Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
20190302024
Abstrak
Penilaian biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara laboraturium yang dilakukan
pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang sering digunakan adalah urine, tinja dan juga
beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Penggunaan Metode ini menggunakan untuk suatu
peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi banyak gejala klinis
yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faal dapat lebih banyak menolong untuk menentukan
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat.
Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan
zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kuli, mata, rambut
dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuhn seperti kelenjar tiroid.
Balita merupakan kelompok usia yang rentan terhadap masalah kesehatan dan gizi. Pengetahuan dan
peran kader menjadi faktor utama dalam peningkatan status gizi balita.
I. PENDAHULUAN
Status gizi merupakan ukuran keberhasilan untuk memenuhi nutrisi kebutuhan pada anak yang
ditunjukkan melalui capaian berat badan terhadap umur. Status gizi pada balita sangat signifikan sebagai
titik tolak kapasitas fisik saat usia dewasa. Faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap status gizi
balita bisa dikaji untuk kemudian dirumuskan menjadi rekomendasi yang dapat dijadikan sebagai the best
Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui pada setiap orang tua.
Berdasarkan fakta bahwa balita kurang gizi pada masa emas bersifat irreversible (tidak dapat pulih) dan
kekurangan gizi pada balita dapat mempengaruhi perkembangan otak anak. Oleh sebab itu, balita dengan
status gizi kurang memiliki daya tahan tubuh yang lemah sehingga mudah terserang penyakit (Sholikah,
Menurut WHO, ada tiga indikator status gizi pada anak yang dijadikan parameter, yaitu berat
badan terhadap umur, tinggi badan terhadap umur, dan berat badan terhadap tinggi badan. Berat badan
merupakan indikator umum status gizi karena berat badan berkorelasi secara positif terhadap umur dan
tinggi badan (Kemenkes RI, 2017). Pemenuhan gizi merupakan hak setiap anak, upaya ini ditujukan
untuk mempersiapkan generasi akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan
angka kematian bayi dan anak (Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan).
Gizi kurang merupakan suatu kondisi berat badan menurut umur (BB/U) yang tidak sesuai
dengan usia yang seharusnya. Kondisi balita gizi kurang akan rentan terjadi pada balita usia 2-5 tahun
karena balita sudah menerapkan pola makan seperti makanan keluarga dengan tingkat aktivitas fisik yang
tinggi (Diniyyah & Nindya, 2017). Fenomena yang terjadi saat ini berkaitan dengan konsumsi makanan
yang tidak seimbang dengan kebutuhan kalori akan berpengaruh pada pertumbuhan seorang anak. Sikap
dan perilaku makan yang kurang baik akan mengakibatkan kurangnya status gizi pada balita tersebut
kesehatan dan gizi. Balita mengalami siklus pertumbuhan dan perkembangan yang membutuhkan zat gizi
yang lebih besar dibanding kelompok usia yang lain, sehingga balita rentan mengalami masalah gizi
(Muliah, Wardoyo & Mahmudiono, 2016). Keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal
terpenuhi. Anak balita merupakan kelompok yang tersering menderita kurang gizi, adanya gizi buruk
dapat memberikan dampak kelainan yang sangat luas (Judistiani, Fauziah, Astuti, Yuliana & Sari, 2016).
Status gizi balita dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu langsung dan tidak langsung. Faktor
langsung yaitu penyakit infeksi dan kurangnya asupan makanan (Goal, Punuh, & Malonda, 2016;
Oktovianus, 2016). Faktor tidak langsung yaitu sosial ekonomi keluarga, pendidikan ibu, pekerjaan
orangtua, pengetahuan orangtua dan pola asuh (Suryani, 2017; Goal, Punuh, & Malonda, 2016). Faktor
tidak langsung lainnya dari pelayanan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pendidikan kader, peran
kader, pengetahuan kader dan keterampilan kader (Oktovianus, 2016). Adapun faktor lain yang dapat
mempengaruhi pengetahuan terkait status gizi buruk pada balita salah satunya adalah keterpaparan kader
terhadap informasi terkait gizi pada tumbuh kembang balita (Adistie, Maryam, & Lumbatobing, 2017).
II. PEMBAHASAN
A. Balita
Anak balita anak yang berusia antara 1-5 tahun, sedangkan usia diatas (6-12 tahun) disebut
dengan anak usia awal sekolah. Masa balita ditandai dengan tingkat pertumbuhan yang sangat pesat
sehingga membutuhkan zat gizi yang relatif lebih tinggi dan pemberian makanan yang sering
(Sudarmoko, 2011). Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah
(3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan
kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah
bertambah baik. Namun kemmpuan lain masih terbatas (Anggraeni & Sutomo, 2010). Anak balita
adalah anak yang berusia dibawah 5 tahun, masa dimana balita mengalami pertumbuhan yang sangat
pesat dan sangat bergantung penuh pada orang tua mulai dari makan, minum berbicara hingga
personal higiene.
Balita adalah kelompok anak usia dibawah lima tahun. Usia lima tahun pertama dalam
kehidupan balita merupakan fase yang sangat penting dalam menunjang tumbuh kembangnya, karena
pada fase ini balita sangat peka terhadap lingkungan di sekitarnya. Beberapa ahli menyebutkan bahwa
usia di bawah lima tahun adalah masa keemasan (golden period), maupun jendela kesempatan
(window of opportunity) serta masa kritis (critical period) (Kusbiantoro, 2015). Potensi yang dimiliki
anak balita sangat besar pada usia ini, oleh karena itu pemenuhan kebutuhan seperti perawatan,
asupan nutrisi, kesehatan, daya tahan tubuh, perhatian dan kasih sayang dari orang tua, serta
pendidikan sangat penting untuk diperhatikan sehingga balita dapat berkembang secara optimal.
Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya dalam MDGs adalah
status gizi. Status gizi masyarakat dapat memberikan gambaran terhadap derajat kesehatan
masyarakat di suatu wilayah. Status gizi masyarakat dapat diukur melalui berbagai indikator antara
lain status gizi bayi yang dinilai dari bayi dengan BBLR, status gizi Balita, status gizi WUS dan
Bumil KEK, GAKI, dan status Anemia gizi besi (Kemenkes RI, 2017).
Gizi Buruk adalah merupakan kondisi kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi
dan protein (KEP) dalam makanan sehari hari. Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat
yang penanggulangannya dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.
Masalah gizi disamping merupakan sindrom kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah
ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dan juga menyangkut aspek pengetahuan serta perilaku
Pola pemberian makan pada balita dapat terpenuhi pada saat timbulnya minat pada balita untuk
makan. Nafsu makan balita dapat menurun saat balita tersebut dalam kondisi sakit. Menurut
penelitian Yustianingrum dan Adriani (2017), kejadian infeksi merupakan suatu gejala klinis suatu
penyakit pada anak yang akan mempengaruhi pada penurunan nafsu makan anak, sehingga asupan
makanan anak akan berkurang. Apabila terjadi penurunan asupan makan dalam waktu yang lama dan
disertai kondisi muntah dan diare, maka anak akan mengalami zat gizi dan cairan. Hal ini akan
berdampak pada penurunan berat badan anak yang semula memiliki status gizi yang baik sebelum
mengalami penyakit infeksi menjadi status gizi kurang. Apabila kondisi tersebut tidak termanajemen
Menurut Sudarmoko (2011), anak balita sehat biasanya ditandai dengan ciri-ciri seperti
berikut: Tumbuh dengan baik, yang dapat dilihat dari naiknya berat badan dan tinggi
Bisa bermain dan belajar dengan antusias, mudah memahami setiap hal yang diajarkan
Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat dalam jenis dan
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi
makanan, kebersihan fisik, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan ideal (Susilowati dan Kuspriyanto,
2016)
Setelah bayi berumur 6 bulan, maka untuk memenuhi kebutuhn selanjutnya demi pertumbuhan
dan perkembangannya diperlukan makanan pendamping air susu ibu (MPI-ASI). Makanan pendamping
ASI yang baik adalah terbuat dari bahan makanan segar, seperti: tempe, kacang-kacangan, telur ayam,
hati ayam, ikan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Jenis-jenis MPIASI yang dapat diberikan adalah :
Makanan saring adalah makanan yang dihancurkan atau disaring tampak kurang merata dan
bentuknya lebih kasar dari makanan lumat halus. Contoh bubur susu, bubur sumsum, pisang
saring atau dikerok, papaya saring, tomat saring, nasi tim saring, dan lain-lain.
Makanan lunak dalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan tampak berair. Contoh
bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang puri, dan lain-lain.
Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair dan biasanya disebut makanan
keluarga. Contoh lontong, nasi tim, kentang rebus, biscuit dan lain-lain
a. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energy bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa sebab
pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin
Secara fisiologi balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhanya relatif
lebih besar dari pada orang dewasa namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya
Untuk pertumbuhan dan perkembangan, balita balita memerlukan 6 zat gizi utama yaitu:
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi tersebut dapat diperoleh
dari makanan yang di konsumsi sehari-hari. Agar balita dapat bertumbuh dan
berkembang dengan baik, maka makanan yang dimakannya tidak boleh hanya sekedar
mengenyangkan perut aja. Keenam zat gisi utama yang digunakan oleh tubuh anak untuk:
zat makanan yang merupakan sumber tenaga utama adalah karbohidrat dan
lemak makanan yang banyak yang mengandung karbohidrat dalah beras, jagung,
singkong, ubi jalar, kentang, gandum, dan sagu. Makanan yang banyak
mengandung lemak adalah lemak hewan, mentega, minyak goring, kelapa dan
keju.
b) Membangun jaringan tubuh dan mengganti jaringan tubuh yang rusak (zat
c) Mengatur kegiatan-kegiatan yang telah terjadi didalam tubuh (zat pengatur) zat
makanan yang merupakan zat prngatur adalah vitamin, mineral dan air. Makanan
yang banyak mengandung vitamin, mineral dan air adalah sayur-sayuran dan
buah-buahan.
Kebutuhan tubuh balita akan keenam macam gizi untuk melakukan tiga fungsi tersebut tidak
bisa dipenuhi hanya dari satu macam makanan dari alam yang mempunyai kandungan gizi lengkap. Jika
makanan ynag beragam maka zat gizi yang tidak terkandung atau kurang dalam satu jenis makanan akan
dilengkapi oleh zat yang berasal dari makanan jenis lain. Agar makanan yang dimakan anak beraneka
ragam, maka kita harus selalu ingat bahwa makanan yang dimakan anak harus mengandung zat tenaga,
zat pembangun dan zat pengatur. Ketiga zat ini dapat berasal dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
B. Gizi Kurang
Gizi kurang adalah suatu keadaan yang dapat dilihat secara antropometri dengan menggunakan
indeks BB/U dengan ambang batas -3 SD sampai dengan <-2 SD (Supariasa, 2016). Gizi kurang yaitu
kurang gizi tingkat sedang yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein yang didapati
dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang lama (Aritonang, 2010).
Parameter pengukuran status gizi kurang adalah menggunakan Indeks BB/U. Berat badan
adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif
terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya disebabkan oleh terserangnya penyakit infeksi,
penurunan nafsu makan atau jumlah makanan yang telah dikonsumsi. Berat badan adalah parameter
Dalam keadaan normal yaitu ketika keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi
dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya,
dalam keadaan yang abnormal terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan yaitu dapat
berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan, indeks
berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat
karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat
Kekurangan zat gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan
1) Pertumbuhan
Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Zat gizi yaitu protein digunakan sebagai zat
pembakar, sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok. Anak-anak yang berasal
dari tingkat ekonomi menengah ke atas rata- rata lebih tinggi daripada yang berasal dari keadaan
2) Produksi Tenaga
Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seseorang kekurangan tenaga untuk
bergerak, bekerja dan melakukan aktivitas sehari-hari. Efek lainnya orang menjadi malas, merasa
3) Pertahanan Tubuh
Daya tahan terhadap tekanan atau stress menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang
sehingga, orang mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk dan diare. Hal ini dapat membawa
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental dengan
kemampuan berfikir. Otak mencapai bentuk maksimal pada usia dua tahun. Kekurangan gizi dapat
5) Perilaku
Perilaku anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gizi menunjukkan perilaku tidak senang.
Mereka mudah tersinggung, cengeng dan apatis. Dari keterangan diatas tampak bahwa gizi yang baik
1. Biokimia
Pengertian
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara
laboraturium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang sering digunakan
adalah urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Penilaian biokimia merupakan
penilaian dengan diuji didalam laboratorium, jaringan tubuh yang digunakan dalam penilaian ini yaitu
otot, darah, hati, tinja serta urine. Penilaian biokimia biasanya dimanfaatkan dalam masalah kurang gizi
secara spesifik.
Penilaian biokimia adalah pemeriksaan yang sifatnya langsung untuk menentukan status gizi
seseorang. Dibandingkan dengan penilaian status gizi lain , penilaian biokimia merupakan cara yang
paling obyektif dan bersifat kuantitatif. Selain itu penilaian secara biokima dapat mendeteksi kelainan
status gizi jauh sebelum terjadi perubahan dalam nilai antropometri serta gejala dan tanda-tanda kelainan
klinik. Beberapa tes pada penilaian biokimia berguna untuk melihat asupan gizi saat ini, yang dapat
dilakukan secara bersama dengan penilaian konsumsi makanan untuk menilai adekuasi konsumsi
makanannya.
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan
malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik maka penentuan kimia faal
dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik (Anggraeni, 2012).
Data biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan yang berkaitan dengan
status gizi, status metabolik dan gambaran fungsi organ yang berpengaruh terhadap timbulnya masalah
gizi. Pengambilan kesimpulan dari data laboratorium terkait masalah gizi harus selaras dengan data
assesment gizi lainnya seperti riwayat gizi yang lengkap, termasuk penggunaan suplemen, pemeriksaan
fisik dan sebagainya. Disamping itu proses penyakit, tindakan, pengobatan, prosedur dan status hidrasi
(cairan) dapat mempengaruhi perubahan pada kimiawi darah dan urin, sehingga hal ini perlu menjadi
Penilaian biokimia dibagi dalam dua kategori yaitu tes statis(Static test) dan tes Fungsional (functional
test); ada juga yang menggunakan istilah tes langsung dan tidak langsung
Tes statis
Didasarkan pada penentuan zat gizi atau hasil metabolismenay di dalam darah, urin atau jaringan
tubuh, misalnya pengukuran vitamin A, albumin atau kalsium di dalam serum. Meskipun hasilnya
Iangsung didapat, namun kelemahannya adalah walaupun hasil tes menunjukkan nilai zat gizi di
dalam jaringan atau cairan yang diambil sebagai sampel, tetapi hal ini tidak selalu mencerminkan
status gizi seseorang secara keseluruhan, apakah tubuh secara keseluruhan menunjukan gizi
kurang, normal atau lebih. Misalnya status seng dalam darah/serum, dapat dengan mudah
ditentukan, tetapi pengukuran statis yang dilakukan satu kali tersebut tidak merupakan indikator
Tes fungsional
Dilakukan untuk menetapkan status gizi berdasarkan pertimbangan bahwa hasil akhir dari
kekurangan zat gizi dan kepentingan biologiknya tidak semat-mata ditentukan oleh kadarnya di
dalam darah dan jaringan, tetapi oleh kegagalan dari satu atau lebih proses fisiologik yang
tergantung pada zat gizi tersebut untuk menunjukkan penampilan yang optimal. Beberapa contoh
tes fungsional adalah tes adaptasi gelap untuk menilai status vitamin A, dan gangguan status
imun/kekebalan yang merupakan akibat dari kurang energi protein dan kekurangan zat gizi lain.
Penggunaan
Metode ini menggunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan
malnutrisi yang lebih parah lagi banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faal
dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
2. Klinis
Pengertian
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat.
Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan
zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kuli, mata, rambut
dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuhn seperti kelenjar tiroid.
Tanda- tanda klinis gizi kurang dapat menjadi indikator yang sangat penting untuk menduga
terjadinya defisiensi zat gizi. Hal ini mencakup kelambatan pertumbuhan dan perkembangan yang dapat
ditentukan dengan cara membandingkan seorang individu atau kelompok tertentu terhadap ukuran normal
Tanda-tanda klinis underweight (gizi kurang) tidak spesifik karena beberapa penyakit
mempunyai gejala yang sama, tetapi dengan penyebab yang berbeda. Oleh sebab itu, pemeriksaan klinis
ini harus dipadukan dengan pemeriksaan lain seperti antropometri, laboraturium dan survei konsumsi
makanan sehingga kesimpulan dalam penilaian status gizi dapat lebih tepat dan lebih baik (Supariasa,
Penggunaan pemeriksaan klinis untuk mendeteksi defisiensi gizi mempunyai kelemahan bila
diinterpretasikan hanya atas dasar data klinis saja. Oleh sebab itu, adanya dukungan pemeriksaan
konsumsi pangan dan biokimia serta pemeriksaan yang lain sangat membantu dalam menilai keadaan gizi
individu atau masyarakat. Walaupun demikian, pemeriksaan fisik sebaiknya merupakan bagian integral
Pemeriksaan fisik dapat mengungkapkan bukti adanya defisiensi gizi yang tidak akan terdeteksi
Walaupun hanya meliputi beberapa kasus saja, identifikasi memberikan tanda yang dapat
Pemeriksaan klinis (assessment clinic) secara umum terdiri dari dua bagian, yaitu:
Dalam riwayat medis, kita mencatat semua kejadiankejadian yang berhubungan dengan gejala
yang timbul pada penderita beserta faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit
Identitas penderita: umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, suku, dan sebagainya.
Lingkungan fisik dan sosial budaya yang berkaitan dengan timbulnya penyakit tersebut
(malnutrisi), antara lain lingkungan fisik (keadaan kesuburan tanah dan kandungan
mineral tanah) dan lingkungan sosial dan budaya (adat-istiadat kepercayaan, dan
Sejarah timbulnya gejala penyakit. Beberapa hal yang perlu diketahui adalah: kapan berat
badan mulai turun, kapan ada gejala anoreksia atau nafsu makan menurun, kapan ada
gejala muntah, apakah ada mencret atau tidak, kalau ada kapan mulai terjadi.
Data-data tambahan yang juga perlu diketahui antara lain: Apakah penderita juga
menderita anemia; pernah operasi usus; pernah menderita penyakit infeksi; pernah
menderita penyakit kronis, seperti Luka pada lambung (ulcus gaster) dan Luka pada
duodenum; ada kelainan bawaan (genetik). Data-data tersebut dapat dikumpulkan dengan
cara wawancara dengan penderita dan keluarganya, atau dengan observasi langsung pada
rumah dan lingkungan penderita. Semua informasi tersebut perlu dikumpulkan untuk
mengetahui lebih lanjut apakah gizi kurang disebabkan oleh penyebab primer, yaitu
konsumsi makanan atau sebab lain seperti penyakit menahun, obat-obatan yang lama,
keturunan ( dalam hal ini mungkin disebabkan tidak terbentuknya enzim pencemaan)
2) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik kita melakukan pengamatan terhadap perubahan fisik, yaitu semua
perubahan yang ada kaitannya dengan kekurangan gizi. Perubahari-pembahan tersebut dapat
dilihal pada kulit atau jaringan epitel, yaitu jaringan yang membungkus permukaan tubuh kita
seperti rainbut, mata, muka, mulut, lidah, gigi dan lain-lain serta kelenjar tiroid. Komisi ahli
WHO yang dikutip oleh Jelliffe (1966) dan Jelliffe (1989), mengelompokkan tanda-tanda klinis
Tanda-tanda (sign) yang memang benar berhubungan dengan kurang gizi bisa karena
kekurangan salah satu zat gizi atau lebih yang di butuhkan tubuh.
Tandatanda ini mungkin karena gizi salah atau mungkin oleh faktor lain seperti
Tanda-tanda (sign) yang tidak berkaitan dengan gizi salah walaupun hampir mirip.
Penggunaan
Penggunaan metode ini untuk survey klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survey ini
dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih
zat gizi disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan
pemeriksaan fisik yaitu tanda (singn) dan gejala (symtom) atau riwayat penyakit. Penilaian klinis
biasanya digunakan jika mengalami ketidakseimbangan gizi pada jaringan epitel yaitu rambut, kulit,
mata, mukosa mulut serta kelenjar tiroid. Penilaian klinis digunakan untuk melakukan deteksi cepat
mengenai tanda klinis secara umum dari kelebihan maupun kekurangan gizi.
III. KESIMPULAN
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris
yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah,
urine, tinja,dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
Penilaian Klinis didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi. Hal tersebut dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan
mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid
Daftra Pustaka