PADA LANSIA
DISUSUN OLEH:
TEDY BUANA PUTRA
AMELIA SHARON OHOILULIN
SRI MULIASNI ISAR
1. Kulit
2. Rambut
b. Rambut pada alis, lubang hidung dan wajah sering tumbuh lebih
panjang
c. Rambut memutih.
3. Kuku
C. Faktor-faktor resiko
Terdapat Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Integumen
Beberapa Faktor Tersebut Antara Lain : Dermatitis atopic, dermatitis kontak,
dermatitis nummular , dermatitis statis, herpes zoster (cacar), aknes vulgaris
(jerawat), vericella (cacar air),dan kusta (lepra).
D. Konsekuensi fungsional
Konsekuensi fungsional negative akibat dari resiko kerusakan fungsi
Integumen adalah beberapa penyakit radang seperti dermatitis dan herper
zoster dapat menyebabkan jaringan parut dan pengerusakan, gejala-gejala
penyakit kulit pun perlu dirawat untuk mengontrol tingkat keparahan dan
perkembangannya. Sedangkan konsekoensi fungsional positif dari kerusakan
fungsi integumen adalah lansia dapat memodifikasi perilaku sehari-harinya
yaitu lansia dapat beraktivitas fisik, makan sayur dan buah untuk
meningkatkan fungsi integumen, pendidikan kesehatan terkait masalah risiko
fungsi integumen sehingga lansia memahami hal positif yang dapat
dilakukannya.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian secara umum :
a. Identitas pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain : nama,
umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, status mental,
suku, keluarga/orang terdekat, alamat, nomoer registrasi.
b. Keluhan utama : Nyeri, Gelisah, Gatal dan Kerusakan intergitas kulit
c. Pemeriksaan Fisik : Tekanan Darah, Nadi, Pernafasan, Suhu, Skala
Nyeri.
d. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang : Tanyakan sejak kapan pasien
merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan
tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya :
Klien merasa nyeri, Terdapat Vesikel/ bula pada Kulit Klien dan
Gatal dan Lesi.
2) Riwayat kesehatan dahulu : Apakah pasien dulu pernah menderita
penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya : Penyakit yang
sama : Pasien Pernah Mengalami Penyakit yang sama sebelumnya,
Apakah klien pernah mengalami penyakit kulit sebelumnya.
3) Riwayat kesehatan keluarga : Apakah ada keluarga yang pernah
menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya : Apakah
terdapat keluarga klien yang mengalami penyakit yang sama dan
Apakah ada keluarga klien mengalami penyakit Kulit.
4) Riwayat psikososial : Apakah pasien merasakan kecemasan yang
berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang
berkepanjangan : Cara klien menyelesaikan stressor, Perasaan klien
saat ini, Respon pasien terhdap penyakitnya dan Tingkat
kecemasaan pasien.
5) Riwayat penggunaan obat-obatan : Apakah pasien pernah
menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah
pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat : Pemakaian obat
sebelumnya dan pasien pernah alergi terhadap obat.
B. Diagnosa keperawatan
1. Ganguan integritas kulit berhubungan dengan Vesikel/bula yang pecah
2. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan body image
3. Resiko infeksi
C. Intervensi keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN / INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
Ganguan integritas kulit Setelah dilakukan Manejemen pruritus :
berhubungan dengan tindakan 1. Lakukan inspeksi
Vesikel/bula yang keperawatan selama lesi setiap hari
pecah 3 x 6 jam, integritas 2. Pantau adanya
kulit kembali utuh, tanda-tanda infeksi
dengan kriteria 3. Ubah posisi pasien
hasil : tiap 2-4 jam
Kulit utuh, 4. Bantu mobilitas
eritema dan pasien sesuai
skuama hilang kebutuhan
Krusta 5. Pergunakan sarung
menghilang tangan jika merawat
Daerah axilla lesi
dari inguinal 6. Jaga agar alat tenun
tidak mengalami selau dalam
maserasi keadaan bersih dan
kering
Gangguan konsep diri Setelah dilakukan 1. Berikan support
berhubungan dengan tindakan pada pasien untuk
perubahan body image keperawatan selama menerima
3 x 6 jam, Pasien keadaannya
tidak mengalami 2. Kaji persepsi
gangguan konsep diri pasien tentang
body image, dengan gambaran dirinya
kriteria hasil : 3. Jaga komunikasi
yang baik dengan
Pasien tidak
pasien dan bantu
menarik diri dari
pasien untuk
kontak social
berkomunikasi
Pasien mau
dengan orang lain
berpartisipasi
4. Catat adanya
dalam perawatan
tingkah laku non-
dirinya
verbal atau tingkah
Ekspresi wajah
laku negative
pasien tidak
5. Libatkan keluarga
menunjukkan
untuk
tanda berduka
meningkatkan
konsep diri pasien
Resiko infeksi Setelah dilakukan 6610 identifikasi resiko,
tindakan 1. Lakukan teknik
keperawatan selama aseptic dan
3 x 6 jam, tidak antiseptic dalam
terjadi infeksi: melakukan
dengan kriteria tindakan pada
hasil : pasien.
Hasil pengukuran 2. Ukur tanda vital
tanda vital dalam tiap 4-6 jam.
batas normal. 3. Observasi adanya
- RR :16-20 tanda-tanda infeksi.
x/menit 4. Batasi jumlah
- N : 70-82 pengunjung.
x/menit 5. Kolaborasi dengan
- T : 37,5 C ahli gizi untuk
- TD : 120/85 pemberian diet
mmHg TKTP.
Tidak ditemukan 6. Libatkan peran
tanda-tanda serta keluarga
infeksi dalam memberikan
(kalor,dolor, bantuan pada klien
rubor, tumor, 5602 pengajaran :
infusiolesa) proses penyakit.
1. Kaji tingkat
pegetahuan pasien
terkait dengan
proses penyakit
yang spesifik
2. Jelaskan
patofisiologi
penyakit dan
bagaimana
hubungannya
dengan anatomi
dan fisiologi
3. Jelaskan tanda dan
gejala yag umum
dari penyakit
4. Identifikasi
kemungkinan
penyebab
5. Identifikasi
perubahan kondisi
fisik pasien
6. Jelaskan proses
penyakit
7. Jelaskan
kemungkinan
komplikasi kronik
8. Instruksikan pada
pasien untuk
melaporkan tanda
dan gejala yang
dialami pada
pemberi
pelayanan.
9. Jelaskan
komplikasi kronik
yang mungkin ada
10. Instruksikan
pasien mengenai
tindakan untuk
mencegah atau
meminimalkan
efek samping
penanganan dari
penyakit.
11. Edukasi pasien
mengenai tanda
dan gejala yang
harus dilaporkan
kepada petugas.
D. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat proses
keperawatan yanag dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan
(potter & perry,2013). Pada Tahap ini perawat akan mengimplementasikan
intervensi yang telah direncanakan berdasarkan hasil pengkajian dan
penegakan diagnosis yang diharapkan dapat menvpai tujuan dan hasil sesuai
yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan status kesehatan klien.
Penerapan implementasi keperawatan yang dilakukan perawat harus
berdasarkan intervensi berbasis bukti atau telah ada penelitian yang dilakukan
terkait intervensi tersebut. Hal ini dilakukan agar menjamin bahwa intervensi
intervensi yang diberikan aman dan efektif bagi lansia ( Miller, 2012). Dalam
tahap implementasi perawat juga harus kritis dalam menilai dan mengevaluasi
respon lansia terhadap pengimplementasian intervensi yang diberikan.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap kelima dari proses keperawatan . tahap ini
sangat penting untuk mennentukkan adanya perbaikan kondisi atau
kesejahteraan klien (Perry & Potter,2013). Hal yang perluy diingat adalah
bahwa evaluasi merupakan proses kontinu yang terjadi saat perawat
melakukan kontak dengan klien. Selama proses evaluasi perawat membuat
keputusan-keputusan klinis dan secara terus - menerus mengarah kembali ke
asuhan keperawatan . Tujuan asuhan keperawatan adalah membantu klien
menyelesaikan masalah kesehatan actual, mencegah terjadinya masalah risiko
dan mempertahankan status kesehatan sejahtera. Proses evaluasi menentukan
keefektivan asuhan keperawatan yang diberikan.’
Pada klien lansia perawat harus kritis dan cermat menilai dan
mengevaluasi respon klien terhadap intervensi yang diberikan. Hal ini di
karenakan pada lansia terjadi proses penuaan yang mengakibatkan adanya
perubahan biologis yang mempengaruhi fungsi organ dan fungsional lansia itu
sendiri . (Touhy &Jen,2014). Perawat dapat menggunakan format evaluasi
SOAP untuk mengevaluasi hasil intervensi yang dilakukan. Poin S merujuk
pada respon subjektif lansia setelah diberikan intervensi. Poin O melihat pada
respon objektif yang dapat diukur pada lansia setelah dilakukannya intervensi.
Point A adalah analisis perawat terhadap intervensi yang dilakukan . point P
adalah perencanaan terkait tindakan selanjutnya sesuai analisis yang telah
dilakukan sebelumnya.
LAMPIRAN :
Etiologic :
Factor resiko :
1. Faktor luar (eksogen ) misalnya bahan kimia :
deterjen,oli, semen, asam dan basa) 1. Penurunan aktivitas
2. Fisik (sinar dan suhu) 2. Usia
3. Mikroorganisme (bakteri dan jamur) 3. Genetic
4. Faktor dalam (endogen) seperti dermatitis 4. Kondisi emosional
atopic
Indonesia,1993.
Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, Fitzpatrik TB,