Oleh :
ZAKFAR EVENDY
NIM : 215070209111013
A. PENGERTIAN
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berharga,
tidak berarti, rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri (Keliat, 2011). Harga diri rendah merupakan
evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif
terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
dalam mencapai keinginan (Direja, 2011). Harga diri rendah merupakan
keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri negatif tentang diri atau
kemampuan( Carpenito, 2010)
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu
dimana individu mengalami gangguan dalam penilaian terhadap dirinya
sendiri dan kemampuan yang dimiliki, yang menjadikan hilangnya rasa
kepercayaan diri akibat evaluasi negatif yang berlangsung dalam waktu
yang lama karena merasa gagal dalam mencapai keinginan.
C. ETIOLOGI
Penyebab terjadi harga diri rendah adalah :
1. Pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya.
2. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai,
tidak diberi kesempatan dan tidak diterima.
3. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan, atau
pergaulan
4. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan
menuntut lebih dari kemampuannya.
5. Gangguan psikiatri
6. Ketidakefektifan mengatasi masalah kehilangan
Faktor Predisposisi Harga Diri Rendah Kronis
Berbagai faktor penunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang. Menurut Kemenkes RI (2012) faktor predisposisi ini dapat
dibagi sebagai berikut:
1. Faktor Biologis
Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa, riwayat penyakit atau trauma
kepala
2. Faktor psikologis
Pada pasien yang mengalami harga diri rendah, dapat ditemukan adanya
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, seperti penolakan dan
harapan orang tua yang tidak realisitis, kegagalan berulang, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,
penilaian negatif pasien terhadap gambaran diri, krisis identitas, peran
yang terganggu, ideal diri yang tidak realisitis, dan pengaruh penilaian
internal individu
3. Faktor sosial budaya
Pengaruh sosial budaya meliputi penilaian negatif dari lingkungan
terhadap pasien yang mempengaruhi penilaian pasien, sosial ekonomi
rendah, riwayat penolakan lingkungan pada tahap tumbuh kembang
anak, dan tingkat pendidikan rendah.
A. PENGERTIAN
Suatu keadaan dimana individu tidak memiliki rasa keterkaitan yang
terhubung dengan hubungan interpersonal yang positif, langgeng dan
signifikan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial merupakan keaadaan seseorang
yang mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain karena mungkin merasa ditolak, kesepian dan tidak mampu
menjalin hubungan yang baik antar sesama.
B. RENTANG RESPON
1. Respon Adaptif
Menurut Sutejo (2017) respon adaptif adalah respon yang masih dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayan secara umum yang
berlaku. Dengan kata lain individu tersebut masih dalam batas normal
ketika menyelesaikan masalah. Berikut adalah sikap yang termasuk respon
adaptif:
a. Menyendiri, respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan
apa yang telah terjadi di lingkungan sosialnya.
b. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan
ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
c. Kebersamaan, kemampuan individu dalam hubungan interpersonal
yang saling membutuhkan satu sama lain.
d. Saling ketergantungan (Interdependen), suatu hubungan saling
ketergantungan antara individu dengan orang lain
2. Ambang
b. Kesepian
c. Menarik diri
d. ketergantungan
3. Respon Maladaptif
Menurut Sutejo (2017) respon maladaptif adalah respon yang menyimpang
dari norma sosial dan kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku
yang termasuk respon maladaptif:
a. Manipulasi, kondisi dimana individu cenderung berorientasi pada diri
sendiri.
b. Impulsif merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai
subjek yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya dan tidak mampu
melakukan penilaian secara objektif.
c. Narkisisme, kondisi dimana individu merasa harga diri rapuh, dan mudah
marah.
C. PENYEBAB
1. Perlambatan perkembangan
2. Ketidakmampuan menjalin hubungan yang memuaskan
3. Ketidak sesuaian minat dengan tahap perkembangan
4. Ketidaksesuaian nilai dengan norma
5. Ketidaksesuaian perilaku sosial dengan norma
6. Perubahan penampilan fisik
7. Perubahan status mental
8. Ketidakadekuatan sumber daya personal
Faktor predisposisi
1. Faktor Tumbuh Kembang:
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan
yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
Apabila tugas-tugas dalam setiap perkembangan tidak terpenuhi maka akan
menghambat fase perkembangan sosial selanjutnya.
2. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung untuk
terjadinya gangguan hubungan sosial, seperti adanya komunikasi yang tidak
jelas (double bind) yaitu suatu keadaan dimana individu menerima pesan
yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan, dan ekspresi emosi yang
tinggi di setiap berkomunikasi.
3. Penatalaksanaan Terapi
E. DISCHARGE PLANNING
Menjelaskan rencana paska pulang untuk memandirikan klien dengan mengacu
pada kemampuan klien, menjelaskan rencana tindak lanjut, menghubungkan
klien dan keluarga dengan layanan kesehatan primer serta melakukan rujukan
ke fasilitas kesehatan.
F. EVALUASI
a. Klien mampu memperagakan cara berkenalan
b. Mampu menilai kemampuan dan manfaat yang dapat dirsakan
c. Klien mampu bergaul dan berinteraksi dengan orang lain
d. Klien mampu berbicara saat aktifitas sosial
e. Keluarga mampu menjadi suport sistem bagi klien
ANALISA PROSES INTERAKSI
K : Sore, silahkan. K: Ekpresi datar P merasa senang ada K ragu terhadap orang baru
P: Memandang K tanggapan atas salam
walaupun belum
diekpresikan secara tulus
P : Wah, suasana sore ini P : Memandang ke P ingin memulai K memberikan respon Topik ringan akan
sejuk sekali ya Pak halaman sambil melirik K percakapan dengan topik sepintas dan menunjukkan memudahkan interaksi
K : (diam) K : Ikut melihat ke halaman ringan sebelum masuk ke perhatian cukup terhadap lebih lanjut
lalu menghisap rokoknya kondisi K perawat
dan menunduk lagi
P : Oh ya, perkenalkan saya P : Memandang K sambil P merasa bahwa K harus K masih memberikan Memperkenalkan diri
zakfar evendy biasanya menjulurkan tangan ke K diberikan penjelasan tanggapan secara ragu- dapat menciptakan rasa
dpanggil zakfar, saya K : Mengalihkan rokok ke tentang kedatangan P ragu percaya klien terhadap
mahasiswa praktek disini tangan kiri lalu tanpa perawat
yang akan merawat Bapak. memandang P menerima
K : (diam) uluran tangan P
P : Nama Bapak siapa ? P : Masih menjabat tangan P ingin tahu nama pasien K ragu-ragu Mengenal nama pasien
pasien dan mendekatkan akan memudahkan
diri ke-K interaksi
K : Menoleh sebentar
K : Ong. Ong Tian Bian. K : Menyebut nama dengan P merasa pasien enggan K merasa perkenalan hanya
menunduk dan menarik berkenalan formalitas belaka
tangannya
P : Bapak senangnya P : Memandang K P ingin menjalin kedekatan K mencoba mengingat Nama panggilan
dipanggil dengan nama apa K : Menoleh ke halaman dengan pasien nama yang disukainya merupakan nama akrab
klien sehingga
K : Ong. K : Melihat ke arah P dan P senang walaupun K mulai tertarik dengan menciptakan rasa senang
menjawab singkat lalu jawaban singkat perkenalan dengan P akan adanya pengakuan
menunduk lagi atas namanya
P : Wah, kedengarannya P : Memandang K sambil P mencoba mengakrabkan K berpikir sejenak, Pujian berguna untuk
enak kalau saya manggil tersenyum suasana mengngingat nama yang mendekatkan perawat
Pak Ong K : Menunduk disukainya menjalin hubungan
therapeutik dengan klien
K : Menoleh ke P P merasa pertanyaan
K : Iya P : Memperhatikan K mendapatkan respon K mulai merasa bahwa P
datang untuk membantu K
P : Bapak asalnya dari P : Memandang K P masih berusaha K berpikir dan mengingat- Topik sederhana
mana Pak Ong? K : Menunduk dan berpikir membangun keakraban ingat membantu menjalin
dengan topik sederhana kedekatan dengan klien
K : Salatiga, Jawa Tengah K : Menoleh ke P dan P senang karena K K senang karena ingat
tersenyum lalu menunduk memberi respon daerah asalnya dan
lagi kembali membayangkan
P : Memperhatikan K daerah asalnya tersebut
P : Wah, jauh juga ya. P : Memandang K sambil P mulai mengkaji data K berpikir dan berusaha Lama rawat menentukan
Bapak Ong sudah berapa tersenyum umum pasien mengingat apakah klien kronis atau
lama disini? K : Menghisap rokok dan akut
melemparkannya karena
sudah habis
K : Lama! Dua puluh tahun. K : Bicara tanpa menoleh P P khawatir kalau K membayangkan keadaan
P : Memandang K pertanyaan membuat K yang telah lama dijalaninya
tersinggung
P : Sejak tahun berapa P : Menunjukkan perhatian P berharap dapat K berusaha mengingat Daya ingat pasien dapat
Bapak disini ? K : Menunduk sambil memperoleh data lama dikaji dengan menanyakan
memandang kakinya rawat secara lebih pasti data-data pasien yang
sambil mengkaji daya ingat sederhana
K : Yach, delapan puluh tiga K : Masih menunduk pasien K menjawab dengan
P : Memperhatikan P senang karena mendapat sekedarnya
respon dari K
P : Sekarang Bapak Ong P : Mendekatkan diri ke K P mengkaji daya ingat K K berusaha mengingat- Umur mempengaruhi daya
umurnya berapa? K : Menoleh ke halaman ingat ingat klien
dan terdiam beberapa
lama
K : Em…56 tahun K : Menoleh P sebentar lalu P merasa arah pertanyaan K menjawab sesuai dengan
menunduk lagi sudah dapat dijawab jelas daya ingat yang dimilikinya
P : Tersenyum oleh K
P : Pak Ong ingat nggak, P : Menunjukkan P berhati-hati karena K mengingat-ingat Keluhan utama merupakan
kenapa pak Ong dirawat keseriusan pertanyaan tsb sangat dasar pasien dirawat di RS
disini K : Menunduk spesifik dan takut Jiwa
menyinggung pasien K menjawab ragu-ragu
K : Saraf, sakit saraf. ECT, K : Menoleh ke P dan P lega karena K tidak
ini di ECT. menepuk-nepuk kepalanya tersinggung
P : Pak Ong pernah P : Bertanya pelahan P mengkaji lebih jauh K mengingat-ingat Halusinasi dapat terjadi
ngamuk? K : Menunduk alasan pasien dirawat kapan saja karena adanya
stimulus tertentu
K : Nggak, nggak, saya suka K : Menoleh ke halaman P kaget, dan sadar kalau K mengalami halusinasi
ngelamun. Enak sendirian. lalu menunjuk-nunjuk pasien mengalami lihat
Kakak saya sudah P : Memperhatikan respon halusinasi lihat
meninggal tapi hidup lagi. pasien
Itu dia !!
P:- P : Masih kaget P mendiamkan karena K melihat kakaknya dan Dengan diam therapeutik,
K : Memandang ke belum menemukan mencoba menceritakannya klien merasa didengarkan
halaman pertanyaan yang tepat pada P dan bercerita tentang
K : Kakak saya orangnya untuk K keadaannya
sukses, sayang mati, anak K : Menunjuk ke halaman P menemukan adanya K teringat kondisi
saya tujuh belas semuanya dan nyerocos flight of ideas dan berpikir keluarganya
di Jerman. P : Memperhatikan tentang faktor penyebab
P : Bapak Ong sudah P : Mendekatkan diri P berusaha mengkaji data K membayangkan keadaan Waham kemungkinan
berkeluarga? K : Memandang kosong ke yang terkait kata-katanya keluarganya terjadi karena menarik diri
halaman tadi
K : Anak saya di Jerman K : Menunduk sambil K menikmati waham yang
dan di Peking. Saya nyerocos P menemukan adanya dirasakannya
profesor, ngajar di UI, P : Memperhatikan kemungkinan waham
bolak-balik dari Bandung kebesaran pada pasien
ke Jerman.
P:- P : Memperhatikan P mendiamkan dengan K membayangkan ank- Diam therapeutik akan
K : Menunduk harapan pasien akan lebih anaknya membantu pasien
terbuka tetang dirinya mengungkapkan
perasaannya pada perawat
K : Keadaan diluar perang, K : Berbisik pada P dengan P menemukan adanya fligt K sedih tentang anaknya
Ong pusing mikirin biaya nada sedih of ideas
anak-anak, pada kuliah. P : Mendengarkan dengan
serius
P : Pak Ong, kegiatan bapak P : Menepuk bahu K P mencoba mengalihkan K teralih karena Pengalihan agar klien tidak
sehari-hari ngapain saja K : Menoleh P pembicaraan terkait pertanyaan baru larut dalam waham dan
Pak ? waham halusinasinya
K : Menggaruk-garuk
K : Mandi, makan ehm…ya kepalanya P merasa senang karena K bingung tentang yang
itu. P : Memperhatikan respon pasien bisa beralih dilakukannya sehari-hari
K
P : Kemudian? P : Menekankan P mencoba menggali data K mengingat-ingat Tehnik ekplorasi berguna
pertanyaan lebih dalam untuk mendapatkan lebih
K : Menunduk banyak data terkait
K : Baca-baca buku. Saya P menemukan lagi adanya K merasa dirinya harus masalah klien
kan profesor. K : Menoleh P kemungkinan waham rajin belajar
P : Memperhatikan
P : Bapak Ong betah tinggal P : Melihat halaman P mengalihkan perhatian K K masih terbawa oleh Pengalihan agar pasien
di sini?Suasananya enak K : menunduk dari waham waham tidak larut pada waham
ya! dan halusinasinya pada
K : Ikut melihat halaman P senang karena dapat fase interaksi ini
K : Betah. P : memperhatikan mengalihkan perhatian K berusaha menjawab
pasien sekenanya
P : Tentunya keluarga P : Memandang K sambil P ingin mengkaji K berusaha mengingat Keluarga merupakan
Bapak Ong suka menjenguk tersenyum keterlibatan keluarga keluarganya support sistem bagi klien
kesini. K : Menoleh P terhadap perawatan K sehingga harus dikaji
keterlibatannya
K : Menunduk lagi K ingat terhadap
K : Sebulan sekali. P : Memperhatikan respon P senang mendapatkan keluarganya
K jawaban K
P : Kalau Pak Ong suka P : Memandang K P mengkaji hubungan K K mengingat hubungannya Berada di lingkungan
pulang juga ya? K : Menunduk dengan keluarganya dengan keluarga keluarga akan membuat
klien melihat realitas
K : Ya, sebulan sekali juga K : Menoleh P dan P senang mendapatkan K senang membayangkan menyenangkan atau
tersenyum jawaban sesuai pertanyaan pulang malahan stressor
P : Memperhatikan
P : Kalau di rumah, ngapain P : Memandang K sambil P berusaha mengkaji K mengingat aktivitasnya di Aktivitas di rumah
aja Pak Ong tersenyum aktivitas K di rumah rumah merupakan data pantas
K : Menoleh P lalu melihat tidaknya pasien dilibatkan
ke halaman dalam keluarga
P : Pak Ong, kita tadi sudah P : Memandang K P ingin mengakhiri fase I K memperhatikan P Evaluasi fase I berhasil jika
berkenalan, masih inget K : Menoleh karena sudah cukup K dapat mengingat nama P
nggak nama saya? banyak data yang terkaji sehingga nantinya terjalin
trust
K : Made K : Memandang P dan P senang karena K ingat K mengingat-ingat nama P
tersenyum nama P
P : Memperhatikan
P : Nah, saya senang sekali P : Menepuk bahu K P memberikan K senang diberikan Kontrak berikutnya harus
bisa ngobrol dengan pak K : Menoleh dan reinforcement pada K reinforcement ditentukan dan harus
Ong. Bagaimana kalau tersenyum mendapatkan persetujuan
selesai makan kita ngobrol klien agar klien ingat
lagi? Sebentar saja kok, terhadap kontrak
yach cukup 20 menit saja.
P : Terimakasih atas P : Menepuk bahu K dan P menutup fase I K menunjukkan rasa Salam penutup merupakan
kesediaan Pak Ong ngobrol mengulurkan jabat tangan percaya pada P akhir fase yang harus
dengan saya, selamat sore K : Menoleh, menjabat dilakukan untuk mencegah
tangan P tidak percaya pada klien
KESAN PERAWAT :
Fase awal yaitu fase I (perkenalan) dapat dilaksanakan dengan baik.Klien cukup kooperatif walaupun sering terganggu dengan
halusinasinya. Data yang tergali adalah data mengenai harga diri rendah kronik, halusinasi lihat, menarik diri, koping individu tidak efektif,
koping keluarga kurang efektif, flight of ideas dan ideal diri yang tinggi. Kontrak selanjutnya telah dilaksanakan dan pasien menerima
kontrak tersebut. Secara umum proses interaksi sudah dapat dilanjutkan dengan fase berikutnya yaitu fase kerja.