Abstrak
Tingkat pendidikan orang tua merupakan peran penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak karena bisa mempengaruhi keterlambatannya. Keterlambatan
tumbuh kembang salah satunya yaitu stunting atau kondisi dimana anak memiliki tinggi
badan lebih pendek dari anak seusianya. Kondisi ini disebabkan kurangnya asupan gizi
atau nutrisi yang diberikan oleh ibu pada 1000 hari pertama kehidupan, bahkan saat
anak masih didalam kandungan ibu. Tingkat pendidikan orang tua menjadi salah satu
faktor terjadinya stunting karena kurangnya pengetahuan, tidak mengikuti
perkembangan informasi, dan kurangnya pemahaman masyarakat terutama pada ibu
hamil dan ibu balita. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah mencegah terjadinya
stunting yang lebih lanjut dengan memberikan sosialisasi rutin mengenai stunting oleh
kader posyandu RW 01 Kelurahan Pedalangan. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuantitatif. Sampel diambil dari hasil wawancara bersama
keluarga dengan balita stunting di RW 01 Kelurahan Pedalangan. Hasil penelitian
melalui sosialisasi rutin posyandu dan wawancara didapatkan rata-rata tingkat
pendidikan orang tua dengan balita stunting yaitu Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA).
Kata kunci : Stunting, Tingkat Pendidikan
Pendahuluan
Balita merupakan sekelompok manusia yang berada pada usia tertentu, yaitu
usia bayi yang berada pada rentang 0-2 tahun, usia balita yang berada pada rentang 2-3
tahun, dan usia pra-sekolah yang berada pada rentang usia 3-5 tahun. Pada rentang usia
balita kesehatan perlu diperhatikan karena mudah terserang penyakit, terutama stunting.
Stunting merupakan keadaan pertumbuhan balita yang mengalami kegagalan
akibat dari kurangnya asupan gizi optimal, sehingga berdampak pada tinggi badan anak
yang kurang dari yang lain. Keadaan stunting dapat diukur dengan mengukur tinggi atau
panjang badan lebih dari -2 standar di bawah median panjang berdasarkan tinggi badan
seusianya.
Prevalensi stunting pada balita yang dikumpulkan oleh WHO (World Health
Organization) menunjukkan bahwa Indonesia menempati urutan ketiga dengan
presentasi tertinggi se-Asia Tenggara. Presentasi stunting di Indonesia saat ini sebesar
30,8%. Prevalensi stunting di Indonesia mengalami fase pasang surut, dan terakhir
dikatakan mengalami penurunan. Walaupun terdapat penurunan namun masalah
stunting di Indonesia masih menjadi topik utama sehingga pemerintah menegakkan
pemantauan pada setiap tahunnya.
Stunting perlu mendapatkan peran orang tua sebagai pemerhati status gizi. Hal
ini dikarenakan ayah dan ibu adalah tempat seorang anak dapat tumbuh dan
berkembang secara baik dengan gizi yang terpenuhi dengan baik pula. Dan salah satu
faktor serta peran orang tua dalam mencegah terjadinya stunting adalah tingkat
pendidikan, dikarenakan permasalahan gizi pada anak dapat dipengaruhi oleh rendahnya
tingkat pendidikan orang tuanya. Hal ini terjadi akibat kurangnya kemampuan dalam
mengakses informasi. Maka dari itu jurnal ini kami susun dengan tujuan untuk menggali
secara dalam terkait opini tingkat pendidikan orang tua sebagai faktor risiko kejadian stunting
terutama di RW 01 Kelurahan Pedalangan Kecamatan Banyumanik Kota Semarang.
Metode/Metode Pelaksanaan
Pengambilan data pada penelitian kami dilakukan dengan cara wawancara dan
juga menganalisis data. Wawancara dilakukan bersama orangtua dengan balita yang
mengalami Bawah Garis Merah berdasarkan data posyandu RW 01 Kelurahan
Pedalangan, Banyumanik, Semarang. Setelah dilakukan Wawancara kami melakukan
analisis data yang sudah diambil yang meliputi data orang tua dan data anak.
Setelah melakukan kajian pada keluarga dengan anak yang berada di Bawah
Garis Merah dilanjutkan dengan melakukan program kerja Kuliah Kerja Nyata tematik
Kelompok 49 berupa bakti sosial yang dilakukan dari rumah ke rumah warga dengan
anak Bawah Garis Merah (BGM) dan juga dilakukan penyuluhan mengenai stunting.
Hasil dan Pembahasan
Dengan data tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor tingkat pendidikan orang
tua sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal itu bisa terjadi
karena kurangnya pengetahuan, tidak mengikuti perkembangan informasi, dan
kurangnya pemahaman masyarakat terutama pada ibu hamil dan ibu balita serta keadaan
ekonomi yang kurang mengakibatkan kurangnya kebutuhan gizi pada anak sehingga
dapat meningkatkan jumlah stunting.
Gambar 1. Prevalensi kasus stunting pada anak dibawah 5 tahun
berdasarkan negara tahun 2018.
Stunting dan kekurangan gizi sekilas sama tetapi ternyata berbeda. Adapun yang
menjadi pembeda yaitu,
Stunting :
- Gabungan sangat pendek dan pendek
- Pertumbuhannya melambat
- Tubuh lebih pendek dan tampak lebih muda dengan teman seusianya
- Diukur dengan perbandingan tinggi badan dengan usia
- Berdampak gangguan metabolisme
- Berakibat ukuran fisik yang tubuh yang tidak optimal
Gizi Buruk :
- Gabungan gizi kurang dan gizi buruk
- Kulit kering, lemak dibawah kulit kurang, otot mengecil
- Adanya kemmungkinan perut anak menjadi buncit
- Diukur dari berat badan
- Mudah terkena infeksi kare kurangnya kekebalan tubuh
- Berakibat pertumbuhan anak berhenti sebelum waktunya.
Stunting sendiri dapat terjadi jika konsumsi zat gizi atau nutrisi pada anak tidak
tercukupi, khususnya di 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Adapun gizi untuk bayi 0-6 bulan :
- Mendapatkan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan meletakkan bayi ke dada
atau perut ibu segera setelah bayi dilahirkan untuk menyusu.
- Memberikan ASI Pertama atau kolostrum yang berbentuk cairan berwarna
kuning yang mengandung banyak zat kekebalan yang bagus untuk bayi.
- Memberikan ASI Eksklusif, bayi hanya mendapatkan ASI tanpa mendapatkan
makanan atau minuman lainnya termasuk air putih.
Penutup
Daftar Pustaka
Atikah, Rahayu, dkk. (2018). Stunting dan Upaya Pencegahannya. In Buku stunting
dan upaya pencegahannya.
Iswati, R. S., Ayu, D. and Rosyida, C. (2020). Optimalisasi Peran Keluarga Dalam
Pencegahan Stunting Melalui Pelatihan Senam Bayi’, Jurnal Pengabdian
Masyarakat. Jurnal Universitas Muhammadiyah, 1102–1107.
Putri, Nelvi et all. (2021). Gambaran Tingkat Pendidikan dan Tinggi Badan Orang tua
Balita Stunting Usia 24-59 Bulan. Jurnal Ilmiah Ners Indonesia. 2(1), 25-26.
Gambaran Tingkat Pendidikan dan Tinggi Badan Orangtua ...https://online-
journal.unja.ac.id
Rachman, Rizka Yuliana et all. (2021). Hubungan Pendidikan Orang tua Terhadap
Risiko Stunting Pada Balita: A Systematic Review. Jurnal Kesehatan Tambusai.
2(2), 61-62. https://doi.org/10.31004/jkt.v2i2.1790
https://dikti.kemdikbud.go.id/kabar-dikti/kampus-kita/implementasi-kampus-merdeka-
utu-bahas-rencana-aksi-penurunan-angka-stunting-di-aceh/
https://kampusmerdeka.kemdikbud.go.id
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20180524/4125980/penyebab-stunting-
anak