Anda di halaman 1dari 37

KEPERAWATAN JIWA 2

ASUHAN KEPERAWATAN TENTANG PASIEN HARGA DIRI RENDAH

Dosen Pembimbing:
Ns. Amelia Susanti,M.Kep, Sp Kep J.

Disusun Oleh :
OLIVIA HERIANANDES
2014201071
4B Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES ALIFAH PADANG TAHUN AJARAN


2022/20223
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, atas karunia-Nya sehingga makalah
“Asuhan Keperawatan dengan Pasien Harga diri rendah ” ini dapat saya selesaikan untuk
memenuhi tugas pada Keperawatan jiwa 2. Makalah ini juga diharapkan dapat memberi
penjelasan dan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pasien dengan harga diri rendah. Saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam makalah ini dan
makalahmakalah saya selanjutnya.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya dan mampu menambah wawasan dalam bidang ilmu keperawatan.

Padang, 21 Maret 2022


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Harga diri rendah adalah suatu masalah utama untuk kebanyakan orang dan dapat
diekspresikan dalam tingkat kecemasan yang tinggi. Harga diri rendah kronik merupakan
suatu keadaan yang maladaptif dari konsep diri, dimana perasaan tentang diri atau
evaluasi diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang cukup lama. Termasuk
didalam harga diri rendah ini evaluasi diri yang negatif dan dihubungkan dengan perasaan
lemah, tidak tertolong, tidak ada harapan, ketakutan, merasa sedih, sensitif, tidak
sempurna, rasa bersalah dan tidak adekuat. Harga diri rendah kronik merupakan suatu
komponen utama dari depresi yang ditunjukkan dengan perilaku sebagai hukum dan tidak
mempunyai rasa (Stuart dan Laraia, 2001).

Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu mempunyai masalah. Setiap individu


biasanya mempunyai cara sendiri untuk menyelesaikan masalahnya, tapi jika ada sebagian
manusia yang tidak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri akan dapat mengakibatkan
gangguan jiwa. Ternyata dampaknya mampu menimbulkan dampak sangat besar dan
berpengaruh terhadap jiwa seseorang yang tidak dapat mengantisipasi gejala yang timbul.
Hasil survey Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2000 menyatakan tingkat
gangguan kesehatan jiwa orang di Indonesia tinggi dan di atas rata-rata gangguan
kesehatan jiwa didunia. Hal Ini ditunjukkan dengan data yang dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan RI tahun 2000: Rata-rata 40 dari 100.000 orang di Indonesia
melakukan bunuh diri, sementara rata-rata dunia menunjukkan 15,1 dari 100.000 orang,
Rata-rata orang bunuh diri di Indonesia adalah 136 orang per-hari atau 48.000 orang bunuh
diri per tahun, Satu dari empat orang di Indonesia mengalami gangguan kesehatan jiwa,
Penderita gangguan jiwa di Indonesia, hanya 0,5 % saja yang dirawat di rs jiwa.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang maka penulis ingin mengetahui, “bagaimana penerapan asuhan
keperawatan pasien dengan kasus konsep diri harga diri rendah

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penelitian ini dibagi menjadi :

1. Tujuan umum

Tujan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah mampu memberikan asuhan keperawatan
pasien dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah.

2. Tujuan khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada klien dengan harga diri rendah.

b. Mendiagnosis keperawatan berdasarkan data yang diperoleh untuk mengatasi masalah harga diri rendah.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI
Harga diri (self esteem) adalah penilaian tentang individu dengan menganalisa
kesesuaian prilaku dengan ideal diri.
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan-perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif,yang dapat diekspresikan secara langsung maupun tidak
langsung.individu yang mempunyai harga diri rendah cenderung untuk menilainya negatif dan
merasa dirinya lebih rendah dari orang lain. (Stuart dan sundeen,1991).
Gangguan harga diri adalah evaluasi diri yang negatif perasaan tentang diri, kemampuan
diri yang dapat diekspresikan secara langsung atau tidak langsung. (Townsend, Mary C, 1998)
Gangguan harga diri adalah keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami
evaluasi diri yang negatif tentang kemampuan atau diri. (Carpenito, Lynda Juall-Moyet, 2007)
Harga diri rendah adalah keadaan ketika individu mengalami evaluasi diri negatif
mengenai diri atau kemampuan diri. (Lynda Juall Carpenito-Moyet, 2007)
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan merasa rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.

B. RENTANG RESPON

a) Aktuaisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman
nyata yang sukses dan dapat diterima.
b) Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan
menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya.
c) Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa lebih rendah dari
orang lain.
d) Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak
kedalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
e) Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan
dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor- faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi :
1. Faktor predisposisi gangguan citra tubuh
a. Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)
b. Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh (akibat pertumbuhan dan perkembangan atau penyakit)
c. Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh
d. Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterpi, transplantasi

2. Faktor predisposisi gangguan harga diri


a. Penolakan dari orang lain
b. Kurang penghargaan
c. Pola asuh yang salah : terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu dituruti, terlalu dituntut dan tidak konsisten
d. Persaingan antar saudara
e. Kesalahan dan kegagalan yang berulang
f. Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan

3. Faktor predisposisi gangguan peran


a. Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan situasi dan keadaan sehat sakit
b. Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang bertentangan secara terus menerus yang
tidak terpenuhi
c. Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan peran yang spesifik dan bingung
tentang tingkah laku peran yang sesuai
d. Peran yang terlalu banyak

4. Faktor predisposisi gangguan identitas diri


a. Ketidak percayaan orang tua pada anak
b. Tekanan dari teman sebaya
c. Perubahan dari struktur social

D. FAKTOR PRESIPITASI
Faktor pencetus terjadinya gangguan konsep diri bisa timbul dari sumber internal
maupun eksternal klien, yaitu :
a. Trauma, seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam
kehidupannya.
b. Ketegangan peran, berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalaminya
sebagai frustasi, ada tiga jenis transisi peran :
c. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan
ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-
nilai dan tekanan penyesuaian diri.
d. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambahnya atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran
atau kematian.
Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit.
Transisi ini mungkin dicetuskan oleh : Kehilangan bagian tubuh. Perubahan bentuk, ukuran,
panampilan, dan fungsi tubuh. Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang
normal. Prosedur medis keperawatan

E .TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan harga diri rendah meliputi 1.
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi
sinar matahari.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi bila saya segera ke rumah sakit.
3. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa menulis, tulisan saya jelek, saya orang bodoh dan tidak
tahu apa-apa.
4. Gangguan berhubungan sosial, seperti menarik diri, klien tidak ingin bertemu dengan orang lain dan lebih
suka sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih alternatif tindakan.
6. Menciderai. Akibat harga diri rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri
kehidupan.

F SUMBER KOPING
a. Aktivitas olahraga dan aktivitas lain di luar rumah
b. Hobi dan kerajinan tangan
c. Seni yang ekpresif
d. Kesehatan dan kerawatan diri
e. Pekerjaan, vokasi, atau posisi
f. Bakat tertentu
g. Kecerdasan
h. Imaginasi dan kreativitas
i. Hubungan interpersonal
G MEKANISME KOPING
3. Jangka pendek
a) Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis dentitas ( misal : konser musik, bekerja
keras, menonton televisi secara obsesif )
b) Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara ( misal : ikut serta dalam aktivitas social,
agama, klub politik, kelompok, atau geng )
c) Aktivitas sementara menguatkan perasan diri ( misal : olah raga yang kompetitif, pencapaian akademik,
kontes untuk mendapatkan poipularitas.
d) Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurang berarti
dalam kehidupan individu (misal : penyalahgunaan obat ).

4. Jangka panjang
a) Punutupan identitas ; adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting bagi individu
tanpa memperlihatkan keinginan, aspirasi, dan potensi diri individu tersebut.
b) Identitas negatif ; asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai dan harapan masyarakat.
c) Mekanisme pertahanan ego: Penggunaan fantasi, Disosiasi, Isolasi, Projeksi.

H. PENATALAKSANAAN

Menurut Iyus (2007) penatalaksanaan harga diri rendah dapat dilakukan dengan terapi
modalitas antara lain terapi individu, terapi keluarga, kelompok, lingkungan, komplementer
dan terapi somatoterapi. Adapun beberapa terapi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Terapi Somatoterapi: Farmakologi dan Electro Comfulsif Therapy (ECT)

Pemberian terapi medis pada kasus harga diri rendah tidak digolongkan sendiri dan lebih
mengarah kepada pemberian obat golongan antidepresan, karena fungsi dari obat anti
depresan adalah memblok pengambilan kembali neurotransmitter norepineprin dan
serotonin, meningkatkan konsentrasinya pada sinaps dan mengkoreksi defisit yang
diperkirakan menyebabkan alam perasaan melankolis. Hal ini sesuai dengan masalah
neurotransmitter yang dihadapi oleh klien dengan harga diri rendah yaitu adanya penurunan
neurotransmitter seperti serotonin, norepineprin.

Terdapat banyak jenis antidepresan tetapi pada kasus harga diri rendah kali ini pemberian
obat yang dapat diberikan lebih banyak dalam jenis Tricyclic Anti Depresan (TCA) :
Amitriptiline, Imipramine, desipramine, notriptilin, sesuai dengan fungsi dari obatnya yaitu
untuk meningkatkan reuptake seorotonin dan norepinefrin sehingga meningkatkan motivasi
klien dan sesuai dengan indikasinya yaitu pengobatan yang diberikan pada klien dengan
depresi tetapi juga mengalami skizofrenia sehingga mempunyai efek pengobatan yang saling
meningkatkan (Kaplan & Sadock, 1997).

2) Terapi Supportif

Terapi suportif dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar
penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya. Jenis terapi suportif diantaranya
adalah terapi kognitif yang berorientasi terhadap masalah sekarang dan pemecahannya
(Kaplan, 1997).

3) Terapi Manipulasi Lingkungan

Terapi/pengobatan merupakan cara proses penyembuhan suatu gangguan yang


disebabkan oleh sumber-sumber gangguan. Sumber-sumber yang bersifat terapeutik (dapat
memberikan penyembuhan) dapat berupa orang-orang lingkungan/benda-benda dan
kegiatan-kegiatan yang membawa ke arah penyembuhan. Lingkungan merupakan kondisi
dimana berpengaruh besar terhadap proses penyembuhan terutama pasien dengan gangguan
jiwa (Iyus, 2007).

Terapi lingkungan adalah suatu tindakan penyembuhan pasien dengan gangguan jiwa
melalui manipulasi unsur yang ada dilingkungan dan berpengaruh terhadap proses
penyembuhan. Konsep-konsep tentang terapi lingkungan berasal dari konsep- konsep "The
Therapeutic community' yang diperkenalkan oleh Maxwell Jones yang digunakan dalam
lingkungan rumah sakit. Terapi lingkungan (milieu therapy) adalah perencanaan ilmiah dari
lingkungan untuk tujuan yang bersifat terapeutik (mendukung kesembuhan). Pengertian
lainnya adalah tindakan penyembuhan pasien melalui manipulasi dan modifikasi unsur-unsur
yang ada pada lingkungan dan berpengaruh positif terhadap fisik dan psikis individu serta
mendukung proses penyembuhan.

BAB III

TINJAUAN TEORI

A. Pengkajian

Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan
melalui data biologis , psikologis, social dan spiritual. (Keliat, Budi Ana, 1998 : 3 )

Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :

1. Identitas klien

Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa, nama
panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang
akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No RM, tanggal pengkajian dan sumber
data yang didapat.

2. Alasan masuk

Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit, apakah
sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah ini.

3. Faktor predisposisi

Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil pengobatan


sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan criminal. Menanyakan
kepada klien dan keluarga apakah ada yang mengalami gangguan jiwa, menanyakan kepada
klien tentang pengalaman yang tidak menyenangkan.
4. Pemeriksaan fisik

Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada keluhan
fisik yang dirasakan klien.

5. Psikososial

a. Genogram

Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi,


pengambilan keputusan dan pola asuh

b. Konsep diri

c. Gambaran diri

Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi klien terhadap
bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai.

d. Identitas diri

Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya,
kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis
kelaminnya dan posisinya.

e. Fungsi peran

Tugas atau peran klien dalam keluarga / pekerjaan / kelompok masyarakat, kemampuan klien
dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan
dirawat, bagaimana perasaan klien akibat perubahan tersebut. f. Ideal diri

Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga,
pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap lingkungan, harapan klien terhadap
penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya. g. Harga
diri
Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada klien dalam
berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak sesuai harapan, fungsi peran
tidak sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan, penilaian klien terhadap pandangan /
penghargaan orang lain.

h. Hubungan sosial

Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya yang biasa dilakukan
bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat, keterlibatan
atau peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat, hambatan dalam berhubungan
dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan orang lain. i. Spiritual

Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah / menjalankan keyakinan, kepuasan dalam menjalankan
keyakinan.

j. Status mental

a. Penampilan

Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada yang tidak rapih,
penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya, kemampuan klien
dalam berpakaian, dampak ketidakmampuan berpenampilan baik / berpakaian terhadap
status psikologis klien.

b. Pembicaraan

Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru, gagap, sering terhenti / bloking,
apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu memulai pembicaraan.

c. Aktivitas motorik

a) Lesu, tegang, gelisah.


b) Agitasi : gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan
c) Tik : gerakan-gerakan kecil otot muka yang tidak terkontrol
d) Grimasem : gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak terkontrol klien
e) Tremor : jari-jari yang bergetar ketika klien menjulurkan tangan dan merentangkan
jari-jari
f) Kompulsif : kegiatan yang dilakukan berulang-ulang

d. Alam perasaan

a. Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan


b. Ketakutan : objek yang ditakuti sudah jelas
c. Khawatir : objeknya belum jelas

e. Afek

a. Datar : tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan.

b. Tumpul : hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang sangat kuat

c. Labil : emosi klien cepat berubah-ubah

d. Tidak sesuai : emosi bertentangan atau berlawanan dengan stimulus

f. Interaksi selama wawancara

a. Kooperatif : berespon dengan baik terhadap pewawancara

b. Tidak kooperatif : tidak dapat menjawab pertanyaan pewawancara dengan spontan c.

Mudah tersinggung

d. Bermusuhan : kata-kata atau pandangan yang tidak bersahabat atau tidak ramah

e. Kontak kurang : tidak mau menatap lawan bicara

f. Curiga : menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada pewawancara atau orang lain.

g. Persepsi

Jenis-jenis halusinasi dan isi halusinasi, frekuensi gejala yang tampak pada saat klien
berhalusinasi.
h. Proses pikir

a. Sirkumtansial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan

b. Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan

c. Kehilangan asosiasi : pembicaraan tidak ada hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya

d. Flight of ideas : pembicaraan yang meloncat dari satu topik ke topik yang lainnya.

e. Bloking : pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari luar kemudian dilanjutkan kembali

f. Perseferasi : kata-kata yang diulang berkali-kali

g. Perbigerasi : kalimat yang diulang berkali-kali i. Isi fikir

a. Obsesi : pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha menghilangkannya.

b. Phobia : ketakutan yang patologis / tidak logis terhadap objek / situasi tertentu.

c. Hipokondria : keyakinan terhadap adanya gangguan organ tubuh yang sebenarnya tidak ada.

d. Depersonalisasi : perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

e. Ide yang terkait : keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi dilingkungan yang bermakna yang terkait
pada dirinya.

f. Pikiran magis : keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal-hal yang mustahil atau diluar
kemampuannya.

g. Waham :

1. Agama : keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan

2. Somatik : keyakinan klien terhadap tubuhnya dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
keyakinan
3. Kebesaran : keyakinan klien yang berlebihan terhadap kemampuannya dan diucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan

4. Curiga : keyakinan klien bahwa ada seseorang yang berusaha merugikan, mencederai dirinya, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan

5. Nihilistik : klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada didunia / meninggal yang dinyatakan secara
berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan

6. Waham yang bizar

a. Sisip pikir : klien yakin ad aide pikiran orang lain yang disisipkan didalam pikirannya,
disampaikan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan

b. Siar pikir : klien yakin ada orang lain yang mengetahui apa yang klien pikirkan
walaupun klien tidak pernah menceritakannya kepada orang, disampaikan secara
berulangulang dan tidak sesuai kenyataan

c. Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar, disampaikan
secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.

j. Tingkat kesadaran

a. Bingung : tampak bingung dan kacau ( perilaku yang tidak mengarah pada tujuan).

b. Sedasi : mengatakan merasa melayang-layang antara sadar atau tidak sadar

c. Stupor : gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan yang diulang-ulang, anggota tubuh klien dalam
sikap yang canggung dan dipertahankan klien tapi klien mengerti semua yang terjadi dilingkungannya

d. Orientasi : waktu, tempat dan orang

e. Jelaskan apa yang dikatakan klien saat wawancara

k. Memori

1. Gangguan mengingat jangka panjang : tidak dapat mengingat kejadian lebih dari 1 bulan.

2. Gangguan mengingat jangka pendek : tidak dapat mengingat kejadian dalam minggu terakhir.
3. Gangguan mengingat saat ini : tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja terjadi.

4. Konfabulasi : pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukan cerita yang tidak benar
untuk menutupi gangguan daya ingatnya.

l. Tingkat konsentrasi

a. Mudah beralih : perhatian mudah berganti dari satu objek ke objek lainnya.

b. Tidak mampu berkonsentrasi : klien selalu minta agar pertanyaan diulang karena tidak menangkap apa
yang ditanyakan atau tidak dapat menjelaskan kembali pembicaraan.

c. Tidak mampu berhitung : tidak dapat melakukan penambahan atau pengurangan pada benda-benda yang
nyata

m. Daya tilik diri

1. Mengingkari penyakit yang diderita : klien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan
fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta pertolongan / klien menyangkal
keadaan penyakitnya, klien tidak mau bercerita tentang penyakitnya

2. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya : menyalahkan orang lain atau lingkungan yang

menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah sekarang 3. Kebutuhan persiapan pulang

a. Makan

Tanyakan frekuensi, jumlah, variasi, macam dan cara makan, observasi kemampuan klien
menyiapkan dan membersihkan alat makan.

b. Buang Air Besar dan Buang Air Kecil

Observasi kemampuan klien untuk Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK),
pergi menggunakan WC atau membersihkan WC.

c. Mandi

Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci rambut, gunting
kuku, observasi kebersihan tubuh dan bau badan klien.
d. Berpakaian

Observasi kemampuan klien dalam mengambil, memilih dan mengenakan pakaian, observasi
penampilan dandanan klien.

e. Istirahat dan tidur

Observasi dan tanyakan lama dan waktu tidur siang atau malam, persiapan sebelum tidur
dan aktivitas sesudah tidur.

f. Penggunaan obat

Observasi penggunaan obat, frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan cara pemberian.

g. Pemeliharaan kesehatan

Tanyakan kepada klien tentang bagaimana, kapan perawatan lanjut, siapa saja sistem
pendukung yang dimiliki.

h. Aktivitas di dalam rumah

Tanyakan kemampuan klien dalam mengolah dan menyajikan makanan, merapikan rumah,
mencuci pakaian sendiri, mengatur kebutuhan biaya sehari-hari.

i. Aktivitas di luar rumah

Tanyakan kemampuan klien dalam belanja untuk keperluan sehari-hari, aktivitas lain yang
dilakukan di luar rumah.

j. Pola dan mekanisme koping

Data didapat melalui wawancara dengan klien atau keluarganya.

k. Aspek medis

Tulis diagnosa medis yang telah diterapkan oleh Dokter, tuliskan obat-obatan klien saat
ini, baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi lain.
l. Masalah Keperawatan

Dari pengkajian dapat disimpulkan masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada klien
dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah yaitu :

1. Isolasi sosial : menarik diri

2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah situasional

3. Gangguan citra tubuh

B. Pohon masalah

(Keliat, Budi Anna. 2002)

C. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan masalah keperawatan pasien yang mencakup
baik respon sehat adaptif atau maladaptif serta stressor yang menunjang. (Stuart & Sundeen,
1998 : 41)

Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi


kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi. (Marilyn
E. Doenges, 1999 : 8 )

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan adalah suatu cara
mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon
terhadap masalah aktual dan resiko tinggi mencakup respon adaptif maupun maladaptif serta
stresor yang menunjang.
Diagnosa keperawatan yang mungkin untuk masalah gangguan konsep diri : harga diri
rendah adalah :

a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

1) Definisi

Suatu kondisi dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif

mengalami perasan negatif mengenai dirinya dalam berespond. 2) Batasan

karakteristik a) Mayor

(1) Kekambuhan episodik dari penghargaan diri negatif dalam berespon terhadap kejadian kehidupan pada
seorang individu dengan evaluasi diri positif sebelumnya.

(2) Pengungkapan perasaan negatif, mengenai diri ( ketidak berdayaan, kegunaan ) b) Minor

(1) Pengungkapan diri yang negatif

(2) Ekpresi malu

(3) Evaluasi diri sebagai tidak mampu menangani situasi-situasi / kejadian

(4) Kesukaran mengambil keputusan Gelisah

(5) Pengabaian diri (6) Isolasi sosial

(Carpenito. L.J, 1998 : 353 )

b. Isolasi sosial : menarik diri

1) Definisi

Harga diri rendah situasional : suatu keadaan dimana seseorang memiliki perasaan-perasaan

yang negatif tentang dirinya dalam berespon terhadap peristiwa ( kehilangan, perubahan ). 2)

Batasan karakteristik

a) Mayor
Kejadian yang berulang atau berkala dari penilaian diri yang negatif dalam berespon
terhadap peristiwa yang pernah dilihat secara positif menyatakan perasaan negatif tentang
dirinya (putus asa, tidak berguna).

b) Minor

(1) Pernyataan negatif atas dirinya

(2) Mengekspresikan rasa malu, bersalah.

(3) Penilaian diri tidak mampu mengatasi peristiwa / situasi

(4) Kesulitan membuat keputusan

(5) Mengabaikan diri (tidak peduli pada diri sendiri) (6) Mengisolasi diri ( Carpenito .L.J,

1998 : 853)

c. Gangguan citra tubuh

1) Definisi

Keadaan dimana individu mengalami atau beresiko untuk menglami gangguan dalam cara

penerapan citra diri seseorang. 2) Batasan karakteristik

a) Mayor

Respon negatif verbal atau nonverbal terhadap perubahan aktual atau dalam struktur dan /

atau fungsi (misal malu, keadaan yang memalukan, bersalah, reaksi mendadak) b)

Minor

(1) Tidak terlihat pada bagian tubuh

(2) Tidak menyentuh bgian tubuh

(3) Bersembunyi atau memanjakan bagian tubuhsecara berlebihan

(4) Perubahan dalam keterlibatan sosial


(5) Perasaan terhadap bagian tubuh, perasaan ketidak berdayaan, keputusasaan, tidak ada kekuatan,
kerentanan

(6) Larut dalam perubahan atau kehilangan

(7) Penolakan untuk membuktikan perubahan aktual

(8) Depersonalisasi bagian tubuh atau kehilangan

(9) Tingkah laku merusak diri (misal mutilasi, usahah bunuh diri, makan berlebihan, kurang makan)

( Carpenito. L.J, 2001:348)

D. Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan asuhan keperawatan oleh perawat dan klien.
Petunjuk dalam implementasi :

a. Intervensi dilakukan sesuai dengan rencana.

b. Keterampilam interpersonal, intelektual, tekhnikal dilakukan dengan cermat dan efisien dalam situasi
yang tepat.

c. Dokumentasi intrvensi dan respon klien.

(Keliat, Budi Anna. 1998 : 15)

Dalam pelaksanaan implementasi, penulis menggunakan langkah-langkah komunikasi


terapeutik yang terdiri dari :

1) Fase Pra Interaksi

Pra interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien, perawat mengeksplorasi
perasaan, fantasi dan ketakutannya sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk
melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggung jawabkan.

2) Fase Perkenalan
Pada fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien, hal-hal yang perlu dikaji adalah alasan
klien meminta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya rasa percaya antara perawat
dengan klien. 3) Fase Orientasi

a) Memberi salam terapeutik

b) Mengevaluasi dan memvalidasi data subjektif dan objektif yang mendukung diagnosa keperawatan.

c) Membuat kontrak untuk sebuah topik disertai waktu dan tempat dan serta mengingatkan kontrak
sebelumnya.

4) Fase Kerja

Fase kerja merupakan inti hubungan perawat dengan klien yang terkait dengan pelaksanaan
perencanaan yang sudah ditentukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Pada fase ini
perawat mengeksplorasi stressor yang tepat mendorong perkembangan kesadaran diri dengan
menghubungkan persepsi, fikiran, perasaan dan perbuatan klien.

5) Fase Terminasi

Fase terminasi merupakan fase yang amat sulit dan penting dari hubungan intim

terapeutik yang sudah terbina dan berada dalam tingkat optimal. Fase terminasi terbagi

menjadi : a) Terminasi sementara

Adalah terminasi akhir dari tiap pertemuan antara perawat dengan klien. b)

Terminasi Akhir

(1) Mengevaluasi respon klien setelah tindakan keperawatan.

(2) Merencanakan tindak lanjut.

(3) Mengeksplorasi perasaan klien.

F. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari perencanaan
tercapai dan evaluasi itu sendiri dilakukan terus menerus melalui hubungan yang erat.
Evaluasi dibagi menjadi dua macam yaitu :

a. Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan terus menerus untuk menilai hasil
tindakan yang telah dilakukan.

b. Sumatif yaitu evaluasi akhir yang ditujukan untuk menilai keberhasilan tujuan yang
dilakukan.

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir :

S: Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

O : Respon objektif klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan.

A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan masalah tetap atau
muncul masalah baru atau data yang kontradiktif dengan masalah yang ada.

P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkakn hasil analisa pada respon klien.

Rencana tindak lanjut berupa :

1) Rencana teruskan, bila masalah tidak berubah.

2) Rencana dimodifikasi, jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi hasil tidak memuaskan.

3) Rencana dibatalkan, jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan masalah yang ada serta
diagnosa lama dibatalkkan.

4) Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan diperlukan adalah memelihara dan
mempertahankan kondisi baru.

Pada evaluasi sangat diperlukan reinforcement untuk menguatkan perubhan yang positif.
Klien dan keluarga juga dimotifasi untuk melakukan self-reinforsement.

Hasil yang diharapkan saat merawat klien dengan respon konsep diri mal adatif adalah klien
akan mencapai tingkat aktualitas diri yang maksimal untuk menyadari potensi dirinya.
Evaluasi keberhasilan pada klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah :

Pada akhir keperawatan diharapkan :

a) Klien mampu :

1) Klien dapat mengidentifikasikan aspek positif klien, Keluarga dan kemampuan yang dimiliki klien.

2) Klien menilai kemampuan yang digunakan.

3) Klien membuat rencana kegiatan

4) Klien membuat rencana kegiatan

5) Klien melakukan sesuai kondisi sakit dan kemampuanya

6) Klien mampu memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga

7) Melakukan kegiatan hidup sehari – hari sesuai jadwal yang dibuat klien. 8)

Meminta bantuan keluarga 9) Melakukan follow up secara teratur

b) Keluarga mampu :

1) Mengidentifikasi terjadinya gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis

2) Merawat klien di rumah dan mendukung kegiatan klien.

3) Menolong klien menggunakan obat dan follow up.


TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN
GANGGUAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG PERKASA RUMAH SAKIT
JIWA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

I. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 31 Tahun
Alamat : Ngabang
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Melayu / Indonesia
Pendidika : SD
Pekerjaan : Petani
II. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan disuruh ibu dan istri nya untuk melanjutkan berobat, sering
menyendiri dikamar, bicara sedikit, sulit komunikasi.
III. ALASAN MASUK
2 bulan sebelum masuk RSJ klien sering menyendiri, membanting barang, bicara
sedikit, sulit komunikasi, bicara sendiri dan sulit tidur.

IV. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Klien pernah mengalami gangguan jiwa ±3 tahun yang lalu, pernah rawat jalan di
RSJ.SUNGAI BANGKONG PONTIANAK
2. Kontrol tidak rutin, pengobatan kurang berhasil

3. Klien mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
4. Klien mempunyai pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan yaitu ia jatuh dari sepeda.

V. PEMERIKSAAN FISIK
A. Tanda – tanda vital :
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,5 ºC
Pernafasan : 26 x/menit
B. Ukuran :
Tinggi badan : 169 cm
Berat badan : 62 Kg B. Kondisi Fisik :
Klien tidak mengeluh sakit apa – apa, tidak ada kelainan fisik.

VI. PSIKOSOSIAL
A. Genogram
B. Konsep Diri
Citra Tubuh : Klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai adalah mata karena
bisa melihat.
Identitas : Klien mengatakan anak ke-5 dari 5 bersaudara.
Peran : Klien mengatakan di dalam keluarganya atau dirumah sebagai anak.
Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang, merasa bosan dan ingin
bekerja lagi.
Harga diri : Klien mengatakan malu berhadapan langsung dengan orang lain selain
ibu dan adiknya,klien merasa tidak pantas jika berada diantara orang lain, kurang
interaksi sosial.
Masalah Keperawatan : harga diri rendah
C. Hubungan Sosial
Orang yang dekat dengan klien adalah ibu, istri dan ke dua anak ny.
Peran serta kelompok / masyarakat : sebelum klien sakit sering mengikuti gotong
royong didesanya.
Hambatan dalam hubungan dengan orang lain: selama klien rawat jalan / berobat jalan
temannya berkurang karena klien malu berkomunikasi. Masalah Kepeawatan : Menarik
diri D. Spiritual
Klien mengatakan jarang sholat dalam 5x sehari, jika sholat klien shabis sholat klien
berdoa agar cepat sembuh.

VII. STATUS MENTAL


A. Penampilan : Penampilan klien kurang rapi, klien menggunakan baju yang disediakan diRSJ.
B. Pembicaraan : Klien berbicara lambat tetapi dapat tercapai dan dapat dipahami.
C. Aktivitas Motorik : Klien labih banyak menunduk, aktivitas klien menyesuaikan.
D. Alam perasaan : Klien mengatakan bosan diRSJ ingin cepat sembuh dan pulang, klien sedih belum bisa
bertemu ibu ,istri dan kedua anak nya.
E. Afek : Klien tidak sesuai dalam berfikir, bicara klien lambat
F. Interaksi selama wawancara: Kontak mata kurang karena menunduk,sesekali klien menengadah,selalu
menjawab jika ditanya.
G. Persepsi : Halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan.
H. Pola Fikir : Tidak ada waham.

I. Tingkat kesadaran : Klien sadar hari, tanggal dan waktu saat pengkajian, hari jum’at tanggal 28 november
2014 jam 10.30 WIB,hari berikutnya juga klien sadar hari sabtu tanggal 12 januari 2014.
J. Memori : Daya ingat jangka panjang klien masih ingat masa lalunya.
K. Tingkat konsentrasi dan berhitung : Klien berhitung lancar, contoh 20 – 15= 5
L. Kemampuan Penilaian : Klien mampu menilai antara masuk kamar setelah makan atau membiarkan kursi
tidak rapi, klien memilih membereskan kursi.
M. Daya Tilik Diri : Klien tahu dan sadar bahwa dirinya dirumah sakit jiwa.
VIII. MEKANISME KOPING
A. Klien mampu berbicara dengan orang lain,terlihat malu
B. Klien mampu menjaga kebersihan diri sendiri
C. Klien mampu jika ada masalah tidak menceritakan kepada orang lain,lebih suka diam.
Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif.
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
A. Masalah berhubungan dengan lingkungan : Klien menarik diri dari lingkungan
B. Masalah dengan kesehatan (-)
C. Masalah dengan perumahan :Klien tinggal dengan kedua orang tua dan 2 saudaranya.
D. Masalah dengan Ekonomi : Kebutuhan klien dipenuhi oleh ibunya.

X. MASALAH KEPERAWATAN
A. Harga Diri Rendah
B. Menarik Diri
C. Koping Individu Tidak Efektif

XI. POHON MASALAH


Menarik Diri _ _ _ _ ( Efek )
Harga Diri Rendah _ _ _ ( Core problem )

Koping Individu Tidak Efektif _ _ _ ( Causa / Penyebab )

XII. DIAGNOSA KEPERAWATAN

𝑏
1. Menarik Diri ⁄𝑑 Harga Diri Rendah
Tgl. Dx.Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

14- 01-13 Menarik Diri TUM


berhubungan -Klien dapat
dengan harga Diri berhubungan dengan
Rendah orang lain secara
optimal.
-Klien dapat B eri salam / panggil nama yang
membina hubungan 1. disukai
saling percaya • Klien ekspresi wajah 2. Jelaskan BHSP dengan
bersahabat. 3. komunikasi terapeutik
Memperkenalkan diri dengan
• Klien menunjukan 4. sopan
rasa senang. Klien Tanyakan nama lengkap dan
5. panggilan tujuan Jujur dan
• mau kontak mata. menepati janji
Klien mau 6. Tunjukan sikap empati dan
7. menerima klien apa adanya
Lakukan kontak singkat tapi
• berjabat tangan. Klien 8.
sering
mau

• membalas salam.
Klien

• mau duduk
berdampingan.
dengan perawat.

• Klien mau
• menyebut nama dan
mau mengutaraka
masalah yang
dihadapi.

-Klien dapat • Klien mampu 1. Diskusikan kemampuan dan


mengidentifikasi mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki
kemampuan dan kemampuan yang 2. Hindarkan dari penilaian
aspek positif yang dimiliki yang negatif
dimiliki 3. Utamakan pemberian pujian
• Aspek positif keluarga yang realistic
Aspek
• positif lingkungan
yang dimiliki klien
• Klien mampu 1. Diskusikan kemampuan yang
-Klien dapat menilai menilai dapat digunakan selama sakit
kemampuan yang kemampuan 2. Diskusikan kemampuan yang
dimiliki yang dimiliki dapat ditunjukan penggunaannya
selama sakit

-Klien dapat • Klien dapat membuat 1. Rencanakan bersama klien


menetapkan rencana kegiatan Ti aktifitas yang dapat dilakukan
perencanaan kegiatan harian setiap hari
sesuai dengan - Kegiatan mandiri
kemampuannya - Dibantu
sebagian
- Dengan bantuan
total ngkatkan kegiatan
sesuai dengan toleransi
kondisi klien

2. Beri contoh cara pelaksanaan


kegiatan yang boleh klien
lakukan
-Klien dapat • Klien melakukan 1. Beri kesempatan klien untuk
melakukan kegiatan kegiatan yang mencoba kegiatan yang telah
sesuai kondisi sakit sesuai dengankondisi direncanakan
dan kemampuannya sakit dan 2. Beri pujian atas keberhasilan
kemampuannya klien
3. Diskusikan kemungkinan
melaksanakan dirumah.
-Klien dapat • Klien dapat 1. Beri pendidikan kesehatan cara
memanfaatkan sistem memanfaatkan system perawatan klien dengan Harga
pendukung yang ada pendukung dikeluarga Diri Rendah
secara optimal 2. Bantu keluarga menyiapkan
• Klien daoat lingkungan di rumah.
memanfaatkan system
pendukung
dilingkungan sekitar.
Harga Diri Rendah TUM
berhubungan -Klien dapat
dengan Koping melakukan keputusan
Individu Tidak yang
Efektif efektif
untuk
mengendalikan situasi
kehidupan yang
Klien mampu duduk 1. Lakukan pendekatan dengan
demikian menurunkan
berdampingan baik, menerima klien apa adanya
perasaan rendah dan bersikap empati
diri 2. Cepat mengendalikan perasaan
-Klien dapat menbina • dengan perawat Klien
dan reaksi perawatan diri sendiri
hubungan terapeutik mampu berbincang -
misalnya rasa marah ,empati.
dengan perawat bincang dengan
3. Sediakan waktu untuk berdiskusi
dan bina hubungan yang sopan.
• perawat Klien mampu 4. Berikan kesempatan kepada
merespon tindakan klien untuk merespon.
• perawat

-Klien dapat • Klien dapat 1. Tunjukan emosional yang

mengenali dan • mengungkapkan sesuai


mengekspresikan perasaannya 2. Gunakan tekhnik komunikasi
emosinya Klien mampu terapeutik terbuka,
mengenali 3. Bantu klien mengekspresikan
perasaannya
emosinya dan
4. Bantu klien mengidentifikasikan
dapat mengekspresika
situasi kehidupan yang tidak
nnya berada dalam kemampuan dan
mengontrolnya
5. Dorong untuk menyatakan
secara verbal perasaan –
perasaan yang berhubungan
dengan ketidak mampuannya.
-Klien dapat • Klien dapat 1. Diskusikan masalah yang
memodifikasi pola mengidentifikasi dihadapi klien dengan
kognitif yang negative pemikiran yang memintanya untuk
negatif Klien dpat menyimpulkannya
menurunkan 2. Identifikasi pemikiran negatif
• klien dan bantu untuk
penilaian yang
negatifpada dirinya. menurunkan melalui interupsi
dan substitusi
3. Evaluasi ketetapan persepsi
logika dan kesimpulan yang
dibuat klien
4. Kurangi penilaian klien yang
negatif terhadap dirinya
5. Bantu klien menerima nilai yang
dimilikinya atau perilakunya
atau perubahan yang terjadi pada
dirinya.

-Klien dapat • Klien mampu 1. Libatkan klien dalam


berpartisipasi dalam menentukan kebutuhan menetapkan tujuan yang ingin
mengambil keputusan untuk perawatan pada dicapai
yang berkenan dengan dirinya Klien dapat 2. Motivasi klien untuk membuat
perawatan dirinya berpartisipasi dalam jadwal aktivitas perawatan
dirinya
• pengambilan
keputusan 3. Berikan privasi sesuai kebutuhan
yang ditentukan
4. Berikan reinsforcement posotif
tentang pencapaian kegiatan
yang telah sesuai dengan
keputusan yang ditentukannya

𝑏
2. Harga Diri Rendah ⁄𝑑 Koping Individu Tidak Efektif
XIII. ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1. Ds : Harga diri Rendah Menarik Diri
- Klien mengatakan sering
menunduk, kurangnya
interaksi sosial Do “
- Klien tampak menyendiri

2. Ds : Koping Individu Harga Diri Rendah


- Klien mengatakan teman berkurang Tidak Efektif
semenjak sakit
- Klien malu dengan teman karena
klien merasa tidak pantas diantara
mereka Do :
- Klien tampak malu saat berbicara

XIV. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Tanggal / Jam No Implementasi Evaluasi
15 Januari 2013 1⁄1 1. Bina hubungan saling percaya S:
Jam 12.30 dengan : • Klien menjawab salam dan mengatakan
• Menyapa klien dengan ramah selamat pagi,menyebutkan nama dan alamat
• Memperkenalkan diri dengan sopan O :
• Menanyakan nama lengkap • Klien mau berjabat tangan
serta alamat klien • Klien mau duduk berdampingan dengan
perawat
• Menunjukan sikap empati, jujur dan
menempati janji • Klien mau mengutarakan masalahnya A : SP
1 tercapai Pp :
• Menanyakan masalah yang dihadapi Lanjutkan SP 2 adakan kontrak waktu pertemuan
berikutnya.
Pk :
Anjurkan klien untuk dapat menyapa perawat
jika bertemu dan percaya jika perawat akan
membantu masalah yang dihadapi

15 Januari 2013 2. Bina hubungan terapeutik dengan S :


Jam 15.30 perawat dengan : • Klien mau duduk berdampingan dengan
• Pendekatan dengan baik perawat O :
,menerima klien apa adanya • Klien mampu berbincang – bincang dengan
• Mengidentifikasi perasaan dan perawat
reaksi perawatan diri sendiri • Klien mampu merespon tindakan perawat.
• Menyediakan waktu untuk bina A : SP 2 tercapai P :
hubungan yang sopan -Lanjutkan SP 3 adakan kontrak waktu
pertemuan berikutnya.
• Menberikan kesempatan untuk
merespon
-Anjurkan klien mampu
berkomunikasi,mampu memulai berbicara dan
tidak janggung.

S:
16 Januari 2013 3. Mengidentifikasi kemampuan dan • Klien mengatakan cara penilaian
Jam 17.00 aspek positif yang dimiliki positif tidak boleh berfikir jelek terhadap
dengan : orang lain,sopan santun dan ramah yang
• Membantu diutamakan. O :
mengidentifikasi dengan • Klien dapat mengungkapkan
aspek yang positif
• Mendorong agar perasaannya
berpenilaian positif A : SP 3 teratasi sebagian P:
• Membantu mengungkapkan -lanjutkan SP 1 keluarga
perasaannya
-Anjurkan klien untuk mempertahankan
hubungan saling percaya berinteraksi secara
terarah.

DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Ml. 2011. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta:

Graha Ilmu

Carpenito, L.J. Buku Saku Keperawatan. Alih Bahasa: Yasmin. Edisi 10.

Jakarta: EGC

Fitria, Nita. 2007. Prinsip Dasar dan Aplikasi Laporan Pendahuluan dan

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika.

Keliat, B.A. 2005. Keperawatan Jiwa Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC.

Sujiwa, Nur D. 2010. Askep Harga Diri Rendah.

http://danursujiwo.blogspot.com/2010/02/askep-harga-dirirendah.html diakses tanggal 25


April 2011.
Stuart, G.W., Laria, M.T. 2000. Principle and of Practice of Psychiatric

Nursing. Edisi 7. Mosby: Philadhepia

. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5. Jakarta: EGC

. Sudden, S.J. 2006. Principle and of Practice of Psychiatric

Nursing. Edisi 7. Mosby: Philadhepia

Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Bandung: Revika

Aditama. www.dnet.id/kesehatan/beritasehatdetail : dnet.id=2194 edisi

23 Agustus

2004, diakses tanggal 25 April 2011.

Anda mungkin juga menyukai