Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN TUGAS MANDIRI

MATER I

TENTANG PENCEGAHAN STUNTING MELALUI PENGASUHAN


DAN STIMULASI ANAK USIA 0 - 2 TAHUN

OLEH :

DEWI SUPU S.Pd


TK NEGERI SARONDE
KABUPATEN GORONTALO UTARA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


RISET DAN TEKNOLOGI DIREKTORAT JENDERAL
GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
DIREKTORAT PAUD DAN DIKMAS
TAHUN 2023/2024
PENCEGAHAN STUNTING MELALUI PENGASUHAN DAN STIMULASI ANAK USIA 0
– 2 TAHUN

Oleh: DEWI SUPU S.Pd ( TK NEGERI SARONDE)

1. JUDUL
Pecegahan Stunting Melalui Pengasuhan dan Stimulasi Anak Usia 0 – 2 Tahun

2. LATAR BELAKANG

Pola Asuh merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak anaknya.Sikap orang
tua ini meliputi cara orang tua memberikan aturan aturan hadiah,maupun hukuman.Cara orang
tua menujukkan otoritasnya dan juga orang tua memberikan perhatian serta tanggapan
terhadap anak.

Pola asuh merupakan pola interaktif antara orang tua dengan anak.Lebih jelasnya yaitu
bagaimana sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anaknya. Termasuk cara
menstimulasi perkembangan anak agar pemenuhan gizi seimbang sehingga dapat mencegah
Stunting.

Pemenuhan gizi dan pemeliharaan kesehatan anak usia dini penting karena mempengaruhi
kehidupan sampai dewasa. Siklus pertumbuhsn optimsl terdiri dua bagian yaitu 2 tahun
pertama kehidupan dan sebelum akhir baligh apabila ibu hamil kekurangan gizi akan
mengakibatkab penyakit terhadap ibu dan anak bayi dalam kandungan sehingga bayi lahir
sehat. Untuk mengatasi Stunting maka ibu hamil harus kontrol secara rutin ke pihak kesehatan
agar kesehatan ibu dan anak terkontrol. Menjaga kesehatan anak merupakan bagian dari upaya
terpenting sehingga anak dapat tumbuh kembang secara optimal. Upaya pemeliharaan
kesehatan dapat dimulai dengan menerapkan pola hidup/perilaku hidup bersih dan sehat yang
diterapkan melalui pembiasaan selain menerapkan PHBS penting juga memperlihatkan
asupan gizi yang seimbang baik itu asupan gizi makro maupun mikro.

Upaya tersebut salah satu upaya untuk penurunan pencegahan stunting karena stunting
disebabkan atau salah satu penyebabnya adalah gizi buruk, kurangnya pengetahuan ibu,
terbatasnya layanan kesehatan, dan kurangnya akses air bersih dan sanitasi. Stunting
berhubungan dengan kualitas hidup anak dalam jangka pendek dapat terganggu
perkembangan anak, kecerdasan dan gangguan pertumbuhan fisik dan metabolism dalam
tubuh, dalam jangka panjang dapat menurunkan kemampuan kognitif dan prestasi
belajarpenanganan stunting dapat dilakukan dalam program yang spesifik dan terisif.

Adapun penyebab stunting disebabkan oleh multifactor dan multideterminan secara langsung
maupun tidak langsung (Laura Et Al 2010.Cochram 2015). WHO (2016) penyebab stunting
adalah factor keluarga, polaasuh yang tidak memadai, asi, faktor infeksi saluran pencernaan
penyakit diare, kesehatan.
Dampak dari stunting di indonesia gagal tumbuh berat lahir rendah, kecil, kurus, pendek,
hambatan perkembangan kognitif dan motorik gangguan metabolik saat dewasa. pencegahan
stunting (1000 HPKS, ibu hamil pastikanasupan gizi seimbang ibu hamil rutin periksa
kesehatan dan tambah darah, edukasi dan upaya perilaku masyarakat, pemberian makanan
tambahan ibu hamil, persalinan dengan dokter atau bidan, periksa kehamilan secara rutin,
lakukan pola hidup sehat sedangkan pencegahan ibu menyusui dan anak usia lahir – 2 tahun,
Inisiasi Menyusui Dini (IMD), asi ekslusif sampai 6 bulan, pemberian makanan pendamping,
periksakan kesehatan anak secara rutin, berikan iminisasi, lakukan pola hidup bersih dan
sehatpencegahan berkualitas.

3. URAIAN MATERI HASIL STUDI MENDALAM

Pendidik anak usia dini adalah profesional yang bertugas merencanakan, melaksanakan
proses pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran, serta melakukan pembimbingan,
pengasuhan dan perlindungan anak didik. Pendidik PAUD bertugas di berbagai jenis
layanan baik pada jalur pendidikan formal maupun nonformal seperti TK/RA, KB, TPA dan
bentuk lain yang sederajat. Pendidik PAUD pada jalur pendidikan formal terdiri atas guru
dan guru pendamping; sedangkan pendidik PAUD pada jalur pendidikan nonformal terdiri
atas guru, guru pendamping, dan pengasuh.

Adapun peran guru dalam pencegahan Stunting mendukung orang tua dalam pemberian
Stimulasi dan Pengasuhan Anak Baru Lahir -2 Tahun.

Guru PAUD menyelenggarakan Kelas Pengasuhan bagi anak baru lahir-2 tahun bersama
orang tua secara rutin.

1. Kelas Pengasuhan di Satuan Paud

2. Posyandu,layanan Meja 4

3. Kelas Ibu Balita/Kelas BKB


Anak yang terpelihara kesehatan dan gizinya akan terhindar dari berbagai permasalahan
kesehatan, gizi, pertumbuhan dan perkembangan. Salah satu permasalahan yang dapat
dihindari adalah anak yang memiliki tubuh pendek dan mengalami gangguan
perkembangan, yang disebut sebagai stunting. Pada anak stunting, zat gizi yang terutama
tidak terpenuhi adalah protein hewani. Sumber protein hewani antara lain ikan, telur, daging
unggas, daging merah, susu, dan bahan-bahan pangan lainnya. Bahan-bahan pangan ini
sesungguhnya ada di sekitar kita.
Masa 1000 hari pertama kehidupan terjadi sejak konsepsi (pertemuan antara sel sperma dan sel
ovum dalam rahim ibu), hingga sekitar usia 2 tahun. Pada masa ini, ibu hamil, ibu menyusui,
dan bayi usia lahir hingga sekitar 2 tahun, harus dipastikan sehat dan terpenuhi gizinya. 1000
hari pertama kehidupan adalah saat-saat penting dan kritis untuk mencegah stunting. Apabila
1000 HPK telah dilalui, maka pemeliharaan kesehatan dan upaya untuk memastikan gizi anak
harus tetap dilakukan, sehingga tetap terpelihara, dan anak memiliki kualitas hidup yang baik.
Upaya-upaya ini memerlukan kerjasama yang baik antara pendidik, orang tua, masyarakat
dan pemerintah, sehingga bersifat holistik dan integratif. Uraian materi berikutnya akan
menyajikan secara runtut tentang pentingnya kesehatan dan gizi dan berbagai upaya
pencegahan dan penanganan stunting, baik yang dapat dilakukan oleh pendidik PAUD
maupun orang tua

ALUR PEMBELAJARAN

Sesuai dengan tujuan pencegahan Stunting dalam pengasuhan ada Beberapa alur
pembelajaran yang akan di laksanakan
a. Mulai dari diri sendiri
Pemahaman tentang pencegahan stunting pada 1000 HPK
b. Ruang Kolaborasi
Tahapan Perkembangan anak berdasarkan aspek motorik,sosial emosional, kognitif
c. Eksoplorasi konsep
Pemetaan kegiatan anak sehari hari dan peran orang tua
d. Demonstrasi
Bermain peran ,pemberian stimulasi pada anak.
e. Elaborasi Pemahaman
Refleksi pemahaman peserta tentang apa yang sudah di pelajari dan belum di pahami
f. Aksi Nyata
Langkah langkah menyelenggarakan kelas pengasuhan
g. Penguatan tentang peran guru PAUD dalam pencegahan stunting melalui kelas pengasuhan.

Menurut Penelitian Demsa Simbolon1, Desri Suryani1, Epti Yorita1

1
Poltekkes Kemenkes Bengkulu, Email: demsa_ui03@yahoo.com

Hasil penelitian di berbagai negara menemukan bahwa faktor risiko stunting bersifat
multifaktor, diantaranya panjang badan lahir pendek, status ekonomi keluarga rendah, pendidikan
ibu rendah dan tinggi badan orang tua pendek. Ibu dengan tinggi badan pendek lebih berpeluang
untuk melahirkan anak yang pendek pula. Penelitian di Mesir menunjukkan bahwa anak yang lahir
dari Ibu dengan tinggi badan kurang dari 150 cm lebih berisiko untuk tumbuh stunting (Zottarelli,
2007). Penelitian di Semarang menunjukkan bahwa tinggi badan Ibu dan ayah yang pendek
merupakan faktor risiko stunting pada anak usia 12-36 bulan (Candra, 2011). Penelitian di Brazil
menunjukkan bahwa stunting disebabkan karena defisiensi zat gizi dan infeksi ( Guerrant et al.,
2009). Sementara penelitian di masyarakat miskin Meksiko menemukan faktor protektif stunting
adalah faktor pengasuhan (Reyes et al., 2004). Anak-anak yang dirawat secara eksklusif oleh ibu
terbukti terhindar dari stunting. Anak pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah lebih berisiko
mengalami stunting karena kemampuan pemenuhan gizi yang rendah, meningkatkan risiko
terjadinya malnutrisi (Fernald, 2007). Prevalensi stunting meningkat dengan rendahnya tingkat
pendidikan orang tua. Prevalensi stunting pada ibu dan ayah berpendidikan rendah adalah 22,56%
dan 23,26%, sementara pada ibu dan ayah berpendidikan yang tinggi adalah 13,81% dan 12,53%
(Zottarelli et al., 2007). Penelitian di Maluku Utara membuktikan faktor usia anak, jenis kelamin
anak, jumlah makanan keluarga per hari, pendapatan serta pekerjaan ayah merupakan faktor risiko
stunting (Ramli et al., 2009).

Prevalensi stunting di Indonesia sangat menghawatirkan, dari 34 propinsi, 14 propinsi


diantaranya termasuk prevalensi stunting kategori berat, dan sebanyak 15 propinsi termasuk kategori
serius (Balitbangkes, 2013). Periode 0-24 bulan dan masa pertumbuhan usia balita merupakan
periode yang menentukan kualitas kehidupan sehingga disebut dengan periode emas. Periode ini
merupakan periode yang sensitif karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan
bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Untuk itu diperlukan upaya pencegahan dan
penanggulangan masalah stunting agar tidak terus berlanjut dalam siklus kehidupan. Dibutuhkan
rumusan kebijakan untuk pencegahan dan penanggulangan masalah balita stunting. Guna
menghasilkan agenda kebijakan yang berdasarkan evidance base dilakukan pemodelan untuk
pencegahan dan penanggulangan masalah balita yang mengalami stunting. Penelitian bertujuan (1)
mengidentifikasi prevalensi stunting pada balita berdasarkan faktor ibu, faktor bayi, faktor balita,
faktor pelayanan kesehatan, faktor keluarga yang diprediksi berhubungan dengan stunting pada
balita di Indonesia, (2) mengembangkan model prediksi dan system scoring pencegahan dan
pengendalian stunting pada balita di Indonesia sebagai media promosi kesehatan pertumbuhan linier
optimal.

Pengalaman Terkait Penanganan Stunting di Desa/Daerah

Pengalaman penulis selama terlibat dalam kegiatan di desa ternyataa ada beberapa hal yang
mempengaruhinya yaitu: akses informasi terkait kondisi stuntingdi desa/daerah kurang
terserap, tidak adanya keterlibatan dalam musrenbangdes, dari hasil pengalaman tersebut sds
pengalaman praktek yang akan dikembangkan yaitu cegah stunting sejak dini guna
mewujudkan masa depan cerah. Untuk meningkatkan kepedulian bersama-sama dalam
menanggulangi stunting dan harus bekerja sama dengan semua pihak.

4. KESIMPULAN

Kesehatan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan seorang anak, karena
derajat atau status kesehatan dapat mempengaruhi proses belajar, bahkan keseluruhan proses
pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang sehat dapat menerima dan memproses
informasi dengan baik, sehingga mengoptimalkan kecerdasannya. Anak sehat dapat
melakukan berbagai aktivitas, seperti melakukan eksplorasi, bermain, bersosialisasi,
mengungkapkan gagasan, menciptakan banyak karya-karya kreatif, dan sebagainya.
Kesehatan akan berpengaruh terhadap optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan anak,
yang pada akhirnya menentukan kualitas hidup anak, tidak hanya saat ini, tetapi juga di masa
mendatang.

Stunting di masa kanak-kanak memiliki dampak atau konsekuensi jangka pendek dan
panjang, yang mempengaruhi kesehatan, prestasi, produktivitas, daya saing dan
pengembangan sumber daya manusia. Stunting mempengaruhi pertumbuhan, meningkatkan
risiko infeksi dan kematian, perkembangan kognitif dan motorik, kapasitas belajar dan
kinerja sekolah, produktivitas, upah, dan kesehatan reproduksi. Stunting yang terjadi diikuti
oleh perbaikan gizi yang kurang tepat, hanya menimbulkan kenaikan berat badan yang
berlebihan di masa kanak-kanak, menyebabkan terjadi obesitas dan meningkatnya risiko
penyakit kronis yang berhubungan dengan, gizi seperti diabetes dan penyakit jantung.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Gizi yang baik dan tepat akan membuat berat badan
normal, tidak mudah terkena penyakit infeksi, penyakit kronis, kematian dini, tumbuh dan
berkembang secara optimal. Gizi yang tidak optimal berkaitan dengan kesehatan yang buruk.
Gizi yang tidak baik merupakan faktor risiko timbulnya penyakit tidak menular, seperti
penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi dan stroke),
diabetes dan kanker, yang merupakan penyebab utama kematian di Indonesia.

REFERENSI/KEPUSTAKAAN

Referensi kepustakaan yang diambil dari penulisan studi mendalam, yaitu:

1) Modul Pencegahan Stunting melalui pengasuhan dan stimulasi,Di Satua Paud bagi anak
baru lahir-Usia 2 Tahun Diklat Berjenjang Tingkat Dasar Edisi 2023

2) Modul Pencegahan Stunting melalui Pengasuhan dan Stimulasi Diklat Teknis


Percepatan Penurunan Stunting melalui PAUDHI.
3) Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), Kementerian Kesehatan Tahun 2021.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DALAM PELATIHAN

(RP3)

DEWI SUPU S.Pd

KABUPATEN GORONTALO UTARA

Mata Latih Pencegahan Stunting Melalui pengasuhan dan stimulasi anak 0-2 Tahun

1. peserta mampu memahami perannya dalam upaya pencegahan stunting melalui pengasuhan dan stimulasi
bagi anak usia 0-2 tahun
2 .peserta mampu mengidentifikasi tahapan perkembangan anak dan kegiatan stimulasi pada anak usia 0-2
Tujuan
tahun
3. Peserta mampu mengidentifikasi faktor –faktor yang mempengaruhi perkembangan anak yang mengalami
stunting

Jumlah Jam 10 JPL


Pelajaran
Senin, 15 Januari 2024 ( 45 Menit )
Waktu

1. Ceramah
Metode

1. Power point
Media
Alat :

1. Laptop

Alat dan Bahan

AKTIVITAS PROSES FASILITASI

1. Pelatih Mengucapkan Salam


2. Pelatih Mengenalkan Diri
A. Pembukaan ( 10 menit )
3. Pelatih Menyampaikan Judul Materi
4. Pelatih Menyampaikan Tujuan Dan Pokok Materi

1. Pelatih menjelaskan tentang upaya pencegahan stunting melalui pengasuhan dan stimulasi
bagi anak usia 0-2 tahun
2. Pelatih menjelaskan tentang mengidentifikasi tahapa
perkembangan anak dan kegiatan stimulasi pada anak usia 0-2 tahun
B. Materi inti ( 25 Menit )
3. Pelatih menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan dan gizi anak
baru lahir sampai usia 2 tahun
1. Pelatih Menyampaikan Kesimpulan Materi
2. Pelatih Memberikan Pertanyaan Refleksi
- Hal penting apa yang dapat diambil dalam materi ini

3. Pelatih Menutup Dengan Pantun

c. penutup ( 10 menit )
Ada gajah perutnya bunting
Gajah ngamuk di tangkap polisi
Mari cegah gejala stunting
Dengn makan nutrisi bergizi

4. Pelatih Mengucapkan Salam Penutup


DOKUMENTASI PENGIMBASAN

Anda mungkin juga menyukai