Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO BUNUH DIRI

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA (PPKKJ)

DI SUSUN OLEH

Vivi Noorhidayah, S.Kep

NIM. 2314901210210

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2023/2024
Definisi Resiko Bunuh Diri
Risiko bunuh diri adalah risiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat mengancam
kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk
mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan
berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan
dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan
untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat terjadi
karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti, perasaan
marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk
mengakhiri keputusasaan (Stuart, 2007).

Rentang Respon
Respons Adaptif Respons Maladaptif

Peningkatan diri Berisiko Destruktif Bunuh Diri


Destruktif Diri
Pencederaan Diri
(Keliat, 1999 dala Fitria, 2014).
Faktor Predisposisi Manifestasi Klinis
1. Diagnosis Psikiatrik
2. Sifat Kepribadian a. Mempunyai ide untuk
k. Kesehatan fisik
3. Lingkungan psikososial bunuh diri
b. Mengungkapkan (biasanya pada klien
4. Riwayat Keluarga dengan penyakit kronis
keinginan untuk mati
5. Faktor Biokimia c. Mengungkapkan rasa atau terminal)
bersalah dan keputusasaan l. Pengangguran
d. Impulsif m. Kehilangan pekerjaan
e. Menunjukkan perilaku atau kegagagalan dalam
Faktor Presipitasi
yang mencurigakan karir
Perilaku destruktif diri dapat (menjadi sangat patuh) n. Umur 15- 19 tahun atau
ditimbulkan oleh stress f. Memiliki riwayat di atas 45 tahun
berlebihan yang dialami percobaan bunuh diri o. Status perkawinan
oleh individu. Pencetusnya g. Verbal terselubung (mengalami kegagalan
sering kali berupa kejadian (berbicara tentang dalam perkawinan)
hidup yang kematian) p. Pekerjaan
h. Menanyakan tentang obat q. Konflik interpersonal
memalukan.Faktor lain yang
dosis mematikan r. Latar belakang keluarga
dapat menjadi pencetus i. Status emosional (harapan, s. Orientasi seksual
adalah melihat atau penolakan, cemas t. Sumber-sumber
membaca melalui media meningkat, panik, marah, personal
mengenai orang yang mengasingkan diri) u. Sumber-sumber sosial
melakukan bunuh diri j. Kesehatan mental (secara v. Menjadi korban perilaku
ataupun percobaan bunuh klinis klien terlihat sangat kekerasan saat kecil
depresi, psikosis, dan w. Mandi / hygiene
diri. Bagi individu yang
menyalahgunakan alkohol)
emosinya labil, hal tersebut k.
menjadi sangat rentan.
(Fitria, 2014).

Pohon Masalah

Effect Bunuh Diri

Core Problem Resiko Bunuh Diri

Causa Isolasi Sosial: Menarik Diri

Harga Diri Rendah Kronis


(Fitria, 2014).
Proses Keperawatan
Pengkajian: Objektif
Subjektif 1. Impulsif
1. Mengungkapkan keinginan bunuh diri 2. Menunjukkan perilaku yang
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati mencurigakan (biasanya menjadi
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan sangat patuh).
keputusasaan. 3. Ada riwayat penyakit mental (depresi,
4. Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri psikosis, dan penyalahgunaan alkohol).
sebelumnya dari keluarga. 4. Ada riwayat penyakit fisik (penyakit
5. Berbicara tentang kematian, menanyakan kronis atau penyakit terminal).
tentang dosis obat yang mematikan. 5. Pengangguran (tidak bekerja,
6. Mengungkapkan adanya konflik kehilangan pekerjaan, atau kegagalan
interpersonal. dalam karier)
7. Mengungkapkan telah menjadi korban 6. Umur 15-19 tahun atau diatas 45
perilaku kekerasan saat kecil. tahun.
(Fitria, 2014). 7. Status perkawinan yang tidak
harmonis.

Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri
Intervensi Keperawatan

Pada klien
Tindakan keperawatan Ners
- Mengamankan lingkunagan dari resiko bunuh diri (lingkungan aman)
- Membangun harapan dan masa depan
- Latih cara mengendalikan bunuh diri
- Berikan motivasi untuk membangun harapan dan mengendalikan dorongan bunuh diri
- Minta klien menghubungi care giver (keluarga) dan tenaga kesehatan jika tidak dapat
mengendalikan dorongan bunuh diri
- Berikan pengawasan ketat dan terkendali jika klien tidak dapat
mengendalikandorongan bunuh diri

Tindakan keperawatan Ners Spesialis


- Terapi Kognitif
- Terapi Kognitif Perilaku
Pada keluarga
Tindakan keperawatan Ners
- Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
- Menjelaskan proses terjadinya resiko bunuh diri pada klien
- Mendiskusikan cara merawat resiko bunuh diri dan memutuskan cara merawat yang
sesuai dengan kondisi klien
- Melatih keluarga cara merawat resiko bunuh diri
- Melibatkan seluruh anggota keluarga menciptakan suasana positif: saling memuji,
mendukung dan peduli.
- Menjelaskan tanda dan gejala resiko bunuh diri ( tidak dapat mengendalikan dorongan
bunuh diri) yang memerlukan rujukan segera serta melakukan follow up ke pelayanan
kesehatan teratur

Tindakan keperawatan Ners Spesialis: Psikoedukasi keluarga


- Sesi 1: Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami klien dan masalah keluarga
(care giver) dalam merawat klien
- Sesi 2: Merawat masalah kesehatan klien
- Sesi 3: Melatih manajemen stress untuk keluarga
- Sesi 4: Melatih manajemen beban untuk keluarga
- Sesi 5: Memanfaatkan sistem pendukung
- Sesi 6: Mengevaluasi manfaat psikoedukasi keluarga

Pada kelompok klien


Tindakan keperawatan Ners:
- Terapi Aktivitas Kelompok
- Kelompok swabantu (Self-help Group)

Tindakan keperawatan Ners Spesialis:


- Terapi suportif
Discharge Planing
- Menjelaskan rencana persiapan pasca rawat di rumah untuk mandirikan klien
- Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan
- Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan stretegi
pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan
Jiwa Berat bagi program S1 keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Keliat, Budi Anna, dkk. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Stuart, G.W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC

Palangka Raya, 18 Januari 2024


Ners Muda

(Vivi Noorhidayah, S.Kep)

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

(Meti Agustini, Ns., M. Kep) (Maradona, S.Kep.,Ners.,M.Kep)

Anda mungkin juga menyukai