Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

A. Pengertian

Suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi dengan orang lain.

Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai

kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai

kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanifestasikan

dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup membagi

pengamatan dengan orang lain (Balitbang, 2007)

Merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,

menghindari hubungan maupun komunikasi dengan orang lain (Rawlins, 1993)

Kerusakan interaksi sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal

yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku

maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes, 2000).

Merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain

karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk

berbagi rasa, pikiran dan kegagalan. Kita mengalami kesulitan dalam berhubungan

secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak

ada perhatian, dan tidak sanggup berbagi pengalaman (Balitbang, 2007).

Suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain menyatakan

sikap yang negatif dan mengancam (Townsend, 1998).

Kerusakan integrasi sosial adalah suatu keadaan di mana seseorang berpartisipasi

dalam pertukaran sosial dengan kuantitas dan kualitas yang tidak efektif. Klien yang

1
mengalami kerusakan intergrasi sosial mengalami kesulitan dalam berintegrasi dengan

orang lain salah satunya mengarah pada perilaku menarik diri (Townsend, 1998).

Kerusakan integrasi sosial adalah satu gangguan kepribadian yang tidak fleksibel,

tingkat maladaptif, dan mengganggu fungsi individu dalam hubungan sosialnya (Stuart

dan Sundeen, 1998).

B. Tanda dan gejala

1. Kurang spontan

2. Apatis (acuh terhadap lingkungan)

3. Ekspresi wajah kurang berseri

4. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.

5. Tidak ada atau kurang komunikasi verbal

6. Mengisolasi diri

7. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya

8. Asupan makanan dan minuman treganggu

9. Retensi urine dan feses

10. Aktivitas menurun

11. Kurang energi (tenaga)

12. Rendah diri

13. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi tidur)

Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai dirinya rendah,

sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak

dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi sensori :

halusinasi dan resiko tinggi mencederai diri, orang lain bahkan lingkungan. Perilaku

2
yang tertutup dengan orang lain juga bisa menyebabkan intolerasi aktivitas yang

akhirnya bisa berpengaruh terhadap ketidakmampuan untuk melakukan perawatan

secara mandiri. Seseorang yang mempunyai harga diri rendah awalnya disebabkan oleh

ketidakmampuan menyelesaikan masalah dalam hidupnya, sehingga orang tersebut

berperilaku tidak normal (koping individu tidak efektif). Peranan keluarga cukup besar

dalam mendorong klien agar mampu menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, bila

sistem pendukungnya tidak baik (koping keluarga tidak efektif) maka akan mendukung

seseorang memiliki harga diri rendah.

C. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Menarik diri


Merasa sendiri
Otonomi Ketergantungan
Depresi
Belajar bersama Manipulasi
Curiga
Interdependen curiga

Berikut ini akan dijelaskan tentang respons yang terjadi pada isolasi sosial :

a. Respons adaptif

Adalah respons yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan

kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut

masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut ini adalah

sikap yang termasuk respons adaptif.

3
1) Menyendiri, respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa

yang telah terjadi di lingkungan sosialnya.

2) Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide,

pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.

3) Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama

lain.

4) Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain

dalam membina hubungan interpersonal.

b. Respons maladaptif

Adalah maladaptif respons yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan

disuatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respons maladaptif.

1) Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam menbina

hubungan secara terbuka dengan orang lain.

2) Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya sehingga

tergantung dengan orang lain.

3) Manipulasi, seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu

sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.

4) Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.

D. Faktor predisposisi

1. Faktor tumbuh kembang

Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang

harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Bila tugas-

4
tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi maka akan menghambat fase

perkembangan sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan masalah.

Tahap Perkembangan Tugas


Masa Bayi Menetapkan rasa percaya
Masa Bermain Mengembangakan otonomi dan awal perilaku mandiri
Masa Prasekolah Belajar menunjukkan inissiatif, rasa tanggung jawab,

dan hati nurani.


Masa Sekolah Belajar berkompetisi, bekerja sama dan berkompromi
Masa Praremaja Menjalin hubungan intim dengan teman sesama jenis

kelamin
Masa Remaja Menjadi intim dengan teman lawan jenis atau

bergantung pada orang tua.


Masa Dewasa Muda Menjadi saling bergantung antara orangtua dan teman,

mencari pasangan, menikah dan mempunyai anak.


Masa Tengah Baya Belajar menerima hasil kehidupan yang sudah dilalui
Masa Dewasa Tua Berduka karena kehilangan dan mengembangkan

perasaan keterikatan dengan budaya.

2. Faktor komunikasi dalam keluarga

Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya

gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam

berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu

keadaan di mana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling

bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam

keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan di luar

keluarga

5
a. Faktor sosial budaya

Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu

faktor pendukung terjadinya gangguan ddalam hubungan sosial. Hal ini

disebabkan oleh norma-norma yang salah dianut oleh keluarga, di mana setiap

anggota keluarga yang tidak produktif seperti usia lanjut, berpenyakit kronis,

dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.

b. Faktor biologis

Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya

gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat memengaruhi

terjadinya gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien

skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial memiliki struktur

yang abormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk

sel-sel dalam limbik dan daerah kortikal.

E. Faktor Presipitasi

Terjadinya gangguan hubungan sosial juga dapat ditimbulkan oleh faktor internal

dan eksternal seseorang. Faktor stresorpresipitasi dapat dikelompokan sebagai berikut :

1. Faktor eksternal

Contohnya adalah stresor sosial budaya, yaitu stres yang ditimbulkan oleh faktor

sosial budaya seperti keluarga.

2. Faktor internal

Contohnya adalah stresor psikologis, yaitu stres terjadinya akibat ansietas yang

berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu

6
untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntunan untuk berpisah

dengan organ terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu.

F. Pohon Masalah

Risti mencederai diri, orang lain, dan

lingkungan

Defisit perawatan diri


PPS : Halusinasi

Intoleransi aktivitas Isolasi sosial

Harga diri rendah kronis

Koping individu tidak efektif


Koping keluraga tidak efektif

G. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1. Isolasi sosial

2. Harga diri rendah kronis

3. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

4. Koping individu tidak efektif

5. Koping keluarga tidak efektif

6. Intolerasi aktivitas

7
7. Defisit perawatan diri

8. Risiko tinggi mencederai diri, orang lain, dan lingkungan.

H. Data Yang Perlu Dikaji

Masalah keperawatan Data yang perlu dikaji


Isolasi sosial Subjekti
1. Klien mengatakan malas bergaul dengan orang
lain
2. Klien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani
perawat dan meminta untuk sendirian
3. Klien mengatakan tidak mau berbicara dengan
orang lain
4. Tidak mau berkomunikasi
5. Data tentang klien biasanya di dapat dari
keluarga yang mengetahui keterbatasan klien
(suami, istri, anak, ibu, ayah atau teman dekat)
Objektif
1. Kurang spontan
2. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
3. Ekspresi wajah kurang berseri
4. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan
kebersihan diri
5. Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
6. Mengisolasi diri
7. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan
sekitarnya
8. Asupan makanan dan minuman terganggu
9. Retensi urine dan feses
10. Aktivitas menurun
11. Kurang berenergi atau bertenaga
12. Rendah diri
13. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus atau

8
janin (khususnya pada posisi tidur)

I. Diagnosa Keperawatan

Isolasi sosial

J. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Rencana tindakan keperawatan untuk klien :

Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk klien

a. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial

b. Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain

c. Berdiskusi dengan klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain

d. Mengajarkan kepada klien tentang cara berkenalan dengan satu orang

e. Menganjurkan kepada klien memasukan kegiatan berbincang- bincang dengan

orang lain dalam kegiatan harian

Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk klien

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien

b. Memberikan kesempatan kepada klien mempraktekan cara berkenalan dengan

satu orang

c. Membantu klien memasukan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain

sebagai salah satu kegiatan harian.

Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk klien

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien

b. Memberikan kesempatan kepada klien mempraktekan cara berkenalan dengan

dua orang atau lebih

9
c. Menganjurkan kepada klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

2. Rencana tindakan keperawatan untuk keluarga :

Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk keluarga

a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien

b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial berserta proses terjadinya

c. Menjelaskan cara-cara merawat klien isolasi sosial

Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk keluarga

a. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat klien isolasi sosial.

b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada klien isolasi sosial

Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk keluarga

a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat

b. Menjelaskan follow up klien setelah pulang

DAFTAR PUSTAKA

Nitra Fitria. (2012). Laporan Pendahuluan & Strategi Pelaksanaan. Jakarta : Salemba Medika

10
Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Farida Kusumawati & Yudi Hartono. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.

Mukhripah Damaiyanti & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika

Aditama.

Trimeilia. (2011). Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial. Jakarta Timur: TIM.

11

Anda mungkin juga menyukai