Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN JIWA

“Laporan Pendahuluan, Asuhan Keperawatan Jiwa Teoritis , Contoh Kasus


Harga Diri Rendah Situasional”

Dosen Pengampu: Ns. Sri Ariyanti, M.Kep

Di susun oleh:
Wening Cory Utami ( S18127017)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEMESTER IV


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
MUHAMMDIYAH PONTIANAK
2020/2021
DAFTAR ISI

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN...............................................................................2

B. PENGERTIAN...........................................................................................................2

C. PENYEBAB................................................................................................................2

D. TANDA DAN GEJALA.............................................................................................3

E. RENTANG RESPON.................................................................................................5

F. FAKTOR PREDIPOSISI..........................................................................................5

G. FAKTOR PRESIPITASI atau FAKTOR PENCETUS..........................................6

H. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................6

I. DIAGNOSA MEDIK YANG TERKAIT.................................................................7

K. TINDAKKAN KOLABORASI.................................................................................8

L. Discharge Planning.....................................................................................................8

M. EVALUASI..............................................................................................................8

N. RENCANA TINDAKKAN LANJUT.......................................................................8

O. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS................................................................9

P. CONTOH KASUS....................................................................................................11

Q. DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................22
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Harga Diri Rendah Situasional

B. PENGERTIAN
Risiko harga diri rendah situasional adalah berisiko mengalami evaluasi atau
perasaan negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan pasien sebagai respon
terhadap situasi saa ini ( SAK, 2017).

Harga diri rendah situasional terjadi bila seseorang mengalami trauma yang
terjadi secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan, cerai, putus sekolah,
putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi, misalnya korban
pemerkosaan, dituduh KKN, dipenjara secara tiba-tiba (Dalami dkk, 2009).

Harga diri rendah situasional adalah perasaan diri/ evaluasi diri negatif yang
berkembang sebagai respon terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri
seseorang yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif dan bila tidak dapat
diatasi dapat menyebabkan harga diri rendah kronis (Suliswati, 2005).

C. PENYEBAB
1. Penyebab harga diri rendah situasioal menurut SAK, 2017 :
a. Gangguan gambaran diri
b. Gangguan fungsi
c. Gangguan peran sosial
d. Harapan diri tidak realistic
e. Pemahaman terhadap situasi kurang
f. Penyakit fisik
g. Kegagalan
h. Ketidakberdayaan
i. Riwayat kehilangan
j. Riwayat pengabaian
k. Riwayat penolakan
D. TANDA DAN GEJALA
1. Tanda dan gejala harga diri rendah situasional dapat dilihat dari perilaku klien
sehari-hari. Menurut NANDA, 2009-2011, batasan karakteristik dari harga
diri rendah situasional diantaranya adalah :
a. Tidak bisa mengevaluasi diri ketika menghadapi masalah.
b. Tidak bisa mengevaluasi diri ketika menghadapi situasi
c. Adanya ekspresi tidak berdaya
d. Adanya ekspresi tidak berguna
e. Adanya keragu-raguan
f. Adanya perilaku nonasertif
g. Sering merendahkan diri sendiri
2. Sedangkan menurut Carpenito, tanda dan gejala yang harus terdapat pada
klien dengan harga diri rendah situasional :
a. Kekambuhan episodik dari penghargaan diri negatif yang sebelumnya
memiliki evaluasi diri positif
b. Pengungkapan diri negatif mengenai diri
Tanda dan gejala yang mungkin terdapat pada klien dengan harga diri rendah
situasional:
1. ekspresi malu atau rasa bersalah
2. Mengkritik diri sendiri
3. Perasaan tidak mampu atau pandangan hidup yang pesimis
Selain dari data diatas, perawat dapat mengamati penampilan seorang yang
menglami harga diri rendah, melihat dari kurang memperhatikan perawatan
diri, berpakaian yang tidak rapi, selera makan menurun, tidak beran menatap
lawan bicara, dan bicara lambat dengan nada suara lemah.
3. Tanda menurut SAK, 2017 :
1. Mayor
a. Subjektif
1) Mudah menilai diri negative (mis. Tidak berguna, tidak tertolong)
2) Merasa malu/bersalah
3) Melebih-lebihkan penilaian negative tentang diri sendiri
4) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
b. Objektif
1) Berbicara pelan dan lirih
2) Menolak berinteraksi dengan orang lain
3) Berjalan menunduk
4) Postur tubuh menunduk
2. Minor
a. Subjektif
1). Kurang konsentrasi

b. Objektif
1) Kontak mata kurang
2) Lesu dan tidak bergairah
3) Pasif
4) Tdak mampu membuat keputusan
E. RENTANG RESPON
Adapun rentang respon gangguan konsep diri: harga diri rendah adalah
transisi antara respons konsep diri adaptif dan maladaptif. Penjabarannya adalah
sebagai berikut.
a. Aktualisasi diri adalah pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman yang sukses.
b. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam perwujudan dirinya.
c. Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu mengalami atau berisiko
mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan diri.
d. Kekacauan identitas adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-
aspek identitas masa anak-anak kedalam kematangan kepribadian pada
remaja yang harmonis.
e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistik dan merasa asing dengan
diri sendiri, yang berhubungan dengan kecemasan, kesulitan membedakan
diri sendiri dari orang lain dan tubuhnya sendiri tidak nyata dan asing
baginya.

F. FAKTOR PREDIPOSISI
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri, meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang memiliki
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang
tidak realistis.
2) Faktor yang memengaruhi performa peran adalah steriotif peran gender,
tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya. Nilai-nilai budaya yang tidak
dapat diikuti oleh individu.
3) Faktor yang memengaruhi identitas pribadi, meliputi ketidakpercayaan orang
tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial.
G. FAKTOR PRESIPITASI atau FAKTOR PENCETUS
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal dan eksternal, yaitu sebagai
berikut:

1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan


peristiwa yang mengancam kehidupan.

2) Ketergantungan peran, berhubungand engan peran atau posisi yang


diharapkan dan individu mengalaminya seperti frustasi. Ada tiga jenis
transisi peran:

a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang


berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan
norma-norma budaya, nilai-nilai, serta tekanan untuk
menyesuaikan diri.

b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya


anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.

c. Transisi peran sehat-sakit, terjadi akibat pergeseran dari keadaan


sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh:
kehilangan bagian tubuh: perubahan ukuran, bentuk, penampilan
atau fungsi tubuh; perubahan fisik yang berhubungan dengan
tumbuh kembang normal, prosedur medis, dan keperawatan.

H. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN


1. Kognitif

a. Pasien Mengetahui tanda gejala, penyebab, dan akibat dari harga diri
rendah rendah situasional

b. Memutuskan dan memilih strategi koping serta kemampuan positif yang


masih pasien miliki dan yang dapat digunakan

2. Afektif
a. Merasakan manfaat setelah melatih kemampuan positif yang masih
dimiliki

b. Memberikan penghargaan kepada diri sendiri

c. Meningkatkan harga diri

3. Psikomotor

a. Pasien mampu menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

b. Memilih kemampuan positif yang bisa dilatih

c. Melatih kemampuan positif yang dimiliki

I. DIAGNOSA MEDIK YANG TERKAIT


1. Cedera traumatis

2. Pembedahan

3. Kehamilan

4. Kondisi baru terdiagnosis (mis. Diabetes melitus)

5. Stroke

6. Penyalahgunaan zat

7. Demensia

J. TINDAKKAN KEPERAWATAN
1. Tindakan mandiri

a. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

b. Nilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

c. Pilih kemampuan positif yang bisa dilatih

d. Latih kemampuan positif yang dimiliki

2. Edukasi Pasien dan Keluarga


a. Diskusikan masalah yang dialami dalam merawat pasien dengan HDRS

b. Jelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, serta proses terjadinya

HDRS

C. Jelaskan cara merawat : melatih kemampuan positif dan memberikan


afirmasi positif setelah pasien berhasil melakukan sesuatu

K. TINDAKKAN KOLABORASI
1. Memberikan psikofarmaka sesuai anjuran dokter

2. Mengobservasi dan melaporkan efek samping obat

3. Melakukan pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi

4. Melakukan kolaborasi dengan bagian gizi

L. Discharge Planning
1. Menjelaskan rencana persiapan pasca rawat di rumah untuk memandirikan
pasien

2. Menjelaskan rencana tindak lanjut pengobatan

3. Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan

M. EVALUASI
1. Penurunan tanda dan gejala

2. Peningkatan kemampuan pasien dalam melatih aspek positif yang dimiliki

3. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat pasien

N. RENCANA TINDAKKAN LANJUT


1. Rujuk pasien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis
keperawatan jiwa

2. Rujuk pasien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan


Primer di Puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder dan tersier di Rumah Sakit
3. Rujuk pasien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader kesehatan jiwa,
kelompok swabantu dan fasilitas rehabilitasi psikososial yang tersedia di
masyarakat.

O. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


1. Data yang perlu dikaji
Data yang perlu dikaji untuk klien yang mengalami harga diri rendah
situasional sebagai berikut.
a. Data Sujektif:
Contoh:
“Setelah kaki saya diamputasi saya sudah tidak berharga lagi.”
“Saya tidak mampu menjadi atlet yang dibanggakan keluarga setelah
kehilangan kaki saya.”
“Saya tidak mampu melakukan peran dan fungsi sebagai kepala keluarga
lagi.”
b. Data Objektif:
1) Perasaan negatif terhadap diri sendiri
2) Menarik diri dari kehidupan
3) Kritik terhadap diri sendiri
4) Destruktif terhap diri sendiri dan orang lain
5) Mudah tersinggung/ mudah marah
6) Produktivitas menurun
7) Penolakan terhadap diri sendiri
8) Keluhan fisik
2. Diagnosa Keperawatan
a. Harga diri rendah situasional
b. Ketidakefektifan koping
c. Gangguan citra tubuh
d. Gangguan identitas personal
e. Ketidakberdayaan
f. Keputusasaan
3. Intervensi
a. Bina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa
aman dan nyaman saat interaksi. Tindakan yang harus dilakukan adalah:
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien
b. Bantu klien mengenal kondisinya
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
2) Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan HDR situasional
3) Bantu pasien mengenal penyebab HDR situasional
4) Bantu klien menyadari perilaku akibat HDR situasional
c. Bantu klien meningkatkan harga dirinya:
1) Pantau pernyataan pasien tentang nilai dirinya.
2) Pantau frekuensi pernyataan negative dirinya secara verbal.
3) Dorong pasien untuk identifikasi kekuatannya.
4) Dorong pasien menggunakan kontak mata dalam berkomunikasi dengan
orang lain.
5) Bantu pasien untuk mengidentifikasi respon positif.
d. Bantu klien meningkatkan perannya
1) Klien dapat meningkatkan harga dirinya dengan mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, menilai dan menetapkan
kemampuan yang masih dapat digunakan, serta melatih kegiatan yang
sudah dipilih
2) Klien mampu menilai dan meningkatkan peran yang ada dalam
keluarga
3) Klien mampu menilai apa saja kekurangan yang dirasakan dalam peran
yang dimilikinya
4) Klien mampu menerima perubahan peran yang mungkin akan
dialaminya
5) Klien mampu menilai strategi yang positif untuk menjalani perubahan
peran
6) Klien mampu mengembangkan perannya yang baru dalam keluarga dan
mengatasi perubahan-perubahan yang akan terjadi
7) Klien mampu mengungkapkan harapan terhadap perannya yang baru
8) Klien mampu mempraktikkan perilaku baru yang dibutuhkan untuk
memenuhi perannya
e. Bantu klien meningkatkan koping
1) Kaji penyesuaian pasien terhadap perubahan pada citra diri
2) Gali lebih lanjut metode sebelumnya dalam mengatasi masalah
hidupnya
3) Dorong verbalisasi perasaan, persepsi, dan ketakutan
4) Identifikasi sistem pendukung yang dimiliki klien misalnya keluarga,
lingkungan.
5) Bantu pasien mengidentifikasi tentang hal yang diinginkan, kekuatan
dan kemampuan yang dimilikinya
6) Bantu klien untuk melawan perasaan ambivalen (marah atau depresi).
7) Anjurkan pasien untuk mengembangkan sikap yang penuh harapan
untuk menangani keberdayaannya

P. CONTOH KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN Sdr. N DENGAN HDR SITUASIONAL


DI KELURAHAN BANDARHARJO RW.10 RT 03 SEMARANG

A. IDENTITAS
1. Identitas klien
Nama : Sdr.N
Umur : 24 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Serabutan
Status perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Bandarharjo RW.10 RT 3
TangalPengkajian : 6 Mei 2015, Jam 09.00 WIB

2. Status Kesehatan Saat ini


Pada saat pengkajian klien mengatakan malu untuk bersosialisasai dengan
tetangganya karena masalah yang dialami keluarganya. Klien mengatakan lebih
suka di rumah karena sering di kucilkan oleh orang lain. Klien mengatakan sedih
karena dulu putus sekolah, dan sempat dicap sebagai anak yang nakal.

3. Riwayat Kesehatan lalu


Klien mengatakan dulu pernah terlibat pergaulan yang salah dan sempat
mengkonsumsi pil estasi/sabu. Beban pekerjaan dan masalah keluarga, orang tua
yang sering bertengkar dan karakter ayah yang keras membuatnya sempat
mengalami depresi sehingga terjerumus ke arah yang salah.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Genogram

Keterangan :
: klien
: laki-laki
: perempuan
: tinggal satu rumah
: meninggal
: mengalami gangguan jiwa

Klien adalah anak terakhir dari 6 bersaudara, klien tinggal dengan ayah dan
saudara ke 4-nya. Dalam keluarga klien kakaknya pernah mengalami gangguan
jiwa, namun saat ini kondisinya sudah baik. Ibu klien sudah meninggal dunia
dengan komplikasi penyakit DM dan gagal ginjal.

5. Riwayat Kesehatan Lingkungan


Rumah klien tidak bersih, lantai tanah, rumah tidak rapi, pencahayaan kurang,
tidak terdapat jendela yang berhubungan langsung dengan cahaya, Rumah klien
merupakan rumah semi permanen. Resiko penyebaran penyakit sangat tinggi.
B. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan kesehatn itu sangat penting dan jika sakit langsung segera
memeriksakan diri ke Puskesmas atau RS.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
Klien makan 3x sehari dengan menu seadanya. Klien tidak ada alergi makanan.
3. Pola Eliminasi
Klien mengatakan BAB 1 kali sehari, warna kekuningan, lunak. BAK lancar,
kurang lebih 2-4 kali sehari.
4. Pola aktivitas dan latihan
Klien mengatakan bekerja serabutan, jadi kalau ada panggilan kerja klien
langsung memenuhinya, jadi waktu dirumah tidak menentu.
5. Pola istiharat dan tidur
Klien mengatakan tidur tidak menentu kadang cuma 3 jam atau bisa sampai 6 jam,
klien bekerja malam jadi malam tidurnya kurang.
6. Pola kognitif – Persepsi sensori
Klien mengatakan malu dengan apa yang dialaminya dan keluarganya saat ini.
Klien mampu mengingat kejadian masa lalu, terbukti klien mampu menceritakan
kejadian di masa lalu.
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
a. Persepsi diri
Klien saat ini menginginkan bisa kembali normal, tidak mempunyai penyakit
apapun.
b. Status emosi
Klien mengatakan merasa malu dan takut jangan sampai dikucilkan kembali
c. Konsep diri
1) Harga Diri : Klien mengatakan merasa minder dan masih merasa malu bila
berada ditengah-tengah masyarakat, meskipun saat ini sudah bekerja, klien
tetap berinteraksi dengan tetangganya meskipun jarang.
2) Ideal Diri : Klien berharap bisa sepenuhnya diterima di masyarakat, tanpa
ada yang melihat masa lalunya, sehingga bisa melakukan aktivitas seperti
biasanya tanpa ada perasaan khawatir/malu.
3) Gambaran Diri: Klien mengatakan bersyukur atas tubuh yang diberikan
oleh Allah ini.
4) Peran Diri : Klien di rumah berperan sebagai seorang anak.
5) Identitas Diri : Klien mengatakan bersyukur atas segala anugrah yang telah
Allah SWT. berikan kepadanya. Meskipun tidak lulus SMP, tapi klien
senang karena masih bisa diterima kerja, meskipun hanya sebagai pekerja
serabutan.
8. Mekanisme koping
Klien mengatakan jika memiliki masalah tidak pernah bercerita dengan orang
lain, klien memilih memendamnya sendiri.
9. Pola peran – Berhubungan dengan orang lain
Klien mampu berkomunikasi cukup baik meskipun masih malu dengan orang lain,
mampu mengeskpresikan, mampu mengerti orang lain. Orang yang paling dekat
klien adalah bapaknya, meskipun jarang berkomunikas.
10. Pola nilai dan kepercayaan
a. Nilai dan keyakinan
Klien tahu dan yakin bahwa Allah itu ada, klien beragama Islam..
b. Kegiatan ibadah
Klien beribadah 5 waktu dengan teratur, klien tidak mengikuti kegiatan
pengajian di luar.

C. PEMERIKSAAN FISIK
TTV: TD : 140/90 mmHg
N : 72 x/mnt
RR : 18 x/mnt
Keluhan Fisik : tidak ada
D. ANALISA DATA
TGL/Jam Data Fokus Masalah
6 Mei 2015 Ds : Berduka
10.00 WIB Klien sedih karena sering dikucilkan oleh orang disfungsional
lain.
DO :
Klien terlihat bingung dan kontak mata kurang.
DS : Harga diri rendah
Klien mengatakan malu untuk bersosialisasai situasional
dengan tetangganya karena masalah yang
dialami keluarganya.
Klien mengatakan lebih suka di rumah karena
sering di kucilkan oleh orang lain.
Klien mengatakan merasa minder dan masih
merasa malu bila berada ditengah-tengah
masyarakat
DO :
Kontak mata kurang
Klien tampak masih malu berkomunikasi
dengan orang lain

E. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Berduka disfungsional
2. Harga diri rendah situasional

F. POHON MASALAH
Resiko menarik diri Akibat

Harga diri rendah situasional Care problem

Berduka disfungsional Sebab


G. INTERVENSI
Rencana Tindakan Keperawatan
Tgl Dx
Tujuan Tindakan Keperawatan
6 Mei HDR 1. Klien mampu meningkatkan 1. Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan
2015 situasiona kesadaran tentang hubungan prinsip komunikasi terapeutik.
l positif tentang harga diri dan a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
pemecahan masalah yang b. Perkenalkan diri dengan sopan
efektif. c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya

2. Klien mampu melakukan 2. Bantu klien mengidentifikasi situasi penyebab harga diri
ketrampilan positif untuk rendah
meningkatkan harga diri. a. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya
b. Bantu klien mengungkapkan perasaan penyebab harga
diri rendah.
c. Klien menyadari akibat harga diri rendah
d. Bantu klien dalam menggambarkan dengan jelas
keadaan evaluasi diri yang positif yang terdahulu.

3. Klien mampu melakukan 3. Bantu pasien mengidentifikasi strategi pemecahan yang


pemecahan masalah dan lalu, kekuatan dan keterbatasan serta potensi yang dimiliki.
melakukan umpan balik yang
positif.

4. Klien mampu menyadari 4. Diskusikan aspek positif dan kemampuan diri sendiri,
hubungan yang positif antara keluarga dan lingkungan.
harga diri dan kesehatan fisik
H. IMPLEMENTASI
Tgl/Jam Dx Implementasi Evaluasi
6 Mei 2015 2 SP1P S:
11.30 WIB 1. Membina hubungan saling percaya  Klien mengatakan malu untuk bersosialisasai dengan
2. Membantu klien mengidentifikasi situasi tetangganya karena masalah yang dialami
penyebab harga diri rendah. keluarganya.
3. Membantu pasien mengidentifikasi strategi  Klien mengatakan lebih suka di rumah karena sering
pemecahan yang lalu, kekuatan dan di kucilkan oleh orang lain.
keterbatasan serta potensi yang dimiliki  Klien mengatakan merasa minder dan masih merasa
4. Mengajarkan klien cara mengurangi rasa harga malu bila berada ditengah-tengah masyarakat
diri rendah O:
5. Menyarankan klien mendemontrasikan cara  Klien mau bercerita
mengurangi harga diri rendah: cara  Kontak mata kurang
bersosialisasi dan mengasah kompetensi yang  Klien tampak masih malu
dimiliki klien A:
6. Menganjurkan klien memasukkan dalam  Hubungan saling percaya sudah terbina dengan baik
jadwal kegiatan harian  Klien mulai mampu mengenali pencetus harga diri
7. Mendiskusikan aspek positif dan kemampuan rendah
diri sendiri, keluarga dan lingkungan.
P Perawat :
 Lanjutkan SP2
1. Latih satu kemampuan positif ke 2
2. Evaluasi efektifitas melakukan kegiatan positif
untuk meningkatkan harga diri
3. Tekankan kembali bahwa kegiatan melakukan
kemampuan positif berguna untuk menumbuhkan
harga diri

6 Mei 2015 2 SP2P S:


11.45 WIB 1. Pertahankan rasa percaya pasien Klien mengatakan dia senang bekerja, pekerjaan apapun
2. Membuat kontrak ulang : cara mengatasi harga dia lakukan demi memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk
diri rendah dirinya sendiri dan membantu memenuhi kebutuhan
3. Latih satu kemampuan positif ke 2 keluarga.
4. Evaluasi efektifitas melakukan kegiatan positif Klien mengatakan hanya modal rajin dan tanggung jawab
untuk meningkatkan harga diri yang bisa dia gunakan untuk mencari pekerjaan, karena
5. Tekankan kembali bahwa kegiatan melakukan hanya tamatan SMP. Klien juga senang mengisi waktu
kemampuan positif berguna untuk kosongnya dengan berolahraga di temapat fitness
menumbuhkan harga diri
O:
Klien terlihat mau diajari cara mengurangi rasa harga diri
rendah
A:
Klien mampu mempraktekkan cara bersosialisasi dan
menggunakan aspek positif yang dimiliki
P Perawat :
 Ulangi SP2P
 Membimbing klien membuat jadwal kegiatan harian
P Klien :
 Memotivasi klien untuk mempraktekkan cara
mengurangi rasa harga diri rendah
 Menganjurkan klien untuk memasukan ke jadwal
harian.
Q. DAFTAR PUSTAKA
Dalami, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial.
Jakarta : Trans Info Media.

Suliswati, dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Stuart, (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi : Lima. Jakarta : EGC

Standar Asuhan Keperawatan Jiwa (2017). Depok : Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai