Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


RISIKO BUNUH DIRI

DISUSUN OLEH:
WINA SRIANDINI
190614901278

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN RISIKO BUNUH DIRI

A. Pengertian
Bunuh diri adalah suatu keadaan di mana individu mengalami risiko untuk menyakiti diri
sendiri atau tindakan yang dapat mengancam jiwa (Stuart dan Sundeen, 1995 dalam Fitria,
2009).Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri
kehidupan, individu secara sadar berhasrat dan berupaya untuk mewujudkan hasratnya
untuk mati. Perilaku bbunuh diri ini meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal,
yang akan mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti diri sendiri (Clinton, 1995 dalam
Yosep, 2010).

B. Tanda dan Gejala


Tanda gejala klien dengan risiko bunuh diri anatara lain adalah sebagai berikut:
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
c. Mengungkapkan rasa bersalah atau keputusasaan.
d. Impulsif.
e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
g. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan).
h. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah, dan
mengasingkan diri).
i. Kesehatan mental (secara klinis klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis, dan
penyalahgunaan alcohol).
j. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
k. Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam
karier).
l. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
m. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
n. Pekerjaan.
o. Konflik interpersonal.
p. Latar belakang keluarga.
q. Orientasi seksual.
r. Sumber-sumber personal.
s. Sumber-sumber sosial.
t. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil (Fitria, 2009).

C. Rentang Respons

RESPONSADAPTIF RESPONS MALADAPTIF


Peningkatan Diri Berisiko Destruktif Diri Pencederaan Bunuh Diri
Destruktif Tidak Diri
Langsung
(Fitria, 2009)
Perilaku bunuh diri menurut Stuart dan Sundeen (1995) dibagi menjadi 3
kategori, yaitu sebagai berikut (Fitria, 2009):
a. Upaya Bunuh Diri (suicide attempt) yaitu sengaja melakukan kegiatan bunuh diri,
dan bila kegiatan itu sampai tuntas akan menyebabkan kematian.
b. Isyarat Bunuh Diri (suicide gesture) yaitu bunuh diri yangdirencanakan untuk
usaha mempengaruhi perilaku orang lain).
c. Ancaman Bunuh Diri (suicide threat) yaitu suatu perinagtan secara langsung
maupun tidak langsung, verbal atau onverbal bahwa seseorang sedang
,engupayakan bunuh diri.
D. Faktor Predisposisi
Beberapa teori tentang perilaku bunuh diri (Fitria, 2009):
a. Teori perilaku meyakini bahwa pencederaan diri merupakan hal yang diterima
dan dipelajari pada masa anak-anak dan remaja.
b. Teori Psikologi memfokuskan pada masalah tahap awal perkembanagn ego,
trauma interpersonal, dan kecemasan berkepanjangan yang mungkin memicuh
seseorang untuk m,encederai diri sendiri.
c. Teori interpersonal mengungkapkan bahwa mencederai diri sebagai kegagalan
dalam interaksi hidup, masa anak-anak mendapat perlakuan kasar serta tidak
mendapatkan kepuasan (stuart dan Sundeen, 1995 dalam Fitria 2009).
Lima factor predisposisi yang penunjang pemahaman perilaku destruktif diri
sepanjang siklus kehidupan (Fitria, 2009):
a. Diagnosa Psikiatrik. Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya
dengan bunuh diri mempunyai ganggguan jiwa (ganggan afektif, penyalagunaan
zat, dan skizofrenia).
b. Sifat Kepribadian. Tiga kepribadian yang erat hubungannya dengan risiko bunuh
diri adalah antipasti, impulsive, dan depresi.
c. Lingkungan Psikososial. Diantaranya adalah pengalaman kehilangan, kehilangan
dukungan social, kejadian-kkejadian negative dalam hidup, penyakit kronis,
perpisahan, atau bahkan perceraian.
d. Riwayat Keluarga. Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri
merupakan faktor penting yang dpaat menyebabkan seseorang melakukan
tinfdakan bunuh diri.
e. Faktor Biokimia. Data menunjukkan bahwa pada klien dengan risiko bunuh diri
terdapat peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti serotonin,
adrenalin, dan dopamine yang dapat dilihat dengan EEG.
Menurut Iyus Yosep (2010), terdapat beberapa factor yang berpengaruh dalam
bunuh diri, anatara lain:
a. Faktor mood dan biokimia otak.
b. Faktor riwayat gangguan mental.
c. Faktor meniru, imitasi, dan factor pembelajaran.
d. Faktor isolasi sosial dan human relations.
e. Faktor hilangnya rasa aman dan ancaman kebutuhan dasar.
f. Faktor religiusitas.
E. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif dapat ditimbulkan oleh stress yang berlebihan yang dialami
oleh individu. Pencetusnya seringkali kejadian hidup yang memalukan, melihat atau
membaca melalui media tentang orang yang melakukan bunuh diri ataupun
percobaan bunuh diri (Fitria, 2009).
F. Sumber Koping
Struktur sosial dan kehidupan bersosial dapat menolong. Seseorang yang aktif
dalam kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan
angka bunuh diri (Fitria, 2010).
G. Mekanisme Koping
Seorang klien mungkin memakai beberapa mekanisme koping yang
berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,
regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada sebaiknya
tidak ditentang tanpa memberikan koping alternative. Perilaku bunuh diri
menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri mungkin
menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi
masalah. Bunuh diri yang terjadi merupaka kegagalan koping dan mekanise adaftif
seseorang (Fitria, 2009).
H. Terapi Lingkungan pada Kondisi Bunuh Diri
a. Ruangan aman dan nyaman, terhindar dari alat yang dapat digunakan untuk
mencederai diri sendiri atau orang lain.
b. Alat-alat medis, obat-obatan, dan jenis cairan medis di lemari dalam keadaan
terkunci.
c. Ruangan harus ditempatkan di lantai satu dan keselur4uhan ruanagn mudah
dipantau oleh petugas kesehatan.
d. Ruangan yang menarik, misalnya dengan warna cat cerah, ada poster dll.
e. Hadirkan musik yang ceria, televisi, film komedi, bacaan ringan dan lucu.
f. Adanya lemari khusus untuk menyimpan barang pribadi klien.
g. Lingkungan sosial: komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa
pasiien sesering mungkin, memberikan penjelasan setiap akan melakukan
tindakan keperawatan atau kegiatan medis lainnya, menerima pasien apa
adanya tidak engejek atau merendahkan, meningkatkan harga diri pasien,
membantu menilai dan meningkatkan hubungan social secara bertahap,
membantu pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya, sertakan keluarga
dalam rencana asuhan keperawatan, jangan biarkan pasien sendiri dalam waktu
yang lama.
(Yosep, 2010).
I. POHON MASALAH
BUNUH DIRI

RISIKO BUNUH DIRI

ISOLASI SOSIAL

HARGA DIRI RENDAH KRONIS
(Fitria, 2009)
II. MASALAH YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Risiko bunuh diri.
2. Bunuh diri.
3. Isolasi sosial.
4. Harga diri rendah.
(Fitria, 2009).

III. DATA YANG PERLU DIKAJI


Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji
Risiko Bunuh Diri Subjektif:
- Mengungkapkan keinginan untuk bunuh
diri.
- Mengungkapkan keinginan untuk mati.
- Mengungkapkan rasa bersalah atau
keputusasaan.
- Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
- Berbicara btentang kematian,
menanyakan dosis obat yang
mematikan.
- Mengungkapkan adanya konflik
interpersonal.
- Mengungkapkan telah menjadi korban
perilaku kekerasan saat kecil.
Objektif:
- Impulsif
- Menunjukkan Menunjukkan perilaku
yang mencurigakan (biasanya menjadi
sangat patuh).
- Ada riwayat penyakit mental (depresi,
psikosis, dan penyalahgunaan alkohol).
- Adanya penyakit fisik (kronis atau
terminal).
- Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan
pekerjaan, atau mengalami kegagalan
dalam karier).
- Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
- Status perkawinan tidak harmonis
(mengalami kegagalan dalam
perkawinan).

IV. DIAGNOSIS KEPERAWATAN


Risiko Bunuh Diri.

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Tujuan untuk klien:
Klien tetap aman dan selamat
Tindakan Keperawatan Untuk Klien:
- Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri
- Percakapan melindungi pasien dari isyarat bunuh diri
- Percakapan untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri
Tujuan untuk keluarga:
keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang mengancam atau mencobah
bunuh diri serta keluarga mampu merawat klien dengan risiko bunuh diri.
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga:
a. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi klien serta jangan pernah
meninggalkan klien sendirian.
b. Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhkan barang-barang
berbahaya di sekitar klien.
c. Mendiskusikan dengan keluarga untuk menjaga klien agar tidak sering melamun
sendiri.
d. Menjelaskan pada keluarga pentingnya klien minum obat secara teratur.
e. Mengajarkan pada keluarga tentang vtanda dan gejala bunuh diri.
f. Mengajarkan keluarga cara melindungi klien dari perilaku bunuh diri.
g. Mengajarkan pada keluarga hal-hal yang dapat dilakukan apabila klien melakukan
percobaan bunuh diri.
h. Membantu keluarga uuntuk mmencari tempat rujukan fasilitas kesehatan yang
tersedia bagi klien.
i. Memberikan informasi tentang nomor telepon gawat darurat.
j. Menganjurkan keluarga untuk membantu klien minum obat/control secara teratur.
k. Menganjurkan keluarga untuk membantu klien untuk minum obat sesuai dengan
prinsip 6 benar.
(Fitria, 2009).
SP Tindakan Keperawatan Tindakan Keluarga
1 1. Menciptakan hubungan saling percaya yang 1. Menciptakan hubungan saling
terapeutik. percaya yang terapeutik
2. Memberikan lingkungan yang aman (safety) 2. Mengidentifikasi masalah klien.
berdasarkan tingkatan resiko, managemen 3. Melibatkan keluarga untuk
untuk klien yang memiliki resiko tinggi. mendorong klien untuk
3. Membantu klien untuk menurunkan resiko mengungkapkan perasaan klien
perilaku destruktif yang diarahkan pada diri 4. Melibatkan keluarga untuk
sendiri. mendiskusikan cara mengatasi
4. Mendorong klien untuk mengungkapkan masalah klien
perasaannya. 5. Melibatkan keluarga dalam
5. Membantu klien mengembangkan mekanisme memberikan dukungan
koping yang positif. mekanisme koping yang positif.
6. Membantu klien untuk mengidentifikasi dan 6. Initiate Health Teaching
mendapatkan dukungan sosial.
7. Initiate health teaching.
8. Membantu meningkatkan harga diri klien.
9. Membuat jadwal kegiatan harian.
2 1. Melakukan evaluasi untuk tindakan yang telah 1. Melakukan evaluasi pada
dilakukan pada SP 1. tindakan yang telah dilakukan
2. Mendorong klien untuk mengungkapkan pada SP1.
perasaannya. 2. Melibatkan keluarga untuk
3. Membantu klien untuk mengidentifikasi dan mendorong klien untuk
mendapatkan dukungan sosial dari segala mengungkapkan perasaan klien.
permasalahannya. 3. Melibatkan keluarga dalam
4. Membuat jadwal kegiatan harian. mengidentifikasi permasalahan
klien.
4. Melibatkan keluarga untuk
mendiskusikan cara mengatasi
masalah klien.
3 1. Melakukan evaluasi untuk tindakan yang telah 1. Melakukan evaluasi untuk
dilakukan pada SP 2. tindakan yang telah dilakukan
2. Membantu klien mengembangkan mekanisme pada SP2.
koping yang positif berhubungan dengan 2. Melibatkan keluarga dalam
permasalhannya, contoh membantu klien memberikan dukungan
menggunakan koping yang baik untuk mekanisme koping yang positif.
mengatasi kehilangan; ritual berduka. 3. Melibatkan keluarga melakukan
3. Membantu meningkatkan harga diri klien. kegiatan yang berhubungan
4. Meminta klien untuk mengungkapkan dengan peningkatan harga diri
perasaannya saat ini. klien.
5. Memberikan penguatan positif terhadap setiap 4. Memberikan penguatan positif
usaha klien yang telah dilakukan untuk terhdapa setiap usaha keluarga
mengubah perilaku hidup maladaptif. yang telah mendukung selama
diberikannya proses keperawatan
kepada klien.

VI. EVALUASI
Berikut ini adalah tanda-tanda keberhasilan asuhan keperawatan yang harus
dicapai oleh klien dan keluarga:
a. Bagi klien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaan bunuh diri,
keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan keadaan klien yang tetap
selamat dan aman.
b. Bagi keluarga dengan anggota keluarga yang memberikan ancaman atau
melakukan percobaan bunuh diri, ditandai dengan kemampuan keluarga untuk
melindungi anggota keluarganya tersebut.
c. Bagi klien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan
ditandai dengan:
- Klien mampu mengungkapkan perasaannya.
- Klien mampu meningkatkan harga dirinya.
- Klien mampu menggunakan cara penyelesaian masalah.
d. Bagi klien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan askep ditandai dengan
kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan risiko bunuh diri.
- Menyebutkan kembali tanda dan gejala bunuh diri.
- Memperagakan kembali cara-cara yang dapat dilakukan untuk melindungi
keluarga yang beresiko bunuh diri.
- Menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia dalam merawat anggota
keluarga yang berisiko bunuh diri.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) Untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat Bagi Program S1 Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.
Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai