Anda di halaman 1dari 6

Pasien An.

A, seorang balita usia 3 tahun 2 bulan dating ke poli tumbuh kembang dengan keluhan
berat badan dan tinggi badan pasien yang tidak sesuai dengan teman semurannya. Selama
kehamilan, ibu pernah mengkonsumsi tablet darah. Pasien lahir dengan berat badan 2,3 kg, Panjang
badan 48cm, lahir cukup bulan oervagnam dan langsung menangis, proses kelahiran di bantu oleh
bidan. Ibu mengaku pasien segera dibeikan ASI setelah lahir atau inisiasi menusui dini (IMD), namun
pasien mendapatkan ASI eksklusif selama 2 tahun, pasien sudah mendapatkan susu formula sejak
usia 3 bulan dan pasien juga sudah diberikan mpasi erupa pisang yang di lunakkan. Pada usia 6
bualan pasien mpasi di kombinasikan dengan nasi dan sayuran.

Ibu pasien mengaku pasien sangat jarang memakan daging dan minum susu karena keterbatasan
biaya. Selama 1 tahun ini pasien makan satu atau dua kali sehari kombinasi seperempat piring nasi,
seperempat pirin sayuran, dan sumber proyein dari setengah butir telur. Keseharian pasien sering
jajan dan makan makanan berpenyedap, berpengawet, dan minum minuman dengan pemanis
buatan.

Defenisi

Stunting Stunting (tubuh pendek) didefinisikan sebagai keadaan tubuh yang  pendek  pendek
atau sangat pendek hingga melampaui melampaui -2 SD di bawah median panjang panjang
berdasarkan tinggi  berdasarkan tinggi badan menurut badan menurut usia. Stunting
menggambarkan suatu keadaan malnutrisi yang kronis dan anak memerlukan waktu untuk
berkembang serta  pulih kembali munuju keadaan tinggi badan anak yang normal menurut usianya.1
Menurut World Health Organization (WHO) (2014) dala 4) dalam Global Nutrition Targets 2025,
stunting dianggap sebagai suatu gangguan pertumbuhan irreversibel yang sebagian besar
dipengaruhi oleh asupan nutrisi yang tidak  adekuat dan infeksi berulang selama 1000 hari pertama
kehidupan.9 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar
Antropometri Penilaian Status tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, pengertian
pendek dan Anak, pengertian pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada
indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang
merupakan padanan istilah  stunted (pendek) dan  severely  severely stunted stunted (sangat
pendek).  pendek). Balita pendek adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan berdasarkan
panjang  panjang atau tinggi badan menurut menurut umurnya umurnya bila dibandingkan
dibandingkan dengan standar  standar   baku WHO-MGRS WHO-MGRS (Multicentre Growth
Reference Study) tahun 2006, nilai zscorenya kurang dari -2SD dan dikategorikan sangat pendek jika
nilai pendek jika nilai z-scorenya z-scorenya kurang dari -3SD.1

Epidemiologi

Stunting Kejadian stunting pada anak  pada anak tersebar tersebar luas di luas di negara-
negara negara-negara berkembang di berkembang di dunia. Sekitar sepertiga dari jumlah seluruh
anak di negara-negara berkembang yang berusia di  bawah 5 tahun mengalami mengalami  stunting .
10 Diperkirakan sekitar 1 dari 3 anak yang berusia dibawah 5 tahun menga un mengalami  stunting di
negara berkembang.11 Menurut Ramli (2009) lebih kurang separuh anak di bawah 5 tahun di
wilayah Asia Selatan mengalami stunting  sehingga stunting menjadi salah satu masalah kesehatan
utama.12 Prevalensi  stunting di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara dan masuk 5 besar  negara di
dunia dengan preva gan prevalensi  stunting tertinggi. Prev ggi. Prevalensi  stunting di Indonesia
lebih tinggi dari negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Myammar, Vietnam (23%), dan Thailand
(16%). Indonesia menduduki peringkat ke-lima dunia untuk jumlah anak  dengan kondisi stunting ,
lebih dari sepertiga anak Indonesia tingginya berada di bawah rata-rata.13  Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) prevalensi  stunting secara nasional tahun 2018 adalah sebesar 30,8 %,
sudah mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2013 yaitu sebesar 37,2%.7

Etiologi

Stunting Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan stunting pada anak.  pada anak.
Faktor- Faktorfaktor tersebut dapat berasal dari diri anak itu sendiri maupun dari luar diri anak
tersebut. Faktor peny tor penyebab  stunting adalah asupan gizi dan adanya penyakit infeksi
sedangkan  penyebab tidak  penyebab tidak langsungnya adalah langsungnya adalah pola asuh, pola
asuh, pelayanan kes pelayanan kesehatan, keter ehatan, ketersedian pangan, pangan, faktor budaya,
ekonomi dan masih banyak lagi faktor lainnya.14

a. Faktor Langsung

Saat ini Indonesia mengahadapi masalah gizi ganda, permasalahan gizi ganda tersebut adalah
adanya masalah kurang gizi dilain pihak masalah kegemukan atau gizi lebih telah meningkat.
Keadaan gizi dibagi menjadi 3 berdasarkan pemenuhan asupannya yaitu:

 Kelebihan gizi adalah suatu keadaan yang muncul akibat pemenuhan asupan zat gizi yang lebih
banyak dari kebutuhan seperti gizi lebih, obesitas atau kegemukan.

 Gizi baik adalah suatu keadaan yang muncul akibat pemenuhan asupan zat gizi yang sesuai
dengan kebutuhan.

 Kurang gizi adalah suatu keadaan yang muncul akibat pemenuhan asupan zat gizi yang lebih
sedikit dari kebutuhan seperti gizi kurang dan buruk, pendek, kurus dan sangat kurus.15

Asupan gizi yang adekuat sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan  perkembangan tubuh
balita. Masa  perkembangan tubuh balita. Masa kritis ini merupak kritis ini merupakan masa saat an
masa saat balita akan mengalami balita akan mengalami tumbuh kembang dan tumbuh kejar. Balita
yang mengalami kekurangan gizi sebelumnya masih dapat diperbaiki dengan asupan yang baik
sehingga dapat melakukan tumbuh kejar sesuai dengan perkembangannya. Namun apabila
intervensinya terlambat  balita  balita tidak akan dapat mengejar mengejar keterlambatan
keterlambatan pertumbuhannya pertumbuhannya yang disebut disebut dengan gagal tumbuh.
Begitu pula dengan balita yang normal kemungkinan terjadi gangguan  pertumbuhan  pertumbuhan
bila asupan yang diterima diterima tidak mencukupi. mencukupi. Dalam penelitian penelitian yang
menganalisis hasil Riskesdas menyatakan bahwa selain itu pada level rumah tangga konsumsi energi
rumah tangga di bawah rata-rata merupakan penyebab terjadinya anak   balita pendek. 11 Dalam
upaya penanganan masalah stunting ini, khusus untuk bayi dan anak telah dikembangkan standar
emas makanan bayi dalam pemenuhan kebutuhan gizinya yaitu

1) Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yang harus dilakukan sesegera mungkin setelah melahirkan;

2) Memberikan ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan tanpa pemberian makanan dan
minuman tambahan lainnya;

3) Pemberian makanan pendamping ASI yang berasal dari yang berasal dari makanan keluarga,
diberika rga, diberikan tepat waktu mulai bayi berusia 6 bulan; dan 4) Pemberian ASI diteruskan
sampai anak berusia 2 tahun.14
2. Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penyebab langsung stunting , Kaitan antara
penyakit infeksi dengan pemenuhan asupan gizi tidak dapat dipisahkan. Adanya penyakit infeksi
akan memperburuk keadaan bila terjadi kekurangan asupan gizi. Anak balita dengan kurang gizi akan
le izi akan lebih mudah terkena bih mudah terkena  penyakit  penyakit infeksi. infeksi. Penyakit
Penyakit infeksi infeksi akan ikut menambah menambah kebutuhan kebutuhan akan zat gizi untuk
membantu perlawanan terhadap penyakit ini sendiri. Pemenuhan zat gizi yang sudah sesuai dengan
kebutuhan namun penyakit infeksi yang diderita tidak  tertangani akan tidak dapat memperbaiki
status kesehatan dan status gizi anak   balita.  balita. Untuk itu penanganan penanganan terhadap
terhadap penyakit penyakit infeksi infeksi yang diderita diderita sedini mungkin akan membantu
perbaikan gizi dengan diimbangi pemenuhan asupan yang sesuai dengan kebutuhan anak balita. 14

Penyakit infeksi yang sering diderita balita seperti cacingan, Infeksi Saluran Pernafasan Atas
(ISPA), diare dan infeksi lainnya sangat erat hubungannya dengan status mutu pelayanan kesehatan
dasar khususnya imunisasi, kualitas lingkungan hidup dan perilaku imunisasi, kualitas lingkungan
hidup dan perilaku sehat. Ada beberapa penelitian ehat. Ada beberapa penelitian yang meneliti
tentang hubungan penyakit infeksi dengan  stunting yang menyatakan bahwa diare merupakan salah
satu faktor atakan bahwa diare merupakan salah satu faktor risiko kejadian  stunting   pada anak usia
dibawah 5 tahun.14  

b. Faktor Tidak Langsung

1. Akses Pangan

Masalah ketersediaan ini tidak hanya terkait masalah daya beli namun  juga pada
pendistribusian pendistribusian dan keberadaan keberadaan pangan, pangan, sedangkan sedangkan
pola konsumsi konsumsi  pangan  pangan merupakan merupakan susunan susunan makanan
makanan yang biasa dimakan dimakan mencakup mencakup jenis,  jumlah  jumlah dan frekuensi
frekuensi serta jangka waktu tertentu. tertentu. Aksesibilitas Aksesibilitas pangan yang rendah
berakibat pada kurangnya pemenuhan konsumsi yang beragam, bergizi, seimbang dan nyaman di
tingkat keluarga yang mempengaruhi pola konsumsi  pangan  pangan dalam keluarga keluarga
sehingga sehingga berdampak berdampak pada semakin semakin beratnya beratnya masalah
masalah kurang gizi masyarakat.14

Ketersediaan pangan yang kurang dapat berakibat pada kurangnya  pemenuhan asupan nutrisi
dalam keluar  pemenuhan asupan nutrisi dalam keluarga itu sendir ga itu sendiri. Rata-rata asupan
kalori dan i. Rata-rata asupan kalori dan  protein anak  protein anak balita di Indonesia masih
ndonesia masih di bawah Angka di bawah Angka Kecukupan Gizi Kecukupan Gizi (AKG) yang dapat
mengakibatkan anak balita perempuan dan anak balita laki-laki Indonesia mempunyai rata-rata
tinggi badan masing-masing 6,7 cm dan 7,3 cm lebih pendek dari pada lebih pendek dari pada
standar rujukan WHO 2005. standar rujukan WHO 2005.14

Ketersediaan pangan merupakan faktor penyebab kejadian  stunting , ketersediaan pangan di


rumah tangga dipengaruhi oleh pendapatan keluarga,  pendapatan  pendapatan keluarga keluarga
yang lebih rendah dan biaya yang digunakan digunakan untuk   pengeluaran  pengeluaran pangan
yang lebih rendah merupakan merupakan beberapa beberapa ciri rumah tangga dengan anak
pendek. Penelitian di Semarang Timur juga menyatakan bahwa pendapatan perkapita yang rendah
merupakan faktor risiko kejadian kejadian  stunting. 15

2. Status Gizi Ibu Saat Hamil


Status gizi janin dalam kandungan dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil,  bahkan  bahkan status
gizi ibu pada saat sebelum sebelum hamil. Kurang gizi pada wanita usia subur (WUS) yang disebut
kurang energi kronis (KEK) ditandai dengan lingkar  lengan atas (LiLA) kurang dari 23,5 cm, sehingga
ibu tersebut mempunyai resiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) karena sejak dalam
kandungan  janin sudah mengalami mengalami kegagalan kegagalan pertumbuhan pertumbuhan
janin (fetal growth retardation).14

3. Praktek pengasuhan yang kurang baik 

Praktek pengasuhan yang kurang baik , termasuk kurangnya pengetahuan ibu menge ibu
mengenai kesehatan dan gizi dan gizi sebelum dan pada dan pada masa kehamilan, serta lan, serta
setelah ibu melahirkan. Beberapa fakta dan informasi yang ada menunjukkan  bahwa 60% dari anak
usia 0-6 bulan tidak mendapatkan mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak
usia 0-24 bulan tidak menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI
diberikan/mulai diperkenalkan ketika balita berusia diatas 6 bulan. Selain berfungsi untuk
mengenalkan jenis makanan baru pada bayi, MPASI juga dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh
bayi yang tidak lagi dapat disokong oleh  bayi yang tidak lagi dapat disokong oleh ASI, sert ASI, serta
membentuk daya tahan tubuh a membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan sistem
imunologis anak terhadap makanan maupun minuman.3

4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Tingginya masalah gizi dan penyakit terkait gizi saat ini berkaitan dengan faktor sosial dan
budaya, antara lain kesadaran individu dan keluarga untuk berperilaku hidup bersih dan sehat,
termasuk sadar gizi. Indikator PHBS adalah perilaku cuci tangan, pemberianASI eksklusif, rumah
tangga memanfaatkan faatkan posyandu, penggunaan alat kontrasepsi rasepsi (Keluarga
Berencana), aktivitas fisik, penduduk aktivitas fisik, penduduk usia di atas 10 tahun y usia di atas 10
tahun yang merokok, pen ang merokok, penduduk di atas usia 10 usia 10 tahun yang kurang tahun
yang kurang makan sayur makan sayur dan buah, dan buah, akses terhadap terhadap sanitasi
sanitasi layak, dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.14

Masalah kekurangan gizi pada anak balita ini merupakan dampak dari rendahnya pemberian ASI
eksklusif sampai 6 bulan dan pemberian makanan  pendamping ASI  pendamping ASI yang tidak
tepat, karena diberikan diberikan terlalu terlalu dini atau terlambat, terlambat,  jumlahnya
jumlahnya tidak cukup untuk memenuhi memenuhi kebutuhan kebutuhan pertumbuhan
pertumbuhan dan  perkembangan  perkembangan bayi pada setiap tahapan tahapan usia dan tidak
bergizi bergizi seimbang seimbang untuk  memenuhi asupan kalori, protein dan gizi mikro (vitamin
dan mineral). Hanya 41% keluarga yang mempunyai perilaku pemberian makanan bayi yang benar.
Ketersediaan pangan lokal beragam telah dapat diakses oleh sebagian keluarga karena dari 41%
keluarga yang memberikan makanan pendamping ASI yang  benar tersebut ternyata MP-ASI yang
diberikan berasal dari sumber pangan lokal dari sumber pangan lokal yang memenuh yang
memenuhi 70% kebutuh 70% kebutuhan besi dan besi dan 87% kebutuha 87% kebutuhan vitamin A.
Buruknya  perilaku  perilaku kebersihan kebersihan individu individu dan lingkungan lingkungan
mengakibatkan mengakibatkan bayi dan anak  sering menderita diare dan penyakit infeksi lain
sehingga memperburuk status gizinya.14

Klasifikasi dan Diagnosis Stunting

Penilaian status gizi balita yang paling sering dilakukan adalah dengan cara penilaian
antropometri. Secara umum antropometri berhubungan dengan  berbagai  berbagai macam
pengukuran pengukuran dimensi dimensi tubuh dan komposisi komposisi tubuh dari berbagai
berbagai 15 tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimb
akseimbangan asupan protein asupan protein dan energi. Beberapa indeks antropometri yang sering
digunak yang sering digunakan adalah an adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi b berat
badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB) yang dinyatakan dengan standar deviasi unit z (Z- score). Stunting dapat diketahui bila
seorang balita sudah ditimbang berat badannya dan diukur panjang atau tinggi  badannya,
badannya, lalu dibandingkan dibandingkan dengan standar, standar, dan hasilnya hasilnya berada
dibawah dibawah normal. Jadi secara fisik balita akan lebih pendek dibandingkan balita
seumurnya.16

Penghitungan ini menggunakan standar Z score dari WHO. Normal,  pendek  pendek dan sangat
pendek adalah status gizi yang didasarkan didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut Umur
(PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek)
dan severely stunted (sangat  pendek).15 Berikut klasifikasi status gizi stunting berdasarkan indikator
tinggi badan  perumur  perumur (TB/U). (TB/U).

a. Sangat pendek : Zscore < -3,0  

b. Pendek : Zscore < -2,0 s.d. Zscore ≥ -3,0 Pendek : Zscore < -2,0 s.d. Zscore ≥ -3,0

c. Normal : Zscore ≥ -2,0

Dan di bawah ini merupakan klasifikasi status gizi stunting berdasarkan indikator TB/U dan
BB/TB

a. Pendek-kurus : -Zscore TB/U < -2,0 dan Zscore BB/TB < -2,0  

b. Pendek-normal : Z-score TB/U < -2,0 Pendek-normal : Z-score TB/U < -2,0 dan Zscore BB/T dan
Zscore BB/TB antara - 2,0 B antara - 2,0 s/d 2,0

c. Pendek-gemuk : Z-score ≥ -2,0 s/d Zscore ≤ 2,0

Pencegahan

Stunting Kerangka pertama adalah Intervensi Gizi Spesifik. Ini merupakan intervensi yang
ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan berko dan berkontribusi
pada 30% penur 30% penurunan  stunting . Kerangka kegiatan intervensi gizi spesifik umumnya
dilakukan pada sektor kesehatan. Intervensi ini  juga bersifat bersifat jangka pendek dimana hasilnya
hasilnya dapat dicatat dicatat dalam waktu relatif  relatif   pendek.  pendek. Kegiatan Kegiatan yang
idealnya idealnya dilakukan dilakukan untuk melaksanakan melaksanakan Intervensi Intervensi Gizi
Spesifik dapat dibagi menjadi beberapa intervensi utama yang dimulai dari masa kehamilan ibu
hingga melahirkan balita:3

a. Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Hamil. Intervensi ini meliputi ini meliputi kegiatan
memberikan makanan rikan makanan tambahan (PMT)  pada ibu hamil untuk mengatasi kekurang
pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan energi dan energi dan protein kronis, mengatasi an
protein kronis, mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat, mengatasi kekurangan iodium,
menanggulangi kecacingan pada ibu hamil serta melindungi ibu hamil dari Malaria.3  

b. Intervensi Intervensi Gizi Spesifik dengan Spesifik dengan sasaran sasaran Ibu Menyusui Ibu
Menyusui dan Anak Usia dan Anak Usia 0-6 Intervensi ini dilakukan melalui beberapa kegiatan yang
mendorong inisiasi menyusui dini/IMD terutama melalui pemberian ASI jolong/kolostrum serta
mendorong pemberian ASI Eksklusif.3
c. Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia7- 23 bulan.

Intervensi ini meliputi kegiatan untuk mendorong penerusan pemberian rong penerusan
pemberian ASI hingga anak/bayi berusia 23 bulan. Kemudian, setelah bayi berusia diatas 6 bulan
didampingi oleh pemberian MP-ASI, menyediakan obat cacing, menyediakan suplementasi zink,
melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan, memberikan perlindungan terhadap malaria,
memberikan imunisasi lengkap, serta melakukan pencegahan dan pengobatan diare.3

Kerangka Interv ka Intervensi  stunting yang direncanakan oleh pemerintah yang kedua adalah
Interven adalah Intervensi Gizi Sensitif  Gizi Sensitif . Kerangka ini idealnya dilakukan melalui ukan
melalui  berbagai  berbagai kegiatan kegiatan pembangunan diluar pembangunan diluar sektor
kesehatan kesehatan dan berkontribusi berkontribusi pada 70% Intervensi Stunting . Sasaran dari
intervensi gizi spesifik adalah masyarakat secara umum dan tidak khusus ibu hamil dan balita pada
1.000 Hari PertamaKehidupan/HPK. Kegiatan terkait Intervensi Gizi Sensitif dapat dilaksanakan
melalui beberapa kegiatan yang umumnya makro dan dilakukan secara lintas Kementerian dan
Lembaga. Ada 12 kegiatan yang dapat  berkontribusi  berkontribusi pada penurunan penurunan
stunting melalui Intervensi Gizi Spesifik  sebagaiberikut:

1) Menyediakan dan memastikan akses terhadap air be p air bersih.

2) Menyediakan dan memastikan akses terhadap sanitasi

3) Melakukan fortifikasi bahan pangan.

4) Menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB).

5) Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

6) Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal).

7) Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua

8) Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universal.

9) Memberikan pendidikan gizi masyarakat.

10) Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi pada remaja.

11) Menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin.

12) Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi.

Anda mungkin juga menyukai