Anda di halaman 1dari 4

MENGATASI GIZI BURUK PADA ANAK : PERAN IBU DAN

KESEJAHTERAAN KELUARGA

Oleh Muhammad Razan Sirry Hadi – 1C

Masa kanak-kanak adalah masa paling penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
anak. Bersamaan dengan itu, masa ini juga memiliki daya tahan tubuh yang sangat rendah serta
rentan terhadap ancaman dari berbagai macam penyakit, salah satunya adalah gizi buruk. Di balik
tumbuh kembang anak yang terhambat, ada bayang-bayang gizi buruk yang menjadi tantangannya.

Gizi buruk pada pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan kondisi dimana tubuh
anak tidak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup dalam memenuhi kebutuhan dasar untuk
pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi tubuh, baik karena kekurangan maupun kelebihan.
Kondisi ini sangat mengkhawatirkan pada bayi dan balita karena pada masa tersebut merupakan
periode penting dalam pertumbuhan otak, perkembangan seluruh organ tubuh, dan pembentukan
sistem imun . Gizi buruk berbeda dengan stunting, yang dimana gizi buruk diukur dari berat badan,
mudah mengalami infeksi karena kekebalan tubuhnya rendah, dan disebabkan oleh kurangnya
asupan gizi dalam waktu yang relative singkat, sedangkan stunting diukur dari perbandingan tinggi
badan dengan usia, berdampak pada gangguan metabolisme, dan kekurangan gizi dalam jangka
panjang (terutama dimasa 1000 hari pertama kehidupan anak).

Masalah gizi buruk pada anak memiliki dampak serius pada kesehatan dan perkembangan
anak, seperti kekebalan (sistem imunitas) tubuh rendah, gangguan pertumbuhan fisik, gangguan
perkembangan otak, beresiko terkena penyakit tidak menular pada saat dewasa, bahkan dapat
menyebabkan kematian. Pemenuhan kebutuhan gizi secara tepat pada anak, dapat menciptakan
status gizi yang baik pada anak yang merupakan penerus generasi bangsa di masa mendatang.
Anak-anak terlebih lagi balita dalam kehidupannya masih bergantung pada ibu khususnya dalam
pemberian makanan, maka dari itu pengetahuan ibu tentang gizi sangat mempengaruhi kemampuan
mereka dalam memberikan makanan yang sehat dan bergizi kepada anak-anak. Ibu yang memiliki
pengetahuan yang baik tentang gizi pastinya akan memperhatikan apakah makanan tersebut sehat
dan mengandung cukup gizi untuk anak-anak mereka, hal tersebut dapat membantu mencegah gizi
buruk dan masalah kesehatan lainnya pada anak. Oleh karena itu penting untuk meningkatkan
pengetahuan ibu tentang gizi seimbang untuk pertumbuhan serta perkembangan anak.

Di Negara Indonesia masalah gizi pada anak masih menjadi permasalahan yang belum
terselesaikan, bahkan beberapa sumber menyebutkan bahwa gizi buruk pada anak masih menjadi
masalah kesehatan yang cukup parah di Indonesia. Upaya untuk menyelesaikan masalah gizi buruk
pada anak terus dilakukan, seperti adanya edukasi kepada para ibu tentang pentingnya makanan
sehat dan bergizi, meningkatkan pengetahuan terhadap makanan bergizi, dan memberikan
pendampingan dan konseling gizi. Edukasi ibu terhadap gizi dan praktik pencegahan gizi buruk
pada anak sangat penting untuk mencegah masalah gizi buruk pada anak. Pemerintah dan lembaga
kesehatan melakukan berbagai program untuk meningkatkan pengetahuan serta kesadaran
masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.

Ada 5 faktor utama penyebab terjadinya gizi buruk yaitu kemiskinan, ketersediaan pangan
rumah tangga, pola asuh yang kurang memadai menderita penyakit infeksi, dan akses masyarakat
terhadap layanan kesehatan. Salah satu penyebab tidak langsung dari masalah gizi buruk adalah
pendapatan ekonomi keluarga yang dipengaruhi tingkat pendidikan orang tua. Semakin tinggi
pendidikan orang tua, maka semakin besar peluang untuk mendapatkan penghasilan yang cukup
untuk bisa hidup dalam lingkungan yang sehat.

Selain disebabkan karena tidak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup, masalah gizi buruk
juga dipengaruhi oleh kemiskinan, sanitasi lingkungan yang kurang baik, dan ketidak tahuan gizi.
Tingkat pendapatan keluarga sangat mempengaruhi kemampuan keluarga untuk mencukupi
kebutuhan gizi anak. Sosial ekonomi yang rendah ini menyebabkan ketidaktahuan dalam
pemenuhan asupan nutrisi yang berarti status ekonomi memiliki pengaruh signifikan terhadap
kejadian gizi buruk. Anak yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi yang rendah memiliki
resiko mengalami gizi buruk dibanding dengan anak yang berasal dari keluarga dengan status
ekonomi yang tinggi. Selain itu, sosial ekonomi yang rendah juga mengakibatkan susahnya
mendapatkan akses ke layanan kesehatan. Keluarga yang tinggal di daerah terpencil atau daerah
yang sulit dijangkau mungkin tidak memiliki akses ke layanan kesehatan yang memadai. Mereka
mungkin juga tidak memiliki transportasi yang memadai untuk membawa anak mereka ke layanan
kesehatan

Penanganan masalah gizi buruk dapat dilakukan dengan menciptakan dan memberikan pola
makan sehat dan seimbang pada anak. Pola makan yang buruk memiliki peluang 8 kali lebih besar
untuk mengalami gizi buruk, jika dibandingkan dengan anak dengan pola makan baik. Pola makan
yang baik belum tentu makanannya terkandung asupan nutrisi yang benar. Banyak anak yang
memiliki pola makan baik tetapi tidak memenuhi jumlah dan komposisi gizi untuk memenuhi syarat
gizi seimbang. Asupan gizi seimbang dari makanan memegang peranan penting pada proses
pertumbuhan anak. Pola makan menjadi bagian penting dalam mengatasi gizi buruk. Penerapan
pola makan dengan gizi seimbang menekankan pola konsumsi pangan dalam jenis, jumlah dan
prinsip keanekaragaman pangan untuk mencegah masalah gizi. Komponen yang harus dipenuhi
dalam penerapan pola makan gizi seimbang mencakup cukup secara kuantitas, kualitas,
mengandung berbagai zat gizi (energi, protein, vitamin dan mineral), serta dapat menyimpan zat
gizi untuk mencukupi kebutuhan tubuh.

Dalam keluarga, ibu seringkali memegang peran yang dominan dalam pengambilan
keputusan, termasuk dalam pengambilan keputusan terkait gizi anak, seperti mengatur pola makan
yang sehat dan bergizi, mengajarkan tentang gizi yang seimbang, mengikuti program kesehatan,
mengikuti saran dari tenaga kesehatan, serta menghindari makanan yang tidak sehat. Hal tersebut
dilakukan untuk memastikan bahwa anak-anak mereka mendapatkan gizi yang cukup demi
pertumbuhan dan perkembangannya.

Salah satu contoh keberhasilan di komunitas desa yang telah berhasil dalam mengatasi
masalah gizi buruk dengan fokus pada pengetahuan ibu dan faktor sosial ekonomi adalah di
Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kabupaten ini sering mendapat perhatian
khusus terutama dalam masalah sumber daya masyarakatnya, dimana masyarakat pedesaan pada
umumnya mempunyai status ekonomi yang lebih rendah dibanding dengan masyarakat perkotaan.
Masyarakat pedesaan sebagian besar bekerja pada bidang pertanian/peternakan dan yang
berhubungan dengan itu. Menurut data dinas kesehatan di Kabupaten Jombang, terdapat masalah
gizi buruk pada anak di Kecamatan Kesamben. Dalam menangani masalah ini, dilakukan
penyuluhan di posyandu, majelis taklim, PKK, dll untuk meningkatkan pengetahuan para ibu
tentang gizi seimbang terhadap anak. Diharapkan juga kepada para ibu untuk memiliki kesadaran
akan pentingnya informasi tentang gizi sehingga mampu mengikuti kegiatan penyuluhan yang
diberikan. Dalam studi kasus ini, peningkatan pengetahuan ibu dan faktor sosial ekonomi seperti
pendidikan ibu dan tingkat pendapatan keluarga menjadi faktor penting dalam mengatasi masalah
gizi buruk pada anak di Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa masa kanak-kanak merupakan periode
penting karena rentan terhadap gizi buruk yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Upaya penanggulangan gizi buruk harus berfokus pada peran ibu dan
kesejahteraan keluarga. Dalam hal ini, peningkatan pengetahuan ibu tentang gizi, dukungan sosial,
dan akses ke layanan kesehatan menjadi kunci solusi masalah tersebut. Masalah gizi buruk di
Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kemiskinan, akses terhadap layanan kesehatan,
tingkat pendidikan orang tua yang menjadi penyebab utama. Selain itu, keberhasilan dari contoh
komunitas desa menunjukan bahwa peningkatan pengetahuan ibu dan perbaikan faktor sosial
ekonomi dapat mengatasi masalah ini. Dengan demikian, pemahaman akan pentingnya peran ibu
dan perbaikan kesejahteraan keluarga menjadi kunci dalam menghadapi tantangan gizi buruk pada
anak. Dengan upaya bersama, termasuk edukasi, kesadaran masyarakat, dan perbaikan faktor sosial
ekonomi, kita dapat memastikan generasi mendatang tumbuh dan berkembang dengan gizi
seimbang untuk membangun masa depan yang lebih sehat bagi anak-anak Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai