Anda di halaman 1dari 5

RESUME

PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA NYATA TERPADU (PKNT)


DI RW. 11 KELURAHAN CIBABAT KECAMATAN CIMAHI UTARA
(dibuat sebagai tugas Praktek Kerja Nyata Terpadu (PKNT) dengan dosen pengampu Ns.
Ati Nuraeni, M.Kep., Sp. Kom)

Disusun Oleh :

Eka Ayu Purwanti (P17324219013)

Wulan Sri Lestari (P17324419047)

JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

TAHUN AKADEMIK 2022

1. Isu masalah
Berdasarkan hasil pemantauan status gizi tingkat kelurahan di kota Cimahi tahun 2019 pada
balita menggunakan indikator panjang badan menurut umur (PB/U) atau dengan tinggi badan
menurut umur (TB/U) bahwa prevalensi data Kota Cimahi memiliki tingkat stunting
tergolong akut kronis dengan prevalensi sebesar 27,78 % (Dinkes, 2018). Kelurahan Cimahi
Kecamatan Cimahi Tengah memiliki prevalensi stunting sebesar 30,02 % atau di atas rata-
rata prevalensi stunting Kota Cimahi
2. Pengertian
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan yang terjadi pada anak di awal kehidupan,
gangguan ini dapat menimbulkan kerusakan yang bersifat permanen. Gangguan ini timbul
akibat dari kekurangan gizi kronis. Stunting biasanya terjadi sejak di dalam kandungan ibu
dan akan nampak ketika anak sudah memasuki usia dua tahun (Schmidt C W, 2014).
Kementerian Kesehatan RI dalam Buku Saku Pemantauan Status Gizi (PSG) Tahun 2017
menyebutkan bahwa balita stunting adalah balita yang memiliki nilai status gizi TB/U berada
pada ambang batas atau Z-score < -2 SD s/d -3 SD yang termasuk dalam kategori pendek
(stunted). Balita memilki nilai status gizi TB/U < -3 SD maka termasuk dalam kategori
sangat pendek (severely stunted).
3. Etiologi
Masalah balita pendek menggambarkan masalah gizi kronis, dipengaruhi dari kondisi
ibu/calon ibu, masa janin dan masa bayi/balita, termasuk penyakit yang diderita selama masa
balita. Dalam kandungan, janin akan tumbuh dan berkembang melalui pertambahan berat dan
panjang badan, perkembangan otak serta organ-organ lainnya. Kekurangan gizi yang terjadi
dalam kandungan dan awal kehidupan menyebabkan janin melakukan reaksi penyesuaian.
Secara paralel penyesuaian tersebut meliputi perlambatan pertumbuhan dengan pengurangan
jumlah dan pengembangan sel-sel tubuh termasuk sel otak dan organ tubuh lainnya. Hasil
reaksi penyesuaian akibat repository.unimus.ac.id 8 kekurangan gizi di ekspresikan pada usia
dewasa dalam bentuk tubuh yang pendek (Menko Kesra, 2013).
4. Faktor risiko
Faktor yang berhubungan langsung dengan kejadian stunting pada balita diantaranya :
1. panjang badan lahir balita
Berat badan lahir sangat terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan jangka panjang anak
balita, pada penelitian yang dilakukan oleh mika kuswanti menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara berat lahir dengan kejadian stunting pada balita di
Kelurahan cimahi. 25 Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu bayi
yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram, bayi dengan berat badan lahir rendah
akan mengalami hambatan pada pertumbuhan dan perkembangannya serta kemungkinan
terjadi kemunduran fungsi intelektualnya selain itu bayi lebih rentan terkena infeksi dan
terjadi hipotermi.
2. riwayat ASI eksklusif
ASI Eksklusif menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2012
tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) tanpa
menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain yang diberikan
kepada bayi sejak baru dilahirkan selama 6 bulan. 19 Pemenuhan kebutuhan bayi 0-6 bulan
telah dapat terpenuhi dengan pemberian ASI saja.
Penelitian yang dilakukan di Kelurahan cimahi menyatakan bahwa kejadian stunting
disebabkan oleh rendahnya pendapatan keluarga, pemberian ASI yang tidak eksklusif,
pemberian MP-ASI yang kurang baik, imunisasi yang tidak lengkap dengan faktor yang
paling dominan pengaruhnya adalah pemberian ASI yang tidak eksklusif. Hal serupa dengan
hasil penelitian yang menyatakan bahwa kejadian stunting dipengaruhi oleh berat badan saat
lahir, asupan gizi balita, pemberian ASI, riwayat penyakit infeksi, pengetahuan gizi ibu
balita, pendapatan keluarga, jarak antar kelahiran namun faktor yang paling dominan adalah
pemberian ASI. Berarti dengan pemberian ASI eksklusif kepada bayi dapat menurunkan
kemungkinan kejadian stunting pada balita
3. pendapatan keluarga
pendapatan keluarga adalah jumlah uang yang dihasilkan dan jumlah uang yang akan
dikeluarkan untuk membiayai keperluan rumah tangga selama satu bulan. Pendapat keluarga
yang memadai akan menunjang perilaku anggota keluarga untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan keluarga yang lebih memadai keterbatasan ekonomi yang dialami, maka
masyarakat cenderung tidak mampu untuk membeli bahan pangan/ makanan yang baik
sehingga berdampak terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan nutrisi yang cenderung menurun
4. pendidikan ibu
Pendidikan merupakan sesuatu yang dapat membawa seseorang untuk memiliki ataupun
meraih wawasan dan pengetahuan seluas- luasnya. Orang –orang yang memiliki pendidikan
lebih tinggi akan memiliki wawasan dan pengetahuan yang lebih luas jika dibandingkan
dengan orang- orang yang memiliki pendidikan yang lebih rendah. Anak-anak yang lahir
dari orang tua yang terdidik cenderung tidak mengalami stunting dibandingkan dengan anak
yang lahir dari orang tua yang tingkat pendidikanya rendah. Penelitian yang dilakukan di
Mika juga menyatakan bahwa anak yang terlahir dari orang tua yang berpendidikan
berpotensi lebih rendah menderita stunting dibandingkan anak yang memiliki orang tua yang
tidak berpendidikan
5. pengetahuan gizi ibu
Pengetahuan gizi ibu yang kurang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian
stunting pada balita. Ibu yang memiliki pengetahuan gizi yang kurang memiliki
kecenderungan untuk memberikan makanan kepada anaknya tanpa memandang kandungan
gizi, mutu dan keanekaragaman makanan. Hal ini menyebabkan asupan gizi anak kurang
terpenuhi, sehingga dapat menghambat tumbuh kembang anak yang dapat menjadi
manifestasi kejadian stunting (Suhardjo, 2003)
5. Gejala dan tanda
Berat badan tidak naik atau cenderung turun. Selain itu berat badan lebih rendah dibanding
anak seusianya juga merupakan gejalanya.Tinggi badan anak lebih pendek dari anak
seusianya.Pertumbuhan tulang tertunda.Perkembangan tumbuh terhambat.Anak lebih mudah
terkena infeksi
6. Cara penanganan masalah (dari sudut pandang tiap jurusan)
Pencegahan stunting kebidanan bisa dilakukan sejak masa kehamilan dengan :
1. penuhi kebutuhan nutrisi ibu selama kehamilan
Contohnya menganjurkan ibu untuk mengkomsumsi makanan bergizi seperti sayuran buah-
buahan, memberikan suplemen vitamin untuk ibu hamil memberikan tablet tambah darah
minimal 90 tablet saat kehamilan. Selain itu pada ibu yang mengalami Kurang Energi Kronis
(KEK) perlu mendapatkan makanan tambahan untuk meningkatkan gizi ibu hamil tersebut
2. melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin
Pemeriksaan rutin selama kehamilan diperlukan untuk memantau tumbuh kembang janin, dan
mendeteksi apabila terdapat masalah pada janin atau kesehatan Bumil.
Dengan demikian, bidan bisa melakukan penanganan lebih awal, agar anak tidak
mengalami stunting dan menjaga kondisi kesehatan Bumil
3. memberikan penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat
4. edukasi kesadaran ibu tentang penting nya ASI ekslusif
Daftar Pustaka
Amran, Y & Afni, V (2013). Gambaran pengetahuan Ibu Tentang Menyusui Dan Dampaknya
Terhadap Pemberian Asi Eksklusif. Jurnal Kesehatan Reproduksi
http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/index.php/kespro/article/view/3930
Calida Rahma, A & Rahayu Nadhiroh, S. (2016). Perbedaan Sosial Ekonomi dan
Pengetahuan Gizi Ibu Balita Gizi Kurang dan Gizi Normal. Jurnal Media Gizi Indonesia, Vol.
11, No. 1 Januari– Juni 2016: hlm. https://e-journal.unair.ac.id/MGI/article/view/4391
Fitri, L (2018).Hubungan BBLR dan ASI Ekslusif dengan Kejadian Stunting di Puskesmas
Lima Puluh Pekanbaru. Jurnal Endurance 3(1) Februari 2018
http://ejournal.lldikti10.id/index.php/endurance/article/view/1767

Anda mungkin juga menyukai