Anda di halaman 1dari 6

I.

KONSEP MEDIS

1. Defenisi Tinea

Tinea capitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur pada kulit kepala.
Penyakit ini sangat menular dan kebanyakan diidap oleh anak-anak, mulai dari balita sampai usia
sekolah. Komplikasi tinea capitis bisa berupa kerontokan rambut dan luka permanen di kulit
kepala (health edukasi : 2019)

Tinea kapitis atau ringworm adalah infeksi jamur superfisial pada rambut dan kulit kepala yang
disebabkan oleh dermatofita. Dermatofita merupakan jamur yang mampu menginvasi jaringan
berkeratin (rambut, kulit, kuku), meskipun umumnya hanya berada di epidermis terkornifikasi
yang sudah mati. Pada tinea kapitis, jamur dapat menginfeksi lapisan akar rambut bagian luar
hingga bagian dalam batang rambut. Etiologi tersering penyakit ini
adalah Trichophyton dan Microsporum.[1-4]

Etiologi tinea kapitis adalah spesies dermatofita yang mampu menginfeksi keratin,
seperti Trichophyton dan Microsporum. Spesies ini dapat bervariasi di berbagai daerah dan
sering berganti karena adanya perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lain.

Di wilayah Amerika, sekitar 90% kasus tinea kapitis disebabkan oleh T. tonsurans, sedangkan di
wilayah Eropa, M. audouinii, M. canis, dan T. violaceum menjadi patogen tersering. Di wilayah
Asia, T. violaceum dan M. canis sering ditemukan sebagai penyebab tinea kapitis.

Jamur penyebab tinea kapitis juga dapat dibagi menjadi tiga grup besar, yaitu grup antropofilik
yang hanya menginfeksi manusia, grup zoofilik yang berinang pada hewan tetapi dapat
menginfeksi manusia, dan grup geofilik yang terdapat pada tanah dan hanya sedikit yang bersifat
patologis.[1,3,6]

Secara klinis, penyakit ini dibedakan menjadi tipe noninflamasi dan tipe inflamasi. Diagnosis
dapat ditegakkan melalui penemuan papul kemerahan atau lesi meluas di kulit kepala, kulit alis
mata, atau kulit bulu mata. Lesi dapat terasa gatal atau terlihat bersisik. Pemeriksaan dengan
lampu Wood, dermoskopi, pemeriksaan mikroskopis, dan kultur jamur juga dapat dilakukan
untuk menunjang diagnosis.

Secara epidemiologi, spesies tinea kapitis dapat bervariasi antara satu wilayah dengan wilayah
yang lain. Hal ini berkaitan dengan perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lain. Tinea
kapitis umumnya paling sering terjadi pada anak-anak usia prapubertas dan pada orang yang
tinggal di lingkungan yang padat. Di Amerika Serikat, tinea kapitis sering didapati pada anak-anak
ras Afro-Karibia yang berusia 5–10 tahun. Penyakit ini juga sering ditemukan pada anak ras Afro-
Karibia di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, serta pada anak-anak di Afrika dan di India. Di
Ethiopia, kejadian tinea kapitis adalah sekitar 8,7% dan kelompok umur paling sering adalah
anak-anak usia 4–14 tahun.

2. Faktor Risiko

Penyakit ini tergolong dalam penyakit yang sangat menular, sehingga membuat proses
pencegahan menjadi sangat sulit. Faktor risikonya akan sangat tinggi jika seseorang kurang
memperhatikan kebersihan diri. Pemicu penularan jamur ini bisa terjadi akibat berbagi sisir atau
barang pribadi lain. Selain itu, mereka yang kerap bermain dengan hewan peliharaan tanpa
langsung membersihkan tangan setelahnya juga bisa mengalami kondisi ini.
3. Etiologi

Tinea capitis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jamur dermatofit pada lapisan luar
kulit kepala dan batang rambut. Seseorang bisa dengan mudah tertular tinea capitis apabila
bersentuhan langsung dengan kulit pengidap. Kasus penularan seperti ini adalah yang paling
sering terjadi. Selain itu, seseorang juga berisiko tertular tinea capitis jika ia menyentuh hewan-
hewan pembawa penyakit. Contoh-contoh hewan pembawa penyakit tinea capitis tersebut
adalah kucing, anjing, kuda, domba, sapi, dan babi.

Selain penularan secara langsung, tinea capitis juga bisa menular secara tidak langsung,
yaitu ketika kita menyentuh permukaan benda yang mengandung jamur dermatofit
karena sebelumnya telah tersentuh oleh pengidap atau hewan pembawa penyakit ini. Contoh-
contoh benda perantara adalah handuk, baju, sikat, sisir, dan seprai.

4. Manifestasi klinis

Gejala penyakit ini dapat bervariasi pada tiap pengidap. Namun, umumnya kulit kepala
seseorang yang terkena penyakit ini akan terasa sangat gatal. Selain itu, di kulit kepala akan
tampak bagian bulat yang botak, bersisik, berwarna merah, dan kadang-kadang bengkak.

Kebotakan juga bisa terjadi pada area yang terinfeksi. Biasanya pada sisi kepala yang mengalami
kebotakan tersebut akan tampak pola titik-titik hitam yang sebenarnya merupakan rambut yang
telah patah. Pada kasus tinea capitis yang parah, luka-luka tersebut juga bisa mengeluarkan
nanah. Selain gejala-gejala yang tadi disebutkan, tinea capitis juga bisa disertai dengan
pembengkakan kelenjar getah bening di leher dan demam ringan.

Secara klinis, penyakit ini dibedakan menjadi tipe noninflamasi dan tipe inflamasi. Diagnosis
dapat ditegakkan melalui penemuan papul kemerahan atau lesi meluas di kulit kepala, kulit alis
mata, atau kulit bulu mata. Lesi dapat terasa gatal atau terlihat bersisik. Pemeriksaan dengan
lampu Wood, dermoskopi, pemeriksaan mikroskopis, dan kultur jamur juga dapat dilakukan
untuk menunjang diagnosis.

5. Pemeriksaan penunjang

Secara klinis, penyakit ini dibedakan menjadi tipe noninflamasi dan tipe inflamasi. Diagnosis
dapat ditegakkan melalui penemuan papul kemerahan atau lesi meluas di kulit kepala, kulit alis
mata, atau kulit bulu mata. Lesi dapat terasa gatal atau terlihat bersisik. Pemeriksaan dengan
lampu Wood, dermoskopi, pemeriksaan mikroskopis, dan kultur jamur juga dapat dilakukan
untuk menunjang diagnosis.

Jika kamu mengalami gejala-gejala seperti yang telah disebutkan di atas, ada baiknya segera
memeriksakan diri ke dokter. Dokter dapat mendiagnosis penyakit ini melalui pemeriksaan
visual. Pemeriksaan tersebut bisa menggunakan lampu khusus yang disebut lampu Wood untuk
menerangi kulit kepala untuk menemukan tanda-tanda infeksi.

Dokter juga bisa melakukan pemeriksaan kerokan kulit dengan bilasan KOH. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan mengambil sampel kulit atau rambut untuk memastikannya. Sampel tersebut
kemudian akan diperiksa di bawah mikroskop guna menemukan tanda-tanda infeksi jamur.
 

6. Pengobatan Tinea Capitis

Dalam mengobati tinea capitis, dokter biasanya akan mengombinasikan sampo khusus dengan obat
oral (obat yang diminum). Obat oral diberikan dengan tujuan membunuh jamur penyebab tinea
capitis, Salep, sedangkan sampo berfungsi mencegah penyebaran infeksi dan membasmi spora
jamur di kepala.

7.Pencegahan Tinea Capitis

Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meminimalisir penularan penyakit tinea
capitis, seperti:

 Selalu menjaga kebersihan tangan.


 Mencuci rambut dan kulit kepala secara rutin dengan sampo.
 Jangan berbagi penggunaan barang-barang, seperti sisir, handuk, dan baju,
dengan orang lain, atau meminjamkan barang-barang tersebut dengan orang lain.

8.Diagnosa dan Intervensi Keperawatan( SDKI, SIKI,SKLI)

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1 Resiko Setelah dilakukan tindakan Perawatan integritas kulit (I.08238)
gangguan keperawatan selama 1x2 4 jam
integritas kulit/ diharapkan tingkat nyeri Observasi :
jaringan b.d menurun dengan kriteria hasil:  Monitor karakteristik luka
- Nyeri dapat berkurang • Identifikasi penyebab gangguan
- Meringis menurun integritas kulit
Terapeutik:
• Gunakan produk berbahan
petrolium/ minyak untuk kulit
kering
 Berikan salep yang sesuai ke
kulit lesi, jika perlu
Edukasi:
• Anjurkan mandi menggunakan
sabun secukupnya
Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian obat

2 Defisit Setelah dilakukan tindakan


pengetahuan keperawatan selama 1x24 jam
kurang diharapkan dengan kriteria hasil: 1. Kaji tingkat
informasi - Klien dan keluarga mengerti pengetahuan
terkait proses terkait penyakit tentang
penyakit - Klien dapat menerima penyakit penyesuaian
dan perawatan yang diberikan terhadap
kemampuan
2. Jelaskan tentang
penyakit dan
perawatannya
3. Jelaskan pada klien
dan keluarga
mengenai tanda
dan faktor resiko
penyakit
Daftar Pustaka

Artikel Neuropati Perifer Ditinjau oleh: dr. Verury Verona Handayani


www.alodokter.com
https://images.app.goo.gl/jkj38aZCv6SCmLAW7
https://www.neurobion.com/id_ID/halaman-utama/learn/kenal-lebih-dekat-dengan-
neuropati.html?
gclid=Cj0KCQjwmPSSBhCNARIsAH3cYgbXpmujAuNtWWY2PejDPBIjffSufx0bqrZG
2ldbaKV_UceKL5JmmoUaAq3uEALw_wcB
https://www.halodoc.com/kesehatan/diabetes
Neuropati diabetik https://g.co/kgs/BNKDp8

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA international Nursing


Diagnoses: Definitions & classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell.

Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical surgical
Nursing. Mosby: ELSIVER

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


(SDKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), 
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


(SIKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
LAPORAN PENDAHULUAN
NEUROPATIK DIABETIK

Disusun oleh:
Alfira Endang Junaedhy (220001)

CI LAHAN CI INSTITUSI

AKADEMI KEPERAWATAN SYEKH YUSUF GOWA


2022/2023

Anda mungkin juga menyukai