Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA : HARGA DIRI RENDAH

Disusun oleh:

ARIFA PUTRI ISLAMIATI

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2021/2022
LAPORAN PENDAHULAUN
HARGA DIRI RENDAH

A. Konsep Dasar Harga Diri Rendah

1. Definisi

Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berharga, tidak

berarti, rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri

dan kemampuan diri (Keliat, 2011). Harga diri rendah merupakan evaluasi

diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif terhadap

diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal dalam

mencapai keinginan (Direja, 2011). Harga diri rendah merupakan keadaan

dimana individu mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan

dirinya (Fitria, 2012).

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu dimana

individu mengalami gangguan dalam penilaian terhadap dirinya sendiri dan

kemampuan yang dimiliki, yang menjadikan hilangnya rasa kepercayaan

diri akibat evaluasi negatif yang berlangsung dalam waktu yang lama

karena merasa gagal dalam mencapai keinginan.

2. Proses terjadinya masalah

Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri

seseorang. Menurut Kemenkes RI (2012) sebagai berikut :

a. Faktor Predisposisi

1. Faktor Biologis
Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, riwayat

penyaakit atau trauma kepala.

2. Faktor psikologis

Pada pasien yang mengalami harga diri rendah, dapat

ditemukan adanya pengalaman masa lalu yang tidak

menyenangkan, seperti penolakan dan harapan orang tua

yang tidak realisitis, kegagalan berulang, kurang mempunyai

tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,

penilaian negatif pasien terhadap gambaran diri, krisis

identitas, peran yang terganggu, ideal diri yang tidak

realisitis, dan pengaruh penilaian internal individu.

3. Faktor sosial budaya

Pengaruh sosial budaya meliputi penilaian negatif dari

lingkungan terhadap pasien yang mempengaruhi penilaian

pasien, social ekonomi rendah, riwayat penolakan

lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak, dan tingkat

pendidikan rendah.

b. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah

kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,

kegagalan atau produktifitas yang menurun. Secara umum gangguan

konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional atau

kronik. Secara situsional misalnya karena trauma yang muncul tiba-

tiba, sedangkan yang kronik biasanya dirasakan klien sebelum sakit


atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan

memingkat saat dirawat (yosep, 2009). Menurut Kemenkes RI

(2012) faktor presipitasi harga diri rendah antara lain:

1. Trauma: penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan

peristiwa yang mengancam kehidupan

2. Ketegangan peran: berhubungan dengan peran atau posisi yang

diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi

- Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang

berkaitan dengan pertumbuhan.

- Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau

berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau

kematian

3. Transisi peran sehat-sakit: sebagai akibat pergeseran dari keadaan

sehat dan keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh

kehilangan bagian tubuh; perubahan ukuran, bentuk, penampilan

atau fungsi tubuh; perubahan fisik yang berhubungan dengan

tumbuh kembang normal; prosedur medis dan keperawatan.

Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri

rendah situasional yang tidak terselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena

individu tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang prilaku

klien sebelumnya bahkan kecenderungan lingkungan yang selalu memberi

respon negatif mendorong individu menjadi harga diri rendah.Harga diri

rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya individu berada

pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu berusaha
menyelesaikan krisis tetapi tidak mampu atau merasa gagal menjalankan

fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan

menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional,

jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru menyalahkan

individu dan terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan individu

mengalami harga diri rendah kronis

3. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala harga diri rendah dapat dinilai dari ungkapan pasien yang

menunjukkan penilaian tentang dirinya dan didukung dengan data hasil

wawancara dan observasi (Kemenkes, RI)

a. Data subjektif

- Hal negatif diri sendiri atau orang lain

- Perasaan tidak mampu

- Pandangan hidup yang pesimis

- Penolakan terhadap kemampuan diri

b. Data objektif

- Penurunan produktifitas

- Tidak berani menatap lawan bicara

- Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi

- Bicara lambat dengan nada suara rendah

Manifestasi yang bisa muncul pada klien gangguan jiwa dengan harga diri

rendah menurut Fitria (2009) adalah:

- Mengkritik diri sendiri


- Perasaan tidak mampu

- Pandangan hidup yang pesimistis

- Tidak menerima pujian

- Penurunan produktivitas

- Penolakan terhadap kemampuan diri

- Kurang memperhatikan perawatan diri

- Berpakaian tidak rapi

- Selera makan kurang

- Tidak berani menatap lawan bicara

- Lebih banyak menunduk

- Bicara lambat dengan nada suara lemah

4. Rentang respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi diri Konsep diri + HDR Keracunan identitas Depersonalisasi

Respon adaptif terhadap konsep diri meliputi:

- Aktualisasi diri

Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar

belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima individu

dapat mengapresiasikan kemampuan yang dimilikinya

- Konsep diri positif

Apabila individu mempunyai pengalaman positif dalam

beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang


negatif dari dirinya. Individu dapat mengidentifikasi kemampuan

dan kelemahannya secara jujur dalam menilai suatu masalah

individu berfikir secara positif dan realistis.

Sedangkan respon maladaptif dari konsep diri meliputi:

- Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya

negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.

- Kekacauan identitas

Suatu kegagalan individu mengintegrasikan berbagai identifikasi

masa kanak-kanak kendala kepribadian psikososial dewasa yang

harmonis.

- Depersonalisasi

Perasaan yang tidak realitas dan asing terhadap diri sendiri yang

berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat

membedakan sedirinya dengan orang lain.

5. Mekanisme koping

Mekanisme koping pasien harga diri rendah menurut Ridhyalla Afnuhazi

(2015) adalah:

1. Jangka pendek

- Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis: pemakaian

obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus.

- Kegiatan mengganti identitas sementara (ikut kelompok sosial,

keagaman, politik).
- Kegiatan yang memberi dukungan sementara (kompetisi olahraga

kontes popularitas).

- Kegiatan mencoba menghilangkan identitas sementara

(penyalahgunaan obat).

2. Jangka panjang

- Menutup identitas

- Identitas negatif: asumsi yang bertentangan dengan nilai dan

harapan masyarakat.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas

Penyakit Skizofrenia biasanya terjadi pada dewasa muda antara 18-

21 tahun.

b. Alasan Masuk dan faktor presipitasi

Keluhan utama pasien dengan Harga Diri Rendah Kronik biasanya

merenung atau menyendiri serta mengkritik atau menyalahkan diri

sendiri.

c. Faktor Presipitasi

Masalah khusus tentang Harga Diri Rendah Kronik disebabkan oleh

setiap situasi yang dihadapi individu dan ia tak mampu

menyelesaikan. Situasi atas stressor dapat mempengaruhi

komponen.
d. Faktor Predisposisi

1) Riwayat Kesehatan Dahulu

 Adanya riwayat gangguan pada klien atau keluarga.

 Adanya gangguan fisik atau penyakit termasuk gangguan

pertumbuhan dan perkembangan.

2) Riwayat Psikososial

 Pada pasien Harga Diri Rendah riwayat psikososial yang

perlu diketahui adalah pernah atau tidak melakukan atau

mengalami dan atau menyaksikan penganiayaan fisik,

seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam rumah

tangga, dan tindakan kriminal.

 Merasakan pengalaman masa lalu lain yang tidak

menyenangkan baik bio, psiko, sosio, kultural, maupun

spiritual.

3) Riwayat Penyakit Keluarga

Harga Diri Rendah Situasional dapat disebabkan oleh

keturunan. Oleh karena itu, pada riwayat penyakit keluarga

harus dikaji apakah ada keluarga yang pernah mengalami

gangguan jiwa.

e. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital

(TTV), meliputi tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan. Pemeriksaan

keseluruhan tubuh yaitu pemeriksaan head to toe yang biasanya


penampilan klien yang kotor dan acak-acakan serta penampilannya

tidak terawat.

f. Psikososial

1) Konsepdiri

a) Citra tubuh : Tanyakan kepada klien terhadap persepsi

tubuhnya, badan tubuh yang disukai dan tidak disukai.

b) Identitas diri: posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien

terhadap status dan posisinya (sekolah, tempat kerja,

kelompok), kepuasan klien sebagai laki-laki/perempuan.

c) Peran : peran klien dikeluarga, kegiatan sehari-hari klien

dirumah untuk keluarga.

d) Ideal diri : Harapan klien terhadap lingkungan (keluarga,

sekolah, tempat kerja, masyarakat), harapan klien terhadap

penyakitnya.

e) Harga diri : Menurut Direja (2011) data yang perlu dikaji

pada penderita Harga Diri Rendah yaitu :

- Subyektif :

 Mengatakan tidak berguna.

 Mengatakan tidak mampu.

 Mengatakan tidak semangat beraktivitas atau be

 Mengatakan malas melakukan perawatan diri.

- Obyektif

 Mengintrospeksi diri yang negatif.

 Perasaan tidak mampu.

 Memandang kehidupan kearah yang pesimis.


 Tidak mau diberi pujian.

 Terjadi penurunan produktivitas.

 Penolakan kemampuan diri.

 Tidak memperhatikan perawatan diri.

 Pakaian tidak rapi.

 Selera makan berkurang.

 Tidak berani kontak mata dengan orang lain.

 Bicara lambat dengan nada yang lirih.

2) Genogram

Buatlah genogram minimal tiga generasi yang dapat

menggambarkan hubungan klien dan keluarga.

3) Hubungan social

Pada hubungan sosial, kaji pada siapa klien kepada siapa

klien curhat, kelompok apa saja yang diikuti dalam

masyarakat, serta sejauh mana klien terlibat dalam kelompok

masyarakat.

4) Spiritual

- Nilai dan keyakinan: keyakinan terhadap gangguan jiwa

sesuai dengan norma budaya dan agama yang dianut.

- Kegiatan ibadah : Kegiatan ibadah klien di rumah. Pendapat

klien/keluarga tentang kegiatan ibadah klien


5) Status Mental

- Penampilan

Lihat penampilan klien, rapi atau tidaknya. Misalnya

rambut acak-acakan, kancing baju tidak tepat, resleting

tidak ditutup.

- Pembicaraan

Amati cara berbicara atau berkomunikasi klien apakah

cepat, keras, inkoherensi, apatis, lambat, membisu, atau

tidak mampu memulai pembicaraan.

- Aktivitas Motorik

Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat /

keluarga:

 Kelambatan :

 Hipokinesa, hipoaktivitas : gerakan atau aktivitas yang

berkurang.

 Katalepsi : mempertahankan secara kaku posisi badan

tertentu, juga bila hendak diubah orang lain.

 Flexibelitas serea : mempertahankan posisi yang dibuat

orang lain

 Peningkatan:

 Hiperkinesa, hiperaktivitas: aktivitas yang berlebihan.

 Gaduh gelisah katonik : aktivitas motorik yang tidak

bertujuan yang dilakukan berkali-kali seakan tidak

dipengaruhi rangsangan luar.


 Tremor: jari-jari yang tampak gemetar ketika klien

menjulurkan tangan.

 Kompulsif: kegiatan yang dilakukan berulang – ulang,

seperti mencuci tangan, mencuci muka, mandi,

mengeringkan tangan.

 Alam Perasaan

Tanyakan kepada klien apakah klien merasa sedih,

ketakutan, putus asa, khawatir, gembira berlebihan, serta

berikan penjelasan mengapa klien merasakan perasaan itu.

 Afek

Terkadang afek pasien tampak datar, tumpul, emosi pasien

berubah – ubah, kesepian, apatis, depresi atau sedih, dan

cemas.

 Interaksi selama wawancara

 Bermusuhan, tidak kooperatif, atau mudah tersinggung.

 Kontak mata kurang : tidak mau menatap lawan bicara.

 Defensif : selalu mempertahankan pendapat dan

kebenaran dirinya.

 Curiga : menunjukkan tidak percaya pada orang lain.

 Persepsi

 Apakah ada halusinasi? Kalau ada termasuk jenis apa?

 Apakah ada ilusi? Kalau ada jelaskan

 Apakah ada depersonalisasi : perasaan aneh tentang

dirinya bahkan perasaannya bahwa pribadinya tidak

seperti biasanya.
 Derealisasi : perasaan aneh tentang lingkungannya.

 Proses pikir

Data yang diperoleh dari observasi pada saat wawancara:

 Arus Pikir :

 Koheren : pembicaraan dapat dipahami dengan baik.

 Inkoheren : kalimat tidak berbentuk, kata-kata sulit

dipahami.

 Tangensial: pembicaraan yang berbelit-belit tapitidak

sampai pada tujuan.

 Flight of ideas : pembicaraan yang melompat dari satu topic

ketopik lainnya masih ada hubungan yang tidak logis dan

tidak sampai pada tujuan.

 Bloking : pembicaraan terhenti tiba-tiba kemudian

dilanjutkan kembali.

 Neologisme: membentuk kata-kata baru yang tidak di

pahami oleh umum.

 Sosiasi bunyi: mengucapkan kata-kata yang mempunyai

persamaan bunyi.

 Isi Pikir :

 Obsesi : pikiran yang selalu muncul meskipun klien

berusaha menghilangkannya.

 Phobia : ketakutan yang tidak logis terhadap situasi

tertentu.

 Ekstasi : rasa gembira yang luarbiasa


 Fantasi : isi pikiran tentang sesuatu keadaan atau kejadian

yang diinginkan.

 Bunuh diri : rasa ingin bunuh diri.

 Pikiran magis : pikiran klien yang menuju hal-hal yang tidak

logis.

 Rendah diri : merendahkan atau menghina diri sendiri, serta

menyalahkan diri sendiri.

 Pesimisme : mempunyai pandangan yang negatif mengenai

kehidupannya.

 Waham:

 Agama : keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan

dan diucapkan secara berulang tetapi tidak sesuai dengan

kenyataan.

 Somatik/hipokondrik : klien mempunyai keyakinan tentang

tubuhnya dan dikatakan secara berulang dan tidak sesuai

dengan kenyataan.

 Curiga : klien mempunyai keyakinan bahwa ada yang

berusaha melukainya.

 Kebesaran : klien mempunyai kenyakinan yang berlebihan

terhadap kemampuanya yang disampaikan secara berulang

 Arus Pikir :

Realistik : cara berfikir sesuai kenyataan yang ada, kemudian non

realistik : cara berfikir yang tidak sesuai dengan kenyataan. Ada

juga autistik : cara berfikir berdasarkan halusinasi, dan dereistik :


cara berfikir dimana proses metalnya tidak ada sangkut pautnya

dengan kenyataan, logika atau pengalamanan.

 Kemampuan penilaian

 Ringan : dapat mengambil suatu keputusan yang

sederhana dengan dibantu.

 Bermakna : tidak mampu mengambil suatu

keputusan walaupun sudah dibantu.

 Daya titik diri

 Mengingkari penyakit yang diderita.

 Menyalahkan orang lain atau lingkungan yang

menyebabkan kondisi saat ini.

2. Pohon masalah

DPD Isolasi social Effect

HDR Core Problem

Kopimg individu tidak efektif Causa

3. Diagnosa

Yosep (2014) menjelaskan terdapat beberapa masalah keperawatan yang

mungkin muncul pada pasien dengan harga diri rendah, diantaranya :

1) HDR Kronik

2) Koping individu tidak efektif

3) Isolasi sosial
4. Perencanaan

Rencana Keperawatan Harga Diri Rendah


DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN
Gangguan Konsep Tujuan (Tuk/Tum) Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Diri : Harga Diri TUM : 1. Sapa klien dengan - Hubungan saling
Rendah Klien dapat ramah dan baik secara percaya merupakan
berhubungan dengan verbal dan non verbal. dasar untuk kelancaran
orang lain secara - Perkenalkan diri hubungan interaksi
optimal. dengan sopan selanjutnya.
- Tanyakan nama - Mendiskusikan tingkat
TUK : lengkap dan nama kemampuan
1. Ekspresi wajah klien
- Klien dapat panggilan yang - Mendiskusikan tingkat
bersahabat, disukai klien. kemampuan klien
membina
menunjukkan rasa
hubungan saling - Jelaskan tujuan menilai realitas,
tenang dan ada kontak pertemuan. control diri, atau
percaya.
mata, mau berjabat
- Klien dapat - Jujur dan menepati integritas ego
tangan dan mau janji diperlukan sebagai
mengidentifikasi
menyebutkan nama,
aspek positif - Tunjukkan sikap dasar asuhan
mau menjawab salam empati dan keperawatannya.
- Klien dapat menilai
dan mau duduk
kemampuan yang menerima klien apa - Reinforcement positif
berdampingan dengan adanya. akan meningkatkan
dimiliki untuk
perawat, mau
dilaksanakan - Berikan perhatian harga diri klien.
mengutarakan masalah dan perhatikan - Membentuk individu
- Klien dapat
yang dihadapi.
merencanakan kebutuhan dasar yang bertanggung
2. Klien dapat klien. jawab terhadap diri
kegiatan sesuai
menyebutkan aspek
dengan sendiri.
positif dan kemampuan - Memberikan
kemampuan yang - Diskusikan
yang dimiliki klien,
dimiliki kemampuan dan kesempatan kepada
aspek positif keluarga, klien mandiri dapat
- Klien dapat aspek positif yang
dan aspek positif
melakukan dimiliki klien meningkatkan
lingkungan klien. motivasi dan harga diri
kegiatan sesuai - Bersama klien buat
3. Klien dapat menilai
rencana yang daftar tentang klien
dan menyebutkan - Mendorong keluarga
dibuat aspek positif klien
kemampuan yang
- Klien dapat - Beri pujian yang untuk mampu merawat
dimiliki untuk klien mandiri di
memanfaatkan realistis, hindarkan
dilaksanakan.
system pendukung memberi penilaian rumah, support system
4. Klien dapat membuat keluarga akan sangat
yang ada negatif.
rencana kegiatan mempengaruhi dalam
harian. mempercepat proses
5. Klien dapat melakukan
- Diskusikan dengan penyembuhan klien
kegiatan sesuai jadwal dan meningkatkan
yang telah dibuat. klien kemampuan
yang dapat peran serta keluarga
6. Klien dapat dalam merawat klien
memanfaatkan sistem dilaksanakan
- Diskusikan dirumah
pendukung yang ada
dikeluarga. kemampuan yang
dapat dilanjutkan

- Rencanakan
bersama klien
kemampuan yang
dapat dilakukan
setiap hari sesuai
dengan
kemampuan klien,
meliputi : kegiatan
mandiri maupun
dibantu.
- Tingkatkan
kegiatan sesuai
kondisi klien
- Beri contoh
pelaksanaan
kegiatan yang
dapat klien
lakukan.

- Anjurkan klien
untuk
melaksanakan
kegiatan yang telah
direncanakan.
- Pantau kegiatan
yang dilakukan
klien.
- Beri pujian atas
usaha yang
dilakukan klien
- Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan
kegiatan setelah
pulang.

- Beri pendidikan
kesehatan pada
keluarga tentang
merawat klien
dengan HDR
- Bantu keluarga
memberikan
dukungan selama
klien dirawat
- Bantu keluarga
menyiapkan
lingkungan
dirumah.
5. Implementasi

Harga Diri Pasien


Rendah
SP I p
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien
2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih
dapat digunakan
3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai
dengan kemampuan pasien
4. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
5. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian

6. Penatalaksanaan

Menurut NANDA 2015 terapi yang dapat diberikan pada penderita Harga

Diri Rendah yaitu :

a. Psikoterapi

Terapi ini digunakan untuk mendorong klien bersosialisasi lagi dengan

orang lain. Tujuannya agar klien tidak menyendiri lagi karena jika klien

menarik diri, klien dapat membentuk kebiasaan yang buruk lagi.

b. Therapy aktivitas kelompok

Terapi aktivitas kelompok sangat relevan untuk dilakukan pada klien

harga diri rendah. Terapi aktivitas kelompok ini dilakukan dengan

menggunakan stimulasi atau diskusi untuk mengetahui pengalaman

atau perasaan yang dirasakan saat ini dan untuk membentuk

kesepakatan persepsi atau penyelesaian masalah.


7. Evaluasi

Evaluasi keperawatan yaitu kegiatan aktif dari proses keperawatan, dimana

perawat dapat menilai hasil yang diharapkan terhadap masalah dan menilai

sejauh mana masalah dapat di atasi. Pengumpulan data perlu dikoreksi

untuk menentukan kecukupan data yang telah dikumpulkan dan kesesuaian

perilaku yang telah diobservasi. Diagnosis juga perlu dievaluasi dalam hal

keakuratan dan kelengkapannya. Evaluasi juga diperlukan pada tahap

intervensi untuk menentukan apakah tujuan intervensi tersebut dapat di

capai secara efektif (Nursalam, 2008:135). Menurut Direja (2011), evaluasi

dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP diantaranya

sebagai berikut :

S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan. Dapat diukur dengan menanyakan : “Bagaimana perasaan

Bapak setelah latihan nafas dalam?”

O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan. Dapat di ukur dengan mengobservasi perilaku klien pada saat

tindakan dilakukan, atau menanyakan kembali apa yang telah diajarkan atau

memberi umpan balik sesuai dengan hasil observasi.

A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan

apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang

kontradiksi dengan masalah yang ada. Dapat pula membandingkan hasil

dengan tujuan.

P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon

klien yang terdiri dari tindak lanjut klien, dan tindak lanjut oleh perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, D., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa : Konsep dan kerangka kerja asuhan
keperawatan jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Keliat, B.A. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.

Keliat & Akemat. (2014). Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok. Edisi :2.
Jakarta : EGC.

Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Bandung: Revika Aditama

Anda mungkin juga menyukai