Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

SCABIES

Oleh:

SITI SARAH

Pembimbing:
dr. MASYITHTHAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA


PUSKESMAS KUTA MALAKA 2023
BAB I
PENDAHULUAN

Skabies merupakan penyakit kulit menular yang ditandai dengan


keluhan utama gatal terutama dimalam hari yang disebabkan oleh
infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan
produknya. Skabies disebut juga the itch, pamaan itch, seven year itch. Di
Indonesia, penyakit ini dikenal dengan nama gudik, kudis, buduk, kerak,
penyakit ampera dan gatal agogo. Penyebab penyakit ini adalah
Sarcoptes scabiei var.hominis, termasuk filum arthropoda, kelas
arachnida, ordo ascarima, super famili Sarcoptes. Diperkirakan sekitar
300 juta orang diseluruh dunia telah terinfeksi tungau scabies ini.
Sarcoptes scabiei menyerang semua tingkat sosio-ekonomi, wanita dan
anak- anak lebih banyak daripada laki-laki. Pada studi epidemiologi di
United Kingdom, skabies ini lebih cenderung di daerah urban, terutama
yang terlalu padat penduduknya dan lebih sering saat musim hujan
dibandingkan musim panas. Penularan penyakit ini ada dua cara yaitu
melalui kontak langsung misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan
hubungan seksual. Dan kontak tidak langsung misalnya pakaian, handuk,
sprei, dan bantal. Transmisi antara anggota keluarga atau kelompok
sering terjadi.1,2

Terdapat empat tanda kardinal skabies, yaitu pruritus nokturnal


artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini
lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. Penyakit ini
menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga
biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Ditemukan papul atau
vesikel di ujung terowongan yang berwarna putih atau keabu-abuan
berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada tempat-
tempat predileksi. Adapun tempat-tempat predileksi pada infeksi skabies

1
berbeda pada dewasa dan anak-anak. Pada dewasa umumnya lesi
terdapat di daerah flexor pergelangan tangan, sela-sela jari, dorsum pedis,
axilla, elbow, pinggang, bokong, dan alat genitalia. Sedangkan pada anak-
anak umumnya lesi terdapat pada wajah, kulit kepala, leher, telapak
tangan dan telapak kaki. Menemukan tungau merupakan hal yang paling
diagnostik. Cukup dengan dua tanda kardinal sudah dapat menegakkan
diagnosis skabies. 2,3

Ada pendapat yang mengatakan bahwa penyakit ini merupakan the


great immitator karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan
keluhan gatal. Beberapa penyakit yang menjadi diagnosis banding
skabies, antara lain: prurigo, gigitan serangga, folikulitis, pediculosis
corporis, dan juga dermatitis.1

Pengobatan penyakit ini menggunakan obat-obatan berbentuk krim


atau salep yang dioleskan pada kulit yang terinfeksi. Obat yang dipakai
harus tidak berbau, efektif terhadap stadium kutu (telur, larva maupun kutu
dewasa), tidak menimbulkan iritasi kulit dan tidak toksik, mudah diperolah
dan murah. Ada beberapa macam pilihan obat untuk skabies: belerang
endap (Sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau
krim, emulsi benzil benzoas 20-25%, gama benzena heksa klorida 1%
dalam krim atau lotio, krotamiton 10% dalam krim atau losio, malathion
0,5%, permetrin 5% berbentuk krim. Permetrin 5% merupakan obat yang
memenuhi syarat-syarat di atas, sehingga obat ini digunakan secara luas
di masyarakat.4 Tujuan manajemen infeksi skabies ini adalah untuk
menghindari kesalahan cara pemakaian obat, menghindari pemakaian
obat yang berlebihan karena gatal yang masih menetap meskipun
parasitnya telah hilang, menghindari terjadinya reinfeksi sehingga orang
yang kontak dengan penderita juga harus diobati untuk memutuskan
rantai penularan, perlunya kombinasi dengan antibiotika pada skabies
yang disertai infeksi sekunder, perlunya pakaian dan sprei/sarung bantal

2
dicuci dengan air panas, diperbaikinya sirkulasi rumah sehingga sinar
5, 6
matahari dapat masuk ke dalam ruangan.

BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Sdr. M.NF
Umur : 16 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama / Suku : Islam / ACEH
Alamat : Tumbo baro
Tgl. Periksa : 24 maret 2023
No. RM : 000021

2.2 Anamnesis
Keluhan utama: Gatal pada daerah ketiak
Riwayat penyakit saat ini:
Pasien mengeluh gatal pada daerah ketiak, kedua tangan,dan
seluruh badan sejak 1 bulan yang lalu. Gatal awalnya terjadi pada
daerah jari – jari tangan, kemudian menyebar ke seluruh
tangan,ketiak dan seluruh badan. Gatal dirasakan terus-menerus,
memberat terutama pada saat malam hari, dan berkeringat. Gatal
awalnya disertai bintil kemerahan, kadang disertai nanah. Sejak 1
minggu terkahir pasien mengeluh luka di kulitnya menjadi kasar,
pasien juga sering menggaruk luka tersebut jika gatal.
Riwayat penyakit dahulu:
Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya. Tidak
ada riwayat alergi.
Riwayat kontak dan keluarga:

3
Teman yang tinggal satu kamar dengan pasien di pondok pesantren
juga mengalami gejala yang sama dengan pasien. Beberapa anak
yang tinggal di kamar lain juga ada yang mengalami keluhan yang
sama, bahkan hampir di setiap kamar.
Riwayat pengobatan:
Pasien mendapat obat gentamisin salep dari tempat pelayanan
kesehatan yang ada di pondok tersebut. Pasien mengaku sudah
menggunakan obat tersebut namun pasien masih mengeluh gatal-
gatal hingga akhirnya pasien memutuskan untuk berobat ke poli kulit
.
Riwayat sosial dan lifestyle:
Pasien merupakan santri dari Pondok Pesantren .Pasien dalam
keseharian tidur satu kamar dengan lima santri yang lain. Pasien
juga mengaku jika beberapa dari teman kamarnya memeiliki keluhan
yang sama dengan pasien dan beberapa santri lain juga memiliki
keluhan yang sama. Pasien juga mengatakan jika sering bertukar
tempat tidur dengan santri yang lain. Riwayat kebersihan pasien
mengaku sehari mandi dua kali dengan air bersih, dan terkadang
pasien juga mengaku memakai handuk dari santri yang lain dan juga
meminjam sarung dari santri yang lain.

2.3 Pemeriksaan fisis


2.3.1 Status Dermatologis
Lokasi : tangan
Distribusi: Terlokalisir
Ruam : Plak hiperpigmentasi, batas tegas, ukuran ø 1-2 cm,
disertai krusta

Lokasi : ketiak
Distribusi: Tersebar

4
Ruam : Plak hiperpigmentasi berbatas tegas, disertai nodul
ukuran ø 1 cm

Lokasi : badan Distribusi : Tersebar


Ruam : Erosi dan sebagian disertai eksoriasi serta macula
hiperpigmentasi berbatas tegas.

Gambar 2.1 Lokasi Ruam

5
Gambar 2.2 Lesi kulit pada jari-jari tangan

Gambar 2.3 Lesi pada ketiak

6
Gambar 2.4 Lesi pada badan

2.3.2 Status Generalis


Keadaan umum : Kesan sakit ringan, higiene baik, gizi cukup
Kesadaraan : GCS 456, compos mentis
Kepala : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), edema (-)
Leher : Pembesaran kelenjar leher (-)
Thorax : Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
Alat kelamin : Lihat status dermatologis
Ekstermitas : Lihat status dermatologis

2.4 Diagnosis Banding


- Skabies
- Pediculosis corporis
- Dermatitis Atopik

7
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Tidak tersedia alat di puskesmas. Seharus dilakukan pemeriksaan
Scrapping dengan tetesan minyak emersi di bawah mikroskop
pembesaran 40x  biasanya ditemukan telur, scybala, maupun
bentuk dewasa dari Sarcoptes scabiei.

2.6 Diagnosis
Skabies

2.7 Penatalaksanaan
- Medikamentosa
o Permethrin lotion 5%
KIE penggunaan obat:
 Krim digunakan pada malam hari sebelum tidur. Krim
dioleskan seluruh tubuh mulai dari belakang telinga
kemudian merata ke seluruh tubuh.
 Krim digunakan selama 8-10 jam, lalu dibilas saat pagi
dengan menggunakan air bersih.
 Satu minggu kemudian pengobatan diulangi, dengan cara
yang sama.
 Pengobatan dilakukan semua santri yang memiliki
keluhan yang sama dengan pasien
o Cetirizine tab 10 mg sehari sekali bila gatal
- Non-medikamentosa
o Semua baju, sarung, handuk, dan perlengkapan tidur direndam
dengan air panas kurang lebih 15 menit, kemudian dicuci
dengan detergen.
o Kasur, bantal dan guling dijemur dibawah sinar matahari.
o Anggota santri yang lain yang memiliki keluhan yang sama
diperiksa dan diobati secara bersamaan.

8
2.8 Prognosis
Quo ad Vitam : bonam, tidak ada kegawatan mengancam
nyawa.
Quo ad Functionam : bonam dengan penanganan berkelanjutan
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
Quo ad Sanam : bonam terutama jika kepatuhan berobat dan
penggunaan obat-obatan berjalan baik dan benar
Quo ad kosmetikam : bonam, bekas luka dapat kembali seperti
semula

BAB III
PEMBAHASAN

Pasien adalah seorang laki-laki berusia 16 datang ke poli umum pkm


kuta malaka pada tanggal 24 maret 2023 dengan keluhan utama gatal–
gatal pada jari-jari tangan, ketiak dan seluruh badan. Dari hasil anamnesa
yang diberikan secara autoanamnesa didapatkan bahwa pasien
mengeluh gatal-gatal sudah sejak ± 1 bulan yang lalu. Gatal awalnya
terjadi pada daerah jari tangan, ketiak kemudian menyebar keseluruh
tubuh. Gatal dirasakan terus-menerus, memberat terutama pada saat
malam hari. Gatal disertai bintil kemerahan, kadang disertai nanah. Sejak
1 minggu terakhir pasien mengeluh luka di kulitnya menjadi kasar, pasien
juga sering menggaruk luka tersebut jika gatal. Riwayat penyakit sekarang

9
pada pasien ini mengarah pada suatu diagnosa skabies, dimana skabies
yang menimbulkan gatal pada tubuh memiliki kekhasan yakni gatal
terutama dirasakan saat malam hari. Hal ini dikarenakan tungau betina
Sarcoptes scabiei membuat terowongan di dalam kulit dan bertelur ± 40-
50 butir/hari terutama pada malam hari. 2.7

Pasien merupakan santri dari Pondok Pesantren . Pasien dalam


keseharian tidur satu kamar dengan lima santri yang lain. Pasien juga
mengaku jika beberapa dari teman kamarnya memiliki keluhan yang sama
dengan pasien. Pasien juga mengatakan jika sering bertukar tempat tidur
dengan santri yang lain. Pasien juga mengaku memakai handuk dan juga
meminjam sarung dari santri yang lain. Hal ini sesuai dengan pola
penularan penyakit skabies melalui kontak langsung yaitu tidur bersama
maupun kontak tidak langsung melalui seprei, selimut dan handuk yang
digunakan bersama-sama selain itu sesuai dengan studi yang
menyebutkan bahwa transmisi antar anggota keluarga atau kelompok
sering terjadi pada penyakit skabies ini. Selain itu skabies cenderung lebih
banyak terjadi di lingkungan tempat tinggal yang padat seperti pondok
pesantren pasien. 2,7

Dari hasil pemeriksaan fisik ruam pada pasien ini bervariasi, meliputi
makula-papulae – vesikula yang disertai krusta, erosi dan ekskorisi. Selain
itu ruam yang bervariasi tersebut terdapat pada tempat-tempat predileksi
seperti, tangan dan ketiak,badan yang merupakan kekhasan dari skabies.
3, 8

Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang karena alat


yang terbatas. Biasanya pada pasien scabies yakni dilakukan
pemeriksaan mikroskopik untuk mencari tungau Sarcoptes scabiei dari
hasil kerokan kulit atau scrapping.

10
Namun demikian untuk menegakan diagnosa skabies pada pasien
ini. Menurut literatur disebutkan bahwa skabies memiliki empat tanda
kardinal yaitu : pruritus nokturnal, menyerang sekelompok manusia,
adanya makula-vesikel-papula-erosi-ekskoriasi-krusta pada tempat-
tempat predileksi, dan ditemukannya Sarcoptes scabiei pada pemeriksaan
mikroskopik dari kerokan kulit. Cukup dengan adanya dua tanda kardinal
sudah dapat menegakkan diagnosis skabies. Pada pasien ini sudah
menunjukkan tiga tanda kardinal yaitu, pruritus nokturnal, terjadi pada satu
kelompok dan lesi terdapat pada tempat predeleksi sehingga sudah dapat
didiagnosis sebagai infeksi skabies walaupun tidak ditemukan tungau
3
Sarcoptes scabiei pada pemeriksaan penunjang.

Diagnosa banding dari kasus skabies ini adalah pediculosis


corporis. Pada dasarnya, skabies dapat dibedakan dengan penyakit yang
lain berdasarkan empat tanda kardinal skabies. Pada skabies akan
ditemukan tungau sebagai penyebabnya dan ekskoriasi yang lebih luas
dari pediculosis corporis. Pada skabies ditemukan lesi berupa
terowongan/kunikulus. Perbedaan selanjutnya terdapat pada predileksi
lesi, dimana skabies pada umumnya menyerang daerah tubuh/kulit
dengan stratum korneum yang tipis sedangkan pada pediculosis corporis
pada daerah lipatan-lipatan baju tempat terdapatnya kutu. 9 Diagnosis
banding pediculosis corporis pada pasien ini dapat disingkirkan, salah
satunya adalah karena tidak ditemukan tungau atau kutu pada serat-serat
pakaian pasien. Predileksi terjadinya lesi juga menunjukan ciri khas pada
skabies yang menyerang daerah lipatan-lipatan tubuh, ekstremitas, serta
sela-sela jari.9

Pada pasien ini, diberikan terapi medikamentosa yaitu pengobatan


kausatif dengan krim permethrin 5% yang digunakan dengan cara
mengoleskan pada seluruh tubuh sebelum tidur. Krim dioleskan mulai dari
belakang telinga sampai merata ke seluruh tubuh kecuali kepala dan
wajah, lalu didiamkan selama pasien tidur sekitar 8-10 jam. Keesokan

11
paginya krim dibilas dengan air bersih. Krim juga diberikan serentak pada
seluruh anggota keluarga yang tinggal serumah, dengan cara
penggunaan yang sama. Pengobatan lalu diulang 1 minggu kemudian,
dengan cara yang sama. Hal ini sesuai dengan teori pemberian terapi,
dimana permethrin dikatakan merupakan terapi lini pertama dari skabies.
Cara mengaplikasikan obat juga sudah disampaikan dengan baik, sesuai
dengan teori pemberian obat topikal tersebut. Selain itu, diberikan juga
obat cetirizine sistemik, yang merupakan anti histamin 1, untuk
mengurangi keluhan gatal pada pasien. Diberikan dosis 1 x 10 mg jika
perlu pada pasien, sesuai dengan dosis dari obat tersebut yaitu 5 – 10 mg
per hari. Tidak kalah penting dengan terapi medikamentosa, KIE kepada
pasien untuk memutus rantai penularan skabies juga sudah dilakukan. Hal
tersebut sesuai dengan teori pemutusan rantai penularan dari skabies. 10

Prognosa pada pasien ini baik, mengingat bahwa skabies


merupakan penyakit yang dapat disembuhkan. Namun kepatuhan dan
ketepatan pemakaian obat serta usaha pasien untuk menghentikan
2,3
penularan juga berperan penting dalam kesembuhannya.

BAB IV
RINGKASAN

Telah dilaporkan kasus skabies pada Sdr.A, jenis kelamin lai-laki,


usia 16 tahun, pada tanggal 24 maret Agustus 2023. Diagnosis
ditegakan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis.
Didapatkan 3 tanda cardinal pada pasien, yaitu pruritus nokturnal,
terjadi pada satu kelompok dan lesi terdapat pada tempat predeleksi.
Pada anamnesis ditemukan keluhan utama adalah gatal seluruh
tubuh sejak ±1 bulan lalu. Gatal awalnya terjadi pada daerah ketiak,
kedua tangan,dan seluruh tubuh. Gatal dirasakan terus-menerus,
memberat terutama pada saat malam hari, dan berkeringat. Gatal

12
awalnya disertai bintil kemerahan, kadang disertai nanah. Sejak 1
minggu terkahir pasien mengeluh luka di kulitnya menjadi kasar,
pasien juga sering menggaruk luka tersebut jika gatal.
. Riwayat kontak positif, dimana pasien mengaku jika beberapa dari
teman kamarnya memiliki keluhan yang sama dengan pasien. Pasien juga
mengatakan jika sering bertukar tempat tidur dengan santri yang lain,
memakai handuk dari santri yang lain dan juga meminjam sarung dari
santri yang lain. Dari hasil pemeriksaan fisik ruam pada pasien ini
bervariasi, meliputi makulae-papulae – vesikulae yang disertai krusta,
erosi dan ekskorisi. Selain itu ruam yang bervariasi tersebut terdapat pada
tempat-tempat predileksi seperti tangan dan ketiak, yang merupakan
kekhasan dari skabies. Penanganan yang menjadi pilihan utama pada
pasien ini adalah primethrin 5% topikal yang dioleskan di kulit 8-12 jam
serta edukasi pasien. Sebagai terapi simptomatis, diberikan cetirizine
sistemik 1 x 10 mg untuk mengurangi gatal. Prognosis pada pasien ini,
secara keseluruhan adalah baik terutama jika pengobatan baik
medikamentosa maupun non-medikamentosa dilaksanakan dengan baik
dan sesuai dengan aturan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonymous. 2006. Health Care Education Scabies. Department


of Health and Human Services. http://www.hidaya.org. Diakses
tanggal 12 Agustus 2013.

2. McCroskey L, Amy. 2010. Scabies. http://www.emedicine.com.


Diakses tanggal 12 Agustus 2013.

3. Djuanda, Adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi Kelima. P : 122-125

13
4. The Health Proteection Team. 2007. Guidelines for The
Management of Scabies. NHS Highland.

5. Anonymous. 2009. Scabies Prevention and Control Guidelines.


Los Angles County.

6. The Health Protection Group. 2007. The Management of Scabies


Infection in the Community. http://www.hpa.org.uk. Diakses
tanggal 23 Juli 2010.

7. Hunter, J.,Svin, J., Dahl, M. 2002. Clinical Dermatology. Third


Edition. p : 227-231

8. Jusuf Barakah dkk.2008.Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin.p:61-


63

9. Beegs Jennifer,ed. Scabies Prevention and Control Manual.


Michigan. Skabies prevention and Control Manual.

10. Currie J.B., and James S. McCarthy. Permethrin and Ivermectin for
Scabies. New England J Med. 2010. February : 362/717-724.

14

Anda mungkin juga menyukai