Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

“HARGA DIRI RENDAH”

A. Definisi
Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative dan dipertahankan dalam waktu yang lama.
Individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa lebih
rendah dari orang lain.
Evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negative
dan dapat secara langsung atau tidak langsung diekspersikan.
Perasaan negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal mencapai keinginan.

B. Manifestasi Klinis
Manifestasi yang biasa muncul pada klien gangguna jiwa dengan harga diri
rendah yaitu :
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimistis
4. Tidak menerima pujian
5. Penurunan produktivitas
6. Penolakan terhadap kemampuan diri
7. Kurang memperhatikan perawatan diri
8. Berpakaian tidak rapi selera amakan berkurang tidak berani menatap lawan
bicara
9. Lebih banyak menunduk
10. Bicara lambat dengan nada suara lemah

C. Proses Terjadinya Masalah


Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga
diri rendah situasional yang tidak diselesaikan atau dapat juga terjadi terjadi
karena invidu tidak pernah mendapat feeed back dari lingkunga tentang perilaku
klien sebelumnya bahkan meungkin kecenderungan lingkungan yang selalu
member respon negative mendorong individu menjadi harga diri rendah.
Harga adiri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya
individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu
berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tunutas sehingga timbul pikiran
bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan penilaian
individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran
adalah kondisi diri rendah situasional, jika lingkungan tidak member dukungan
positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan
mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis.

D. Rentang Respon

Respon Adaptif Respons Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Keracunan Depersonalisasi


diri positif rendah identitas
Gambar 1 : Rentang respon harga diri rendah kronis

Harga diri rendah merupakan komponen episode depresi mayor, dimana


aktifitas merupakan bentuk hukuman atau punishment (Stuart dan laraia, 2005).
Depresi adalah emosi normal manusia, tapi secara klinis dapat bermakna
patologik apabila mengganggu perilaku sehari-hari, menjadi pervasive dan
muncul bersama penyakit lain.
Menurut Nanda 2005 tanda dan gejala yang dimunculkan sebagai perilkau
telah dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik yang meliputi
mengatakan hal yang negative tentang diri sendiri dalam waktu lama dan terus
menerus, mengekspresikan sikap malu/minder/rasa bersalah, kontak mata
kurang/tidak ada.Selalu mengatakan ketidakmampuan/kesulitan untuk mencoba
sesuatu, bergantung pada orang lain, tidak asertif, pasif dan hipoaktif, bimbang
dan ragu-ragu serta menolak umpan balik positif dan membesarkan umpan balik
negtaif mengenai dirinya.
Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dialkukan klien harga diri
rendah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis,
missalnya pemakian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus.Kegiatan
mengganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok sosial, keagamaan dan
politik.Kegiatan yang memberi dukungan sementara, seperti mengikuti suatu
kompetisi atau konteks popularitas.Kegiatan mencoba menghilangkan anti
identitas sementara, seperti penyalahgunaan obat-obatan.
Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang
diharapakn individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka panjang,
antara lain adalah menutup identitas, dimana klien terlalu cepat mengadopsi
identitas yang disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan
hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri. Identitas negative, dimana asumsi yang
bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat. Sedangkan mekanisme
pertahanan ego yang sering diguanakan adalah fantasi, eregresi, disasosiasi,
isolasi, proyeksi, mengalihakn marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain.
Terjadinya gangguan konsep diri harga diri rendah kronis juga dipengaruhi
beberapa faktor predisposisi seperti faktor biologis, psikologis, sosial dan
cultural.
Faktor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secra yang dapat
mempenagaruhi kerja hormone secara umum, yang dapat pula berdampak pada
keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonim yang menurun
dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi
kecenderungan haga diri rendah kronis semakin besar karena klien lebih dikuasai
oleh pikiran-pikiran negative dan tidak berdaya.
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri
rendahh kronis adalah :
1. System limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien dengan harga
diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa tidak
berguna atau gagal terus menerus
2. Hypothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi. Karena melihat
kondisi klien dengan harga diri rendah yang membutuhkan lebih banyak
motivasi dan dukungan dari perawat dalam melaksanakan tindakan yang
sudah dijadwalkan bersama-sama dengan perawat padahal klien mengatakan
bahwa membutuhkan latihan yang telah dijadwalkan tersebut.
3. Thalamus, system pintu gerbang atau menyaring fungsi emngatur arus
informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk mencegah
berlebihan di korteks. Kemungkinan pada klien dengan harga diri rendah
apabila ada kerusakan pada thalamus ini maka arus informasi snesori yang
masuk tidak dapat dicegah atau dipilah sehingga menjadi berlebihan yang
mengakibatkan perasaan negative yang ada selalu mendominasi pikiran dari
klien
4. Amigdala yang berfungsi untuk emosi.
Adapun jenis alat untuk mengetahui gangguan struktur otak yang dapat
digunakan adalah :
1. Electroencephalogram (EEG), suatu pemeriksaan yang bertujuan
memberikan informasi penting tentang kerja dan fungsi otak
2. CT Scan, untuk mendapatkan gambaran otak tiga dimensi
3. Single photon emission computed tomography (SPECT), melihat wilayah
otak dan tanda-tanda abnormalitas pada otak dan menggambarkan
perubahan-perubahan aliran darah yang terjadi.
4. Magnetic resonance imaging (MRI), suatu tehnik radiologi dengan
menggunakan magnet, gelombang radio computer untuk mendapatkan
gambaran struktur tubuh atau otak dan dapat mendeteksi perubahan yang
kecil sekalipun dalam struktur tubuh atau otak. Beberapa posedur
menggunakan kontras gadolinium untuk meningkatkan akurasi gambar.
Selain gangguan pada struktur otak, apabila dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut dengan alat-alat tertentu kemungkinan akan ditemukan ketidakseimbangan
neurotransmitter di otak seperti :
1. Acetycholine (ach), untuk pengaturan atensi dan mood, mengalami
penurunan
2. Neropinephrine, mengatur fungsi kesiagaan, puast perhatian dan orientasi,
mengatur “fight-flight” dan proses pembelajaran dan memori, mengalami
penurunan yang mengakibatkan kelemahan dan depresi.
3. Serotonim, mengatur status mood, mengalami penurunan yang
mengakibatkan klien lebih dikuasia oleh pikiran-pikiran negative dan tidak
berdaya
4. Glutamate, mengalami penurunan, terlihat dari kondisi klien yang kurang
energy, selalu terlihat mengantuk. Selain itu berdasarkan diagnose medis
klien yaitu skizofrenia yang sering mengindikasikan adanya penurunan
glutamate.
Adapun jenis alat untuk pengukuran neurotransmitter yang adapat
diguanakan adalah :
1. PositronEmisssion (PET), mengukur emisi/pancaran dari bahan kimia
radioktif yang diberi label dan telah di suntik kedalam aliran darah untuk
mengasilkan gambarandua atau tiga dimensi melalui distribusi dari bahan
kimia tersebut di dalam tubuh dan otak.pet dapat memperlihatkan gambaran
aliran darah,oxygen, metabolism glukosa dan kosentrasi obat dalam jaringan
otak. Yang merefleksikan aktivitas otak sehingga dapat dipelajari lebih lanjut
tetang fisiologi dan neuro – kimiawi otak.
2. Transcranial magnetic stimulations (TMS) dikombinasikan dengan MRI,
para ahli dapat melihat dan mengetahui fungsi spesifik dari otak. TMS
dapat menggambarkan proses motorik dan visual dan dapat menghubungkan
antara kimiawi dan struktur otak dengan perilaku manusia dan hubungannya
dengan gangguan jiwa.
Berdasarkan faktor psikologi , harga diri rendah konis sangat berhubungan
dengan pola asuh dan kemampuan individu menjalankan peran dan fungsi. Hal-
hal yang dapat mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis
meliputi penolakan orang tua,harapan orang tua yang tidak realitas,orang tua
yang tidak percaya pada anak,tekanan teman sebaya peran yang tidak susai
dengan jenis kelamin dan peran dalam pekerjaan.
Faktor sosial : secara sosial status ekonomi sangat mempengaruhi proses
terjadinya harga diri rendah kronis, antara lain kemiskinan,tempat tinggal di
daerah kumuh dan rawan kultur social yang berubah missal ukuran keberhasilan
individu.
Faktor kultural : tuntutan pada sesuai kebudayaan sering meningkatkan
kejadian harga diri rendah kronis antara lain : wanita sudah harus menikah jika
umur sudah mencapai dua puluhan, perubahan kultur kearah gaya hidup
individualisme.
Akumulasi faktor predisposisi ini baru menimbulkan kasus harga diri
rendah kronis setelah adanya faktor presipitasi.faktor presiptasi dapat disebabkan
dari dalam diri sendiri ataupun dari luar,antara lain ketengangan peran,koflik
peran yang tidak jelas,peran berlebihan,perkembngan transisi, situasi transisi
peran dan trransisi peran sehat – sakit.

E. Faktor Predisposisi
Faktor prediposisi terjadinya harga diri rendah kronis adalah penolakan
orang tua yang tidak realistis,kegagalan berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,ideal diri yang tidak
realistis.

F. Faktor Presipitasi
Faktor presipistasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami
kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Gangguan konsep diri : harga diri
rendah kronis in dapat terjadi secara situasional maupun kronik.

G. Pohon Masalah
Risiko tinggi perilaku kekerasan

Effect Perubahan persepsi sensori : halusinasi

Isolasi sosial

Core problem Harga diri rendah kronis

Causa Koping individu tidak efektif

H. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Harga diri rendah kronis
2. Koping individu tidak efektif
3. Isolasi sosial
4. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
5. Risiko tinggi perlaku kekerasan

I. Data Yang Perlu Dikaji


Masalah
Data Yang Perlu Dikaji
Keperawatan
Harga diri rendah Subjektif :
kronis  Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna
 Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu
 Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk
beraktivitas atau bekerja
 Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan
diri (mandi, berhias, makan atau toileting)
Objektif :
 Mengkriktik diri sendiri
 Persaan tidak mampu pandangan hidup pesimis
 Tidak menerima pujian
 Penurunan produktivitas
 Penolakan terhadap kemampuan diri
 Kurang memperhatikan perawatan diri
 Berpakaian tidak rapi
 Berkurang selera makan
 Tidak berani menatap lawan bicara
 Lebih banyak menunduk
 Bicara lambat dengan nada suara lemah

J. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah kronis
K. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa : Harga Diri Rendah
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Pasien mampu : Setelah ….x SP 1
 Mengidentifikasi pertemuan, pasien  Identifikasi
kemampuan dan mempu : kemampuan positif
aspek positif yang  Mengidentifikasi yang dimiliki
dimiliki kemampuan aspek - Diskusikan bahwa
 Menilai kemampuan postitf yang dimilik pasien masih
yang dapat digunakan  Memiliki memiliki sejumlah
 Menetapkan/memilih kemampuan yang kemampuan dan
kegiatan yang sesuai dapat digunakan aspek positif
dengan kemampuan  Memilih kegiatan seperti kegiatan di
 Melatih kegiatan yang sesuai kemampuan rumah adanya
sudah dipilih, sesuai  Melakukan kegiatan keluarga dan
kemampuan yang sudah dipilih lingkungan

 Merencanakan  Merencanakan terdekat pasien

kegiatan yang sudah kegiatan yang sudah - Beri pujian yang


dilatihnya. dilatih realitas dan
hindarkan setiap
kali bertemu
dengan pasien
penilaian yang
negative
 Nilai kemampuan yang
dapat dilakukan saat
ini
- Diskusikan dengan
pasien
kemampuan yang
masih digunakan
saat ini
- Bantu pasien
menyebutkannya
dan memberi
penguatan
terhadap
kemampuan diri
yang diungkapkan
pasien
- Perlihatkan respon
yang kondusif dan
menjaadi pendegar
yang aktif.
 Pilih kemampuan yang
akan dilatih
 Diskusikan dengan
pasien beberapa
aktivitas yang dapat
dilakukan dan dipilih
sebagai kegiatan yang
akan pasien lakukan
sehari-hari
 Bantu pasien
menetapkan aktivitas
mana yang dapat
pasien lakukan secara
mandiri
- Aktivitas yang
memerlukan
bantuan minimal
dari keluarga
- Aktivitas apa saja
yang perlu bantuan
penuh dari
keluarga atau
lingkungan
terdeekat pasien
- Beri contoh cara
pelaksanaan
aktifitas yang
dapat dilakukan
pasien
- Susun bersama
pasien aktivitas
atau kegiatan
sehari-hari pasien
 Nilai kemampuan
pertama yang telah
dipilih
- Diskusikan dengan
pasien untuk
menetapkan urutan
kegiatan (yang
sudah dipilih
pasien) yang akan
dilatihkan
- Bersama pasien
dan keluarga
memperagakan
beberapa kegiatan
yang akan
dilakukan pasien
- Beri dukungan
atau pujian yang
nyata sesuai
kemajuan yang
diperlihatkan
pasien
 Masukkan dalam
jadwal kegiatan pasien
- Beri kesempatan
pada pasien untuk
mencoba kegiatan
- Beri pujian atas
aktifitas/kegiatan
yang dapat
dilakukan pasien
setiap hari
- Tingkatkan
kegiatan sesuai
dengan toleransi
dan perubahan
sikap
- Susun daftar
aktifitas yang
sudah dilatihkan
bersama pasien
dan keluarga
- Berikan
kesempatan
mengungkapkan
perasaannya
setelah
pelaksanaan
kegiatan.
Yakinkan bahwa
keluarga
mendukung setiap
aktifitas yang
dilakukan pasi

Sp 2
 Evaluasi kegiatan
yang lalu (SP1)
 Pilih kemampuan
kedua yang dapat
dilakukan
 Latih kemampuan
yang dipilh
 Masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien
SP 3
 Evaluasi kegiatan
yang lalu (SP 1dan 2)
 Memilih kemampuan
ketiga yang dapat
dilakukan
 Masukkan dalam
jadwal egiatan pasien
Keluarga mampu Setelah.…..x SP 1
merawat pasien dengan pertemuan, keluarga  Identifikasi masalah
HDR di rumah dan mampu : yang dirasakan dalam
menjadi system  Mengidentifikasi merawat pasien
pendukung yang efektif kemampuan yang  Jelaskan proses
bagi pasien dimiliki pasien terjadinya HDR
 Menyediakan  Jelaskan tentang cara
fasilitas untuk merawat pasien
pasien melakukan  Main peran dalam
kegiatan merawat pasien HDR
 Mendorong pasien  Susun RTL
melakukan kegiatan Keluarga/jadwal
 Memuji pasien saat keluarga untuk
pasien dapat merawat pasien
melakukan kegiatan SP 2
 Membantu melatih  Evaluasi kemampuan
pasien SP1
 Membantu  Latih keluarga
menyusun jadwal langsung ke pasien
kegiatan pasien  Menyusun RTL
 Membantu keluarga/jadwal
perkembangan keluarga untuk
pasien merawat pasien
SP 3
 Evaluai kemampuan
keluarga
 Evaluasi kemampuan
pasien
 RTL keluarga
- Follow up
- Rujukan
DAFTAR PUSTAKA

Balitbang. 2012. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor


Direja Surya Herman Ade. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika
Direktorat kesehatan jiwa, Ditjen. 2013. Teori dan tindakan keperawatan jiwa.
Jakarta: Yankes RI Keperawatan Jiwa
Fitria, Nita. 2013. Aplikasi Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan da
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba
Medika
Keliat, B.A. 2013. Proses Kesehatan Jiwa.Edisi 1. Jakarta
Marimas, F, W. 2014. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga
University Press.
Tim Direktorat Keswa. 2013. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi 1. Bandung:
RSJP

Anda mungkin juga menyukai