Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


stase Keperawatan Jiwa

oleh :

ISMAHARTIN UMASANGAJI
NIM : 14420212117

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2022
A. KONSEP KEPERAWATAN
1. Definisi Harga Diri Rendah
Menurut Abidin Harga diri merupakan konstruk yang penting dalam
kehidupan sehari-hari dan berperan dalam menentukan tingkah laku
seseorang meliputi penilaian, perasaan atau pandangan individu terhadap
dirinya atau hal-hal yang berkaitan dengan dirinya yang diekspresikan pada
dimensi positif yaitu menghargai kelebihan diri serta menerima kekurangan
yang ada dan dimensi negatif yaitu tidak puas dengan kondisi diri, tidak
menghargai kelebihan diri serta melihat diri sebagai sesuatu yang selalu
kurang (Dwi ahyu cahya utami, 2019).
Menurut Yosep Harga diri rendah adalah Adanya perasaan hilang
kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan
sesuai ideal diri, perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri (Meryana, 2017).

2. Penyebab Harga Diri Rendah


a. Pola asuh keluarga
b. Tekanan/trauma
c. Keadaan fisik
d. Ketidakberfungsian secara social

3. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah


a. Afek datar
b. Tidak memiliki kemauan
c. Merasa tidak nyaman
d. Manarik diri masyarakat
e. Ketidakmampuan merawat diri sendiri
f. Tidak mampu mengekspresikan perasaan
g. Hilangnya spontanitas dan rasa ingin tahu
h. Menurunnya motivasi
i. Hilangnya kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari
(Widianti, Keliat, & Wardhani, 2017)

1
4. Proses terjadinya Masalah
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang merupakan faktor pendukung harga diri
rendah meliputi penolakan dan kurangnya penghargaan diri dari orang
tua, harapan orang tua yang tidak realistis, orang tua yang tidak benar,
membenci dan tidak menerima akan mempunyai keraguan atau
ketidakpastian, kegagalan yang berulangkali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri
yang tidak realistis, gagal mencintai dirinya dan menggapai cinta orang
lain, misalnya karena orang tua tidak percaya pada anak, tekanan dari
teman, dan kultur sosial yang berubah.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi munculnya harga diri rendah meliputi trauma
seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian
yang mengancam kehidupan seperti kehilangan bagian tubuh, perubahan
aturan, bentuk dan penampilan fungsi tubuh, perubahan fisik
berhubungan dengan tumbuh kembang normal, adanya kegagalan yang
mengakibatkan produktifitas menurun. Selain itu faktor presipitasi lain
yaitu ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dimana individu mengalami frustrasi. Pada mulanya klien
merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam
berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan
yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak
mungkin mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang
positif dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman. Klien semakin
tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha
mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan
menyulitkan sehingga rasa aman tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia
mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas dari pada
mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan.
Semakin klien menjauhi kenyataan semakin kesulitan yang timbul dalam
mengembangkan hubungan dengan orang lain.

2
5. Patofisiologi
kegagaln perpisahan/kehilangan
Risiko gangguan persepsi sensori

Harga diri rendah

menarik diri, isolasi sosial

6. Rentang Respon
Respons Adaptif Respons Maladaptif
Aktualisasi konsep diri harga diri kercaunan depresionalisasi
Diri positif rendah identitas

Keterangan :
a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
b. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang
negatif dair dirinya.
c. Harga diri rendah adalah individu cendrung untuk menilai dirinya negatif
dan merasa lebih rendah dari orang lain.
d. Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek
identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial
kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
e. Depresionalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap
diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak
dapat membedakan dirinya dengan orang lain.

3
7. Mekanisme Koping
Mekanisme koping menurut Deden :
a. Jangka pendek :
1) Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian
obat-obatan, kerja keras, nonoton tv terus menerus.
2) Kegiatan mengganti identitas sementara : (ikut kelompok sosial,
keagamaan, politik).
3) Kegiatan yang memberi dukungan sementara : (kompetisi olah raga
kontes popularitas).
4) Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara :
(penyalahgunaan obat-obatan).
b. Jangka Panjang :
1) Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi
dari orang-orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi
atau potensi diri sendiri.
2) Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan nilai dan harapan
masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah :
fantasi, disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada
diri sendiri dan orang lain (Oliver, 2019).

8. Penatalaksanaan
Menurut Eko, terapi pada gangguan jiwa skizofrenia sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan
metodenya lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya. Terapi yang
dimaksud meliputi :
a. Psikofarmako, berbagai obat psikofarmako yang hanya diperoleh dengan
resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi
pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk
golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL, Thoridazine
HCL, dan Haloperridol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya :

4
Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan
Ariprprazole.
b. Psikoterapi, terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul
lagi engan orang lain, pasien lain, perawat dan dokter. Maksudnya
supaya pasien tidak mengasingkan diri lagi karena jika pasien menarik
diri dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama.
c. Terapi kejang listrik (Elektro Convulsive therapy), adalah pengobatan
untuk menimbulkan kejang granmall secara artifical dengan melewatkan
aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples.
Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan
dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi listrik 5-5 joule/
detik.
d. Terapi modalitas, merupakan rencana pengobatan untuk skizofrenia dan
kekurangan pasien. Teknik perilaku menggunakan latihan ketrampilan
sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi
diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Terapi
aktivitas kelompok dibagi 4 yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi
aktivitas kelompok stimulasi realita dan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi.
e. Adapun tindakan terapi untuk pasien dengan harga diri rendah menurut
Kaplan & Saddock, 2017 mengatakan, tindakan keperawatan yang
dibutuhkan pada pasien dengan harga diri rendah adalah terapi kognitif,
terapi interpersonal, terapi tingkah laku, dan terapi keluarga. Tindakan
keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah bisa secara individu,
terapi keluarga, kelompok dan penanganan dikomunikasi baik generalis
keperawatanlanjutan. Terapi untuk pasien dengan harga diri rendah yang
efisian untuk meningkatkan rasa percaya diri dalam berinteraksi dengan
orang lain, sosial, dan lingkungannya yaitu dengan menerapkan terapi
kognitif pada pasien dengan harga diri rendah. (Oliver, 2019)

5
B. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, tanggal MRS (masuk rumah sakit), informan,
tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.
b. Keluhan utama : Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan
klien dan keluarga datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah, dan perkembangan yang dicapai.
c. Faktor predisposisi : Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah
mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan atau
mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan,
kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya
meliputi psikologis,  biologis, dan social budaya.
d. Aspek fisik/biologis : Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi,
Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek psikososial
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2) Konsep diri
3) Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok, yang diikuti dalam masyarakat
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
f. Status mental : Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien,
aktivitas motorik klien, afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi,
proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan
berhitung.
g. Mekanisme koping Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain
dan asyik dengan stimulus internal, menjelaskan suatu perubahan
persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
h. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,
pendidikan,  pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.

6
i. Pengetahuan Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam
masalah.
j. Aspek medik Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy
farmakologi, psikomotor, okopasional, TAK dan rehabilitas.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
b. Data Yang Perlu Dikaji
1) Data Subyektif :
a) Mengkritik diri sendiri atau orang lain
b) Perasaan tidak mampu
c) Pandangan hidup yang pesimis
d) Perasaan lemah dan takut
e) Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri
f) Pengurangan diri / mengejek diri sendiri
g) Hidup yang berpolarisasi
h) Ketidakmampuan menentukan tujuan
i) Mengungkapkan kegagalan pribadi
j) Merasionalisasikan penolakan
2) Data Obyektif :
a) Produktifitas menurun
b) Perilaku destruktif pada diri sendiri dan orang lain
c) Penyalahgunaan zat
d) Menarik diri dari hubungan sosial
e) Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
f) Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
g) Tampak mudah tersinggung / mudah marah
Pohon Masalah
Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

Gangguan citra tubuh

7
3. Intervensi
a. Harga Diri Rendah Kronik
Tujuan 1
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Kriteria Evaluasi: Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa
senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan
nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan
perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
3) Intervensi
a) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi terapeutik
b) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.
c) Perkenalkan diri dengan sopan.
d) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien.
e) Jelaskan tujuan pertemuan.
f) Jujur dan menepati janji.
g) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
h) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
4) Rasional Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran
hubungan interaksi selanjutnya
Tujuan 2
1) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki setelah dilakukan interaksi.
2) Kriteria Evaluasi
Klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki:
a) Kemampuan yang dimiliki klien.
b) Aspek positif keluarga.
c) Aspek positif lingkungan yang dimiliki klien.
3) Intervensi
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
b) Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi nilai negatif.

8
c) Utamakan memberi pujian yang realistik.
4) Rasional
a) Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai
b) realitas, kontrol diri atau integritas ego sebagai dasar asuhan
keperawatan.
c) Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri.
d) Pujian yang realistis tidak menyebabkan melakukan kegiatan hanya
karna ingin mendapat pujian.
Tujuan 3
1) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan setelah dilakukan
interaksi.
2) Kriteria Evaluasi
Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
3) Intervensi
a) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan
selama sakit.
b) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan.
4) Rasional
a) Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki
adalah prasarat untuk berubah.
b) Pengertian tantang kemampuan yang dimiliki diri motivasi untuk
tetap mempertahankan penggunaannya.
Tujuan 4
1) Klien dapat (menetapkan) kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
2) Kriteria Evaluasi
Klien membuat rencana kegiatan harian
3) Intervensi
a) Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai:
- Kegiatan mandiri.
- Kegiatan dengan bantuan sebagian.

9
- Kegiatan yang membutuhkan bantuan total.
b) Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan toleransi kondisi klien.
c) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
4) Rasional
a) Klien adalah individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri
b) Klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya
c) Contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien
untukmelaksanakan kegiatan

4. Implementasi
a. Untuk pasien
1) SP1P
a) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien.
b) Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat
digunakan
c) Membantu pasien memilih menetapkan kegiatan yang akan dilatih
sesuai kemampuan pasien
d) Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih.
e) Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
f) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
2) SP2P
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b) Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan
kemampuan pasien.
c) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
1) SP1K
a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
pasien di rumah.
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang
dialami pasien beserta proses terjadinya.

10
c) Menjelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah
d) Mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah.
e) Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan
cara merawat pasien dengan harga diri rendah.
2) SP2K
Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat langsung kepada
pasien harga diri rendah.
3) SP3K
a) Membuat perencanaan pulang bersama keluarga dan membuat
jadwal kegiatan aktivitas di rumah termasuk minum obat (dischrge
planning ).
b) Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai
hasil dari tindakan keperawatan pada klien dan dilakukan terus menerus
pada respon klien menjadi lebih baik atau tidak menggunakan pendekatan
SOAP (Muhith, 2017). klien mampu memperkenalkan diri, klien
mengatakan kegiatan positif yang dilakukan dirumah sakit adalah menata
tempat tidur, mencuci piring, menyapu halaman, obejktif klien mampu
mengetahui kegiatan positif dirumah sakit, assesment tujuan teratasi
sebagian, planning membuat daftar kegiatan positif yang dimiliki dan
mampu dilakukan, rencana tindak lanjut melatih kemampuan pertama
menata tempat tidur.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dwi ahyu cahya utami. (2019). UPAYA AKTIVITAS MERIAS DIRI UNTUK
MENINGKATKAN HARGA DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH.
53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Meryana. (2017). Upaya Meningkatkan Harga Diri Dengan Kegiatan Positif Pada
Pasien Harga Diri Rendah. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2–14.
Oliver, J. (2019). harga diri rendah. Hilos Tensados, 1, 1–476.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Widianti, E., Keliat, B. A., & Wardhani, I. Y. (2017). Aplikasi Terapi Spesialis
Keperawatan Jiwa Pada Pasien Skizofrenia Dengan Harga Diri Rendah
Kronis Di Rsmm Jawa Barat. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia,
3(1), 83. https://doi.org/10.17509/jpki.v3i1.7489

12

Anda mungkin juga menyukai