Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

“ISOLASI SOSIAL”

A. Definisi
Menurut depkes RI (2013), kerusakan interaksi sosial merupakan suatu
gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak
fleksibel menimbulkan perilaku menimbulkan perilaku maladatif dan
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial.
Isoalasi sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi
dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan. Klien
mengalami kesulitan dalam hubungan secara spontan dengan orang lain yang
dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup
berbagi pengalaman.
Menurut Stuart dan Sundeen kerusakan interaksi sosial adalah suatu
gangguan kepribadian yang tidak fleksibel, tingkah maladaptive, dan
mengganggu fungsi individu dalam hubungan sosial.
Menurut Towsend, kerusakan interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana
seseorang beradaptasi dalam pertukaran sosial dengan kuantitas dan kualitas
yang tidak efektif. Klien yang mengalami kerusakan interaksi sosial mengalami
kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain salah satunya mengarah pada
menarik diri.
Menurut Rawlins isolasi sosial adalah menarik diri merupakan percobaan
untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan
orang lain.

B. Etiologi
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya
perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu
tidak percaya diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis,
putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa
tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi
dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan
kegiatan sehari-hari terabaikan.

C. Faktor Predisposisi
1. Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam
hubungan sosial.
Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak dipenuhi maka akan
menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya akan dapat
menimbulkan masalah.
Tahap perkembangan Tugas
Masa bayi Menetapkan rasa percaya
Masa bermain Mengembangkan otonomi dan awal
perilaku mandiri
Masa pra sekolah Belajar menunjukkan inisiatif, rasa
tanggung jawab, dan hati nurani
Masa sekolah Belajar berkompetisi, bekerjasama dan
berkompromi
Masa pra remaja Menjalin hubungan intim dengan teman
sesame jenis kelamin
Masa remaja Menjadi intim dengan teman lawan jenis
atau bergantung
Masa dewasa muda Menjadi saling bergantungan antara orang
tua dan teman, mencari pasangan, menikah
dan mempunyai anak
Masa tengah baya Belajar menerima hasil kehidupan yang
sudah dilalui
Masa dewasa tua Berduka karena kehilangan dan
mengembangkan perasaan keterikatan
dengan budaya
Sumber : stuart dan Sundeen (1995), hlm. 346 dikutip dalam fitria (2009).
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial.Dalam teori ini yang termasuk
masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan
(double bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga
menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau
ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk
berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga.
3. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial
merupakan suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan
sosial. Hal ini disebabkan oleh norma-norma yang salah dianut oleh
keluarga, dimana setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti usia
lanjut, berpenyakit kronis, dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan
sosial
4. Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial.Organ tubuh yang dapat
memengaruhi terjadinya gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya
pada klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial
memiliki struktur yang abnormal pada otak sepeti atropi otak, serta
perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal.

D. Faktor Presipitasi
Terjadinya gangguan hubungana sosial juga dapat ditimbulkan oleh faktor
internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
1. Faktor Eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang
ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga
2. Faktor Internal
Contohnya adalah stressor psikologis yaitu stress terjadi akibat
ansietas atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat
terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak
terpenuhinya kebutuhan individu

E. Manifestasi Klinis
Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial :
1. Kurang spontan
a. Apatis (acuh terhdap lingkungan)
b. Ekspresi wajah kurang berseri
c. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
d. Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
e. Mengisolasi diri
f. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
g. Asupan makanan dan minuman terganggu
h. Retensi urine dan feses
i. Aktivitas menurun
j. Kurang energy (tenaga)
k. Rendah diri
l. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi
tidur).
2. Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang manila dirinya rendah,
sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila
tidak dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan
persepsi sensori : halusinasi dan resiko mencederai diri, orang lain, bahkan
lingkungan. Perilaku yang tertutup dengan orang lain juga bias menyebabkan
intoleransi aktivitas yang akhirnya bias berpengaruh terhadap
ketidakmampuan untuk melakukan perawatan secara mandiri.
3. Seseorang yang mempunyai harga diri rendah awalnya disebabkan oleh
ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah dalam hidupnya, sehingga
orang tersebut berperilaku tidak normal (koping individu tidak
efektif).Peranan keluarga cukup besar dalam mendorong klien agar mampu
menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, bila system pendukungnya tidak
baik (koping keluarga tidak efektif) maka akan mendukung seseorang
memiliki harga diri rendah.

F. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

 Menyendiri  Merasa  Menarik diri


 Otonomi sendiri  Ketergantunga
 Bekerjasama  Depedensi  Manipulasi
 Interdependen  Curiga  Curiga

Gambar : Rentang respons isolasi sosial


Sumber : Townsend (1998) dikutif dalam fitria (2009).
Berikut ini akan dijelaskan tentang respons yang terjadi pada isolasi sosial :
1. Respons adaptif
Respons adaptif adalah respons yang masih dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan
kata lain individu tersebut masih dalam batas normal ketika menyelesaikan
masalah. Berikut ini adalah sikap yang termasuk respons adaptif.
a. Menyendiri, respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa
yang telah terjadi di lingkungan sosialnya.
b. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menpaikan ide,
pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
c. Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama
lain.
d. Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal.
2. Respons maladaptif
a. Respons maladaptif adalh respons yang menyimpang dari norma sosial
dan kehidupan disuatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk
respons maladaptif.
b. Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain
c. Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya
dirisehingga tergantung dengan orang lain.
d. Manipulasi, seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek
individu sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara
mendalam
e. Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang
lain.

G. Pohon Masalah
Risti mencederai diri, orang lain dan
lingkungan

Defisit perawatan diri GPS : Halusinasi

Intoleransi Aktivitas Isolasi sosial

Harga diri rendah kronis

Koping individu tidak efektif Koping keluarga tidak efektif


Gambar : Pohon Masalah Isolasi Sosial
Sumber : Fitria (2009)

H. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Isolasi sosial
2. Harga diri rendah kronis
3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
4. Koping individu tidak efektif
5. Koping keluarga tidak efektif
6. Intoleransi aktivitas
7. Defisit perawatan diri
8. Risiko tinggi mencederai diir, orang lain, dan lingkungan

I. Data Yang Perlu Dikaji


Masalah Keperawatan Data Yang Perlu Dikaji
Isolasi sosial Subjektif :
 Klien mengatakan malas bergaul
 Klien mengatkan dirinya tidak
ingin dietmani perawat dan
meminta untuk sendirian
 Klien mengatakan tidak mau
berbicara dengan orang lain
 Tidak mau berkomunikasi
 Data tentang klien biasanya didapat
dari keluarga yang mengetahui
keterbatasan klien (suami, istri,
anak, ibu, ayah, atau teman dekat).

Objektif :
 Kurang spontan
 Apatis (acuh terhadap lingkungan)
 Ekspresi wajah kurang berseri
 Tidak merawat diri dan tidak
memperhatikan kebersihan diri
 Tidak ada atau kurang komunikasi
verbal
 Mengisolasi diri
 Tidak atau kurang sadar terhadap
lingkungan sekitarnya
 Asupan makanan dan minuman
terganggu
 Retensi urine dan feses
 Aktivitas menurun
 Kurang berenergi atau bertenaga
 Rendah diri
 Postur tubuh berubah, misalnya
sikap fetus atau janin (khususnya
pada posisi tidur).

J. Diagnosa Keperawatan
Isolasi sosial

K. Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa : Perubahan proses pikir : waham
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
Pasien mampu : Setelah …..x SP 1
 Menyadari pertemuan, pasien  Identifikasi penyebab
penyebab isolasi mampu :  Siapa yang satu rumah
sosial  Membina dengan pasien
 Berinteraksi dengan hubungan saling  Siapa yang dekat
orang lain percaya dengan pasien
 Menyadari  Siapa yang tidak dekat
penyebab isolasi dengan pasien
sosial, keuntungan
dan kerugian  Tanyakan keuntungan
berinteraksi dan kerugian
dengan orang lain. berinteraksi dengan
 Melakukan orang lain
interaksi dengan  Tanyakan pendapat
orang lain secara pasien tentang
bertahap kebiasaan berintraksi
dengan orang lain.
 Tanyakan apa yang
menyebabkan pasien
tidak ingin berintraksi
dengan orang lain
 Diskusikan keuntungan
bila pasien memiliki
bnaykan teman dan
bergaul akrab dengan
mereka
 Diskusikan kerugian
bila pasien hanya
mengurung diri dan
tidak bergaul dengan
orang lain
 Jelaskan pengaruh
isolasi sosial terhadap
kesehatan fisik pasien
 Latih berkenalan
 Jelaskan kepada klien
cara berinteraksi
dengan orang lain
 Berikan contoh cara
berinteraksi dengan
orang lain
 Berikan kesempatan
pasien mempraktekkan
cara berinteraksi
dengan orang lain yang
dilakukan dihadapan
perawat.
 Mulailah bantu pasien
berinteraksi dengan
satu orang
teman/anggota
keluarga
 Bila pasien sudah
menunjukkan
kemajuan, tingkatan
jumlah interaksi
dengan 2, 3, 4 orang
dan seterusnya.
 Beri kemajuan untuk
setiap interaksi yang
telah dilakukan oleh
pasien
 Siap mendegarkan
ekspresi perasaan
pasien setelah
berinteraksi dengan
orang lain, mungkin
pasien akan
mengungkapkan
keberhasilan atau
kegagalannya, beri
dorongan terus
menerus agar pasien
tetap semangat
meningkatkan
interaksinya.
 Masukkan jadwal
kegiatan pasien

SP 2
 Evaluasi kegiatan yang
lalu (SP1)
 Latih berhubungan
sosial secara bertahap
 Masukkan dalam
jadwal kegiatan pasien
SP 3
 Evaluasi kegiatan yang
lalu (SP 1dan SP 2)
 Latih cara berkenalan
dengan 2 orang atau
lebih
 Masukkan dalam
jadwal kegiatan pasien
Keluarga mampu Setelah ……x SP 1
merawat pertemuan, keluarga  Identifikasi masalah
pasien mampu menjelaskan yang dihadapi dalam
dengan tentang : merawat pasein
isolasi  Masalah isolasi  Penjelasan isolasi
sosial di sosial dan sosial
rumah dampaknya pada  Cara merawat pasien
pasien isolasi sosial
 Penyebab isolasi  Latih (stimulus)
sosial  RTL Keluarga/jadwal
 Sikap keluarga keluarga untuk
untuk membantu merawat pasien
pasien mengatasi SP 2
isolasi sosialnya  Evaluasi kemampuan
 Pengobatan yang SP 1
berkelanjutan dan  Latih (langsung ke
mencegah putus pasien)
obat  RTL Keluarga/jadwal
 Tempat rujukan keluarga untuk
dan fasilitas merawat pasien
kesehatan yang SP 3
tersedia bagi  Evaluasi kemampuan
pasien SP 2
 Latih (langsung ke
pasien)
 RTL Keluarga/jadwal
keluarga untuk
merawat pasien
SP 4
 Evaluasi kemampuan
keluarga
 Evaluasi kemampuan
pasien
 Rencana tindak lanjut
keluarga
- Follow up
- Rujukan
DAFTAR PUSTAKA

Balitbang. 2012. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor


Direja Surya Herman Ade. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika
Direktorat kesehatan jiwa, Ditjen. 2013. Teori dan tindakan keperawatan jiwa.
Jakarta: Yankes RI Keperawatan Jiwa
Fitria, Nita. 2013. Aplikasi Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan da
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba
Medika
Keliat, B.A. 2013. Proses Kesehatan Jiwa.Edisi 1. Jakarta
Marimas, F, W. 2014. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga
University Press.
Tim Direktorat Keswa. 2013. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi 1. Bandung:
RSJP

Anda mungkin juga menyukai