Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

STASE KEPERAWATAN JIWA PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN UMPRI 2022/2023

OLEH :

YULIANTO (2022207209208)

NERS KELAS METRO

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KASUS/ MASALAH UTAMA : Harga Diri Rendah Situasional


1. Pengertian

Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri atau citacita/harapan langsung,
mengasilkan perasaan berharga. Pada kondisi tertentu kebutuhan harga diri akan
terganggu sehingga individu tersebut mengalami harga diri rendah (Elviani, 2017)

Harga diri rendah adalah penilaian diri yang salah tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal
diri/cita-cita/harapan langsung menghasilkan perasaan berharga. Harga diri dapat
diperoleh melalui penghargaan diri sendiri atau orang lain. Perkembangan harga diri
juga ditentukan oleh perasaan diterima, dicintai, dihormati oleh orang lain, serta
keberhasilan yang pernah dicapai individu dalam hidupnya (Hidayat, 2006).

Harga diri rendah situasional adalah suatu keadaan ketika individu yang sebelumnya
memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam berespon
terhadap suatu kejadian seperti kehilangan dan perubahan (Saputra dkk, 2013).

Harga diri rendah situasional adalah evaluasi diri negatif yang berkembang sebagai
respon terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang yang
sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif (NANDA, 2005).

2. Jenis-jenis

Secara umum, gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat
terjadi secara:

a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,


kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu
akan sesuatu (korban perkosaaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Gangguan pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena:

1
1) Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya: pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
2) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyakit.
3) Perlakuan petugas yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan
dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan. Kondisi ini
banyak ditemukan pada klien gangguan fisik.

b. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berpikir yang negatif. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respon yang maladaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pad klien
gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa.

3. Tingkatan/ fase
a. Regresi
Berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan pengeluaran sejumlah
besar tenaga upaya untuk mengeloa aset-aset menyisakan sedikit tenaga untuk
aktivitas sehari-hari.
b. Proyeksi
Upaya untuk menjelaskan persepsi yang membingungkan dengan menetapkan
tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu.
c. Menarik diri
Berkaitan dengan masalah membangun kepercayaan dan keasyikan dengan
pengalaman internal.
d. Pengingkaran
Sering digunakan oleh klien dan keluarga. Mekanisme ini adalah sama dengan
penolakan yang terjadi setiap kali seseorang menerima informasi yang
menyebakan rasa takut dan ansietas.

2
4. Rentang respon
a. Respon adaptif adalah respon yang dihadapi klien bila klien menghadapi suatu
masalah dapat menyelesaikannya secara baik, antara lain:
1) Aktualisasi diri
Kesadaran akan diri berdasarkan konservasi mandiri termasuk persepsi masa
lalu akan diri dan perasaannya.
2) Konsep diri positif
Menunjukkan individu akan sukses dalam menghadapi masalah.

b. Respon mal-adaptif adalah respon individu dalam menghadapi masalah dimana


individu tidak mampu memecahkan masalah tersebut. Respon mal-adaptif
gangguan konsep diri adalah:
1) Gangguan harga diri
Transisi antara respon konsep diri positif dan mal-adaptif.
2) Kekacauan identitas
Kekacauan diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan kehidupan
dalam mencapai tujuan.
3) Depersonalisasi
Tidak mengenal diri yaitu mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak
mampu berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa percaya
diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan orang lain.

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi, terjadinya harga diri rendah akibat penolakan orang tua yang
tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.

2. Faktor presipitasi

Faktor prespitasi, terjadinya harga diri rendah biasanyanya akibat kehilangan bagian
tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang
menurun.

3
3. Penilaian stressor
Apapun masalah dalam konsep diri dicetuskan oleh stressor psikologis, sosiologis,
atau fisiologis. Elemen yang penting adalah persepsi pasien tentang ancaman.
Stressor yang mempengaruhi harga dri rendah adalah penolakan dan kurang
penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti, pola asuh yang tidak tepat,
misalnya terlalu dilarang, dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara, kesalahan dan
kegagalan yang berulang, cita-cita yang tidak tercapai, gagal bertanggung jawab
terhadap diri sendiri.

4. Mekanisme koping
Mekanisme koping harga diri rendah situasional :
Seseorang dengan harga diri rendah memiliki mekanisme koping jangka pendek dan
jangka panjang. Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberikan hasil yang
diharapkan individu maka individu dapat mengembangkan mekanisme koping jangka
panjang (Ridhyalla Afnuhazi, 2015)
Mekanisme tersebut ialah sebaga berikut :
a. Jangka pendek
1) Aktivitas yang dilakukan untuk pelarian sementara yatu pemakaian obat-
obatan, kerja keras, nonton TV secara terus-menerus.
2) Aktivitas yang memberikan penggantian identitas bersifat sementara misalnya
ikut kelompok sosial, agama, dan politik.
3) Aktivitas yang memberikan dukungan bersifat sementara misalnya
perlombaan
b. Jangka panjang
1) Penutupan identitas
Terlalu terburu-buru mengadopsi identitas yang disukai dari orang-orang yang
berarti tanpa memperhatikan keinginan atau potensi diri sendiri.
2) Identitas negatif
Asumsi identitas yang bertentangan dengan nilai-nilai dan harapan
masyarakat.

4
5. Sumber koping
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi
seseorang. Individu dapat mengatasi stres dan ansietas dengan menggunakan sumber
koping yang ada di lingkungannya. Sumber koping tersebut dijadikan sebagai modal
untuk menyelesaikan masalah. Dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat
membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan
mengadopsi strategi koping yang efektif.
Semua orang tanpa memperhatikan gangguan perilakunya, mempunyai beberapa
bidang kelebihan personal yang meliputi aktifitas olahraga dan aktifitas di luar rumah,
hobi dan kerajinan tangan, seni yang ekspresif, kesehatan dan perawatan diri,
pendidikan atau pelatihan, pekerjaan, vokasi atau posisi, bakat tertentu, kecerdasan,
imajinasi dan kreatifitas hubungan interpersonal (Stuart, 2013).

C. POHON MASALAH
1. Pohon masalah

Isolasi sosial effect

Harga diri rendah core problem

Koping tidak efektif causa


(Yosep, 2014)

5
Keputusasaan

Ketidakberdayaan

Harga diri rendah situasional

Ketidakefektifan kopingGangguan citra tubuh Gangguan identitas personal

Keterangan :
Tulisan tebal : masalah utama
Tulisan miring : dampak (efek)
Tulisan tegak : penyebab utama
(Lodo, 2013)

2. Daftar masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


Masalah keperawatan yang mungkin timbul adalah :
a. Harga diri rendah situasional
b. Ketidakefektifan koping
c. Gangguan citra tubuh
d. Gangguan identitas personal
e. Ketidakberdayaan
f. Keputusasaan

Data yang perlu dikaji untuk klien yang mengalami harga diri rendah situasional :

a. Data subjektif :
Contoh :
“Setelah kaki saya diamputasi saya sudah tidak berharga lagi”
“Saya tidak mampu menjadi olahragawan kembali setelah kehilangan kaki saya”
“Saya tidak mampu melakukan peran dan fungsi sebagai kepala keluarga lagi”
b. Data objektif :
1) Perasaan negatif terhadap diri sendiri
2) Menarik diri dari kehidupan
3) Kritik terhadap diri sendiri
4) Destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
5) Mudah tersinggung/ mudah marah

6
6) Produktivitas menurun
7) Penolakan terhadap diri sendiri
8) Keluhan fisik

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Harga diri rendah situasional
2. Ketidakefektifan koping
3. Gangguan citra tubuh
4. Gangguan identitas personal
5. Ketidakberdayaan
6. Keputusasaan

E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah mengurangi,


mengatasi maslah-maslah yang telah di identifikasi dalam diagnosa keperawatan. Desain
perencanaan menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara
menyelesaikan maslah dengan efektif dan efisien (Rohmah, 2009). Berdasarkan diagnosa
diatas pelaksaan ditetapkan dalam suatu tujuan, kriteria evaluasi, intervensi, dan rasional.
Tujuan umum berfokus pada penyelesaian masalah dari diagnosa tertentu, dan didapat
jika serangkaian tujuan khusus telah tercapai. Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian
sistem dari diagnosa tertentu, tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan klien yang
perlu dicapai atau dimiliki klien.

Jika harga diri klien sangat rendah berarti mereka gagal untuk merawat diri mereka
sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan bantuan perawat untuk memenuhi kebutuhan lain
seperti kebutuhan nutrisi, kebutuhan rasa aman dan nyaman serta tindakan keperawatan
untuk meningkatkan harga diri klien. Langkah kita selanjutnya untuk mengatasi masalah
pasien dengan harga diri rendah adalah menetapkan beberapa tindakan keperawatan
(Purba, Jenny Marlindawati, dkk. 2008).

7
1. Tindakan keperawatan pada pasien:
a. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
2) Pasien dapat menilai kemampuan yang digunakan
3) Pasien dapat menetapkan atau memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
4) Pasien dapat berlatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
5) Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya
b. Tindakan keperawatan
1) Mengidentifikasikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien.
Untuk membantu pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif
yang masih dimiliki pasien, saudara dapat:
a) Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampuan dan
aspek positif seperti kegiatan pasien dirumah, adanya keluarga dan
lingkungan terdekat pasien.
b) Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu pasien
penilaian negatif.
2) Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan. Untuk
tindakan tersebut, saudara dapat:
a) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan
saat ini setelah mengalami bencana.
b) Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
c) Perlihatkan respons yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif

3) Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan yang sesuai dengan


kemampuan. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
a) Mendiskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang dilakukan dan
dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari
b) Bantu pasien menetapkan aktivitas mana yang dapat pasien lakukan secara
mandiri, mana aktivitas yang dapat memerlukan bantuan minimal dari
keluarga dan aktivitas apa saja yang perlu bantuan penuh dari keluarga
atau lingkungan terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan aktivitas
yang dapat dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar
aktivitas atau kegiatan sehari-hari pasien.

8
4) Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih sesuai kemampuan pasien. Untuk
tindakan keperawatan tersebut saudara dapat melakukan:
a) Mendiskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan kegiatan ( yang
sudah dipilih pasien ) yang akan dilatihkan.
b) Bersama pasien dan keluarga mempragakan beberapa kegiatan yang akan
dilakukan pasien.
c) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang
diperlihatkan pasien.

5) Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya dan


menyusun rencana kegiatan. Untuk mencapai tujuan dari tindakan
keperawatan tersebut, saudara dapat melakukan hal-hal berikut:
a) Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan.
b) Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari.
c) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap
aktivitas.
d) Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan keluarga.
e) Berikan kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan
kegiatan.
f) Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang dilakukan
pasien.

2. Tindakan keperawatan pada keluarga :


Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah
menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
a. Tujuan
1) Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasikan kemampuan yang
dimiliki.
2) Keluarga memfasilitasi aktivitas pasien yang sesuai kemampuan.
3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan latihan
yang dilakukan, dan memberi pujian atas keberhasilan pasien.
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.

9
b. Tindakan Keperawatan
1) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien.
2) Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji
pasien atas kemampuannya.
3) Anjuran keluarga untuk memotivasi pasien dalam melakukan kegiatan yang
sudah dilatihkan pada pasien dengan perawat.
4) Ajarkan keluarga cara mengamati perkembangan perubahan prilaku pasien.

F. DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, Ridhyalla. (2015). Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Gosyen Publishing
Herdman, T. H. (2012). Diagnosa Keperawatan: Defenisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC.
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. (M. Bendetu, Ed.)
(1st ed). Yogyakarta: CV Andi Offset
Patricia, G. dkk. (2013). Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatrik.Jakarta: EGC.
Purwasih, R., & Susilowati, Y. (2016). Penatalaksanaan Pasien Ganggun Jiwa Dengan
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Di Ruang Gathotkoco Rsjd Dr.
Amino Gondohutomo Semarang. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 3(2) 44-
50.
Suhron, Muhammad. (2017). Asuhan Keperawata Jiwa Konsep Self Esteem. Jakarta:
Mitra Wacana Media

10

Anda mungkin juga menyukai