Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

“ Harga Diri Rendah“

Oleh :

Nama : Nur Aisyah

Nim : 220023

CI LAHAN CI INSTITUSI

UNIVERSITAS SYEKH YUSUF AL – MAKASSARI GOWA

2022
I. Konsep Teori
A. Definisi
Menurut CMHN (2006) dalam Nurhalimah (2016), harga diri rendah adalah
perasaan tidak berharga, tidaka berarti dan rendah diri. Harga diri rendah adalah suatu
kondisi dimana individu menilai dirinya atau kemampuan dirinya negative atau suatu
perasaan menganggap dirinya sebagai seseorang yang tidak berharga dan tidak dapat
bertanggung jawab atas kehidupan sendiri.
Herdman (2012) dalam Nurhalimah (2016), mengatakan bahwa harga diri
rendah kronik merupakan evaluasi diri negative yang berkepanjangan/perasaan tentang
diri atau kemampuan diri.. harga diri yang berkepanjangan termaksud kondisi tidak
sehat mental karena dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan lain, terutama
kesehatan jiwa.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat kita simpulkan bahwa harga diri rendah
dikarenakan penilaian internal maupun penilaian ekternal yang negative. Penilaian
internal merupakan penilaian dari individu itu sendiri, sedangkan penilaian ekternal
merupakan penilaian dari luar diri individu (seperti orang tuateman saudara, dan
lingkungan) yang sangat mempengaruhi penilaian individu terhadap dirinya.
Harga diri rendah adalah evaluasi diri negatif yang dikaitkan dengan perasaan
lemah, tidak berdaya, putus asa, ketakutan, rentan, rapuh, tidak lengkap, tidak berharga,
dan tidak memadai. Harga diri yang rendah terkait dengan masalah emosional,
penyalahgunaan zat, dan gangguan makan. Meskipun harga diri dianggap sebagai
bagian kepribadian yang sangat penting, tetapi dapat juga berfluktuasi tergantung pada
kegagalan atau pencapaian yang dialami, dan harga diri juga berhubunggan dengan
bagian penting dalam kehidupan seseorang, seperti olahraga dan melakukan kegiatan
diwaktu luang. (Wijayati et al., 2020)
Menurut Dep Kes RI 2000,dalam Azizah Lilik, 2016. Harga diri rendah
merupakan perasaan negative terhadap diri sendiri termasuk kehilangan rasa percaya
diri, tidak berharga, tidak berguna,pesimis, tidak ada harapan dan putus asa. Harga diri
rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri dsendiri dan kemampuan
diri. Adanya perasaan hilang percaya diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginansesuai ideal diri.(Azizah Lilik, 2016)
Harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:
1) Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya
memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam
berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan).
2) Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri
yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama.

B. Rentang Respon
Rentang Respon Konsep Diri

Respon adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Harga Diri Kerancuam Dipersonalisasi


Konsep
Diri Rendah Identitas
Diri Positif

Keterangan :

1) Respon adaptif adalah respon yang dihadapi klien bila klien menghadapi suatu
masalah dapat menyelesaikannya secara baik antara lain :
a. Aktualisasi diri
b. Konsep diri positif
2) Respon mal-adaptif individu akan sukses dalam menghadapi masalah. Respon
maladaptive gangguan konsep diri adalah :
a. Harga diri rendah, yaitu transisi antara konsep diri adaptif dan maladaptif
b. Kekacauan identitas : suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai
identifikasi masa kana-kanak dalam kepribadian psikososial dewasa yang
harmonis
c. Depersonalisasi (tidak mengenal diri) : perasaan yang tidak realistis dan
keasingan dirinya dari lingkungan.(Nurhalimah, 2016)

C. Faktor Predisposisi
a. Factor Biologis
a) Kerusakan lobus frontal
b) Kerusakan hipotalamus
c) Kerusakan system limbic
d) Kerusakan neurotransmitter
b. Factor psikologis
a) Penolakan orang tua
b) Harapan orang tua tidak realistis
c) Orang tua yang tidak percaya pada anak
d) Tekanan teman sebaya
e) Kurang reward system
f) Dampak penyakit kronik
c. Factor social
a) Kemiskinan
b) Terisolasi dari lingkungan
c) Interaksi kurang baik dalam keluarga
d. Factor cultural
a) Tuntutan peran
b) Perubahan kultur
Factor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang tua
yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggu jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.

D. Factor Presipitasi
Adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan
atau produktivitas yang menurun. Secara umum gangguan konsep diri harga diri rendah
ini dapat terjadi secara situasional atau kronik. Secara situasional misalnya karena
trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus di operasi, kecelakaan,
pemerkosaan atau dipenjara termasuk dirawat di rumah sakit bias menyebabkan harga
diri rendah di sebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat
klien tidak nyaman. Penyebab lainnya adalah harapan fungsi tubuh yang tidak tercapai
serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga. (Azizah
Lilik, 2016)

E. Proses Terjadinya Masalah


Proses terjadinya harga diri rendah dijelaskan oleh Stuarat dan Laraia (2008)
dalam Nurhalimah (2016), dalam konsep stress adapatasi yang teridiri dari faktor
predisposisi dan presipitasi.
1) Faktor Predisposisi yang menyebabkan timbulnya harga diri rendah meliputi:
a. Biologis
Faktor heriditer (keturunan) seperti adanya riwayat anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa Selain itu adanya riwayat penyakit kronis atau
trauma kepala merupakan merupakan salah satu faktor penyebab gangguan jiwa,
b. Psikologis
Masalah psikologis yang dapat menyebabkan timbulnya harga diri
rendah adalah pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, penolakan dari
lingkungan dan orang terdekat serta harapan yang tidak realistis. Kegagalan
berulang, kurang mempunyai tanggungjawab personal dan memiliki
ketergantungan yang tinggi pada orang lain merupakan faktor lain yang
menyebabkan gangguan jiwa. Selain itu pasiendengan harga diri rendah
memiliki penilaian yang negatif terhadap gambaran dirinya, mengalami krisis
identitas, peran yang terganggu, ideal diri yang tidak realistis.
c. Faktor Sosial Budaya
Pengaruh sosial budaya yang dapat menimbulkan harga diri rendah
adalah adanya penilaian negatif dari lingkungan terhadap klien, sosial ekonomi
rendah, pendidikan yang rendah serta adanya riwayat penolakan lingkungan
pada tahap tumbuh kembang anak.
2) FaktorPresipitasi Faktor presipitasi yang menimbulkan harga diri rendah antara
lain:
a. Riwayat trauma seperti adanya penganiayaan seksual dan pengalaman psikologis
yang tidak menyenangkan, menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan,
menjadi pelaku, korban maupun saksi dari perilaku kekerasan.
b. Ketegangan peran: Ketegangan peran dapat disebabkan karena
a) Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan seperti transisi dari masa kanak-kanak ke remaja.
b) Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c) Transisi peran sehat-sakit: merupakan akibat pergeseran dari kondisi sehat
kesakit. Transisi ini dapat dicetuskan antara lain karena kehilangansebahagian
anggota tuhuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.Atau
perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal, prosedur
medis dan keperawatan.

F. Tanda dan gejala


Ungkapan negatif tentang diri sendiri merupakan salah satu tanda dan gejala
harga diri rendah. Selain itu tanda dan gejala harga diri rendah didapatkan dari data
subyektif dan obyektif, seperti tertera dibawah ini
Data Subjektif: Pasien mengungkapkan tentang:
1) Hal negatif diri sendiri atau orang lain
2) Perasaan tidak mampu
3) Pandangan hidup yang pesimis
4) Penolakan terhadap kemampuan diri
5) Mengevaluasi diri tidak mampu mengatasi situasi (Nurhalimah, 2016)
Data Objektif:
1) Penurunan produktivitas
2) Tidak berani menatap lawan bicara
3) Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi
4) Bicara lambat dengan nada suara lemah
5) Bimbang, perilaku yang non asertif
6) Mengekspresikan tidak berdaya dan tidak berguna (Nurhalimah, 2016).

Menurut CMHN (2006) dalam Nurhalimah (2016),, tanda dan gejala harga diri
yang rendah adalah:
1) Mengkritik diri sendiri
2) Perasaan tidak mampu
3) Pandangan hidup yang pesimis
4) Penurunan produktifitas
5) Penolakan terhadap kemampuan diri
6) Kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapih, selera makan
kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara
lambat dengan nada suara lemah.
Townsend (1998) dalam Nurhalimah (2016),, menambahkan karakteristik
pasiendengan harga diri rendah adalah:
1) Ekspresi rasa malu atau bersalah
2) Ragu-ragu untuk mencoba hal-hal baru atau situasi-situasi baru
3) Hipersensitifitas terhadap kritik

G. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termaksud pertahanan koping jangka pendek atau jangka
panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri
dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan.
1) Pertahanan jangka pendek mencakup berikut:
a. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisi identitas diri (misalnya:
konser music,bekerja keras, menonton televise secara obsesif)
b. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara (misalnya: ikut serta
dalam klub social, agama politih, kelompok, gerakan atau genk)
c. Aktivitas sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak
menentu (misalnya: olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk
mendapatkan popularitas)
d. Aktivitas yang merupakan jangka pendek untuk membuat identitas diluar dari
hidup yang tidak bermakna saat ini (misalnya: penyalagunaan obat
2) Pertahanan jangka panjang mencakup berikut:
a. Penutupan identitas-adopsi identitas premature yang diinginkanoleh orang
terdekat tanpa mempertahankan keingina, aspirasi, atau potensi diri individu.
b. Identitas negative, asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan
yang diteriam masyarakat.

H. Penatalaksanaan
1) Farmakologi dan Electro Comfilsif Therapy (ECT)
Obat anti depresi: Amitripilin, Imipramine, desipramine, notriptilin. Sesuai
dengan fungsi dari obatnya, yaitu untuk meningkatkan reuptake seorotonin dan
norepinefrin sehingga meningkatkan motovasi klien. Indikasinya, yaitu pengobatan
yang diberikan pada klien dengan depresi berat tetapi juga mengalam skozofrenia
sehingga mempunyai efek pengobatan yang saling meningkatkan
Electro Comfilsif Therapy (ECT) atau biasa disebut shock therapy adalah
pengobatan medis yang modern dengan cara memberikan rangsangan pada otak.
Terapi ini biasanya digunakan untuk penyakit-penyakit tertentu yang berhubungan
dengan mental atau gejala emosional.

2) Terapi modalitas
a. Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien
dengan memberikan perhatian
a) BHSP
b) Jangan memancing emosi klien
c) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
d) Berikan kesempatan klien mengemukaan pendapat
e) Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah yang
dialaminya
b. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau
aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan keadaan
klien karena masalah sebagian orang merupakan persaan dan tingkah laku pada
orang lain.
3) Terapi musik Dengan musik klien terhibur,rileks dan bermain untuk mengebalikan
kesadaran klie.

II. Keperawatan
A. Pengkajian
1) Data Fokus
b. Konsep Diri
a) Citra Tubuh
Gambaran yang dimiliki individu secara mental mengenai tubuhnya,
gambaran tersebut dapat berupa pikiran-pikiran, perasaan, penilaian, sensasi,
kesadaran dan perilaku yang terkait dengan tubuhnya.
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatuf tentang tubuh,
mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.
b) Identitas Diri
Kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian,
yang merupakan semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.
Ketidak pastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan.
c) Peran
Suatu konsep perilaku apa yang dapat dilaksanakan oleh individu dalam
masyarakat sebagai organisasi.
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses
menua, putus sekolah.
d) Ideal Diri
Persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkahlaku
berdasarkan standar pribadi.
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya: mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi
e) Harga Diri
Pandangan keseluruhan dari individu tentang dirinya sendiri. Faktor
predisposisi : Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya meliputi psikologis,
biologis, dan social budaya.
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri,,
gangguan hubungan social, merendahkan martabat, mencederai diri dan
kurang percaya diri.
1. Klien mempunyai gangguan atau hambatan dalam melakukan hubungan
social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelompok yang
diikuti dalam masyarakat.
2. Keyakinan klien terhadap Tuhan dan keinginan untuk ibadah spiritual.
c. Aspek fisik/biologis : Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu,
Pernafasan, TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
d. Status mental : Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien, afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi
pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.
e. Mekanisme koping Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik
dengan stimulus internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
f. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,
pendidikan,  pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.

B. Masalah Keperawatan
1) Gangguan konsep diri:harga diri rendah
2. Isolasi social:menarik diri
3. Koping individu tidak efekti

C. Analisa Data
No Data Masalah Keperawatan
.

1. DS: Harga Diri Rendah


- Klien mengatakan merasa malu dan tidak
berguna serta dikucilkan dari keluarganya
karena tidak memiliki pekerjaan
(pengangguran)
- Klien mengatakan merasa menjadi beban
keluarga
- Klien mengatak merasa malu diusia 35
tahun belum menikah dan mempunyai
anak
- Klien mengatakan merasa takut tidak bias
diterima dilingkungan rumahnya setelah
pulang dari RS jiwa
DO :

- Klien saat diajak ngobrol banyak


menundukkan kepala
- Kontak mata kurang
- Klien tampak bicara lambat dengan nada
suara lemah
2. DS : Isolasi Sosial
- Klien mengatakan malas ngobrol dengan
orang lain
- Klien mengatakan merasa lebih nyaman
bila sendiri
DO :

- Klien tampak sedikit bicaram sedikit


membatasi pembicaraan saat berbincang-
bincang
- Klien tampak lebih sering melakukan
aktivitas seperlunya saja
3. DS : Koping iIndividu Tidak
- Pasien mengatakan apabila pasien Efektif
memiliki masalah, pasien sering
memendamnya (tidak mau
menceritakannya pada orang lain)
- Pasien mengatakan sejak ibunya
meninggal pasien suka melamun,
menyendiri di kamar, tidak mau bergaul
dengan masyarakat, jarang berkomunikasi
DO :

- Klien tampak menyendiri


- Klien tampak menunduk kebawak serta
kontak mata tidak terlalu focus saat bicara

D. Pohon Masalah
Berdasarkan hasil pengkajian dapat dibuat pohon masalah sebagai berikut:

Isolasi Sosial
CP

Mekanisme koping Mekanisme koping


Individu tidak efektif keluarga tidak efektif

Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: gangguan Konsep


Diri: Harga diri rendahmerupakan core problem (masalah utama). Apabila harga diri
rendah pasien tidak diintervensi akan mengakibatkan isolasi sosial. Penyebab harga diri
rendah pasien dikarenakan pasien memiliki mekanisme koping yang inefektif dan dapat
pula dikarenakan mekanisme koping keluarga yang inefektif.

E. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

F. Intervensi
No. SP 1 P SP 1 K

1. Mengidentifikasi dan aspek positif 1) Mengidentifikasi masalah


yang dimiliki klien keluarga dalam merawat pasien
2. Menilai kemampuan yang dapat 2) Menjelaskan proses terjadinya
dilakukan saat ini waham
3. Memilih kemampuan yang akan di 3) Menjelaskan tentang cara
latih merawat pasien waham
4. Melatih kemampuan pertama yang 4) Bermaain peran dalam merawat
dipilih pasien HDR
5.
Masukan dalam jadwal kegiatan klien 5) RTI, keluarga/jadwal untuk
merawat pasien
No. SP 2 P

1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1) 1. Evaluasi kemampuan keluarga


(SP 1K)
2. Melatih kemampuan kedua yang 2. Melatih keluarga merawat
dipilih klien langsung klien dengan harga diri
3. Melatih kemampuan yang dipilih rendah
3. Menyusun RTI, keluarga/jadwal
4. Masukan dalam jadwal kegiatan harian keluarga untuk merawat klien

No. SP 3 P SP 3 K

1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 1. Evaluasi kemampuan keluarga


2) (SP 1 K)
2. 2. Evaluasi kemampuan klien
Memilih kemampuan ketiga yang dapat
3. Rencana tindakan lanjut keluarga
dilakukan
3. dengan follow up dan rujukan
Melatih kemampuan ketiga yang
4. dipilih

Masukan dalam jadwal kegiatan klien

G. Implementasi
Implementasi adalah melakukan tindakan sesuai dengan rencana , masalah dan
kondisi klien yang bersangkutan. Ada 4 fase implementasi komunikasi terapeutik tenaga
kesehatan kepada pasien:
1) Fase Orientasi
Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkaldan komunikasi yang terjadi
bersifat pengalian informasi antara tenaga kesehatan dengan pasien.
2) Fase identifikasi
Merumuskan masalah yang dihadapi pasien
3) Fase eksploitasi/Fase kerja
Pada fase ini tenagan medis dituntut untuk bekerja untuk memenuhi tujuan yang
telah ditetapkanpada fase orientasi dan identifikasi. Tenaga kesehatan harus bekerja
sama dengan pasien untuk berdiskusi tentang masala-masalah yang dialami oleh
pasien.
4) Fase relaksasi/Penyelesaian
Pada fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan penilaian atas tujuan
yang telah dicapai, agar tujuan yang tercapai adalah kondisi yang saling
menguntungkan dan memuaskan.

H. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan dan dilakukan harus terus - menerus
untuk menilai agar efek dari tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunskan pendekatan SOAP menjadi pola piker

S : Respon subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah


dilaksanakan.

O : Respon objektif klien terhadap keperawatan yang telah dilaksanakan

A : Harga diri rendah (+)

Analisa terhadap data subjektif objektif .

P : Perencanaan tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa respon klien

I. Terapi Aktivitas Kelompok


Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan atau
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.
1) Jenis-jenis terapi aktivitas kelompok
a. Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi
b. Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi sensori
c. Terapi aktivitas kelompok (TAK) orientasi realita
d. Terapi aktivitas kelompok (TAK) sosialisasi
2) Aktivitas dan indikasi TAK stimulasi persepsi harga diri rendah
Aktivitas dalam TAK stimulasi persepsi dibagi menjadi empat bagian. Satu
diantaranya stimulus nyata yang mengakibatkan harga diri rendah. Klien yang
terindikasi TAK stimulasi persepsi ini adalah klien yang mengalami gangguan pada
konsep dirinya yaitu harga diri rendah. TAK stimulasi persepsi harga diri rendah
terdiri dari 2 sesi, yaitu :
i. Sesi 1 : mengidentifikasi aspek yang membuat harga diri rendah dan aspek
positif kemampuan yang dimiliki selama hidup ( di rumah dan di rumah sakit).
ii. Sesi 2 : melatih kemampuan yang dapat digunakan di rumah sakit dan di rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah Lilik, Zainuri Imam,Akbar Amar.(2016).Buku Ajaran Keperawatan Kesehatan Jiwa,


indomedia Pustaka : Yogyakarta.

Wijayati, F., Nasir, T., Hadi, I., Keperawatan, J., Kendari, P. K., Keperawatan, J., Keperawatan,
J., Kendari, P. K., Keperawatan, J., & Kendari, P. K. (2020). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian harga diri rendah pasien gangguan jiwa. HEALTH
INFORMATION JURNAL PENELITIAN, 12(2), 224–235
Nurhalimah.(2016).Keperawatan Jiwa.Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai