Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

RISIKO BUNUH DIRI

OLEH :

NAMA: NUR HUSNA YULIANA

NPM. 1914901110053

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


LAPORAN PENDAHULUAN
RISIKO BUNUH DIRI

I. Definisi
Risiko bunuh diri adalah risiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan upaya yang dilakukan dengan
sadar untuk mengakhiri kehidupan secara sadar berupaya untuk mati. (Muhith,
2015). Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan
berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping
yang digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri
kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat
menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti, perasaan marah/
bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk
mengakhiri keputusasaan (Stuart, 2007).
Fortinash &Worret (2012), membagi perilaku bunuh diri pada beberapa
tingkatan, yaitu:
- Ide bunuh diri (Suicidal ideation)
Ide bunuh diri adalah pikiran membunuh diri sendiri, baik yang dilaporkan
sendiri atau dilaporkan kepada orang lain. Meliputi pemikiran atau fantasi
langsung maupun tidak langsung untuk bunuh diri atau perilaku melukai diri
sendiri yang di ekspresikan secara verbal, disalurkan melalui tulisan atau
pekerjaan seni dengan maksud tertentu untuk memeprlihatkan pemikiran
bunuh diri.
- Ancaman bunuh diri (suicide threat)
Ungkapan secara langsung atau tulisan sebagai ekspresi dari niat melakukan
bunuh diri namun tanpa danya tindakan. Ancaman bunuh diri mungkin
menunjukan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat
mengatasi masalah.
- Isyarat bunuh diri (suicide gesture)
Hasil tindakan langsung pada diri sendiri tanpa ada luka atau luka kecil dari
seseorang yang tidak ada niat untuk mengakhiri hidupnya maupun
mengharapkan untuk meninggal pada akhirnya. Bagaimanapum, mereka telah
melakukan cara dimana orang lain mengartikan tindakannya seperti
bermaksud bunuh diri.
- Percobaan bunuh diri (scucide attempt)
Terdapat tindakan serius secara langsung pada diri sendiri dimana terkadang
menyebabkan luka kecil atau besar dari seseorang yang berniat mengakhiri
hidup atau dengan serius mencederai dirinya.
- Bunuh diri selesai (Completed Suicide)
Kematian seseorang yang mengakhiri kehidupan dengan cara mereka sendiri
dengan sadar berniat untuk mati sebagai gambaran bunuh diri selesai.
II. Rentang Respon
Rentang respons Risiko Bunuh Diri menurut keliat (1999) dalam Fitria (2014):

Respons Adaptif Respons Maladaptif

- Peningkatan diri - Berisiko - Bunuh Diri


Destruktif
- Destruktif Diri
- Pencederaan Diri

Faktor predisposisi dan presipitasi menurut Fitria, 2014:


III. Faktor Predisposisi
1) Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara
bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa
yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan
bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan
skizofrenia.
2) Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
3) Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian
negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan
perceraian. Kekuatan dukungan social sangat penting dalam
menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu
mengetahui penyebab masalah, respons seseorang dalam menghadapi
masalah tersebut, dan lain-lain.
4) Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh
diri.
5) Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotonin,
adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui
rekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).(Fitria,
2012).

IV. Faktor Presipitasi


Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami
oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau
membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun
percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi
sangat rentan. ( Fitria, 2014).

Pohon Masalah
Pohon masalah harga diri rendah menurut Fitria (2014):

Effect Bunuh Diri

Core Problem Risiko Bunuh Diri

Causa Isolasi Sosial: Menarik Diri

Harga Diri Rendah Kronis

V. Tanda Gejala
Tanda gejala harga diri rendah menurut Fitria (2014):
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati
c. Mengungkapkan rasa bersaah dan keputusasaan
d. Impulsif
e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( menjadi sangat patuh)
f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
g. Verbal terselubung ( berbicara tentang kematian)
h. Menanyakan tentang obat dosis mematikan
i. Status emosional ( harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah,
mengasingkan diri)
j. Kesehatan mental ( secara klinis klien terlihat sangat depresi, psikosis, dam
menyalahgunakan alkohol)
k. Kesehatan fisik ( biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal)
l. Pengangguran
m. Kehilangan pekerjaan atau kegagagalan dalam karir
n. Umur 15- 19 tahun atau di atas 45 tahun
o. Status perkawinan ( mengalami kegagalan dalam perkawinan)
p. Pekerjaan
q. Konflik interpersonal
r. Latar belakang keluarga
s. Orientasi seksual
t. Sumber-sumber personal
u. Sumber-sumber sosial
v. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil
w. Mandi / hygiene
(Fitria, 2014).

VI. Proses Keperawatan


VI.1 Pengkajian
Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan risiko bunuh diri menurut
Fitria (2014):
- Subjektif
o Mengungkapkan keinginan bunuh diri
o Mengungkapkan keinginan untuk mati
o Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
o Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari
keluarga.
o Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang
mematikan.
o Mengungkapkan adanya konflik interpersonal.
o Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.
- Objektif
o Impulsif
o Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat
patuh).
o Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan penyalahgunaan
alkohol).
o Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal).
o Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan
dalam karier)
o Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun.
o Status perkawinan yang tidak harmonis.

VI.2 Diagnosa Keperawatan


Risiko Bunuh Diri
VI.3 Rencana Tindakan Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan risiko bunuh diri menurut Fitria (2014):
Nama Klien : Ruangan :
No CM : Dx Medis :

No. Diagnosa Perencanaan


Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Resikobunuh SP 1: Setelah..interaksi, Identifikasi benda-benda Mencegah timbulnya upaya bunuh diri klien
diri Perawat dapat perawat dapat yang dapat membahayakan
mengidentifikasi mengidentifikasi benda- klien.
benda-benda yang benda yang dapat
dapat membahayakan membahayakan klien
klien
SP 1: Setelah.. interaksi, Amankan benda-benda yang
Perawat dapat perawat dapat dapat tmembahyakan klien Mencegah timbulnya upaya bunuh diri klien
mengamankan benda- mengidentifikasi benda-
benda yang dapat benda yang dapat
membahayakan klien membahayakan klien

SP 1: Setelah..interaksi Lakukan kontak treatmen Mencegah timbulnya upaya bunuh diri klien
Perawat melakukan perawat melakukan
kontak treatmen kontrak treatmen
SP 1; Setelah..interaksi Latihan cara mengendalikan Mencegah timbulnya upaya bunuh diri klien
Perawat dapat perawat dapat dorongan bunuh diri
mengajarkan cara mengajarkan cara
mengendalikan mengendalikan
dorongan bunuh diri dorongan bunuh diri.
SP 1: Setelah..interaksi Latihan cara mengendalikan Memberikan alternative tindakan untuk
Perawat dapat perawat dapat dorongan bunuh diri mengendalikan dorongan bunuh diri atau
mengajarkan cara mengajarkan cara mencegah upaya klien untuk bunuh diri
mengendalikan mengendalikan
dorongan bunuh diri dorongan bunuh diri
SP 2: Setalah..interaksi, klien Identifikasi aspek positif Aspek positif yang diungkapkan klien akan
Klien dapat dapat mengidentifikasi klien. meningkatkan harga diri sehingga dorongan
mengidentifikasi aspek positif klien bunuh diri tidak terjadi
aspek positif klien
SP 2: Setalah..interaksi klien Dorongklienuntukberfikirpos Bila klien senantiasa berfikir positif terhadap
Klien dapat berfikir dapat berfikir positif itiftentangdirinya perjalanan hidupnya akan memberi semangat
positif terhadap terhadap dirinya hidup klien
dirinya
SP 2 Setalah..interaksi klien Dorong klien untuk Bila klien berfikir positif terhadap dirinya
Klien dapat dapat menghargai diri menghargai dirinya sebagai berdua bahwa dirinya sebagii ndividu yang
menghargai dirinya nya sebagai individu individu. berharga akan memberikan semangat hidup
sebagai individu. klien
SP 3; Setalah..interaksi, klien Identifikasi pola koping yang Pola koping klien yang sudahteridentifikasi
Klien dapat dapat mengidentifikasi biasa dilakukan akan membantu perawat dalam memberikan
mengidentifikasi pola pola koping yang biasa bebrapa alternative yang dapat dilakukan klien
koping yang biasa dilakukan dalam menyelesaikan masalah
dilakukan
SP 3: Setalah..interaksi, klien Dorong klien untuk menilai Bila klien dapat menilai koping dirinya dengan
Klien dapat menilai dapat menilai pola pola koping yang biasa baik akan membantu menyelesaikan masalah
pola koping yang koping yang biasa dilakukan dan menghambat dorongan untuk bunuh diri
biasa dilakukan dilakukan
SP 3: Setelah… interaksi klien Dorong klien untuk Bila klien dapat mengidentifikasi pola koping
Klien dapat dapat mengidentifikasi mengidentifikasi pola koping yang adaptif menjadi modal utama dalam
mengidentifikasi pola pola koping yang yang konstruktif menyelesaikan masalah lain diwaktu yang lain,
koping yang konstruktif setelah pulang dari RSJ
konstruktif
SP 3: Setalah..interaksi klien Dorong klien untuk memilih Bila klien dapat memilih pola koping yang
Klien dapat memilihi dapat memilih pola pola koping yang konstruktif konstruktif, perawat akan memberikan
pola koping yang koping yang konstruktif penghargaan dan kesempatan pada klien untuk
positif dapat menyelesaikan masalah secara mandiri
SP 3 Setelah..interaksi klien Dorong klien untuk Bila klien dapat menerapkan pola koping
Klien dapat dapat menerapkan pola menerapkan pola koping konstruktif dalam kegiatan harian menunjukkan
menerapkan pola koping konstruktif konstruktif dalam kegiatan klien dapat mengaplikasikan pola koping dalam
koping konstruktif dalam kegiatan harian harian menyelesaikan masalahnya
dalam kegiatan harian
SP 4: Setalah..interaksi klien Dorong klien untuk membuat Rencana masa depan yang realistis dan telah
Klien dapat membuat dapat membuat renacana rencana masa depan yang disepakati akan memberikan semangat hidup
rencana masadepan masa depan yang realistis bersama perawat . baru bagi klien.
yang realistis bersama realistis bersama
perawat perawat
SP 4: Setelah..interaksi klien Dorong klien untuk Setelah membuat rencana yang realistis dan
Klien dapat dapat mengidentifikasi mengidentifikasi cara mengidentifikasikan cara pencapaian akan
mengidentifikasi cara caramencapairencanama mencapai rencan amasa membantu klien secara tekhnik dalam mencapai
mencapai rencana sa depan yang realistis depan yang realistis rencana tersebut
masa depan yang
realistis
SP 4: Setelah..interaksi, klien Dorong klien untuk Kemampuan klien melakukan kegiatan dalam
Klien dapat dapat melakukan melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa depan merupakan sasaran
melakukan kegiatan kegiatan kegiatan dalam rangka meraih masa depan perawat bagi klien yang mampu menyelesaikan
dalam rangka mera rangka meraih masa yang realistis masalahnya secara mandiri
masadepan yang depan yang realistis
realistis
VII. Strategi Pelaksanaan Tindakan
a. SP Klien
1) SP I
a) Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan klien
b) Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan klien
c) Melakukan contact treatment
d) Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
e) Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri

2) SP II
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien Mengidentifikasi aspek
positif klien
b) Mendorong klien untuk berfikir positif terhadap diri
c) Mendorong klien untuk menghargai diri sebagai individu

3) SP III
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.Mengidentifikasi pola
koping yang biasa dilakukan klien
b) Menilai pola koping yang biasa dilakukan klien
c) Mengidentifikasi pola koping konstruktif
d) Mendorong klien memilih pola koping yang konstruktif
e) Menganjurkan klien menerapkan pola koping knstruktif dalam
kegiatan harian.

4) SP IV
a) Membuat rencana masa depan yang realistis bersama klien
b) Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis
c) Memberi dorongan klien melakukan kegiatan dalam rangka meraih
masa depan yang relistis

b. SP Keluarga
1) SP I
a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
klien.
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala serta proses terjadinya risiko
bunuh diri.
c) Menjelaskan cara merawat klien risiko bunuh diri.
2) SP II
a) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien risiko bunuh
diri.
b) Melatih keluarga melakukan cara merawat klien risiko bunuh diri.

3) SP III
a) Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas di rumah termasuk
minum obat (discharge planning).
b) Menjelaskan follow up klien setelah pulang
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan stretegi pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi program S1 keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Fortinash &Worret, H. (2012). Psychiatric Mental Health Nursing. St. Louise :
Elsevier
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori Dan Aplikasi. Yogyakarta.
Andi
Stuart, G.W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC

Banjarmasin, 13 Juli 2020

Preseptor Akademik, Ners Muda,

(Muhammad Anwari, Ns., M.Kep) (Nur Husna Yuliana, S.Kep)

Anda mungkin juga menyukai