DISUSUN OLEH :
ANDINI SRI UTAMI
NIM 318123
A. DEFINISI
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri dengan
gejala mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang peseimis,
penurunan produktifitas dan penolakan terhadap kemampuan diri (Keliat dan Akemat,
2010). Harga diri rendah kronis evaluasi diri atau perasaan negatif tentang diri sendiri
atau kecakapan diri yang berlangsung lama dengan karakteristik antara lain ekspresi rasa
bersalah, ekspresi rasa malu, pasif, kontak mata kurang, perilaku tidak asertif dan sering
kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup yang dapat terjadi akibat persepsi kurang
dihargai orang lain, peristiwa traumatik dan ketidakefektifan beradaptasi (Herdman,
2012).
C. RENTANG RESPON
Respon individu terhadap konsep diri, berfluktuasi sepanjang rentang respon dari adaptif
a. Respon Adaftif
Respon Adaftif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial
dan kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat, yang terdiri dari :
1) Pikiran logis
2) Persepsi akurat
3) Emosi konsisten
4) Perilaku sosial
5) Hubungan sosial
Respon Mal adaptif adalah respon yang diberikan individu dalam menyelesaikan
masalahnya yang diperoleh dari norma-norma sosial dan kebudayaan suatu tempat
yang meliputi :
1) Delusi
2) Halusinasi
4) Isolasi sosial
1) Aktualisasi diri adalah : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal postif maupun yang negatif
dari dirinya.
3) Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif
5) Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realitas dan asing terhadap diri
B DIAGNOSA KEPERAWATAN
Harga diri rendah (kronik)
D. TINDAKAN KEPERAWATAN
Tindakan Keperawatan Generalis
1. Tindakan keperawatan klien.
a. Tujuan:
1) Klien mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan
3) Klien mampu memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan
4) Klien mampu melatih kegiatan yang dipilih sesuai dengan kemampuan
5) Klien mampu melakukan kegiatan yang sudah dilatih sesuai jadwal
b. Tindakan:
1) Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien. Untuk
membantu klien mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih
dimilikinya, perawat dapat melakukan hal-hal berikut:
a) Diskusikan tentang sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
klien seperti kegiatan klien di rumah, adanya keluarga dan lingkungan
terdekat klien
b) Beri pujian yang realistik dan hindarkan penilaian yang negatif.
2) Bantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan cara-cara
berikut ini:
a) Diskusikan dengan klien mengenai kemampuannya yang masih dapat
digunakan lagi
b) Bantu klien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap kemampuan diri
yang diungkapkan klien
c) Perlihatkan respons yang kondusif dan upayakan menjadi pendengar yang
aktif
2 Bantu klien untuk memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
b) Diskusikan dengan klien kegiatan yang akan dipilih sebagai kegiatan yang
akan klien lakukan sehari-hari
c) Bantu klien untuk memilih kegiatan yang dapat klien lakukan dengan
mandiri atau dengan bantuan minimal
3 Latih kemampuan yang dipilih klien dengan cara berikut:
b) Diskusikan dengan klien langkah-langkah pelaksanaan kegiatan
c) Bersama klien, peragakan kegiatan yang ditetapkan
d) Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan
klien
4 Bantu klien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih
b) Beri kesempatan kepada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan
c) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan klien setiap hari
d) Tingkat kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap
kegiatan
e) Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
f) Berikan klien kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah
pelaksanaan kegiatan
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga.
a.Tujuan:
1) Keluargadapat membantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
klien
2) Keluarga dapat memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki
klien
3) Keluarga dapat memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih
dan memberikan pujian atas keberhasilan klien
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan klien
a Tindakan:
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat klien
2) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang dialami klien
3) Diskusikan dengan keluarga mengenai kemampuan yang dimiliki klien dan
puji klien atas kemampuannya
4) Jelaskan cara-cara merawat klien dengan harga diri rendah
5) Demonstrasikan cara merawat klien dengan harga diri rendah
6) Beri kesmepatan kepada keluarga untuk mempraktikkan cara merawat klien
harga diri rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan sebelumnya
7) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan klien di rumah
2. Tindakan Keperawatan Spesialis
1. Terapi Individu : Cognitive Behaviour Therapy
Cognitive Behaviour Therapy/CBT atau Terapi Perilaku Kognitif.Terapi
PerilakuKognitif yang dilakukan diharapkan dapat mengembalikan atau bahkan
meningkatkan kemampuan beradaptasi dengan mengubah pola pikir negatif klien
menjadi pola pikir yang positif dengan menerima kenyataan yang terjadi dalam diri
klien secara bertahap sehingga perilaku yang negatif menjadi positif setelah klien
memiliki pemikiran yang adaptif dan bisa berdampak pada kehidupan klien.
Sebelum dilakukan CBT, klien bisa mendapatkan Cognitive Therapy/CT saja
dengan dasar adanya karateristik klien yang mengkritik diri sendiri, perasaan tidak
mampu pandangan hidup yang pesimis dan adanya penolakan terhadap kemampuan
diri. Terapi Kognitif merupakan suatu bentuk terapi yang dapat melatih pasien untuk
mengubah cara berpikir yang negatif karena mengalami kekecewaan, kegagalan dan
ketidakberdayaan sehingga pasien menjadi lebih baik dan dapat kembali produktif.
Menurut Shives (2012) dalam terapi kognitif, terapis mengidentifikasi perubahan
berpikir yang membuat emosional tidak nyaman dan membuat alternatif perubahan
perilaku.
Penelitian yang terkait dengan Terapi Kognitif antara lain yang dilakukan oleh
Suerni, Keliat dan Helena (2013) tentang Penerapan terapi kognitif dan psikoedukasi
keluarga pada klien harga diri rendah di Ruang Yudistira RS Dr. H. Marzoeki Mahdi
Bogor dengan hasil bahwa kemampuan klien dengan tindakan keperawatan generalis
dan terapi kognitif 80% klien mampu mengidentifikasi pikiran otomatis negatif, 80%
mampu menggunakan tanggapan rasional terhadap pikiran otomatis negatif, 86,67%
klien mampu mengidentifikasi manfaat penggunaan tanggapan rasional dan 80% klien
mampu menggunakan support system.
Klien dengan harga diri rendah kronis memiliki persepsi negatif yang
memanjang terhadap diri, akibat dari faktor-faktor pendukung yang terjadi seperti
adanya kegagalan dalam hidup, lingkungan yang tidak memberikan dukungan dan
trauma-trauma psikologis yang terjadi pada masa kanak-kanak. Sedangkan
karakteristik kilen seperti adanya perubahan perilaku seperti penurunan produktivitas,
penolakan terhadap kemampuan diri, tampak kurang memperhatikan perawatan diri,
lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan nada suara lemah dan tidak berani
menatap lawan bicara biasanya masih disertai dengan adanya persepsi negatif karena
untuk mengubah hal tersebut memerlukan waktu sehingga klien bisa langsung
diberikan CBT.
Penelitian yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh Oestrich,
Austin dan Lykke (2007) didapatkan hasil bahwa Terapi Perilaku-Kognitif pada
kelompok intervensi menunjukkan perubahan yang signifikan terhadap perbaikan
level harga diri rendah yang dinilai dengan Robson Self-concept Questionnaire/SCQ,
dan juga didapatkan penurunan gejala depresi dengan menggunakan Depression
Inventory/BDI dan penurunan gejala psikopatologi lain dengan menggunakan
instrumen Positive andNegative Symptom Scale/PANSS.
Hal ini terkait dengan penegakkan diagnosa medis pada klien dengan harga
diri rendah kronis yaitu Depresi Pasca Skizofrenia (F20.4) dimana klien yang dirawat
di rumah sakit jiwa dengan gejala psikotik yang sudah mendapatkan pengobatan,
masih menunjukkan gejala sisa berupa harga diri dan kepercayaan diri berkurang, rasa
bersalah dan tidak berguna serta kehilangan minat dan kegembiraan. Penelitian yang
dilakukan oleh Ibrahim, El-Bilsha & Abeldayem (2012) yang dilakukan pada 60
orang pasien depresi dengan skizofrenia dengan harga diri rendah di rumah sakit jiwa
(30 orang kelompok kontrol dan 30 orang kelompok intervensi) didapatkan hasil
bahwa terjadi penurunan level depresi dengan menggunakan Cognitive Behaviour
Therapy.
Keliat Budi Anna, Skp. App. SC, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC, Jakarta
1999
Maslim. Rusdi, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, PPDGJ III Jakarta, 2001
Stuart G. W. dan Sendeen S.J., Buku Saku Keperawatan, Jiwa Edisi 3. EGC, Jakarta,
1998
Town Send, M.C. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri,
Carpenito, Lynda, Juall. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8 EGC, Jakarta 2000