Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN: HARGA DIRI RENDAH

STASE KEPERAWATAN JIWA

Dosen Koordinator : Ns.Triyana Harlia Putri, S.Kep.,M,Kep


Dosen pembimbing : Ns. M. Ali Maulana, S.Kep,.M.Kep
Pembimbing Klinik :

DISUSUN OLEH :

Nada Putri Utami


NIM. I4052211011

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2021
LAPORANPENDAHULUAN (LP)
HARGA DIRI RENDAH
A. Pengertian
Harga diri rendah diartikan sebagai perasaan tidak berharga, tidak
berarti dan rendah diri maladaptif yang berkepanjangan akibat evaluasi diri
negatif yang berkembang sebagai respons diri terhadap hilangnya
kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan
sesuai ideal diri. Penurunan harga diri rendah dapat bersifat situasional
maupun kronis (Keliat, Akemat, Helena, & Nurhaeni, 2011); (Yosep &
Sutini, 2014);(NANDA, 2015).
B. Etiologi
Menurut Stuart (2006), faktor penyebab harga diri rendahmeliputi
faktor predisposisi dan presipitasi, antara lain (Iskandar, 2014).
a. Faktor Predisposisi
 Faktor yang mempengaruhi harga diri: penolakkan orangtua yang
tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang
tidak realistis.
 Faktor yang mempengaruhi performa peran: stereotype peran gender,
tuntutan peran kerja dan harapan peran budaya
 Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi: ketidakpercayaan orang
tua, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, perubahan penampilan atau bentu tubuh,
mengalami kegagalan serta menurunnya produktivitas. Gangguan harga
diri rendah dapat terjadi secara situasional dan kronis, maksudnya harga
diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya
memiliki harga diri positifmengalami perasaan negatif mengenai diri
dalam berespon terhadap suatukejadian. Apabila dari harga diri rendah
situasional tidak ditangani segera,jika perasaan negatif terhadap diri
berlangsung lama, makadapat menjadi harga diri rendah kronik.

Rentang Respon Sosial

RESPON RESPON
ADAPTIF MALADAPTIF

Aktualisasi Konsep Diri Harga Diri Keracunan Depersonalisasi


Diri Positif Rendah Identitas

Sumber: (Iskandar, 2014)

Berdasarkan bagan pada gambar diatas, terjadi depersonalisasi yang


dilihat dari rentang respon sosial dari respon adaptif sampai dengan
maladaptive, dengan penjelasan seperti dibawah ini(Prabowo, 2014):
1) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang
positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan
dapat diterima
2) Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman
yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif
maupun yang negatif dari dirinya
3) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai
dirinya yang negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain
4) Kerancuan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas
sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
5) Depersonalisasi (tidak mengenal diri), tidak mengenal diri yaitu
mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu
berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa
percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan orang
lain

C. Tanda dan Gejala


Menurut Carpenito dalam Keliat (2011), Beberapa perilaku yang
berhubungan dengan harga diri rendah, antara lain(Iskandar, 2014):
- Subjektif:
a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Perasaan lemah dan takut
e. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri
f. Mengkritik diri sendiri
g. Ketidakmampuan menentukan tujuan mengungkapkan kegagalan pribadi
h. Merasionalkan penolakan
- Objektif:
a. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
b. Tampak mudah tersinggung dan mudah marah
c. Kurang memperhatikan perawatan diri (berpakaian tidak rapi, selera
makan kurang)
d. Tampak tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk
e. Bicara lambat dengan suara lemah
f. Produktivitas menurun
g. Perilaku desktruktif pada diri sendiri dan orang lain
h. Penyalahgunaan zat
i. Menarik diri dari hubungan sosial
D. Penatalaksanaan
1) Psikofarmakoterapi
Terapi ini akan di berikan pada gangguan fungsi neurotrasmiter
sehingga gejala-gejala klinis dapat dihilangkan atau diobati. Obat anti
psikiotik untuk skizofrenia terbagi dalam dua golongan yaitu:
antipsikotiktipikal (Klorpromazin, Trifluferazin, Haloperidol) (Prabowo,
2014).
2) Terapi fisik ECT (Elektro ComputionTeraphy)
Digunakan untukpasienyangtidak mampu dengan terapi neuroleptika
oral atau injeksi, dengan dosis terapi kejang listrik 4-5
joule/detikPengobatan dengan ECTdilakukan 2-3 kali/minggudengan total
6-12 kalipengobatan. Tujuanya untuk menginduksi suatu kejang klonik
yang dapat memberikan efek terapi (therapeutic clonic seizure) setidaknya
selama 15 detik (Prabowo, 2014).

3) Terapi psikologi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul kembali
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya
klien tidak mengasingkan diri lagi karena bila klien menarik diri, dapat
membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan
permainan atau latihan bersama (Prabowo, 2014).
4) Terapi Psikososial
Dengan terapi psikososial ini dimaksud agar penderita ini mampu
kembali beradaptasi dengan lingkungan social disekitarnya dan mampu
merawat diri, mampu mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain
sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat.
5) Terapi Modalitas
Pengobatan yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan pasien,
dengan menggunakan teknik latihan keterampilan sosial untuk
meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi kebutuhan diri
sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Terapi
modalitas biasanya direncanakan dengan metode terapi aktivitas
kelompok (TAK). TAK dibagi menjadi empat: TAK stimulasi
kognitif/persepsi, TAK simulasi, TAK stimulasi realita dan TAK
sosialisasi. Pada gangguan harga diri rendah yang paling relevan
menggunakan TAK stimulasi persepsi terkait pengalaman kehidupan
untuk didiskusikan kedalam kelompok, hasil diskusi dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah (Prabowo,
2014).
E. AsuhanKeperawatan
A. Pengkajian
I. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, alamat, agama, status,
marital, tanggal pengkajian, No. RM, pendidikan terakhir, pekerjaan,
informan, serta identitas penanggung jawab dari klien.

II. Alasan Masuk


Meliputi pengkajian pada keluarga/klien hal yang menyebabkan
klien dan keluarga datang kerumah sakit, dan keadaan klien pada
saat pengkajian.
III. Faktor Predisposisi
Meliputi bertanya pada klien/keluarga, apakah klien pernah
mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, keberhasilan pengobatan
sebelumnya jika punya riwayat gangguan jiwa, pernah melakukan
atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal,
riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa,
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, pengkajian
meliputi psikologis, biologis, dan sosial budaya.
IV. Persepsi dan harapan klien, mengenai persepsi klien atas
masalah,
dan harapan sehubungan dengan bagaimana cara pemecahan masalah
V. Mekanismekoping
Mekanisme koping jangka pendek yang bisa dilakukan pasienharga
diri rendah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari sementaradari
krisis, misalnya pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton tv secara
terus-menerus
VI. Masalah psikososial danlingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok,
lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan
kesehatan.
VII. Pemeriksaan Fisik
Hasilpengukuran tanda-tandavital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB,
BB)dan keluhan fisikyangdialamioleh klien.
VIII. Gambaran Keluarga
1) Genogramyangmenggambarkan tigagenerasi.
2) Sistem komunikasi dalam keluarga
3) Pola asuh keluarga
4) Pola pengambilan keputusan
IX. Aspek Psikososial
1) Konsep Diri
5) Hubungan sosial denganoranglainyangterdekatdalam kehidupan,
kelompok,yangdiikutidalam masyarakat.
6) Pendidikan dan pekerjaan
7) Gaya hidup dan budaya
8) Spiritual, mengenai nilaidan keyakinan dan kegiatan ibadah
X. Status mental
Nilai klien melalui penampilan (rapi atau tidak), amati pembicaraan
klien, aktivitas motorik klien, perasaan klien, afek klien, interaksi
selama wawancara, persepsi,proses pikir, isipikir, tingkat kesadaran,
memori, tingkat konsentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian
serta daya tilik diri atas penyakit yang dialami.
XI. Kebutuhan persiapan pulang
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan, makan (mis.,
seberapa mampu merapikan alat makan kembali), keamanan,
perawatan kesehatan apakah telah terpenuhi, tempat tinggal,
keuangan.
2. Kemampuanperawatan diri sehari-hari mengenai BAB&BAK,
menggunakan dan membersihkan WC, mandi, serta
membersihkan dan merapikan pakaian
3. Pola nutrisi
4. Istirahat tidur klien
5. Kemampuan klien dalam mengantisipasi kebutuhan diri sendiri,
membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri, mengatur
penggunaan obat, dan keinginan melakukan pemeriksaan
kesehatan (pantau penggunaan obatdan
tanyakanreaksinyasetelah diminum)
6. Aktivitas didalam dan diluar rumah.
7. Sistem pendukung klien

XII. Pengetahuan
Didapat denganwawancaraklien dan disimpulkan dalam masalah.
XIII. Aspek medik
Diagnosa medisyangtelah dirumuskan dokter, terapi farmakologi,
psikomotor, okopasional, TAKdan rehabilitas.

1. Pohon Masalah
Isolasi Sosial Efek

Harga Diri Rendah Core Problem

Mekanisme Koping Mekanisme Koping


Individu Tidak Keluarga Tidak Causa
Efektif Efektif

Sumber: (Nurhalimah, 2016)

2. DiagnosaKeperawatan
1. Gangguan Konsep Diri :HargaDiri Rendah Kronik
2. Koping Individu Tidak Efektif
3. Isolasi Sosial : MenarikDiri
4. Isolasi Sosial berhubungan dengan Harga Diri Rendah
Kronik
5. Harga Diri Rendah berhubungan dengan Koping
Individu Tidak Efektif
3. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Rencana tindakan keperawatan pada klien
- Tujuan/strategi pelaksanaan
A. Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk klien
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki klien.
b. Membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat
dilakukan.
c. Membatu klien menetukan kegiatan yang akan dilatih sesuai
dengan kemampuan klien.
d. Melatih klien sesuai dengan kemampuan yang dipilih.
e. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien.
f. Menganjurkan klien memasukan jadwal kegiatan harian.
B. Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk klien.
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien,
b. Melatih kemampuan keduanya
c. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal harian.
- Tindakan keperawatan untuk klien
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
klien.
Perawat dapat melakukan hal-hal berikut utuk membantu klien
mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih
dimiliki.
1. Mendiskusikan bahwa klien maasih memiliki sejumlah
kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan klien di
rumah, adanya keluarga dan lingkungan terdekat klien.
2. Beri pujian yang realistis atau nyata dan hindarkan
penilaian yang negatif setiap kali bertemu dengan klien.
b. Membantu klien dalam menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat
digunakan saat ini setelah mengalami bencana.
2. Mantu klien menyebutkannya dan berikan penguatan
terhadap kemampuan diri yang berhasil diungkapkan klien.
3. Perlihatkan respons yang konduktif dan jadilah pendengar
yang aktif.
c. Membantu klien agar dapat memilih atau menetapkan kegiatan
sesuai dengan kemampuan. Tindakan keperawatan yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Mendiskusikan dengan klien beberapa aktivitas yang dapat
dilakukan dan pilih sebagai kegiatan yang akan dilakukan
sehari-hari.
2. Bantu klien menetapakan aktivitas yang dapat dilakukan
secara mandiri. Tentukan aktivitas-aktivitas yang
memerlukan bantuan minimal dan bantuan penuh dari
keluarga atau lingkungan terdekat klien. Berikan contoh
cara pelaksanaan aktivitas yang dapat dilakukan klien.
Lakukan penyusunan aktivitas bersama klien dan buatlah
daftar aktivitas atau kegiatan sehari-hari klien.
d. Melatih kegiatan klien yang sudah dipilih sesuai kemampuan.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Mendiskusikan dengan klien untuk menetapkan urutan
kegiatan (yang sudah dipilih klien yang akan dilatih.
2. Bersama klien dan keluarga memperagakan beberapa
kegiatan yang akan dilakukan klien.
3. Berikan dukungan dan pujian yang nyata pada setiap
kemajuan yang diperlihatkan klien.
e. Membantu klien agar dapat merencanakan kegiatan sesuai
kemampuan.
Untuk mencapai tujuan dari tindakan keperawatan tersebut,
saudara dapat melakukan hal-hal berikut:
1. Memberi kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan
yang telah dilakukan.
2. Berikan pujian atas aktivitas atau kegiatan yang dapat yang
dapat dilakukan klien setiap hari.
3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan
perubahan setiap aktivitas.
4. Menyusun daftar setiap aktivitas yang sudah dilakukan
bersama klien dan keluarga.
5. Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya setelah melaksanakan kegiatan
6. Yakikan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang
dilakukan oleh klien.
2. Rencana tindakan keperawatan pada keluarga.
- Tujuan/strategi pelaksanaan
Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk keluarga.
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat klien.
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah
yang dialami klien beserta proses terjadinya.
Strategi Pelaksanaan 2 (SP 2) untuk keluarga.
a. Melatih keluarga untuk memperaktikan cara merawat klien
harga diri rendah.
b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada
klien harga diri rendah.
Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk keluarga
a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat.
b. Menjelaskan follow up klien setelah pulang.
- Tindakan keperawatan untuk keluarga.
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
klien.
b. Jeleskan kepada keluarga tentang kondisi klien yang mengalami
gangguan konsep diri; harga diri rendah kronis.
c. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki klien.
d. Jelaskan cara-cara merawat klien dengan gangguan konsep diri:
harga diri rendah kronis.
e. Demostrasikan cara merawat klien dengan gangguan konsep
diri: harga diri rendah kronis.
f. Bantu klien menyusun rencana kegiatan klien di rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Eko, P. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta :
Salemba Medika.
Iskandar, D. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.
Keliat, B. A., Akemat, Helena, N., & Nurhaeni, H. (2011). Keperawatan
Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic Course). Jakarta: EGC.
NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017, 10
Ed. T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Nurhalimah. (2016). Buku Ajar Cetak Keperawatan: Keperawatan Jiwa. Jakarta:
KEMENKES RI.
Yosep, H. I., & Sutini, T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance
Mental Health Nursing. Bandung: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai