Anda di halaman 1dari 10

Anggota Kelompok :

1. Debita Entin Vindira (I1D023018)


2. Diva Setyaningtyas (I1D023043)

Kelas : A
Program Studi : Ilmu Gizi
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

Karangan :

Waspadai Wasting : Masalah Gizi dengan Resiko


Kematian Tertinggi
Berikut ini alasan mengapa wasting perlu diperhatikan

Kata “wasting” masih asing di telinga kita. Sebenarnya apa sih wasting itu?

Pengertian Wasting
Menurut artikel yang diterbitkan Unicef pada tahun 2023, wasting adalah permasalahan gizi
kurang dan gizi buruk yang ditandai dengan badan sangat kurus yang dialami oleh anak-anak.
Mereka memiliki berat badan rendah jika dibandingkan terhadap tinggi badannya dan atau
kecilnya lingkar lengan atas (LiLA). Wasting pada anak merupakan akibat buruknya asupan
nutrisi dan/atau penyakit yang dapat mengancam nyawa. Wasting juga dapat menyebabkan
gagalnya tumbuh kembang anak. Jika anak mengalami ketidaksesuaian atau kegagalan
tumbuh kembang, tidak teridentifikasi dan tidak mendapat tindakan yang baik, maka anak
tidak dapat mencapai pertumbuhan yang maksimal. Hal tersebut dapat berdampak pada
berkurangnya kualitas generasi penerus bangsa di masa depan (Menteri Kesehatan RI, 2014).
Pada tahun 2017, hampir 51 juta anak di bawah usia 5 tahun mengalami wasting dan 16 juta
anak mengalami wasting parah (Unicef, 2018).
Hubungan antara Wasting dan Stunting
Wasting dan stunting adalah masalah gizi yang saling terkait, dimana kedua bentuk
masalah gizi ini memiliki faktor risiko yang sama dan saling memperburuk kondisi satu
dan lainnya. Selain risiko kematian yang tinggi, anak wasting yang tidak ditangani dengan
baik berisiko 3 kali lebih tinggi menjadi stunting dan anak stunting berisiko 1,5 kali lebih
tinggi menjadi wasting dibandingkan dengan anak gizi baik. Risiko kematian akan
meningkat jika anak mengalami dua permasalahan gizi ini (wasting dan stunting) secara
bersamaan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Wasting


Wasting dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu ketahanan pangan keluarga dan
adanya penyakit infeksi (De Onis & Branca, 2016). Ketahanan pangan keluarga sangat
berpengaruh pada terpenuhinya asupan gizi pada anak. Tidak hanya mempengaruhi
gangguan pertumbuhan fisik, terpenuhi atai tidaknya asupan gizi pada anak juga
mempengaruhi kualitas kecerdasan dan perkembangan di masa mendatang. Oleh karena itu
peran makanan yang bernilai gizi tinggi sangat penting seperti pada makanan yang
mengandung energi, protein (terutama protein hewani), vitamin (vitamin B kompleks,
vitamin C, vitamin A), dan mineral (Ca,Fe, Yodium, Fosfor, Zn) (Merryana, 2014).

Infeksi juga memberikan kontribusi terhadap defisiensi energi, protein, dan gizi lain karena
menurunnya nafsu makan sehingga asupan makanan berkurang sehingga memberikan efek
negatif pada pertumbuhan anak. Penyakit infeksi yang sering terjadi pada anak balita
adalah demam, diare, dan infeksi saluran pernafasan atas. Kenyataannya, kekurangan gizi
dan penyakit infeksi sering terjadi pada saat bersamaan. Anak kurang gizi mempunyai daya
tahan penyakit yang rendah, mudah jatuh sakit, dan akan menjadi semakin kurang gizi
disebut juga dengan Infection Malnutrition (Namangboling, 2017).

Selain faktor faktor tersebut diatas, terdapat pula faktor lain penyebab wasting di level
masyarakat yaitu kemiskinan, karakteristik keluarga, dan sosio demografi yang berkaitan
dengan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia di masyarakat. Dampak kemiskinan
terhadap gizi buruk anak sangat besar. Rumah Tangga dan individu miskin tidak dapat
mencapai ketahanan pangan, memiliki sumber daya perawatan yang tidak memadai, dan
tidak dapat memanfaatkan (atau berkontribusi untuk menciptakan) sumber daya untuk
kesehatan secara berkelanjutan. Karakteristik keluarga berkaitan dengan pembagian pangan
masing masing anggota keluarga. Seharusnya anak yang sedang dalam masa pertumbuhan
dapat diprioritaskan asupan pangannya agar asupan anak terpenuhi dan kejadian wasting
dapat ditekan.

Sosiodemografi yang meliputi jenis kelamin dan usia juga dapat dijadikan faktor penyebab
wasting. Anak laki-laki yang umumnya lebih banyak bergerak membutuhkan lebih banyak
zat gizi seperti energi dan protein daripada anak perempuan. Perbedaan usia selaras dengan
cepatnya pertumbuhan anak. Pertumbuhan pada usia balita dan prasekolah lebih lambat
dibandingkan pada masa bayi namun pertumbuhannya stabil. Sehingga demografi dapat
dijadikan parameter pembagian prioritas asupan makan anak.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian wasting adalah pendidikan orang tua,
pekerjaan, dan pendapatan keluarga. Pendidikan orang tua khususnya ibu akan
berpengaruh terhadap pengasuhan anak, karena dengan pendidikan yang tinggi pada orang
tua akan memahami pentingnya peranan orang tua dalam pertumbuhan anak. Ibu yang
berpendidikan lebih baik cenderung lebih mudah menerima informasi gizi dan menerapkan
pengetahuannya dalam mengasuh anak dan dalam praktik pemberian makanan. Pada
penelitian Putri dan Wahyono di Indonesia menunjukkan bahwa pendidikan ibu
berhubungan dengan kejadian wasting. Ibu yang tidak bekerja dinilai akan mempunyai
waktu yang banyak untuk mengasuh dan memperhatikan anaknya. Asupan gizi anaknya
juga akan diperhatikan. Penelitian Agedew dan Shimeles di Ethiopia menyebutkan bahwa
proporsi anak wasting lebih tinggi pada ibu yang bekerja.

Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan.
Kemampuan orang tua untuk membeli bahan makanan bergantung terhadap besar kecilnya
pendapatan orang tua. Selain itu tingkat pendapatan dapat menentukan pola makan. Orang
tua dengan pendapatan terbatas menyebabkan daya beli makanannya rendah sehingga tidak
mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan dan pada akhirnya berakibat buruk
terhadap status gizi anak balitanya. Sebaliknya semakin tinggi pendapatan orang tua maka
kebutuhan gizi anggota keluarga dapat terjamin (Alqustar, 2014). Hasil dari analisis
hubungan antara status ekonomi orang tua dengan status gizi balita yaitu status 19 ekonomi
orang tua mempengaruhi status gizi anak balita usia 1-5 tahun di Kecamatan Pujon,
Kabupaten Malang.

Sebenarnya masalah dasar dari timbulnya masalah gizi khususnya wasting adalah
ketidakmampuan pengelolaan negara dalam mengelola proses politik, sehingga banyak
menimbulkan penyalahgunaan wewenang, sehingga pelaksanaan program pembangunan
negara tidak sesuai dengan amanat Undang-Undang Selanjutnya ketidakcakapan para
pemimpin dalam mengelola negara yang mengakibatkan banyak penyalahgunaan anggaran
yang berdampak pada rendahnya mutu pendidikan, rendahnya kualitas SDM, negara tidak
mampu membuka lapangan kerja sehingga tingginya angka pengangguran dan
memunculkan kemiskinan.

Dampak-dampak Wasting

Setelah mengetahui faktor-faktor penyebab wasting pada anak, kita juga harus mengetahui
dampak yang dapat ditimbulkan dari kejadian wasting itu sendiri. Berikut ini paparan
mengenai dampak yang ditimbulkan oleh wasting yang tidak ditangani dengan segera :
1. Kekebalan (Sistem Imunitas) Tubuh Rendah
Anak yang menderita wasting memiliki sistem imunitas yang rendah sehingga
mudah terkena penyakit infeksi seperti diare, batuk pilek, dan pneumonia. Tidak
hanya itu, apabila anak wasting menderita penyakit infeksi maka kondisinya dapat
lebih parah dan lebih sulit untuk sembuh dibandingkan anak gizi baik.
2. Gangguan Pertumbuhan Fisik
Anak wasting berisiko mengalami gangguan pertumbuhan fisik, termasuk
pertumbuhan tinggi badan dikarenakan kurangnya asupan zat gizi yang diperlukan
untuk bertumbuh. Jika kondisi ini berlangsung dalam waktu yang lama, anak
tersebut memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami stunting, yaitu kondisi di
mana tinggi badan lebih pendek bila dibandingkan anak seusianya.
3. Gangguan Perkembangan Otak
Zat gizi adalah kunci penting dalam mendukung perkembangan otak balita. Sama
seperti stunting, asupan gizi pada anak yang mengalami wasting juga terganggu,
yang berisiko bagi perkembangan otak yang optimal, kemampuan belajar, serta
produktivitas kerja di masa depan.
4. Berisiko terkena Penyakit Tidak Menular saat Usia Dewasa
Sama halnya dengan stunting, anak yang mengalami wasting memiliki risiko lebih
tinggi untuk menderita penyakit tidak menular, seperti diabetes dan penyakit
jantung, saat usia dewasa.
5. Kematian
Dari semua bentuk masalah gizi anak, wasting, khususnya gizi buruk memiliki
risiko kematian yang paling tinggi, yaitu hingga hampir 12 kali lebih tinggi
dibandingkan anak gizi baik. Risiko kematian yang tinggi pada anak gizi buruk
dikarenakan kekebalan (sistem imunitas) tubuh yang rendah sehingga apabila
menderita penyakit infeksi, kondisinya akan lebih parah dan lebih sulit untuk
sembuh hingga dapat menyebabkan kematian.

Pencegahan Wasting
Peran kita sebagai orang tua adalah mencegah wasting pada anak kita. Menurut artikel yang
diterbitkan UNICEF, peran kita dalam pencegahan wasting pada anak dapat dilakukan
dengan beberapa langkah sebagai berikut ini.

● Pemberian Makanan yang Tepat bagi Balita


Pemberian ASI eksklusif sejak bayi berusia 0-6 bulan, tanpa makanan dan
minuman lain bahkan air putih sekalipun, karena ASI telah mengandung semua zat
gizi penting yang diperlukan untuk mendukung tumbuh kembang bayi secara
optimal. Setelah 6 bulan, makanan pendamping ASI yang berkualitas dalam
jumlah, jenis, dan frekuensi yang cukup dapat diberikan kepada balita, dilanjutkan
dengan pemberian ASI hingga anak berusia 2 tahun atau lebih.

● Pemberian Imunisasi Dasar yang Lengkap


Pada usia balita, daya tahan tubuh anak belum terbentuk dengan sempurna,
sehingga imunisasi sangat penting untuk memberikan perlindungan bagi balita dari
penyakit- penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).

● Memberikan Vitamin A Dua Kali dalam Setahun


Selain imunisasi, pemberian vitamin A bermanfaat untuk memperkuat daya tahan
tubuh anak dan mencegah penyakit yang sering terjadi pada balita seperti campak
dan diare yang bisa menyebabkan wasting. Kapsul vitamin A biasanya tersedia
setiap bulan Februari dan Agustus di posyandu atau layanan kesehatan terdekat
lainnya. Pastikan untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan setempat mengenai
jadwal dan ketersediaan vitamin A ini di daerah Anda.

● Segera Bawa Balita Sakit ke Fasilitas Kesehatan Terdekat


Balita yang sakit disarankan untuk segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat
agar mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Penanganan balita sakit perlu
dilakukan segera agar tidak sampai mengganggu tumbuh kembang anak.

● Rutin ke Posyandu
Rutin ke posyandu atau fasilitas kesehatan lain untuk memantau pertumbuhan dan
perkembangan balita. Kunjungan ke posyandu sebaiknya dilakukan setiap bulan,
untuk deteksi dini jika terjadi gangguan tumbuh kembang anak.

● Menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat dalam Keluarga


Menerapkan pola hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan dengan sabun
dengan air mengalir, tidak buang air besar sembarangan, serta menjaga kebersihan
lingkungan rumah agar tidak menjadi sarang bakteri dan virus penyebab penyakit
yang dapat berkontribusi terhadap kondisi wasting.

Dengan memahami faktor dan dampak wasting pada anak membawa kita pada kesadaran
betapa pentingnya tindakan dalam mencegahnya. Mari bawa anak balita kita ke posyandu
atau fasilitas kesehatan terdekat secara rutin! Ayah dan Bunda akan mendapatkan banyak
manfaat bahkan tanpa biaya sepeserpun! Pertumbuhan dan perkembangan anak, serta
deteksi dini wasting, stunting, dan gizi buruk dapat terpantau dengan baik!

Preview Artikel (sudah disubmit di IDNTimes, sedang pada tahap pending)


https://community.idntimes.com/preview-article/jflgdvum6cryzdujyrzz5aqnfsn8uxba
paragraf penutup
Dengan memahami faktor dan dampak wasting pada anak membawa kita pada kesadaran
betapa pentingnya tindakan dalam mencegahnya. Mari bawa anak balita kita ke posyandu
atau fasilitas kesehatan terdekat secara rutin! Ayah dan Bunda akan mendapatkan banyak
manfaat bahkan tanpa biaya sepeserpun! Pertumbuhan dan perkembangan anak, serta deteksi
dini wasting, stunting, dan gizi buruk dapat terpantau dengan baik!

udah si kynya, tinggal yg barusan mw aku tambahin, yg tanda2


Iya

Udah belom si oiyaa cuplikan


Yang tanda2 dimasukin di awal2 aja dip
Referensi

Merryana Adriani, SKM., M.Kes and Bambang Wirjatmadi, Prof. Dr. M.S., MCN., Ph.D.,
Sp.Gk. (2014) Gizi dan Kesehatan Balita : peranan mikro zinc pada pertumbuhan
balita. KENCANA Prenada Media Group, Jakarta. ISBN 978-602.9413.22-9
Namangboling, A. D. B. M. E. S. S. Hubungan Riwayat Penyakit Infeksi dan Pemberian ASI
Eksklusif dengan Status Gizi Anak Usia 7-12 Bulan di Kecamatan Kelapa Lima
Kota Kupang. Sari Pediatr. 19, (2017).
Putri, D. S. K. & Wahyono, T. Y. M. Faktor Langsung dan Tidak Langsung yang
Berhubungan dengan Kejadian Wasting pada Anak Umur 6 – 59 Bulan Di Indonesia
Tahun2010. Media Peneliti dan Pengemb. Kesehat. 23, 110–121 (2013).
Putri, M. S. Hubungan Antara Riwayat Penyakit Infeksi Dengan Status Gizi Pada Anak
Batita Di Desa Mopusi Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow
Manado. J. E- Biomedik 3, (2015).
Putri, Rona Firmana., Delmi Sulastri., Y. L. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status
Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. J. Kesehat. Andalas
4, 1 (2015).
UNICEF. UNICEF’s approach to scaling up nutrition for mothers and their children. (2013).

UNICEF. 2023. Tetap Tenang, Mari Ketahui Cara Mencegah Wasting, Unicef.org, viewed 15
November 2023, <https://www.unicef.org/indonesia/id/gizi/artikel/cara-mencegah-
wasting>

Anda mungkin juga menyukai