalam darah akan berkurang.
2.3.2.5 Pola makan di mana kebiasaan makan yang banyak meningkatkan resiko
diabetes. Makan yang sekaligus banyak memicu insulin dan reseptor untuk
bekerja lebih keras, sehingga reseptor glukosa lebih cepat mengalami
kerusakan.
2.3.2.6 Merokok perokok aktif memiliki resiko 76% lebih tinggi untuk terserang
diabetes melitus tipe 2 dibanding dengan yang tidak terpajan.
2.3.2.7 Stress dapat meningkatkan kandungan glukosa darah karena stress
menstimulus organ endokrin untuk mengeluarkan ephinefrin. Orang yang
megalami stress memiliki resiko 1,67 kali untuk menderita diabetes
melitus tipe 2 dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami stress.
Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan atau
Penyaring Diagnosa Diabetes Melitus (mg/dl).
Bukan Belum DM
DM Pasti DM
Kadar Glukosa Darah sewaktu (mg/dl) < 110 110-199 ≥ 200
< 90 90-199 ≥ 200
Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl) < 110 110-125 ≥ 126
< 90 90-109 ≥ 110
Sumber : Konsesus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia, 2011.
2.3.5.2 Uji diagnostik
Uji diagnostik dikerjakan pada kelompok yang menunjukkan
gejala atau tanda diabetes melitus. Bagi yang mengalami gejala khas
diabetes melitus, kadar GDS ≥ 200 mg/dl atau GDP ≥ 126 mg/dl sudah
cukup untuk menegakkan diagnosisdiabetes melitus.
dikonsumsi.
5) Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan kebutuhannya.
2.4.2.1 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam diet diabetes melitus yaitu:
1) Diet diabetes harus mengarahkan berat badan ke berat normal,
mempertahankan glukosa darah sekitar normal, dapat memberikan
modifikasidiet sesuai keadaan penderita misalnya penderita diabetes
melitus gestasional,makanan disajikan menarik dan mudah diterima.
2) Diet diberikan dengan cara 3 kali makan utama dan 3 kali makanan
antara
(snack) dengan interval 3 jam.
3) Buah yang dianjurkan adalah buah yang kurang manis, misalnya
pepaya, pisang, apel, tomat, semangka dan kedondong.
4) Hindari minum alkohol karena dapat menyebabkan peningkatan efek
hipoglikemik dan menghambat glukoneogenesis.
5) Gunakan minyak goreng dalam jumlah terbatas (± ½ sdm untuk sekali
makan).
6) Biasakan memasak dengan cara menumis, merebus, memepes,
memanggang serta menanak dan hindari kebiasaan menggoreng
makanan dengan banyak minyak.
lebih cocok untuk orang Indonesia dibandingkan dengan diet A yang terdiri
atas 40-50% karbohidrat, 30-35% lemak dan 20-25% protein. Diet B selain
mengandung karbohidrat lumayan tinggi, juga kaya serat dan rendah
kolesterol. Berdasarkan penelitian diet tinggi karbohidrat kompleks dalam
dosis terbagi dapatmemperbaiki kepekaan sel beta pankreas.
Sementara itu tingginya serat dalam sayuran jenis A (bayam, buncis,
kacang panjang, jagung muda, labu siam, wortel, pare, nangka muda)
ditambah sayuran jenis B (kembang kol, jamur segar, seledri, toge, ketimun,
gambas, cabai hijau, labuair, terung, tomat, sawi) akan menekan kenaikan
kadar glukosa dan kolesterol darah. Bawang merah dan putih serta buncis
baik sekali jika ditambahkan dalam diet diabetes karena secara bersama-
sama dapat menurunkan kadar lemak darah dan glukosa darah.
29
Tabel 2.3 Jumlah Bahan Makanan Sehari Menurut Standar Diet Diabetes
Melitus
Golongan Bahan Standar Diet
Makanan
110 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
0 kkal kkal kkal kkal kkal kkal kkal
kkal
Nasi/penukar 2 1/2 3 4 5 5 1/2 6 7 7 1/2
Ikan/penukar 2 2 2 2 2 2 2 2
Daging/penukar 1 1 1 1 1 1 1 1
Tempe/penukar 2 2 2 1/2 2 1/2 3 3 3 5
Sayuran/penukar A S S S S S S S S
Sayuran/penukar B 2 2 2 2 2 2 2 2
Buah/penukar 4 4 4 4 4 4 4 4
Susu/penukar - - - - - - 1 1
Minyak/penukar 3 4 4 4 6 7 7 7
Sumber: Almatsier, 2013.
30
Keterangan:
1 penukar nasi = 100gr (3/4 gls) 1 penukar sayuran = 100gr (1gls)
1 penukar daging = 35gr (1 ptg sdg) 1 penukar susu = 20gr (4sdm)
1 penukar ikan = 40gr (1 ptg sdg) 1 penukar minyak = 5gr (1sdt)
1 penukar tahu = 50gr (1 ptg sdg) 1 penukar buah = setara dengan 1 buah
1 penukar tempe = 50gr (2ptg sdg) pepaya potong besar (110gr)
4) Stres metabolik
Penambahan 10-30% tergantung dari beratnya stress metabolik
(sepsis,operasi, trauma).
5) Berat badan
(1) Penyandang diabetes melitus yang gemuk, kebutuhan kalori
dikurangisekitar 20-30% tergantung kepada tingkat kegemukan.
(2) Penyandang diabetes melitus kurus, kebutuhan kalori ditambah
sekitar 20- 30% sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan
BB.
32
Pagi : - Nasi/
(pkl. 06.00-07.00) - Roti tawar 70 gram 2 iris
- Telur dadar 50 gram 1 butir
- Selada+tomat+mentimun Sekehendak
- Susu rendah lemak 20 gram 4 sdm
Tabel 2.6 Hubungan Antara Penanganan Diabetes Melitus: Edukasi dan Diet terhadap Komplikasi Pasien DM Tipe II Di Poliklinik RSUP
dr. Hasan Sadikin Bandung
Desain Penelitian dan Uji
Populasi Penelitian Hasil Penelitian Statistik yang digunakan
Populasi dalam penelitian ini adalah Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan Penelitian ini merupakan penelitian
pasien rawat jalan diabetes melitus di antara edukasi mengenai DM dengan komplikasi didapatkan nilai p deskriptif korelasi dengan desain
Poliklinik RSUP dr. Hasan Sadikin value (0,041) dengan α (5%) dan untuk hubungan antara kepatuhan retrospektif. Analisa data diolah
Bandung. Populasi sebanyak 95 orang diet DM dengan kejadian komplikasi mendapatkan hubungan yang menggunakan uji Chi-Square Test.
dengan sampel sebanyak 50 orang. signifikan dengan didapatkan nilai p value (0,020) dengan α (5%).
Untuk itu disarankan khususnya kepada responden agar ikut serta
jika ada penyuluhan yang diberikan oleh tenaga kesehatan serta patuh
terhadap pilar penanganan DM khususnya Diet DM yang dianjurkan
oleh tenaga kesehatan.
38
39
Kategori : Kategori :
1. Baik : 76-100% 1. Sangat patuh : 76-100%
2. Cukup : 56-75% 2. Patuh : 56-75%
3. Kurang : <56% 3. Tidak patuh : 26-55%
4. Sangat tidak patuh : <26%
Keterangan:
: Diteliti : Berhubungan
: Berpengaruh : Tidak dilakukan penelitian
2.7 Hipotesis
Hipotesis berasal dari kata hipo (lemah) dan tesis (pernyataan) yaitu
suatu pernyataan yang masih lemah membutuhkan pembuktian untuk
menegaskan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau harus ditolak
berdasarkan fakta atau data empiris yang telah dikumpulkan dalam penelitian
(Hidayat, 2014).
Hipotesis merupakan proposisi keilmuan yang dilandasi oleh kerangka
konsep penelitian dan merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang
dihadapi, yang dapat diuji kebenarannya berdasarkan fakta empiris. Hipotesis
yang digunakan adalah H0 dan H1. Menurut Nursalam (2017) beberapa tipe
hipotesis dalam penelitian salah satunyayaitu:
1) Hipotesis Nol (H0) adalah hipotesis yang digunakan untuk pengukuran
statistik dan interpretasi hasil statistik. Hipotesis nol dapat sederhana atau
kompleks dan bersifatsebab atau akibat.
2) Hipotesis Alternatif (H1) adalah hipotesis penelitian. Hipotesis ini
menyatakan adanya suatu hubungan, pengaruh dan perbedaan antar dua atau
lebih variabel.
3) Hipotesis yang diajukan akan dilakukan perhitungan uji statistik untuk
memutuskan apakah hipotesis ditolak atau gagal ditolak. Ketentuan uji
statistik yang berlaku adalah sebagai berikut:
(1) Bila nilai p value ≤ alpha 0,05 maka keputusannya adalah H0 ditolak
dan H1 diterima artinya ada pengaruh antara variabel independen dan
dependen.
(2) Bila nilai p value ≥ alpha 0,05 maka keputusannya adalah H0 diterima
dan H1 ditolak artinya tidak ada pengaruh antara variabel independen
dan variabel dependen.
(3) Di mana nilai alpha adalah batas maksimal kesalahan yang dijadikan
patokan oleh peneliti dan nilai p (p-value) adalah nilai kesalahan yang
didapat peneliti dari hasil perhitungan statistik (hasil uji statistik).
Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ada Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus Dalam
Menjalankan Diet Di Ruang Rawat Inap RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
BAB III
METODE PENELITIAN
41
42
Populasi
Semua pasien yang menderita penyakit diabetes melitus di Ruang Rawat Inap (Ruang
Anggrek dan Ruang Aster) RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya (∑50 pasien)
Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah
purposive sampling
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien diabetes melitus yang dirawat di
Ruang Rawat Inap (Ruang Anggrek dan Ruang Aster ) RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya yang memenuhi kriteria inklusi.
Informed Consent
Kuesioner
Pengolahan Data
Editing, Coding, Scoring, Tabulating
Uji Statistik
Dengan Teknik Analisa Univariat dan Bivariat (Uji Rank Spearman)
Hipotesis H1/H0
H1 Diterima atau ditolak
Penyajian, Hasil
Kesimpulan
Gambar 3.1 Kerangka Kerja Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Pasien
Diabetes Melitus Dalam Menjalankan Diet Di Ruang Rawat Inap
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
44
Variabel independen Segala sesuatu yang Pemahaman pasien tentang Kuesioner Ordinal Nilai:
1) Pengetahuan pasien dipahami pasien tentang pentingnya diet diabetes Benar = 1
tentang diet diabetes diet diabetes melitus. melitus: Salah = 0
melitus 1) Pengertian diet diabetes
melitus Penilaian:
2) Prinsip diet diabetes Sp
melitus N= x 100%
3) Tujuan diet diabetes Sm
melitus
4) Syarat diet diabetes Keterangan:
melitus N : Nilai
5) Pengaturan diet diabetes Sp : Skor yang didapat
melitus secara umum Sm : Skor tertinggi maksimal
6) Kebutuhan kalori
7) Faktor-faktor penentu Kategori:
kebutuhan energi 1. Baik, jika nilai : 76-100%
8) Pengaturan makanan 2. Cukup, jika nilai : 56-75%
pada diabetes melitus 3. Kurang, jika nilai : < 56%
tipe 1
9) Pengaturan makanan
pada diabetes melitus
tipe 2
46
Variabel dependen Ketaatan yang dilakukan Kepatuhan pasien dalam Kuesioner Ordinal Skor:
2) Kepatuhan pasien dalam pasien dalam menjalankan diet diabetes Ya 1
menjalankan diet pelaksanaan diet diabetes melitus: Tidak 0
diabetes melitus. melitus 1) Kepatuhan mengontrol
jumlah makanan yaitu
Penilaian:
porsi makanan yang
dikonsumsi oleh pasien P = 𝑥 x 100 %
diabetes melitus. 𝑛
2) Kepatuhan mengontrol Keterangan:
jadwal makan yaitu P : Total
waktu makan yang tetap
x : Nilai yang didapat
bagi pasien diabetes n : Jumlah pernyataan
melitus yaitu 3x makanan
pokok, 2-3x selingan
dalam interval 3 jam. Kategori:
3) Kepatuhan mengontrol 1) Sangat patuh : 76%-100%
jenis makanan yaitu 2) Patuh : 56%-75%
macam makanan yang 3) Tidak patuh : 26%-55%
diperbolehkan untuk 4) Sangat tidak patuh : < 26%
dikonsumsi pasien
diabetes melitus
47
48
3.5.2 Sampel
Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subjek penelitian melalui sampling, sampel harus cukup banyak dan dapat
mewakili populasi yang ada. Semakin besar sampel yang dipergunakan semakin
baik dan mewakili hasil yang akan diperoleh sehingga mengurangi angka kesalahan
(Nursalam, 2017).
49
Jika kita akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut
disebut penelitian sampel. Sampel merupakan sebagian dari populasi yang akan
diteliti. Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Arikunto, 2014). Teknik sampling
merupakan cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh
sampel yang sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian. Pada penelitian ini
sampel yang diambil adalah pasien yang menderita diabetes melitus di Ruang
Rawat Inap RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
3.5.2.1 Kriteria sampel
Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi
bias hasil penelitian, khususnya jika terdapat variabel-variabel kontrol ternyata
mempunyai pengaruh terhadap variabel yang diteliti (Nursalam, 2017). Kriteria
sampel dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria umum subjek penelitian dari suatu populasi
target yang terjangkau dan akan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus menjadi
pedoman saat menentukan kriteria inklusi (Nursalam, 2017). Kriteria inklusi pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) Pasien yang positif didiagnosa menderita diabetes melitus.
(2) Pasien diabetes melitus yang dirawat di Ruang Rawat Inap (Ruang Anggrek dan
Ruang Aster) RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
(3) Pasien dengan kesadaran baik.
(4) Pasien yang kooperatif.
(5) Pasien yang bersedia menjadi responden.
(6) Ada dilokasi penelitian pada saat pengumpulan data.
(7) Bersedia mengisi inform consent.
2) Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek dari
penelitian karena berbagai sebab dengan atau kata lain tidak layak untuk diteliti
atau tidak memenuhi kriteria inkulsi pada saat penelitian berlangsung penyebabnya
antara lain adanya hambatan etis, menolak menjadi responden atau berada pada
50
3.5.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi (Nursalam, 2017).
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili dari populasi. Teknik sampling, merupakan cara-cara yang ditempuh
dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar benar sesuai
dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2020). Dalam penelitian ini
Teknik sampling yang di gunakan adalah menggunakan consecutive sampling yang
pada soal nomor 14-18. Kebutuhan kalori pada soal nomor 19-20. Faktor-faktor
penentu kebutuhan energi pada soal nomor 21-24. Pengaturan makanan pada diabetes
melitus tipe 1 pada soal nomor 25-27. Pengaturan makanan pada diabetes melitus tipe
2 pada soal nomor 28-30. 30 pertanyaan sudah diuji valid dan reabilitas. Pengujian
dilakukan di Ruang Marwah Rumah Sakit Islam Pelayanan Kesehatan Umat
Muhammadiyah Palangka Raya, dengan sasaran 10 paseien dengan diagnosa
diabetes melitus.
Kemudian untuk kuesioner kepatuhan, diadopsi dari penelitian Rista Nur
Kumala (2018), terdiri dari 10 permyataan. Untuk kategori patuh mengontrol jumlah
dan porsi makanan terdapat pada penyataan 1-2. Untuk kategori patuh mengontrol
jadwal makan terdapat pada penyataan 3-6. Untuk kategori patuh mengontrol jenis
makanan terdapat pada penyataan 7-10. 10 pernyataan sudah diuji valid dan
reabilitas, diambil dari jurnal tentang kepatuhan diet pada pasien diabetes melitus.
sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang
berguna dan pengelolaan datanya hanya satu variabel saja, sehingga dinamakan
univariat (Sujarweni, 2014).
Analisa univariat terdiri dari data umum meliputi data demografi
responden yaitu nama (inisial), jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, lama
menderita diabetes melitus dan berdasarkan pernah atau tidak mendapatakan
54
sumber informasi tentang diet diabetes melitus. Sedangkan data khususnya adalah
data yang dikumpulkan langsung dari responden meliputi tingkat pengetahuan
pasien tentang diet diabetes melitus, perilaku pasien dalam menjalankan diet
diabetes melitus dan kepatuhan pasien dalam menjalankan diet diabetes melitus.
3.6.3.2 Analisa bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang digunakan untuk mengetahui
kemungkinan adanya hubungan atau korelasi dari dua variabel (Notoatdmojo,
2012). Analisa bivariat adalah analisa data untuk menganalisis dua variabel.
Analisis jenis ini sering digunakan untuk mencari hubungan atau pengaruh x dan
y antara variabel satu dengan yang lainnya. Pada penelitian ini peneliti mencari
hubungan pengetahuan dengan kepatuhan pasien diabetes melitus dalam
menjalankan diet.
dengan komputer (Hidayat, 2008). Pemberian kode dalam penelitian ini adalah:
3.7.2.1 Data umum (data demografi)
1) Kode responden
(1) R1,R2,R3…..dan seterusnya (untuk kode responden)
(2) P1,P2,P3… .. dan seterusnya (untuk kode kuesioner pengetahuan)
(3) K1,K2,K3….dan seterusnya (untuk kode observasi kepatuhan)
2) Jenis kelamin
(1) Laki-laki :1
(2) Perempuan :2
3) Umur
(1) 26-35 tahun :1
(2) 36-45 tahun :2
(3) 46-55 tahun :3
(4) 56-64 tahun :4
(5) 65 tahun ke atas :5
4) Pendidikan terakhir
(1) Tidak sekolah :1
(2) SD :2
(3) SMP :3
(4) SMA :4
(5) DIII/Perguruan Tinggi/Sederajat :5
5) Apakah pernah mendapat informasi tentang diet diabetes melitus?
a. Tidak pernah 1
b. Pernah 2
6) Jika pernah, sumber informasi yang didapat dari mana?
a. Media cetak/elektronik 1
b. Keluarga/tetangga 2
c. Petugas kesehatan 3
3.7.2.2 Data khusus
1) Kuesioner tingkat pengetahuan tentang diet diabetes melitus
(1) Jika benar nilai 1
(2) Jika salah nilai 0
56
P = 𝑥 x 100 %
Keterangan:
P : total
x : nilai yang didapat
n : jumlah pernyataan
Selanjutnya presentase jawaban sebagai berikut:
1) Sangat patuh : 76%-100%
2) Patuh : 56%-75%
3) Tidak patuh : 26%-55%
4) Sangat tidak patuh : < 26%
3.7.4 Pengelompokkan Data (Tabulating)
Tabulasi data adalah proses penyusunan data ke dalam bentuk tabel, pada
tahap ini dianggap telah selesai diproses sehingga harus segera disusun ke dalam
bentuk format yang telah dirancang. Membuat tabulasi data dengan memasukkan
data ke dalam tabel, mengatur semua angka sehingga dapat dihitung dalam berbagai
kategori. Tabulasi data dilakukan setelah proses editing dan scoring selesai.
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi
∑X : Jumlah skor item
∑Y : Skor total seluruh pertanyaan
59
Keterangan:
r11 = Reabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
b2 = Jumlah varians butir
t2 = Varians total
Tingkat reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan
skala alpha 0 sampai 1. Apabila skala alpha tersebut dikelompokkan ke dalam lima
kelas dengan range yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat
dipersentasikan ke dalam tabel berikut:
Tabel 3.2 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha (α)
Alpha Tingkat Reliabilitas
0,00 s.d 0,20 Kurang Reliabel
> 0,20 s.d 0,40 Agak Reliabel
> 0,40 s.d 0,60 Reliabel
> 0,60 s.d 0,80 Cukup Reliabel
60
62
63
Tambun Bungai No. 4 Palangka Raya, Kec. Pahandut, Kel. Langkai, Kota
Palangkara Raya, Kalimantan Tengah. Sumber daya manusia yang ada di RSUD
dr. Doris Sylvanus Kota Palangka Raya meliputi tenaga Dokter Spesialis /
Subspesialis berjumlah 52 PNS dan 6 kontrak, serta untuk tenaga kesehatan dan
struktural berjumlah 1.077 pegawai tetap.
Sarana Pelayanan Kesehatan di wilayah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
:
No. Jenis Bangunan
1. Farmasi
2. IGD
3. Gizi
4. Pemeliharaan Kantor
5. Pemeliharaan (Workshop)
6. Kamar Jenazah
7. Tata Usaha Rawat Inap
8. Rehabilitasi Medik
9. Paviliun I (Anggrek)
10. Paviliun II (Melati)
11. Paviliun III (Lavender)
12. Ruangan Penyakit Dalam Pria (Aster)
13. Ruangan Penyakit Dalam Wanita (Bougenville)
14. Ruangan Perinatologi & Bersalin (Cempaka)
15. Ruangan Bedah Pria dan Wanita (Dahlia dan Edelweis)
16. Ruangan Penyakit Anak (Flamboyant)
17. Ruangan Penyakit Paru (Gardenia)
18. Ruangan Penyakit saraf, dll (Nusa Indah)
19. Ruangan Bedah Sentral (IBS)
20. Ruangan ICU
21. Ruangan HCU (Lavender)
22. Ruangan ICCU (Sakura)
23. Ruangan NICU
64
Gambar 4.1 Lokasi Penelitian RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
65
4.1.1.1 Visi, Misi, dan Motto RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
1. Visi : “Menjadi Rumah Sakit Pendidikan Unggulan Di Kalimantan”
2. Misi :
1) Meningkatkan pelayanan yang bermutu prima dan berbasis Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran (IPTEKDOK)
2) Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang profesional dan berkomitmen
tinggi
3) Meningkatkan prasarana dan sarana yang modern
4) Meningkatkan manajemen yang efektif dan efisien
5) Meningkatkan kualitas pendidikan dan penelitian di bidang kedokteran
dan kesehatan
3. Motto RSUD dr. Doris Sylvanus
BAJENTA BAJORAH
“Memberikan Pelayanan dan Pertolongan Kepada Semua Orang Dengan
Baik, Ramah Tamah, Tulus Hati, Dan Kasih Sayang”
4.1.1.2 Akreditasi
Pada tahun 2014 RSUD dr. Doris Sylvanus sudah menjadi Rumah Sakit
kelas B Pendidikan sesuai dengan SK Menteri Kesehatan RI Nomor HK
02.03/I/0115/2014 Tentang penetapan RSUD dr. Doris Sylvanus sebagai Rumah
Sakit Pendidikan.
4.1.2 Data Umum
4.1.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Karakteristik responden berdasarkan usia diperoleh melalui kuesioner yang
dibagikan kepada 45 responden, adapun hasilnya sebagai berikut :
Usia Responden Jumlah Persentasi %.
26-35 Tahun 1 2,3%
36-45 Tahun 6 13,3%
46-55 Tahun 11 24,4%
56-64 Tahun 21 46,7%
>65 Tahun 6 13,3%
Total 45 100%
Tabel 4.1 distribusi responden berdasarkan usia (n=45)
pengetahuan kepatuhan
Spearman's rho Pengetahuan Correlation Coefficient 1.000 .320*
Sig. (2-tailed) . .032
N 45 45
Kepatuhan Correlation Coefficient .320* 1.000
Sig. (2-tailed) .032 .
N 45 45
Hasil uji statistik Spearman Rank diperoleh nilai p = 0,032 . Maka, dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan
dengan tingkat kepatuhan pasien dalam menjalankan diet Diabetes Melitus. (p
value: 0,032, α: 0,05).
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengetahuan Pasien Tentang Diet Diabetes Melitus di Ruang Rawat
Inap dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dari 45 responden bahwa
pengetahuan pasien tentang diet Diabetes Melitus di Ruang Rawat Inap RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya yang dilakukan oleh peneliti didapat hasil
responden memiliki pengetahuan kurang tentang diet DM sebanyak 18 responden
(40%), Cukup sebanyak 14 responden (31,1%), dan baik 13 responden (28,9%).
Hal ini didukung bahwa pengetahuan penderita tentang DM merupakan sarana
yang dapat membantu penderita menjalankan penanganan diabetes selama
hidupnya sehingga semakin banyak dan semakin baik penderita mengerti tentang
penyakitnya semakin mengerti bagaimana harus mengubah perilakunya dan
mengapa hal itu diperlukan. Maka semakin banyak informasi yang didapat pasien,
semakin baik pula pengetahuan yang dimiliki pasien.
Pengetahuan adalah hasil dari tahu/mengetahui dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa
dan peraba. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut
sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek (Wawan dan
Dewi, 2017). Menurut Riyanto (2017) pengetahuan adalah informasi atau
maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan bukanlah
sesuatu yang sudah ada dan tersedia. Pengetahuan adalah sebagai suatu
71
pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami
reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi pengetahuan adalah informasi. Informasi DM bisa
didapatkan melalui edukasi DM. Edukasi DM merupakan salah satu bentuk empat
pilar penatalaksanaan DM yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai
DM agar dapat meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola penyakitnya.
Informasi minimal diberikan setelah diagnosis ditegakkan, mencakup
pengetahuan dasar tentang diabetes, penatalaksanaan DM, pemantauan mandiri
kadar gula darah, sebab-sebab tingginya kadar gula darah dan lain-lain. (Aziz,
2020).
Berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaan antara fakta dan teori,
mayoritas responden masuk dalam kategori berpengetahuan kurang. Hal ini
menunjukan bahwa pengetahuan diet baik bagi pasien DM, agar terhindar dari
komplikasi yang bisa dialami mulai komplikasi akut hingga kronis. Tingkat
pengetahuan yang rendah tentang perawatan diri dapat memperburuk kondisi
kesehatan serta menimbulkan stres akibat ketidakmampuan dalam melakukan
perawatan diri (Amaliyah, 2016). Banyak faktor yang mempengaruhi
pengetahuan, salah satunya yaitu pendidikan. Pendidikan diperlukan untuk
mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup, pendidikan dapat mempengaruhi seseorang
termasuk juga perilaku untuk sikap berperan serta dalam pembangunan, pada
umumnya makin tinggi pendidikan seeorang maka akan mudah dalam mereima
informasi (Nursalam, 2003). Hasil Penelitian ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan Witasari (2009) yang menghasilkan kesimpulan bahwa tingkat
pengetahuan penderita diabetes melitus tipe II yang dikatakan kurang adalah
86,7%, dan baik hanya 13,3%, dapat disimpulkan bahwa banyaknya informasi
yang dimiliki responden maka semakin baik pula tingkat pengetahuan tentang diet
diabetes melitus, sehingga dengan dimilikinya pengetahuan yang baik tersebut
dapat mengetahui pula apa itu diet diabetes itu sendiri, mereka juga akan
mengetahui tentang jumlah kalori, jenis kakanan dan jadwal makan yang harus
ditaati. Hal ini juga didukung oleh penelitian dari Himawan et al., (2015) bahwa
pengetahuan seseorang didukun oleh latar belakang pendidikan, semakin lama
72
tersebut dapat dicegah bila klien mematuhi exercise, diet dan terapi.
Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap intruksi atau
petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik diet,
latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan dengan tenaga kesehatan
(Niven, 2010). Kepatuhan (adherence) adalah bentuk perilaku yang timbul akibat
adanya interaksi antara petugas kesehatan dan pasien sehingga pasien mengerti
rencana dengan segala konsekuensinya dan menyetujui rencana tersebut
sertamelaksanakannya. Jadi kepatuhan adalah suatu pemikiran atau perasaan
seseorang di mana perasaan ini akan menimbulkan respon untuk melaksanakan
apa yang ditugaskan. Perasaan ini bisa berupa menerima, menanggapi atau
menilai (Kemenkes, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaan antara fakta dan teori,
mayoritas responden memiliki tingkat kepatuhan dalam kategori tidak patuh. Hal
ini menunjukan bahwa pengetahuan pasien yang kurang terhadap penyakit DM,
sehingga kurangnya kesadaran pasien untuk mematuhi anjuran diet yang
diberikan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu. Pengetahuan merupakan hal
yang sangat penting dan membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010).
Kurangnya pengetahuan pasien disebabkan karena kurangnya keterpaparan
informasi yang diterima pasien, dan tingkat pendidikan yang rendah. Kepatuhan
diet merupakan terapi diet yang terdapat dalam penatalaksanaan DM untuk
pengendalian kadar gula darah. Dimana kepatuhan merupakan wujud tingkah laku
pasien dalam mengontrol kadar gula darah. Kepatuhan diet didasarkan pada aspek
3J, yaitu patuh jadwal, jenis dan jumlah (Srikartika, 2019). Banyak faktor yang
mempengaruhi kepatuhan diantaranya yaitu pengetahuan, sikap, kemampuan, dan
motivasi. Pengetahuan pasien merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kepatuhan pasien, karena ketidakpatuhan pasien akan meningkatkan resiko
berkembangnya masalah kesehatan atau memperburuk penyakit yang diderita.
Semakin baik pengetahuan pasien tentang penyakitnya, maka semakin tinggi pula
tingkat kepatuhan pasien dalam pengobatan. Kepatuhan pasien merupakan sejauh
mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan atau di
informasikan oleh petugas kesehatan. Dalam pengobatan, seseorang dikatakan
tidak patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat, sehingga
74
Hal ini dibuktikan dengan hasil p < α dengan tingkat signifikan 0,05
menunjukan hubungan yang signifikan dan bermakna antara pengetahuan dengan
kepatuhan pasien dalam menjalankan diet DM di Ruang Rawat Inap RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya. Hal ini didukung bahwa rendahnya pengetahuan
yang dimiliki pasien mengenai penyakit DM sehingga pasien menjadi tidak patuh
dalam menjalankan diet DM dimana pengetahuan yang kurang disebabkan karena
kurangnya keterpaparan pasien terhadap terhadap sumber informasi yang
mengakibatkan tidak dapatnya mengontrol kadar gula darah dan mengakibatkan
kadar gula darah menjadi tinggi. Maka semakin baik pengetahuan yang dimiliki
pasien, semakin tinggi pula tingkat kepatuhan pasien dalam menjalankan diet atau
terapi.
Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang merupakan salah satu faktor yang
menentukan untuk mencari dan meminta upaya pelayanan kesehatan. penderita
diabetes yang teratur minum obat sesuai dosis yang dianjurkan dokter dan diet
yang disarankan, maka gula darah akan terkontrol dengan baik, sebaliknya jika
penderita diabetes minum obat tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan dan
tidak patuh dalam menjalankan diet DM oleh dokter, baik itu melebihi atau
mengurangi dosis maka akan mengakibatkan gula darah menjadi fluktuasi
(Wardhani, 2021). Menurut teori Lawrence Green yang dikutip dalam Ningsih
(2018) yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor
predisposisi yang mendasari timbulnya suatu perilaku. Semakin baik pengetahuan
pasien, maka pasien akan mampu memahami penjelasan yang diberikan dan
mampu menerima dan menggali informasi yang didapat atau diterima sehingga
dapat meningkatkan kualitas kesehatannya dengan cara mematuhi diet atau terapi
yang diberikan petugas kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian, hubungan pengetahuan dengan kepatuhan
pasien dalam menjalankan diet DM di Ruang Rawat Inap RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya bahwa pengetahuan mempengaruhi tingkat kepatuhan
pasien dalam menjalankan diet DM di ruang Rawat Inap, maka semakin tinggi
tingkat pengetahuan pasien semakin patuh juga pasien dalam menjalani diet DM
begitupula sebaliknya semakin rendah tingkat pengetahuan pasien semakin tidak
patuh pasien dalam menjalankan diet DM. Menurut (Sasmita, 2021) usia menjadi
76
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan proses pengolahan data pada penelitian ini
mengenai hubungan pengetahuan dengan kepatuhan pasien Diabetes Melitus
dalam menjalankan diet Diabetes Melitus di Ruang Rawat Inap RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengetahuan pasien tentang diet Diabetes Melitus di Ruang Rawat Inap RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya mayoritas dalam kategori kurang.
2. Tingkat kepatuhan pasien dalam menjalankan diet Diabetes Melitus di Ruang
Rawat Inap RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya mayoritas dalam
kategori tidak patuh.
3. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa hubungan pengetahuan dengan
kepatuhan pasien dalam menjalankan diet Diabetes Melitus di Ruang Rawat
Inap RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya terdapat terdapat nilai
signifikansi p < α (0,05) yang berarti hipotesis diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada adanya hubungan antara pengetahuan dengan
kepatuhan pasien Diabetes Melitus dalam menjalankan diet Diabetes Melitus
di Ruang Rawat Inap RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Pasien dan Keluarga
Penelitian ini diharapkan agar pasien dan keluarganya meningkatkan
pengetahuan yang lebih baik dalam hal upaya meningkatkan kepatuhan dalam
menjalankan diet diabetes melitus.
5.2.2 Bagi Peneliti
Dapat mengaplikasikannya pada pasien diabetes melitus baik di lingkungan
kerja, keluarga maupun masyarakat.
5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Menjadikan bahan bacaan dan informasi bagi mahasiswa tentang hubungan
pengetahuan dan perilaku pasien diabetes melitus dengan kepatuhan dalam
78
Lampiran :
Lampiran :
CROSSTABS
kepatuhan
sangat tidak
sangat patuh patuh tidak patuh patuh Total
pengetahuan baik 1 6 5 1 13
cukup 1 0 1 12 14
kurang 0 1 10 7 18
Total 2 7 16 20 45
Correlations
pengetahuan kepatuhan
Spearman's rho pengetahuan Correlation Coefficient 1.000 .320*
Sig. (2-tailed) . .032
N 45 45
*
kepatuhan Correlation Coefficient .320 1.000
Sig. (2-tailed) .032 .
N 45 45
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
DAFTAR PUSTAKA
82
Lestari, K. A. D., Somoyani, N. K., & Surati, I. G. A. (2018). Hubungan
Pengetahuan Dengan Kepatuhan Pengobatan Antiretroviral (Arv) Pada Ibu
Hamil Dengan Human Immunodeficiency Virus (Hiv) / Acquired Immuno
Deficiency Syndrome (Aids). Jurnal Ilmiah Kebidanan, 6(2), 72–79.
Mariyani, L., Rahmalia, S., & Dewi, Y. . (2015). Hubungan Stadium Ulkus Dengan
Kualitas Hidup Pada Pasien DM tipe 2 di RS Umum Provinsi Riau. Jurnal
Online Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, 2(1).
Maryam, S. (2014). Promosi Kesehatan dalam Reproduksi Pelayanan kabidanan.
Jakarta: EGC.
Nabyl, R. A. (2012). Panduan hidup sehat: mencegah dan mengobati Diabetes
Mellitus. Yogakarta: Aulia Publishing.
Nakamireto, G. P. (2016). Hubungan Pengetahuan Diet Diabetes Mellitus Dengan
Kepatuhan Diet Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja
Puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
Niven, N. (2012). Psikologi Kesehatan : Pengantar untuk perawat dan tenaga
kesehatan profesional lain. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2013). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurrahman, U. (2012). Diabetes Mellitus. Yogakarta: Familia.
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Perkeni. (2015). Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.
Jakarta: Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.
Price, S. & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses- proses
Penyakit (H. Hartanto, Wulansari, & Mahanani, eds.). Jakarta: EGC.
Purwitaningtyas, R. Y., Putra, I. W. G. A. E., & Wirawan, D. N. (2015). Faktor
Risiko Kendali Glikemik Buruk pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di
Puskesmas Kembiritan Kabupaten Banyuwangi. Public Health and
Preventive Medicine Archive, 3(1).
83
Putro, P. J. S., & Suprihatin. (2012). Pola Diit Tepat Jumlah, Jadwal, Dan Jenis
Terhadap Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe Ii. Jurnal STIKES,
5(1), 71–81.
Riyanto, A. (2011). Aplikasi metodologi penelitian kesehatan. Yogakarta: Nuha
Medika.
- Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogakarta: Nuha Medika.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC.
Soegondo, S. (2014). Farmakoterapi Pada Pengendalian Glikemia Diabetes
Mellitus Tipe 2. In Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FK UI.
Sulistyowati, L. (2011). Diabetes Mellitus Di Indonesia dan Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Interna Publishing.
Tovar, E. (2007). Relationship Between Psycosocial Factors And Adherence To
Diet And Exercise In Adult With Type 2 Diabetes : A Test Of Theoretical
Model. University of Texas Medical Branch Graduate School of Biomedical
Science.
Waspadji, S. (2007). Diabetes Melitus Mekanisme Dasar dan Pengelolaannya yang
Rasional. In Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI.
Wawan, & Dewi. (2018). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia. Yogakarta: Nuha Medika.
WHO. (2016). Global Report On Diabetes. Geneva: World Health Organization.
Widiasari, K. R., Wijaya, I. M. K., & Suputra, P. A. (2021). Diabetes Melitus Tipe
2: Faktor Risiko, Diagnosis, Dan Tatalaksana. Ganesha Medicine, 1(2).
84
LAMPIRAN
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
( INFORMED CONSENT)
Alamat :
Pekerjaan :
Apabila dikemudian hari saya keberatan dengan jawaban yang saya berikan
untuk penelitian ini atau penelitian ini merugikan saya, maka saya dapat
mengajukan pembatalan menjadi responden terhadap penelitian ini.
Responden
KUESIONER PENELITIAN
Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus Dalam
Menjalankan Diet Di Ruang Rawat Inap RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya.
Petunjuk Pengisian:
1. Isilah data identitas anda.
2. Berilah tanda checklist (√) pada kotak idenditas yang telah tersedia.
A. IDENTITAS RESPONDEN
No. Responden : (Diisi Oleh Peneliti)
Alamat :
Tempat, Tanggal Lahir :
Hari/Tanggal Wawancara :
B. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Nama (Inisial) :
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
Perempuan
C. PENGETAHUAN
Petunjuk:
1. Mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara(i) untuk menjawab semua pertanyaan
di bawah ini.
2. Bacalah dengan seksama pertanyaan ini, kemudian jawablah dengan jujur dan
tidak dipengaruhi oleh orang lain.
3. Berilah tanda (x) pada jawaban A, B, C atau D yang dianggap benar.
4. Terima kasih atas kesediaan dan kerja sama yang telah Bapak/Ibu/Saudara(i)
berikan.
Pertanyaan:
I. Pengertian diet diabetes melitus
1. Apakah yang dimaksud dengan diet diabetes melitus?
A. Pengaturan pola makan sesuai jumlah, jenis dan jadwal makan.
B. Mengurangi konsumsi karbohidrat.
C. Memperbaiki kebiasaan makan.
D. Diet tidak boleh mengkonsumsi gula berlebih.
2. Diet diabetes melitus diberikan khusus bagi............
A. Penderita hipertensi
B. Penderita diabetes melitus
C. Penderita asam urat
D. Penderita stroke
II. Prinsip diet diabetes melitus
3. Prinsip diet bagi penderita diabetes melitus adalah..........
A. Makan porsi banyak.
B. Tidak bervariasi.
C. Makanan beragam, bergizi dan berimbang.
D. Makanan bergizi.
4. Di bawah ini kendala besar dalam melaksanakan diet diabetes melitus
adalah.............
A. Menghitung jumlah kalori.
B. Membatasi makanan manis.
C. Mempertahankan berat badan normal.
D. Kepatuhan untuk menjalani diet.
III. Tujuan diet diabetes melitus
5. Tujuan diet diabetes melitus adalah............
A. Mengurangi kegemukan.
B. Memperbaiki kebiasaan makan.
C. Meningkatkan kesehatan.
D. Mendapatkan zat gizi seimbang.
6. Memperbaiki kebiasaan makan dengan diet diabetes melitus dilakukan
untuk................
A. Meningkatkan nafsu makan.
B. Menurunkan berat badan.
C. Hidup berkualitas.
D. Mencegah komplikasi.
IV. Syarat diet diabetes melitus
7. Syarat diet diabetes melitus adalah............
A. Vitamin dan mineral dibatasi.
B. Jumlah energi setiap orang sama.
C. Terdiri dari karbohidrat, protein, lemak dan serat.
D. Lemak jenuh boleh dikonsumsi.
8. Bagaimanakah diet bagi penderita diabetes melitus?
A. Sesuai jenis makanan.
B. Sesuai jadwal makan.
C. Sesuai jumlah makanan.
D. Sesuai jumlah, jadwal dan jenis makanan (3J).
9. Jadwal makan yang sesuai diet diabetes melitus adalah.............
A. 3 kali makan utama, makanan kecil/selingan sekendak.
B. 3 kali makan utama.
C. 2 kali selingan.
D. 3 kali makan utama, 2-3 kali selingan.
10. Makanan mengandung lemak yang harus dibatasi dalam diet diabetes
melitus adalah..............
A. Goreng-gorengan
B. Sirup
C. Susu rendah lemak
D. Singkong rebus
11. Jenis makanan yang dianjurkan dalam diet diabetes melitus adalah..........
A. Nasi.
B. Ikan, tempe.
C. Nasi, ikan, buncis, pisang.
D. Kentang, mie.
12. Makanan manis yang dibatasi dalam diet diabetes melitus adalah.............
A. Ikan asin.
B. Gula, sirup, es krim, dodol, cake.
C. Goreng-gorengan.
D. Makanan siap saji.
13. Makanan asin yang dibatasi dalam diet diabetes melitus adalah...............
A. Tempe
B. Telur rebus
C. Ikan asin
D. Oseng kangkung
V. Pengaturan diet diabetes melitus secara umum
14. Menurut anda seberapa pentingkah pengaturan diet bagi penderita diabetes
melitus?
A. Tidak terlalu penting.
B. Sangat penting untuk kontrol gula darah.
C. Hanya untuk penunjang proses pengobatan.
D. Tidak tahu.
15. Jumlah sayuran yang dianjurkan dalam diet diabetes melitus (*1 porsi sayur
= 1 gelas setelah direbus dan ditiriskan) adalah..............
A. 1-2 porsi sayur
B. 3-4 porsi sayur
C. 2-3 porsi sayur
D. 1 porsi sayur
16. Buah yang tidak dianjurkan dalam diet diabetes melitus adalah.............
A. Pepaya
B. Semangka
C. Pisang
D. Durian
17. Sumber protein yang dianjurkan dalam diet diabetes melitus adalah...........
A. Tempe, tahu
B. Nasi
C. Bayam
D. Pisang
18. Jenis sayuran yang dianjurkan dalam diet diabetes melitus adalah...........
A. Buncis
B. Sawi
C. Bayam
D. Semua jawaban benar
VI. Kebutuhan kalori
19. Kebutuhan kalori adalah...............
A. Mencapai berat badan ideal
B. Jumlah kalori sesuai berat badan ideal
C. Mempertahankan berat badan ideal
D. Menurunkan berat badan
20. Untuk menentukan jumlah kalori dalam diet diabetes melitus adalah dengan
menghitung kebutuhan................ sesuai berat badan ideal.
A. karbohidrat
B. protein
C. kalori
D. lemak
VII. Faktor-faktor penentu kebutuhan energi
21. Salah satu faktor yang mempengaruhi kebutuhan energi penderita diabetes
melitus adalah..............
A. Istirahat.
B. Makanan.
C. Keadaan sakit.
D. Berat badan.
22. Jumlah energi yang dibutuhkan penderita diabetes melitus.............dengan
orang tanpa diabetes melitus.
A. Berbeda.
B. Sama.
C. Cukup.
D. Kurang.
23. Penderita diabetes melitus yang gemuk kebutuhan kalorinya..................
A. Secukupnya.
B. Sekehendak penderita.
C. Ditambah porsi makannya.
D. Dikurangi sesuai diet diabetes melitus.
24. Penderita diabetes melitus yang kurus kebutuhan kalorinya ditambah
untuk...............
A. Menurunkan berat badan.
B. Meningkatkan jumlah makan.
C. Meningkatkan berat badan.
D. Meningkatkan nafsu makan.
VIII. Pengaturan makanan pada diabetes melitus tipe 1
25. Penderita diabetes melitus tipe 1 yang makan terlalu banyak, tidak sesuai
dengan jumlah insulin yang diberikan menyebabkan..............
A. Sakit perut.
B. Sering kencing, merasa haus.
C. Sering buang air besar.
D. Penglihatan kabur.
26. Untuk mengurangi resiko komplikasi, pengaturan makanan pada penderita
diabetes melitus tipe 1 harus mengandung lemak...........
A. Tinggi.
B. Sedang.
C. Banyak.
D. Rendah.
27. Manfaat serat bagi penderita diabetes melitus tipe 1 adalah.........
A. Menurunkan kadar gula darah.
B. Meningkatkan kadar kolesterol.
C. Meningkatkan kadar gula darah.
D. Meningkatkan jumlah lemak.
IX. Pengaturan makanan pada diabetes melitus tipe 2
28. Tujuan utama pengaturan makanan pada penderita diabetes melitus tipe 2
adalah............
A. Menyembuhkan penyakit diabetes melitus.
B. Menurunkan berat badan menjadi ideal.
C. Meningkatkan jumlah lemak.
D. Meningkatkan kadar gula darah.
29. Penderita Diabetes melitus tipe 2 harus mengurangi............
A. Protein.
B. Serat.
C. Lemak jenuh.
D. Vitamin.
30. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 diet diabetes melitus yang diberikan
adalah...............
A. Diet rendah kalori.
B. Diet tinggi lemak.
C. Diet rendah vitamin.
D. Diet tinggi protein.
LEMBAR KUNCI JAWABAN KUESIONER TINGKAT PENGETAHUAN
PASIEN TENTANG DIET DIABETES MELITUS
1. A 11. C 21. D
2. B 12. B 22. A
3. C 13. C 23. D
4. D 14. B 24. C
5. B 15. C 25. B
6. D 16. D 26. D
7. C 17. A 27. A
8. D 18. D 28. B
9. D 19. B 29. C
10. A 20. C 30. A
Bobot Nilai Jawaban Kuesioner Pengetahuan
1. Cara penilaian:
Jika benar nilai :1
Jika salah nilai :0
2. Klasifikasi soal
1. Pengertian diet diabetes melitus : Soal nomor 1-2
3. Kategori pengetahuan:
Baik, nilai : 76-100%
Cukup, nilai : 56-75%
Kurang, nilai : > 56%
KUESIONER KEPATUHAN