Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH

Disusun Oleh :

KELOMPOK 6

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2022

A. PENGERTIAN
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, rendah
diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri
(keliat, 2011).Harga diri rendah situasional merupakan perkembangan persepsi
negatif tentang harga diri sebagai respons seseorang terhadap situasi yang sedang
dialami. (Wilkinson, 2012).

Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga
dan tidak dapat bertanggung jawab pada kehidupannya sendiri. (Yoeddhas, 2010).

B. TANDA DAN GEJALA

Menurut Carpenito dalam keliat (2011) perilaku yang berhubungan dengan


harga diri rendah antara lain :

1. Mengkritik diri sendiri


2. Menarik diri dari hubungan social
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Perasaan lemah dan takut
5. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri
6. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
7. Hidup yang berpolarisasi
8. Ketidakmampuan menentukan tujuan
9. Merasionalisasi penolakan
10. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
11. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan )

Perilaku klien HDR menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut :

1. Data subyektif
1) Mengungkapkan untuk memulai hubungan/ pembicaraan
2) Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain
3) Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain
2. Data obyektif
1) Tanda dan gejala harga diri rendah menurut Budi Ana Keliat ( 2001 ),
yaitu :
2) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan
terhadap penyakit.
3) Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri
sendiri).
4) Gangguan hubungan social (menarik diri).
5) Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan).
6) Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram mungkin klien ingin mengakhiri kehidupannya).

C. PENYEBAB

Penyebab Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep


diri seseorang. Dalam tinjuan life span history klien. Penyebab terjadinya harga
diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang
dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal
sering gagal di sekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat
lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.
(Yosep,2009)

Menurut Stuart & Sundeen (2006), faktor-faktor yang mengakibatkan


harga diri rendah kronik meliputi faktor predisposisi dan faktor presipitasi sebagai
berikut :

1. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran
gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan
orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur
sosial.(Stuart & Sundeen, 2006).
2. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah


kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,kegagalan atau
produktivitas yang menurun. Secara umum, gangguan konsep diri harga diri
rendah ini dapat terjadi secara emosional atau kronik. Secara situasional
karena trauma yang muncul secara tiba-tiba, misalnya harus
dioperasi,kecelakaan,perkosaan atau dipenjara, termasuk dirawat dirumah
sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik
atau pemasangan alat bantu yang membuat klien sebelum sakit atau sebelum
dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat dirawat.
(Yosep,2009)

Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu


yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya
system pendukung kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik
yang negatif, disfungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap
perkembangan awal. (Townsend,2008)

D. RENTANG RESPON
Keterangan :

1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang


pengalaman nyata yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif  adalah individu mempunyai pengalaman yang  positif
dalam beraktualisasi.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri
maladaptif.
4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek
psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan
dirinya dengan orang lain.

Akibat Harga Diri

Harga diri rendah dapat diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang.


Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan.
Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selajutnya hal ini
menyebutkan penampilan seseorang yang tidak optimal. Harga diri rendah muncul
saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuanya.
Ketika seseorang mengalami harga diri rendah,maka akan berdampak pada orang
tersebut mengisolasi diri dari kelompoknya. Dia akan cenderung menyendiri dan
menarik diri. (Eko P,2014)

E. PSIKOPATOLOGI

Menurut Stuart (2005), berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan


dalam konsep diri seseorang yaitu Faktor predisposisi yang merupakan faktor
pendukung harga diri rendah meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak
realistis.
Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah peran gender, tuuntutan
peran kerja, dan harapan peran budaya. Faktor yang mempengaruhi identitas
pribadi meliputi ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan struktur sosial. Sedangkan faktor presipitasi munculnya harga diri
rendah meliputi trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksika kejadian yang megancam kehidupan dan ketegangan peran
beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu
mengalami frustrasi.

Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa
tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari
lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak
mungkin mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif
dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman. Klien semakin tidak dapat
melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman
tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman
itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi dan
mengaburkan realitas daripada mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan
diri dengan kenyataan. Semakin klien menjauhi kenyataan semakin kesulitan yang
timbul dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain.

Tanda dan gejala yang muncul pada gangguan konsep diri harga diri
rendah yaitu mengkritik diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal mencapai keinginan,gangguan dalam berhubungan, penurunan
produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, rasa bersalah,
ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup yang pesimis, adanya keluhan
fisik, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung, menarik diri secara
realitas,penyalahgunaan zat dan menarik diri secara sosial. (Stuart & Sundeen,
2005, hal. 230). Melihat tanda dan gejala diatas apabila tidak ditanggulangi secara
intensif akan menimbulkan distress spiritual, perubahan proses pikir (curiga),
perubahan interaksi sosial (menarik diri) dan resiko terjadi amuk.
Pohon Masalah

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA

Harga Diri Rendah

G. FOKUS INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Mandiri
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
No. DX KEP PASIEN KELUARGA
1 Harga Diri SP I p SP I k
Rendah 1. Mengidentifikasi kemampuan dan 1. Mendiskusikan
aspek positif yang dimiliki pasien masaalah yang
2. Membantu pasien menilai dirasakan keluarga
kemampuan yang masih dapat dalam merawat pasien
digunakan 2. Menjelaskan pengertian,
3. Membantu pasien memilih tanda, dan gejala harga
kegiatan yang akan dilatih sesuai diri rendah yang dialami
dengan kemampuan pasien beserta proses
4. Melatih pasien sesuai dengan terjadinya
kemamppuan yang dipilih 3.  Menjelaskan cara-cara
5. Memberikan pujian yang wajar merawat pasien harga
terhadap keberhasilan pasien diri rendah
6. Menganjurkan pasien
memasukkannya dalam jadwal
kegiatan harian

SP II p SP II k
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Melatih keluarga
harian pasien mempraktekkan cara
2. Melatih kemampuan kedua merawat pasien dengan
3. Menganjurkan pasien harga diri rendah
memasukkannya kedalam jadwal 2. Melatih keluarga
kegiatan harian melakukancara merawat
langsung kepada pasien
harga diri rendah

SP III p SP III k
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Membantu keluarga
harian pasien membuat jadwal
2. Melatih kemampuan ketiga aktivitas dirumah
3. Menganjurkan pasien termasuk minum obat
memasukkannya kedalam jadwal 2. Menjelaskan follow up
harian pasien setelah pulang

2. Modalitas
1) Therapy Modalitas
Therapi modalitas atau perilaku merupakan rencana pengobatan
untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien.
Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk
meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan
latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Therapi kelompok bagi
skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam
hubungan kehidupan yang nyata.
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas
kelompok stimulasi kognitif atau persepsi, therapy aktivitas kelompok
stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy
aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005).
Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling
relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri
rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy
aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang
mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman
atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi
kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian
masalah.(Keliat dan Akemat,2005).
3. Kolaboratif
1) Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup
singkat.
b. Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil.
c. Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik
untuk gejala positif maupun gejala negative skizofrenia.
d. Tidak menyebabkan kantuk
e. Memperbaiki pola tidur
f. Tidak menyebabkan lemas otot.
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang
hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu
golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat
yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL,
Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua
misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan
aripiprazole.
2) Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya
ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat
membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan
permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005)
3) Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall
secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang
dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada
skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau injeksi,
dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005)

STRATEGI PELAKSANAAN HARGA DIRI RENDAH


Masalah Utama : Harga Diri Rendah

Pertemuan : Ke 1 (satu)

A. Proses Keperawtan
1. Kondisi
Ds : Klien mengatakan malu dan tak berguna, Klien sering
mengatakan dirinya tidak mampu melakukan sesuatu,
Do : Klien kelihatan sering menyendiri, Klien lebih banyak diam,
Selama berkomunikasi kontak mata kurang.
2. Diagnose Keperawatan
Harga diri rendah
3. Tujuan Umum
Kien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
4. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
b. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
c. Klien dapat memilih kemampuan yang akan digunakan
d. Klien mampu melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
yang dimilikinya
5. Intervensi keperawatan
SP I p
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien
b. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat
digunakan
c. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai
dengan kemampuan
d. Melatih pasien sesuai dengan kemamppuan yang dipilih
e. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
f. Menganjurkan pasien memasukkannya dalam jadwal kegiatan
harian
SP II p
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Melatih kemampuan kedua
c. Menganjurkan pasien memasukkannya kedalam jadwal kegiatan
harian
SP III p
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Melatih kemampuan ketiga
c. Menganjurkan pasien memasukkannya kedalam jadwal harian
B. Tindakan
1. BHSP, salam terapeutik, perkenalkan diri dengan sopan, jelaskan tujuan
interaksi, ciptaan lingkungan yang tenang dan buat kontrak yang jelas
( waktu, tempat, topic ).
2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
4. Katakana kepada klien bahwa dirinya adalah seorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
C. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( SP )
SP 1 PASIEN :
Pasien mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan,
membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih,
melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan
kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian

Orientasi :
“Selamat pagi, bagaimana keadaan S hari ini ? S terlihat segar“.perkenalkan
nama saya Paulina, mahasiswa Universitas Ngudi Waluyo Ungaran, saya suka
dipanggil Novia.
”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang
pernah T lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat
S dilakukan. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih”
”Dimana kita duduk ? bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ?
Bagaimana kalau 20 menit.

Kerja :
” Apa saja kemampuan yang S dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya
ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa S lakukan? Bagaimana dengan
merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci piring..............dst.”.“ Wah, bagus
sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang S miliki “.
”S, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan
di rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai
5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang
masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini.
”Sekarang, coba S pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah
sakit ini”.” O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu,
bagaimana kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur S”. Mari kita
lihat tempat tidur S. Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal
dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik.
”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !.
Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan.
Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita
lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”
”S sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan
bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ”
“Coba S lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau S lakukan
tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan S (tidak)
melakukan.
Terminasi :
“Bagaimana perasaan S setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapihkan
tempat tidur ? Yach, S ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat
dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur, yang
sudah S praktekkan dengan baik sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan
juga di rumah setelah pulang.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian. S. Mau berapa kali sehari
merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu
sehabis istirahat, jam 16.00”
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. S masih ingat kegiatan
apa lagi yang mampu dilakukan di rumah selain merapihkan tempat tidur? Ya
bagus, cuci piring.. kalu begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8
pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi Sampai jumpa ya”

SP 2 PASIEN:
Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan
pasien.
Orientasi :
“Selamat pagi, bagaimana perasaan S pagi ini ? Wah, tampak cerah ”
”Bagaimana S, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ Tadi pagi?
Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan
latihan kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu S?”
”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur”
”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!”

Kerja :
“S, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu
sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan
air untuk membilas., S bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya
jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan.
“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, S ambil satu piring kotor, lalu buang
dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian S
bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah
diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai disabuni, bilas dengan air
bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut. Setelah itu S
bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di
dapur. Nah selesai…
“Sekarang coba S yang melakukan…”
“Bagus sekali, S dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap
tangannya

Terminasi :
”Bagaimana perasaan S setelah latihan cuci piring ?”
“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-
hari S. Mau berapa kali S mencuci piring? Bagus sekali S mencuci piring tiga
kali setelah makan.”
”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat
tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan
latihan mengepel”
”Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa ”
Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua
kemampuan dilatih. Setiap kemampuan yang dimiliki akan menambah
harga diri pasien.

1. Tindakan keperawatan pada keluarga


Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di
rumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
a. Tujuan :

1) Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang


dimiliki pasien
2) Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih
dimiliki pasien
3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang
sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan
pasien

b. Tindakan keperawatan :
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien
2) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada
pada pasien
3) Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan
memuji pasien atas kemampuannya
4) Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah
5) Demontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
6) Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara
merawat pasien dengan harga diri rendah seperti yang telah
perawat demonstrasikan sebelumnya
7) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah
SP 1 KELUARGA
Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di
rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri
rendah, menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah,
mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah, dan
memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara
merawat.
Orientasi :
“Selamat pagi !”perkenalkan nama saya Paulina yang merawat pasien S.
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini ?”
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat S? Berapa
lama waktu Bp/Ibu?30 menit? Baik, mari duduk di ruangan wawancara!”

Kerja :
“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah S”
“Ya memang benar sekali Pak/Bu, T itu memang terlihat tidak percaya diri dan
sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada S, sering menyalahkan dirinya
dan mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain,
anak Bapak/Ibu memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan
munculnya pikiran pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan S
ini terus menerus seperti itu, S bisa mengalami masalah yang lebih berat lagi,
misalnya S jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung diri”
“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”
“Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah S dapat menjadi masalah serius, maka kita
perlu memberikan perawatan yang baik untuk S”
”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki S? Ya benar, dia juga mengatakan hal
yang sama (kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan S)
” S itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci piring.
Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat
mengingatkan S untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadual. Tolong bantu
menyiapkan alat-alatnya, ya Pak/Bu. Dan jangan lupa memberikan pujian agar
harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadual yang
kegiatannya”.
”Selain itu, bila S sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu tetap perlu
memantau perkembangan S. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak
tertangani lagi, bapak/Ibu dapat membawa S ke puskesmas”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada
S”
”Temui S dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian yang
yang mengatakan: Bagus sekali S, kamu sudah semakin terampil mencuci piring”
”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”

Terminasi :
”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi S dan bagaimana
cara merawatnya?”
“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali
Bapak/Ibu kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara
memberi pujian langsung kepada S”
“Jam berapa Bp/Ibu dating? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.”
SP 2 Keluarga :
Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah
harga diri rendah langsung kepada pasien
Orientasi:
“Selamat pagi Pak/Bu”
” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
”Bapak/IBu masih ingat latihan merawat anak Bapak Ibu seperti yang kita pelajari dua
hari yang lalu?”
“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada S.”
”Waktunya 20 menit”.
”Sekarang mari kita temui S”

Kerja:
”Selamat pagi S. Bagaimana perasaan S hari ini?”
”Hari ini saya datang bersama orang tua S. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya,
orang tua S juga ingin merawat S agar S cepat pulih.” (kemudian saudara berbicara
kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan
beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan anak Bapak/Ibu”
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang telah
dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
”Bagaimana perasaan S setelah berbincang-bincang dengan Orang tua S?”
”Baiklah, sekarang saya dan orang tua S ke ruang perawat dulu” (Saudara dan keluarga
meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)

Terminasi:
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”
«Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada S »
« Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/Ibu melakukan
cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang
Pak/Bu » « Sampai jumpa »
SP 3 KELUARGA :
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
Orientasi:
“Selamat pagi Pak/Bu”
”Karena hari ini hari terakhir kunjungan saya, maka kita akan membicarakan
jadwal selama di rumah”
”Berapa lama Bpk/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor

Kerja:
”Pak/Bu ini jadwal kegiatan S selama di rumah sakit. Coba diperhatikan,
apakah semua dapat dilaksanakan di rumah?
”Pak/Bu, jadwal yang telah dibuat selama S dirawat dirumah sakit tolong
dilanjutkan dirumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh S
selama di rumah. Misalnya kalau S terus menerus menyalahkan diri sendiri dan
berpikiran negatif terhadap diri sendiri, menolak minum obat atau memperlihatkan
perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi lagi maka bawa segera ke
Rs untuk pengobatan lanjut
”Selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau perkembangan S selama
di rumah

Terminasi:
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian. Ini surat
rujukan untuk perawat K di PKM Inderapuri. Jangan lupa kontrol ke PKM sebelum
obat habis atau ada gejala yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!”
DAFTAR PUSTAKA

Herdman. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha Medika.

Iskandar, M. D. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung: PT Refika Aditama.

Keliat, C. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas.Yogyakarta: EGC.

Prabowo, E. (2014). Konsep&Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta :

Nuhamedika

Fitria, N. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan

Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:

Salemba Medika.

Riyadi, S. Dan Purwanto, T. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai