Anda di halaman 1dari 3

UPAYA PENCEGAHAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK DI DESA LEUPUNG RIWAT

Para kader diberikan informasi mengenai stunting dan mengadakan diskusi mengenai strategi yang
tepat untuk menggalakkan kegiatan pengukuran dan penimbangan balita secara berkala di Posyandu
serta informasi mengenai stunting dapat tersampaikan dengan baik ke masyarakat melalui para
kader.

Stunting merupakan masalah gizi utama yang masih banyak terjadi di Indonesia. Stunting sangat
berdampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat karena sagat berhubungaan dengan
pertumbuuha dan perkembangan kemampuan anak. Masalah gizi yaitu status gizi yang kurang dan
buruk, dimana gizi kurang adalah kondisi kekurangan gizi akibat jumlah makso daan mikro tidak
memadai dan dapat menyebabkan prevalensi anak bertubuh pendek sangat tinggi dan dapat terjadi
pada 1 dari 3 anak balita, hal ini merupakan masalah yang cukup serius menurut World Heath
Organization (WHO).

Stunting menandakan adanya kondisi gagal tumbuh pada anak akibat dari kekurangan gizi yang
kronis. Kekurangan gizi kronis terjadi sejak bayi dalam kandungan hingga usia 2 tahun. Stunting
dapat meningkatkan resiko menderita penyakut menular maupun tidak menular pada anak di masa
yang aakan datang. Orang tua terutama ibu memiliki andil yang besar terhadap masalah gizi pada
anak. Pengetahuan ibu akan gizi anak yang harus diberikan dan faktor ekonomi keluarga sangat
menetukan kualitas dan kuantitas kebutuhan gizi anak. Faktor stunting tidak hanya bergantung
kepada gizi, selain itu terdapat faktor utama lain yakni imunisasi guna mencegah anak dari penyakit
yang dapat menunjang kejadian stunting.

PENYUNTIKAN KB SUNTIK DI PKM KUTA MALAKA

NAMA : ny. MR, USIA :40 TAHUN, ALAMAT: Lam ara tunong,NO RM:11061XXXX

Menurut Sulistyawati Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak
kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan program atau cara untuk
mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).

Menurut UU RI No.10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan


Keluarga Sejahtera. Keluarga Berencana (KB) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan
sejahtera.

Selama masa subur wanita, risiko untuk terjadinya kehamilan sangat besar sehingga peluang wanita
melahirkan juga meningkat. Menurut hasil penelitian, usia subur seorang wanita rata-rata 15-49
tahun walaupun sebagian wanita mengalami menarche (haid pertama) pada usia 9-10 tahun. Oleh
karena itu, untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, pasangan usia subur ini
diprioritaskan untuk mengikuti program KB dengan mengunakan Kontrasepsi.

Kontrasepsi sendiri merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu
dapat bersifat sementara dan permanen (Wiknjosastro, 2007). Kontrasepsi yaitu pencegahan
terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah
dibuahi ke dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014).
Macam-macam Kontrasepsi, Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode

kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa
alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode
Lendir Serviks, Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan
lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup
serviks dan spermisida (Handayani, 2010).

Selain itu juga ada Kontrasepsi Hormonal, Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR), dan Metode Kontrasepsi Mantap.

Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi hormonal jenis suntikan yang dibedakan menjadi dua macam
yaitu DMPA (depot medroksiprogesterone asetat) dan kombinasi. Suntik DMPA berisi depot
medroksiprogesterone asetat yang diberikan dalam suntikan tunggal 150 mg/ml secara
intramuscular (IM) setiap 12 minggu (Baziad, 2002). Efek samping penggunaan suntik DMPA adalah
gangguan haid, penambahan berat badan, kekeringan vagina, menurunkan libido, gangguan emosi,
sakit kepala, nervotaksis dan jerawat. Gangguan haid yang sering ditemukan berupa siklus haid yang
memendek atau memanjang, perdarahan banyak atau sedikit, perdarahan yang tidak teratur atau
perdarahan bercak (spotting), tidak haid sama sekali (amenore).

pasien datang untuk melakukan suntik KB 3 bulanan, pasien menyatakan sedang tidak dalam kondisi
Hamil, dan Rutin melakukan Suntik KB setiap 3 bulan.

O: TD : 120/75

N : 82

Status internus : Dbn

A: KB suntik 3 bulan

P: - Di lakukan penyuntikan dengan Medoxyprogesteron Acetat 150mg/mL (i.m).

- Edukasi mengenai Kb agar Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai kontrasepsi


serta pemasangan akseptor KB yang tepat sesuai individu.

Monitoring dan evaluasi

Monitoring : Kegiatan pelaksanaan KB 3 bulan berjalan cukup lancar

Evaluasi : Kegiatan pelaksanaan KB terus dilakukan secara rutin guna menekan angka kelahiran

NAMA: ny.KT ,USIA: 41 tahun, ALAMAT :Tumbo Baro, NO RM:11061767XXX

Keluarga berencana (disingkat KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan
sejahtera dengan membatasi kelahiran. Itu dimaknai dengan perencanaan jumlah keluarga dengan
pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan
kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya.
Kegiatan yang dilakukan adalah menjelaskan pilihan KB dan melakukan KB sesuai dengan kebutuhan
dan pilihan pasien.

Anda mungkin juga menyukai