DISUSUN OLEH:
WINA SRIANDINI
190614901278
A. DEFINISI
Suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi dengan orang lain.
Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan. Ia
mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang
dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak
sanggup membagi pengamatan dengan orang lain. (Balitbang, dalam Fitria, 2010,
hlm. 29)
B. FAKTOR PREDISPOSISI
Menurut Fitria (2009, hlm. 33-35) ada empat faktor predisposisi yang
menyebabkan Isolasi Sosial, diantaranya:
3. Faktor Biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi
terjadinya gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien
skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial memiliki struktur
yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk
sel sel dalam limbik dan daerah kortikal.
4. Faktor Komunikasi dan Keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk
dalam masalah berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan yaitu suatu
keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling
bertentangan dalam waktu bersama atau ekspresi emosi yang tinggi dalam
keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar
keluarga.
C. FAKTOR PRESIPITASI
Menurut Stuart (2007, hlm. 280) faktor presipitasi atau stresor pencetus pada
umumnya mencakup peristiwa kehidupan yang menimbulkan stres seperti
kehilangan, yang memenuhi kemampuan individu berhubungan dengan orang lain
dan menyebabkan ansietas. Faktor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua
kategori yaitu sebagai berikut:
1. Stresor Sosiokultural. Stress dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit
keluarga dan berpisah dari orang yang berarti.
2. Stresor Psikologi. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau
kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan.
D. POHON MASALAH
E. FAKTOR LAIN YANG DAPAT MENYEBABKAN ISOLASI SOSIAL 1. Penilaian
Terhadap Stresor
Rasa sedih karena suatu kehilangan atau beberapa kehilangan dapat
sangat besar sehingga individu tidak tidak mau menghadapi kehilangan dimasa
depan, bukan mengambil resiko mengalami lebih banyak kesedihan. Respon ini
lebih mungkin terjadi jika individu mengalami kesulitan dalam tugas
perkembangan yang berkaitan dengan hubungan. (Stuart, 2007, hlm. 280).
2. Mekanisme Koping
Menurut Stuart (2007, hlm. 281) individu yang mengalami respon sosial
maladaptif menggunakan berbagai mekanisme dalam upaya untuk mengatasi
ansietas.
Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang
spesifik yaitu sebagai berikut:
a. Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisosial
Proyeksi merupakan keinginan yang tidak dapat ditoleransi,
mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan sendiri.
(Rasmun, 2004, hlm. 35)
Spliting atau memisah merupakan kegagalan individu dalam
menginterpretasikan dirinya dalam menilai baik buruk. (Rasmun, 2004,
hlm. 36)
4. Rentan Respon
Bagan rentang respon pada pasien dengan isolasi sosial dapat dilihat pada
skema 2.2 dibawah ini:
a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-
norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Menurut Fitria
(2009, hlm. 32) yang termasuk respon adaptif adalah sebagai berikut:
Menyendiri, merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telah terjadi dilingkungan sosialnya.
Otonomi, merupakan kemampuan individu untuk menentukan dab
menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial
Bekerja sama, merupakan kemampuan individu yang saling
membutuhkan orang lain.
Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal.
a. Respon Maladaptif
Respon yang diberikan individu menyimpang dari norma sosial. Yang
termasuk kedalam rentang respon maladaptif adalah sebagai berikut:
Menarik Diri :Seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain.
Ketergantungan : Seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri
sehingga tergantung dengan orang lain.
Manipulasi: Seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu
sehingga tidak dapat menerima hubungan sosial secara mendalam.
Curiga: Seseorang gagal dalam mengembangkan rasa percaya terhadap
orang lain.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Metode Biologik
Metode biologik yang digunakan pada pasien dengan isolasi sosial adalah
sebagai berikut:
a. Terapi Psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang akan diberikan ditujukan pada gangguan fungsi
neurotransmitter sehingga gejala-gejala klinis dapat dihilangkan atau dengan
kata lain skizofrenia dapat diobati (Hawari,2006, hlm. 96). Obat antipsikotik
terpilih untuk skizofrenia terbagi dalam dua golongan (Hawari, 2006, hlm. 97-99)
yaitu antipsikotik tipikal (Klorpromazim, Trifluferazin, Haloperidol) dan antipsikotik
atipikal (Klozapin, Risperidon). Antipsikotik golongan tipikal tersebut bekerja
dengan memblokir reseptor dopamin terpilih, baik diarea striatal maupun limbik di
otak dan antipsikoti atipikal menghasilkan reseptor dopamin dan serotonin
selektif yang menghambat sistem limbik. Memberikan efek antipsikotik (gejala
positif) dan mengurangi gejala negatif.
Menurut Doenges (2007, hlm.253) prosedur diagnostik yang digunakan
untuk mendeteksi fungsi otak pada penderita gangguan jiwa adalah sebagai
berikut:
Coputerized Tomografi (CT Scan): Induvidu dengan gejala negatif seringkali
menunjukkan abnormalitas struktur otak dalam sebuah hasil CT scan.
(Townsend, 2003, hlm. 318)
Magnetik Resonance Imaging (MRI): Mengukur anatomi dan status biokimia dari
berbagai segmen otak.
Positron Emission Tomography: Mengukur fungsi otak secara spesifik seperti
metabolisme glukosa, aliran darah terutama yang terkait dengan psikiatri.
Elektroconvulsif Therapy (ECT): Digunakan untuk pasien yang mengalami
depresi. Pengobatan dengan ECT dilakukan 2 sampai 3 kali per minggu dengan
total 6 sampai 12 kali pengobatan. (Townsend, 2003, hlm.316)
b. Metode Psikososial
Menurut Hawari (2006, hlm. 105-111) ada beberapa terapi untuk pasien
skizofrenia, diantaranya adalah sebagai berikut:
Psikoterapi
Psikoterapi pada penderita skizofrenia baru dapat diberikan apabila
penderita dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana
kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah
baik. (Hawari, 2006, hlm. 105)
Terapi Psikososial
c. Terapi Psikoreligius
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari dasar utama dari proses
keperawatan, tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis,
psikologis, sosial, dan spiritual. (Nurjannah, 2004, hlm. 30)
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa
faktor predisposisi, presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan
kemampuan koping yang dimiliki klien. (Stuart dan Sundeen dalam Nurjannah,
2004, hlm. 30)
Menurut Keliat (2010, hlm.93) untuk melakukan pengkajian pada pasien
dengan isolasi sosial dapat menggunakan teknik wawancara dan observasi.
a. Pengkajian yang ditemukan pada teknik wawancara adalah sebagai berikut:
Pasien mengatakan malas bergaul dengan orang lain.
Pasien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani perawat dan meminta
untuk sendirian.
Pasien mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain.
Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
Pasien merasa tidak aman dengan orang lain.
Pasien mengatakan tidak bisa melangsungkan hidup.
Pasien mengatakan merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
2. Diaknosa keperawatan
a. Diagnosa utama : Isolasi sosial
3. Tujuan Keperawatan
Tujuan
Pasien mampu :
d. Rencana keperawatan
Kriteria Evaluasi Intervensi
: pasien.
orang lain
memasukkankegian
bercakap-cakap
berbincang-bincang
Memperagakan cara
merawat pasien
Up rujukan Rujukan
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional
Jiwa. Jakarta: EGC
Medikal Record. 2011. Distribusi Kunjungan Pasien Rawat Inap Menurut Jenis
Penyakit. Pontianak: Rumah Sakit Khusus Provinsi Kalimantan Barat.
NANDA. 2011. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi (alih bahasa,
Sumarwati et. al., 2011). Jakarta: EGC