Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN TUGAS MANDIRI

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


PADA HARGA DIRI RENDAH DAN ISOLASI SOSIAL

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Psikiatri


Dosen pengampu :
Ns. Muhammad Sunarto, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.J.

Oleh :
ZAKFAR EVENDY
NIM : 215070209111013

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA HARGA DIRI RENDAH DAN ISOLASI SOSIAL

A. PENGERTIAN
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berharga,
tidak berarti, rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri (Keliat, 2011). Harga diri rendah merupakan
evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif
terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
dalam mencapai keinginan (Direja, 2011). Harga diri rendah merupakan
keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri negatif tentang diri atau
kemampuan( Carpenito, 2010)
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu
dimana individu mengalami gangguan dalam penilaian terhadap dirinya
sendiri dan kemampuan yang dimiliki, yang menjadikan hilangnya rasa
kepercayaan diri akibat evaluasi negatif yang berlangsung dalam waktu
yang lama karena merasa gagal dalam mencapai keinginan.

B. RENTANG RESPON HARGA DIRI


1. Respon adaptif, meliputi:
a. Aktualisasi diri
Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima individu dapat
mengapresiasikan kemampuan yang dimilikinya
b. Konsep diri positif
Apabila individu mempunyai pengalaman positif dalam
beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang
negatif dari dirinya. Individu dapat mengidentifikasi kemampuan
dan kelemahannya secara jujur dalam menilai suatu masalah
individu berfikir secara positif dan realistis.
2. Harga diri rendah, merupakan transisi antara respon adaptif dan
maladaptif dimana individu cenderung untuk menilai dirinya negatif
dan merasa lebih rendah dari orang lain.
3. Respon maladaptif, meliputi
a. Kekacauan identitas
Suatu kegagalan individu mengintegrasikan berbagai identifikasi
masa kanak-kanak kendala kepribadian psikososial dewasa yang
harmonis
b. Depersonalisasi
Perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan sdirinya dengan orang lain.

C. ETIOLOGI
Penyebab terjadi harga diri rendah adalah :
1. Pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya.
2. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai,
tidak diberi kesempatan dan tidak diterima.
3. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan, atau
pergaulan
4. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan
menuntut lebih dari kemampuannya.
5. Gangguan psikiatri
6. Ketidakefektifan mengatasi masalah kehilangan
Faktor Predisposisi Harga Diri Rendah Kronis
Berbagai faktor penunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang. Menurut Kemenkes RI (2012) faktor predisposisi ini dapat
dibagi sebagai berikut:
1. Faktor Biologis
Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa, riwayat penyakit atau trauma
kepala
2. Faktor psikologis
Pada pasien yang mengalami harga diri rendah, dapat ditemukan adanya
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, seperti penolakan dan
harapan orang tua yang tidak realisitis, kegagalan berulang, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,
penilaian negatif pasien terhadap gambaran diri, krisis identitas, peran
yang terganggu, ideal diri yang tidak realisitis, dan pengaruh penilaian
internal individu
3. Faktor sosial budaya
Pengaruh sosial budaya meliputi penilaian negatif dari lingkungan
terhadap pasien yang mempengaruhi penilaian pasien, sosial ekonomi
rendah, riwayat penolakan lingkungan pada tahap tumbuh kembang
anak, dan tingkat pendidikan rendah.

Faktor Presipitasi Harga Diri Rendah Kronis


Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan
atau produktifitas yang menurun. Secara umum gangguan konsep diri harga
diri rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik. Secara situsional
misalnya karena trauma yang muncul tiba-tiba, sedangkan yang kronik
biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah
memiliki pikiran negatif dan meningkat saat dirawat (yosep, 2009)
Menurut Kemenkes RI (2012) faktor presipitasi harga diri rendah antara
lain:
1. Trauma: penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan
2. Ketegangan peran: berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi
3. Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan
4. Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian
5. Transisi peran sehat-sakit: sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat
dan keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian
tubuh; perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh;
perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal;
prosedur medis dan keperawatan.

D. TANDA DAN GEJALA HARGA DIRI RENDAH KRONIS


Tanda dan gejala harga diri rendah dapat dinilai dari ungkapan pasien yang
menunjukkan penilaian tentang dirinya dan didukung dengan data hasil
wawancara dan observasi (Kemenkes, RI)
1. Data subjektif
Pasien mengungkapkan tentang hal negatif diri sendiri atau orang lain,
Perasaan tidak mampu,pandangan hidup yang pesimis,penolakan terhadap
kemampuan diri.
2. Data objektif
Penurunan produktifitas, tidak berani menatap lawan bicara,lebih banyak
menundukkan kepala saat berinteraksi, bicara lambat dengan nada suara
rendah
3. Manifestasi yang bisa muncul pada klien gangguan jiwa dengan harga
diri rendah adalah: Mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu,
pandangan hidup yang pesimis, tidak menerima pujian, penurunan
produktifitas, penolakan terhadap kemampuan diri, kurang
memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan
kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk

E. MEKANISME KOPING KLIEN HARGA DIRI RENDAH


Mekanisme koping klien harga diri rendah menurut Ridhyalla Afnuhazi
(2015) adalah:
1. Jangka pendek
a. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis:
pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus.
b. Kegiatan mengganti identitas sementara (ikut kelompok sosial,
keagaman, politik).
c. Kegiatan yang memberi dukungan sementara (kompetisi olahraga
kontes popularitas).
d. Kegiatan mencoba menghilangkan identitas sementara
(penyalahgunaan obat).
2. Jangka panjang
a. Menutup identitas
b. Identitas negatif: asumsi yang bertentangan dengan nilai dan
harapan masyarakat.

F. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN KLIEN HARGA DIRI


RENDAH
Strategi pelaksanaan tindakan dan komunikasi (SP/SK) merupakan suatu
metode bimbingan dalam melaksanakan tindakan keperawatan yang
berdasarkan kebutuhan pasien dan mengacu pada standar dengan
mengimplementasikan komunikasi yang efektif. Penatalaksanaan harga diri
rendah tindakan keperawatan pada pasien menurut Suhron (2017)
diantaranya:
1. Tujuan asuhan keperawatan, pasien mampu:
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. Menilai kemampuan yang dapat digunakan
d. Menetapkan atau memilih kegiatan yang telah dipilih sesuai
kemampuan
e. Merencanakan kegiatan yang telah dilatih
f. Merasa harga dirinya meningkat
2. Tindakan keperawatan
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
pasien
b. Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan
c. Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan/kegiatan yang
akan dilakukan
d. Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
3. Tindakan keperawatan keluarga pada klien harga diri rendah
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat klien
b. Menjelaskan pengertian, tanda gejala, proses terjadinya harga diri
rendah dan mengambil keputusan merawat klien.
c. Mendiskusikan kemampuan atau aspek positif klien yang dimiliki
sebelum dan setelah sakit.
d. Melatih keluarga cara merawat harga diri rendah dan memberikan
pujian.
e. Melatih keluarga memberi tanggung jawab kegiatan pertama dan
membimbing klien merawat harga diri rendah dan memberikan
pujian.
4. Tindakan keperawatan kelompok
Pemberian edukasi pendidikan kesehatan pada kelompok keluarga
pasien harga diri rendah dengan menggunakan SAP dan Leaflet
5. Tindakan keperawatan kolaboratif
Melakukan tindakan kolaboratif dengan dokter dan PPA lain dengan
memberikan program terapi dokter, menjelaskan dan mengobservasi
manfaat dan efek samping obat.
6. Discharge planning
Menjelaskan rencana paska pulang untuk memandirikan klien dengan
mengacu pada kemampuan klien, menjelaskan rencana tindak lanjut,
menghubungkan klien dan keluarga dengan layanan kesehatan primer
serta melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan.
7. Evaluasi
Melakukan penilaian latihan kemampuan positif yang dimiliki
meningkat dan dapat digunakan, klien dapat merasakan manfaat latihan
dan harga diri yang meningkat serta keluarga mampu menjadi support
sistem bagi pasien.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ISOLASI SOSIAL

A. PENGERTIAN
Suatu keadaan dimana individu tidak memiliki rasa keterkaitan yang
terhubung dengan hubungan interpersonal yang positif, langgeng dan
signifikan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial merupakan keaadaan seseorang
yang mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain karena mungkin merasa ditolak, kesepian dan tidak mampu
menjalin hubungan yang baik antar sesama.

B. RENTANG RESPON
1. Respon Adaptif
Menurut Sutejo (2017) respon adaptif adalah respon yang masih dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayan secara umum yang
berlaku. Dengan kata lain individu tersebut masih dalam batas normal
ketika menyelesaikan masalah. Berikut adalah sikap yang termasuk respon
adaptif:
a. Menyendiri, respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan
apa yang telah terjadi di lingkungan sosialnya.
b. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan
ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
c. Kebersamaan, kemampuan individu dalam hubungan interpersonal
yang saling membutuhkan satu sama lain.
d. Saling ketergantungan (Interdependen), suatu hubungan saling
ketergantungan antara individu dengan orang lain
2. Ambang
b. Kesepian
c. Menarik diri
d. ketergantungan
3. Respon Maladaptif
Menurut Sutejo (2017) respon maladaptif adalah respon yang menyimpang
dari norma sosial dan kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku
yang termasuk respon maladaptif:
a. Manipulasi, kondisi dimana individu cenderung berorientasi pada diri
sendiri.
b. Impulsif merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai
subjek yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya dan tidak mampu
melakukan penilaian secara objektif.
c. Narkisisme, kondisi dimana individu merasa harga diri rapuh, dan mudah
marah.

C. PENYEBAB
1. Perlambatan perkembangan
2. Ketidakmampuan menjalin hubungan yang memuaskan
3. Ketidak sesuaian minat dengan tahap perkembangan
4. Ketidaksesuaian nilai dengan norma
5. Ketidaksesuaian perilaku sosial dengan norma
6. Perubahan penampilan fisik
7. Perubahan status mental
8. Ketidakadekuatan sumber daya personal
Faktor predisposisi
1. Faktor Tumbuh Kembang:
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan
yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
Apabila tugas-tugas dalam setiap perkembangan tidak terpenuhi maka akan
menghambat fase perkembangan sosial selanjutnya.
2. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung untuk
terjadinya gangguan hubungan sosial, seperti adanya komunikasi yang tidak
jelas (double bind) yaitu suatu keadaan dimana individu menerima pesan
yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan, dan ekspresi emosi yang
tinggi di setiap berkomunikasi.

3. Faktor Sosial Budaya


Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu
faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini
disebabkan oleh norma-norma yang salah dianut oleh keluarga, dimana setiap
anggota keluarga yang tidak produktif seperti lanjut usia, berpenyakitan
kronis, dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosial.
1 Faktor Biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung yang bisa
menyebabkan terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang
jelas mempengaruhi adalah otak.
Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan hubungan sosial juga
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor
presipitasi dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Stressor Sosial Budaya
Stress dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor
keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang
yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat dirumah sakit.
5. Stressor Psikologi
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah
dengan orang dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
ketergantungan dapat menimbulkan kecemasan tingkat tinggi.
Faktor presipitasi
Stresor presipitasi pada pasien isolasi sosial antara lain adanya riwayat penyakit
infeksi, penyakit kronis, KDRT, gagal dalam hidup,kemiskinan, adanya tuntutan
dalam keluarga atau konflik antar masyarakat

D. ASUHAN KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL


1. Pengkajian
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian adalah gejala mayor yaitu:
a. Subyektif: pasien merasa ingin sendirian dan merasa tidak aman ditempat
umum
b. Obyektif: Menarik diri,dan menolak berinteraksi dengan lingkungan

Gejala minor saat pengkajian yaitu:


a. Subyektif: merasa berbeda dengan orang lain, merasa asyik dengan
pikiran sendiri dan merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas.
b. Obyektif: Afek datar, sedih, riwayat ditolak, menunjukkan permusuhan,
tidak mampu memenuhi harapan orang lain, kondisi difabel, tindakan
tidak berarti, tidak ada kontak mata, perkembangan terlambat dan tidak
bergairah

2. Tujuan Asuhan Keperawatan


a. Kognitif: klien mampu mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala serta
menyadari bahwa dirinya mengalami isolasi sosial
b. Psikomotor: klien mampu melakukan interaksi secara bertahap dengan
keluarga dan lingkungan, berkenalan dengan perawat, bercakap- cakap
dalam melakukan kegiatan harian, mau berinteraksi sosial.
c. Afektif: klien mampu menilai kemampuan dalam berkenalan secara
bertahap, merasakan manfaat memiliki banyak teman dan
melaksanakankegiatan bersama orang lain.

3. Penatalaksanaan Terapi

Penatalaksaan yang dapat diberikan kepada kliendengan isolasi sosial antara


lain pendekatan farmakologi, psikososial, terapi aktivitas, terapi okupasi,
rehabilitasi, dan program intervensi keluarga (Yusuf, 2019).
a. Terapi Farmakologi
1) Chlorpromazine (CPZ)
Indikasi: Untuk Syndrome Psikosis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai
norma sosial dan titik diri terganggu. Berdaya berat dalam fungsi-
fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku
yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi
kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan
melakukan kegiatan rutin.
Efek samping: sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/
parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defikasi,
hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi,
gangguan irama jantung), gangguan endokrin, metabolik, biasanya
untuk pemakaian jangka panjang.
2). Haloperidol (HLP)
Indikasi: Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam
fungsi netral serta dalam kehidupan sehari-hari. Efek samping: Sedasi
dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik
3). Trihexy Phenidyl (THP)
Indikasi: Segala jenis penyakit parkinson, termasuk paska ensepalitis
dan idiopatik, sindrom parkinson, akibat obat misalnya reserpine dan
fenotiazine. Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor gangguan
otonomik.
b. Terapi Psikososial
Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian penting
dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi:
memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang
terapeutik, bersifat empati, menerima pasien apa adanya, memotivasi
pasien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap
ramah, sopan, dan jujur kepada pasien (Videbeck, 2012).
c. Terapi Individu
Terapi individual adalah metode yang menimbulkan perubahan pada
individu dengan cara mengkaji perasaan, sikap, cara pikir, dan perilaku-
perilakunya. Terapi ini meliputi hubungan satu-satu antara ahli terapi dan
klien(Videbeck, 2012). Terapi individu juga merupakan salah satu bentuk
terapi yang dilakukan secara individu oleh perawat kepada klien secara
tatap muka perawat-klien dengan cara yang terstruktur dan durasi waktu
tertentu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Zakiyah, 2018).
Salah satu bentuk terapi individu yang bisa diberikan oleh perawat kepada
klien dengan isolasi sosial adalah pemberian Strategi Pelaksanaan (SP).
Dalam pemberian strategi pelaksanaan klien dengan isolasi sosial hal
yang paling penting perawat lakukan adalah berkomunikasi dengan teknik
terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah suatu interaksi interpersonal
antara perawat dan klien, yang selama interaksi berlangsung, perawat
berfokus pada kebutuhan khusus klien untuk meningkatkan pertukaran
informasi yang efektif antara perawat dan klien (Videbeck, 2012).
Semakin baik komunikasi perawat, maka semakin bekualitas pula asuhan
keperawatan yang diberikan kepadaklien karena komunikasi yang baik
dapat membina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien,
perawat yang memiliki keterampilan dalam berkomunikasi secara
terapeutik tidak saja mudah menjalin hubungan saling percaya dengan
klien, tapi juga dapat menumbuhkan sikap empati dan caring, mencegah
terjadi masalah lainnya, memberikan kepuasan profesional dalam
pelayanan keperawatan serta memudahan dalam mencapai tujuan
intevensi keperawatan (Sarfika, 2018).
d. Terapi Aktivitas Kelompok
Menurut Keliat (2015) terapi aktivitas kelompok sosialisasi merupakan
suatu rangkaian kegiatan kelompok dimana klien dengan masalah isolasi
sosial akan dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada
di sekitarnya. Sosialissai dapat pula dilakukan secara bertahap dari
interpersonal, kelompok, dan massa. Aktivitas yang dilakukan berupa
latihan sosialisasi dalam kelompok, dan akan dilakukan dalam 7 sesi
dengan tujuan:
Sesi 1 : Klien mampu memperkenalkan diri
Sesi 2 : Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
Sesi 3 : Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
Sesi 4 : Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik
percakapan
Sesi 5 : Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah
pribadi pada orang lain
Sesi 6 : Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi
kelompok
Sesi 7 : Klien mampu menyampaikan pendapat tentang mamfaat
kegiatan TAKS yang telah dilakukan.
e. Tindakan keperawatan keluarga pada klien isolasi sosial
1) Menjelaskan masalah klien isolasi sosial pada keluarga
mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat klien isolasi
sosial)
2) Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada pasien
isolasi sosial
3) Menjelaskan dan melatih keluarga menciptakan lingkungan terapeutik
bagi klien isolasi sosial
4) Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk
follow up, cara rujukan kesehatan klien dan mencegah kekambuhan
f. Tindakan Keperawatan Kelompok
Pemberian edukasi penkes pada kelompok keluarga dengan
menggunakan SAP dan Leaflet
g. Tindakan Kolaborasi
Melakukan tindakan kolaboratif dengan dokter dan PPA lain dengan
memberikan program terapi dokter, menjelaskan dan mengobservasi
manfaat dan efek samping obat.

E. DISCHARGE PLANNING
Menjelaskan rencana paska pulang untuk memandirikan klien dengan mengacu
pada kemampuan klien, menjelaskan rencana tindak lanjut, menghubungkan
klien dan keluarga dengan layanan kesehatan primer serta melakukan rujukan
ke fasilitas kesehatan.

F. EVALUASI
a. Klien mampu memperagakan cara berkenalan
b. Mampu menilai kemampuan dan manfaat yang dapat dirsakan
c. Klien mampu bergaul dan berinteraksi dengan orang lain
d. Klien mampu berbicara saat aktifitas sosial
e. Keluarga mampu menjadi suport sistem bagi klien
ANALISA PROSES INTERAKSI

Nama Mahasiswa : Zakfar Evendy


Tanggal : 30 Agustus 2021
Waktu : Pkl. 16.30 - 16.50 WIB (20 Menit)
Tempat : Ruang 23
Inisial Klien : Tn.O
Interaksi ke : I (Fase Perkenalan)
Lingkungan : Meja makan, berhadapan dengan klien, suasana tenang
Deskripsi pasien : Penampilan kurang rapi, pakaian banyak lobang bekas rokok, pasien merokok puntung, menunduk.
Tujuan komunikasi : Klien dapat mengenal perawat dan mengungkapkan secara terbuka permasalahnya

KOMUNIKASI NON ANALISA BERPUSAT PADA ANALISA BERPUSAT PADA


KOMUNIKASI VERBAL RASIONAL
VERBAL PERAWAT KLIEN
P : Selamat sore Pak, boleh P: Memandang K dan P : Ingin membuka K masih ragu terhadap Salam merupakan kalimat
saya duduk di sebelah tersenyum percakapan dengan klien orang baru yang masuk ke pembuka untuk memulai
Bapak ? K: Ekpresi datar dan berharap dengan lingkungannya suatu percakapan sehingga
sapaan sederhana P bisa dapat terjalin rasa percaya.
diterima oleh K.

K : Sore, silahkan. K: Ekpresi datar P merasa senang ada K ragu terhadap orang baru
P: Memandang K tanggapan atas salam
walaupun belum
diekpresikan secara tulus
P : Wah, suasana sore ini P : Memandang ke P ingin memulai K memberikan respon Topik ringan akan
sejuk sekali ya Pak halaman sambil melirik K percakapan dengan topik sepintas dan menunjukkan memudahkan interaksi
K : (diam) K : Ikut melihat ke halaman ringan sebelum masuk ke perhatian cukup terhadap lebih lanjut
lalu menghisap rokoknya kondisi K perawat
dan menunduk lagi
P : Oh ya, perkenalkan saya P : Memandang K sambil P merasa bahwa K harus K masih memberikan Memperkenalkan diri
zakfar evendy biasanya menjulurkan tangan ke K diberikan penjelasan tanggapan secara ragu- dapat menciptakan rasa
dpanggil zakfar, saya K : Mengalihkan rokok ke tentang kedatangan P ragu percaya klien terhadap
mahasiswa praktek disini tangan kiri lalu tanpa perawat
yang akan merawat Bapak. memandang P menerima
K : (diam) uluran tangan P

P : Nama Bapak siapa ? P : Masih menjabat tangan P ingin tahu nama pasien K ragu-ragu Mengenal nama pasien
pasien dan mendekatkan akan memudahkan
diri ke-K interaksi
K : Menoleh sebentar

K : Ong. Ong Tian Bian. K : Menyebut nama dengan P merasa pasien enggan K merasa perkenalan hanya
menunduk dan menarik berkenalan formalitas belaka
tangannya
P : Bapak senangnya P : Memandang K P ingin menjalin kedekatan K mencoba mengingat Nama panggilan
dipanggil dengan nama apa K : Menoleh ke halaman dengan pasien nama yang disukainya merupakan nama akrab
klien sehingga
K : Ong. K : Melihat ke arah P dan P senang walaupun K mulai tertarik dengan menciptakan rasa senang
menjawab singkat lalu jawaban singkat perkenalan dengan P akan adanya pengakuan
menunduk lagi atas namanya
P : Wah, kedengarannya P : Memandang K sambil P mencoba mengakrabkan K berpikir sejenak, Pujian berguna untuk
enak kalau saya manggil tersenyum suasana mengngingat nama yang mendekatkan perawat
Pak Ong K : Menunduk disukainya menjalin hubungan
therapeutik dengan klien
K : Menoleh ke P P merasa pertanyaan
K : Iya P : Memperhatikan K mendapatkan respon K mulai merasa bahwa P
datang untuk membantu K

P : Bapak asalnya dari P : Memandang K P masih berusaha K berpikir dan mengingat- Topik sederhana
mana Pak Ong? K : Menunduk dan berpikir membangun keakraban ingat membantu menjalin
dengan topik sederhana kedekatan dengan klien
K : Salatiga, Jawa Tengah K : Menoleh ke P dan P senang karena K K senang karena ingat
tersenyum lalu menunduk memberi respon daerah asalnya dan
lagi kembali membayangkan
P : Memperhatikan K daerah asalnya tersebut

P : Wah, jauh juga ya. P : Memandang K sambil P mulai mengkaji data K berpikir dan berusaha Lama rawat menentukan
Bapak Ong sudah berapa tersenyum umum pasien mengingat apakah klien kronis atau
lama disini? K : Menghisap rokok dan akut
melemparkannya karena
sudah habis

K : Lama! Dua puluh tahun. K : Bicara tanpa menoleh P P khawatir kalau K membayangkan keadaan
P : Memandang K pertanyaan membuat K yang telah lama dijalaninya
tersinggung
P : Sejak tahun berapa P : Menunjukkan perhatian P berharap dapat K berusaha mengingat Daya ingat pasien dapat
Bapak disini ? K : Menunduk sambil memperoleh data lama dikaji dengan menanyakan
memandang kakinya rawat secara lebih pasti data-data pasien yang
sambil mengkaji daya ingat sederhana
K : Yach, delapan puluh tiga K : Masih menunduk pasien K menjawab dengan
P : Memperhatikan P senang karena mendapat sekedarnya
respon dari K

P : Sekarang Bapak Ong P : Mendekatkan diri ke K P mengkaji daya ingat K K berusaha mengingat- Umur mempengaruhi daya
umurnya berapa? K : Menoleh ke halaman ingat ingat klien
dan terdiam beberapa
lama

K : Em…56 tahun K : Menoleh P sebentar lalu P merasa arah pertanyaan K menjawab sesuai dengan
menunduk lagi sudah dapat dijawab jelas daya ingat yang dimilikinya
P : Tersenyum oleh K
P : Pak Ong ingat nggak, P : Menunjukkan P berhati-hati karena K mengingat-ingat Keluhan utama merupakan
kenapa pak Ong dirawat keseriusan pertanyaan tsb sangat dasar pasien dirawat di RS
disini K : Menunduk spesifik dan takut Jiwa
menyinggung pasien K menjawab ragu-ragu
K : Saraf, sakit saraf. ECT, K : Menoleh ke P dan P lega karena K tidak
ini di ECT. menepuk-nepuk kepalanya tersinggung

P : Pak Ong pernah P : Bertanya pelahan P mengkaji lebih jauh K mengingat-ingat Halusinasi dapat terjadi
ngamuk? K : Menunduk alasan pasien dirawat kapan saja karena adanya
stimulus tertentu
K : Nggak, nggak, saya suka K : Menoleh ke halaman P kaget, dan sadar kalau K mengalami halusinasi
ngelamun. Enak sendirian. lalu menunjuk-nunjuk pasien mengalami lihat
Kakak saya sudah P : Memperhatikan respon halusinasi lihat
meninggal tapi hidup lagi. pasien
Itu dia !!
P:- P : Masih kaget P mendiamkan karena K melihat kakaknya dan Dengan diam therapeutik,
K : Memandang ke belum menemukan mencoba menceritakannya klien merasa didengarkan
halaman pertanyaan yang tepat pada P dan bercerita tentang
K : Kakak saya orangnya untuk K keadaannya
sukses, sayang mati, anak K : Menunjuk ke halaman P menemukan adanya K teringat kondisi
saya tujuh belas semuanya dan nyerocos flight of ideas dan berpikir keluarganya
di Jerman. P : Memperhatikan tentang faktor penyebab
P : Bapak Ong sudah P : Mendekatkan diri P berusaha mengkaji data K membayangkan keadaan Waham kemungkinan
berkeluarga? K : Memandang kosong ke yang terkait kata-katanya keluarganya terjadi karena menarik diri
halaman tadi
K : Anak saya di Jerman K : Menunduk sambil K menikmati waham yang
dan di Peking. Saya nyerocos P menemukan adanya dirasakannya
profesor, ngajar di UI, P : Memperhatikan kemungkinan waham
bolak-balik dari Bandung kebesaran pada pasien
ke Jerman.
P:- P : Memperhatikan P mendiamkan dengan K membayangkan ank- Diam therapeutik akan
K : Menunduk harapan pasien akan lebih anaknya membantu pasien
terbuka tetang dirinya mengungkapkan
perasaannya pada perawat
K : Keadaan diluar perang, K : Berbisik pada P dengan P menemukan adanya fligt K sedih tentang anaknya
Ong pusing mikirin biaya nada sedih of ideas
anak-anak, pada kuliah. P : Mendengarkan dengan
serius
P : Pak Ong, kegiatan bapak P : Menepuk bahu K P mencoba mengalihkan K teralih karena Pengalihan agar klien tidak
sehari-hari ngapain saja K : Menoleh P pembicaraan terkait pertanyaan baru larut dalam waham dan
Pak ? waham halusinasinya
K : Menggaruk-garuk
K : Mandi, makan ehm…ya kepalanya P merasa senang karena K bingung tentang yang
itu. P : Memperhatikan respon pasien bisa beralih dilakukannya sehari-hari
K
P : Kemudian? P : Menekankan P mencoba menggali data K mengingat-ingat Tehnik ekplorasi berguna
pertanyaan lebih dalam untuk mendapatkan lebih
K : Menunduk banyak data terkait
K : Baca-baca buku. Saya P menemukan lagi adanya K merasa dirinya harus masalah klien
kan profesor. K : Menoleh P kemungkinan waham rajin belajar
P : Memperhatikan
P : Bapak Ong betah tinggal P : Melihat halaman P mengalihkan perhatian K K masih terbawa oleh Pengalihan agar pasien
di sini?Suasananya enak K : menunduk dari waham waham tidak larut pada waham
ya! dan halusinasinya pada
K : Ikut melihat halaman P senang karena dapat fase interaksi ini
K : Betah. P : memperhatikan mengalihkan perhatian K berusaha menjawab
pasien sekenanya
P : Tentunya keluarga P : Memandang K sambil P ingin mengkaji K berusaha mengingat Keluarga merupakan
Bapak Ong suka menjenguk tersenyum keterlibatan keluarga keluarganya support sistem bagi klien
kesini. K : Menoleh P terhadap perawatan K sehingga harus dikaji
keterlibatannya
K : Menunduk lagi K ingat terhadap
K : Sebulan sekali. P : Memperhatikan respon P senang mendapatkan keluarganya
K jawaban K

P : Kalau Pak Ong suka P : Memandang K P mengkaji hubungan K K mengingat hubungannya Berada di lingkungan
pulang juga ya? K : Menunduk dengan keluarganya dengan keluarga keluarga akan membuat
klien melihat realitas
K : Ya, sebulan sekali juga K : Menoleh P dan P senang mendapatkan K senang membayangkan menyenangkan atau
tersenyum jawaban sesuai pertanyaan pulang malahan stressor
P : Memperhatikan
P : Kalau di rumah, ngapain P : Memandang K sambil P berusaha mengkaji K mengingat aktivitasnya di Aktivitas di rumah
aja Pak Ong tersenyum aktivitas K di rumah rumah merupakan data pantas
K : Menoleh P lalu melihat tidaknya pasien dilibatkan
ke halaman dalam keluarga

K : Yah, tidur dan baca- K : Memandang P P menemukan K menikmati waham yang


baca buku penelitian. P : Memperhatikan respon pengulangan terhadap dialaminya
Profesor harus banyak K waham pada K
baca.
P : Suka ngobrol nggak P : Memandang K P mengkaji peran keluarga K mengingat aktivitasnya di Menarik diri membuat K
dengan keluarga K : Menunduk terhadap K rumah asyik dengan dunianya
sendiri
K : Enakan diem, soalnya K : Menunduk P mendapatkan data K menganggap ngobrol
mengganggu saya baca P : Memperhatikan menarik diri pada K mengganggu wahamnya
buku
P : Bagaimana perasaan P : Memandang K P mengalihkan topik K bingung dengan Pengalihan agar K tidak
Pak Ong sekarang? K : Menunduk bahasan pertanyaan yang diberikan larut dengan wahamnya

K : Saraf, sakit saraf. Kakak K : Menggaruk-garuk K menjawab tentang


saya hidup lagi, itu dia. kepala P bingung harus ngobrol keadaannya
P : Memperhatikan tentang apa lagi
P:- P : Memandang halaman P memikirkan topik lain K merenungkan Diam berguna untuk
K : Ikut memandang yang terkait keadaannya memikirkan interaksi
halaman selanjutnya

K : Dia sukses. K : Menunjuk ke halaman P kaget karena kembali K menikmati halusinasi


P : Kaget dan menemukan adanya lihatnya
memperhatikan respon K halusinasi pada K

P : Pak Ong, kita tadi sudah P : Memandang K P ingin mengakhiri fase I K memperhatikan P Evaluasi fase I berhasil jika
berkenalan, masih inget K : Menoleh karena sudah cukup K dapat mengingat nama P
nggak nama saya? banyak data yang terkaji sehingga nantinya terjalin
trust
K : Made K : Memandang P dan P senang karena K ingat K mengingat-ingat nama P
tersenyum nama P
P : Memperhatikan

P : Nah, saya senang sekali P : Menepuk bahu K P memberikan K senang diberikan Kontrak berikutnya harus
bisa ngobrol dengan pak K : Menoleh dan reinforcement pada K reinforcement ditentukan dan harus
Ong. Bagaimana kalau tersenyum mendapatkan persetujuan
selesai makan kita ngobrol klien agar klien ingat
lagi? Sebentar saja kok, terhadap kontrak
yach cukup 20 menit saja.

K : Boleh K : Tersenyum P senang karena K mau K ikut menentukan kontrak


P : Tersenyum menentukan kontrak
berikutnya
P : Nah kalau Pak Ong P : Memandang K P menentukan topik dan K memikirkan tentang Kegiatan yang akan
setuju, nanti kita ngobrol K : Menunduk aktivitas pada kontrak kegiatan yang ditawarkan dilaksanakan harus
tentang perasaan Pak Ong berikutnya mendapat persetujuan K
terhadap keluarga Pak sehingga bila K keluar dari
Ong. Sekalian saya periksa kegiatan dimaksud, bisa
tekanan darahnya ya. diingatkan tentang batasan
K : Ya, ya…. K : Mengangguk P senang karena K setuju K setuju tentang kegiatan kegiatan sesuai kontrak
P : Tersenyum dengan kegiatan yang akan yang akan dilaksanakan
dilaksanakan

P : Terimakasih atas P : Menepuk bahu K dan P menutup fase I K menunjukkan rasa Salam penutup merupakan
kesediaan Pak Ong ngobrol mengulurkan jabat tangan percaya pada P akhir fase yang harus
dengan saya, selamat sore K : Menoleh, menjabat dilakukan untuk mencegah
tangan P tidak percaya pada klien

K : Sore. K : Tersenyum lalu P senang karena K mau K menyambut salam P


menunduk berinteraksi dengan P
P : Tersenyum

KESAN PERAWAT :
Fase awal yaitu fase I (perkenalan) dapat dilaksanakan dengan baik.Klien cukup kooperatif walaupun sering terganggu dengan
halusinasinya. Data yang tergali adalah data mengenai harga diri rendah kronik, halusinasi lihat, menarik diri, koping individu tidak efektif,
koping keluarga kurang efektif, flight of ideas dan ideal diri yang tinggi. Kontrak selanjutnya telah dilaksanakan dan pasien menerima
kontrak tersebut. Secara umum proses interaksi sudah dapat dilanjutkan dengan fase berikutnya yaitu fase kerja.

Anda mungkin juga menyukai